Arti Penting Lokasi Konsep Lokasi

Seain itu Juga berpedoman pada panduan pelaksanaan program Block Grant Unit Sekolah Baru dan Pengembangan SD-SMP Satu Atap yang memuat tentang kriteria-kriteria umum dan khusus untuk kelayakan lokasi SD-SMP Satu Atap.

2.3.2 Arti Penting Lokasi

SD – SMP Satu Atap adalah penyelenggaraan pendidikan yang mencakup SD dan SMP yang sekolah dan atau pengelolaanya terpadu. Keterpaduan dapat secara fisik dan dapat secara pengelolaan. Keterpaduan secara fisik berarti bahwa lokasi SMP menyatu atau didekatkan dengan SD. Orientasi dalam pendekatan diri ini merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan bargaining power Kotler, 1997:78. Demikian juga halnya bagi SD-SMP Satu Atap, pemilihan lokasi yang optimal merupakan langkah strategis, karena dengan lokasi yang optimal maka diharapkan dapat memaksimalkan jumlah siswanya, membantu kontrol biaya operasinya dan dapat menunjang pertumbuhan di masa depan. Perencanaan penentuan lokasi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kinerja SD-SMP Satu Atap tersebut. 2.3.3 Teori Lokasi Mengetahui karakteristik jenis kegiatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan suatu lokasi kegiatan. Menentukan lokasi sangat terkait dengan daerah pelayanan yang menjadi target pelayanan. Dari sini akan terlihat bahwa pelayanan umum yang lebih bersifat pelayanan publik akan berbeda dengan kegiatan ekonomi yang lebih berorientasi ekonomi. Terdapat tiga konsep mengenai lokasi kegiatan Daldjoeni, 1992:97: 1. Jangkauan range, maksudnya seberapa jauh jarak yang mampu ditempuh untuk membeli barang dan jasa pada tingkat harga tertentu. 2. Batas ambang penduduk treshold, biasanya jumlah penduduk minimal yang dibutuhkanmembutuhkan suatu fasilitas tertentu. 3. Tempat pusat central place, yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan dan perdesaan serta wilayah yang lebih besar lagi daripada wilayahnya sendiri dengan masing-masing tempat pusat tersebut menawarkan batas ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk wilayah komplemen yang dilayani. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas perilaku lokasi dari kegiatan pada umumnya adalah memaksimalkan akses pada komunitas masyarakat Rusthon dalam Savitri, 2002:27. Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain activity. Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal local input; permintaan lokal local demand; bahan baku yang dapat dipindahkan transferred input; dan permintaan luar outside demand Hoover dan Giarratani, 2007 Selain teori yang dikemukakan di atas, terdapat teori lokasi yang perlu untuk diketahui yaitu Central Place Theory. Teori ini dikembangkan oleh Christaller yang disempurnakan oleh August Losch. Kesimpulan yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan kepada penduduk adalah dengan menempatkan lokasi kegiatan yang melayani kebutuhan penduduk pada tempat yang sentral. Hal tersebut merupakan landasan utama bagi setiap alokasi lokasi fasilitas pelayanan Djojodipuro, 1992:134-135. Tempat lokasi yang sentral yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat yang memungkinkan pertisipasi masyarakat secara maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang atau jasa pelayanan yang dihasilkan. Tempat seperti itu, oleh Christaller dan Losch, diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk yang heksagonal. Tempat-tempat tersebut memiliki kawasan pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Berdasar pada asumsi Christaller bahwa “orang akan berjalan ke tempat yang paling dekat tempat tinggalnya untuk mendapatkan barang kebutuhan”, maka bagi orang-orang yang tinggal di kawasan pengaruh tempat-tempat sentral yang bertampalan, mereka akan pergi ke tempat sentral yang paling dekat.

2.3.4 Aksesibilitas Pendidikan