Latar Belakang Drs. Tukiman, M.K.M

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan sesuatu tanpa didahului pertimbangan matang, yang akhirnya dapat mendorong remaja ke arah perilaku berisiko yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang akan memengaruhi kesehatannya. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan matang, dan rasa ingin tahu tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana di sekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuannya Depkes RI, 2012. Remaja masih termasuk ke dalam kelompok usia anak. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, remaja adalah laki-laki atau perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun SKRRI, 2007. Remaja selama masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan perhatian dan pengawasan yang baik terkait dengan permasalahan kesehatan Universitas Sumatera Utara reproduksi. Kemudahan akses informasi, memungkinkan remaja untuk berperilaku bebas dan menyimpang. Pengaruh informasi global seperti paparan media audio- visual yang semakin mudah diakses oleh remaja akan menstimulasi remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum- minuman beralkohol, penyalahgunaan obat, perkelahian antar remaja atau tawuran Depkes, 2013. Kebiasaan-kebiasaan tersebut secara kumulatif akan mempercepat usia awal seksual aktif remaja serta mengantarkan remaja pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi. Hal ini dikarenakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga memerlukan pembinaan dari berbagai pihak termasuk bidang kesehatan Susanto, 2011. Permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja meliputi Hubungan Seksual Pra Nikah HSPN, aborsi yang tidak aman Unsaved Abortion, hubungan seksual yang bebas dan tidak bertanggung jawab, penyalahgunaan narkotika dan alkohol, merokok, penularan Infeksi Menular Seksual IMS dan HIV-AIDS Human Immunodeficiency Virus dan Aquired Immunodeficiency Syndrome, Kehamilan Tak Diinginkan KTsD dan aborsi hingga kasus pernikahan dini Depkes RI, 2012. Sekitar 16 juta perempuan remaja melahirkan setiap tahun, sebagian besar di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selain itu 3 juta perempuan berusia 15- 19 menjalani aborsi tidak aman setiap tahunnya Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, komplikasikehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian di kalangan perempuan berusia 15-19 tahun. Saat dilahirkan dan Universitas Sumatera Utara kematian bayi baru lahir adalah 50 lebih tinggi di antara bayi dari ibu remaja dibanding pada bayi perempuan berusia 20-29 tahun. Selanjutnya bayi dari ibu remaja lebih cenderung untuk memiliki berat badan lahir rendah WHO, 2012. Banyak hal yang menarik bila kita membahas tentang kelompok ini antara lain: jumlah populasi yang cukup besar yaitu 18,3 dari total penduduk 43 juta, keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun sosial di mana mereka memasuki masa yang penuh dengan strorm and stress, yaitu masa pubertas. Dibanding dengan kesehatan pada golongan umur yang lain, masalah kesehatan pada kelompok remaja lebih kompleks, yaitu terkait dengan masa pubertas. Hasil Riskesdas 2007 menunjukankan bahwa angka anemi pada anak usia 14 tahun 9,8, sementara pada anak usia 15 tahun, pada perempuan 19,7 dan pada laki-laki 13,1. SKRRI 2010, umur pertama kali merokok 15-19 tahun 43,3 meningkat dibandingkan survei tahun 2007 33,1, demikian juga prevalensi hubungan seks pranikah. Berdasarkan laporan triwulan Ditjen P2PL, Kemenkes, sampai dengan September 2011 persentase kumulatif kasus AIDS terbesar adalah pada kelompok umur 20-29 sebesar 47,8 Depkes RI, 2012. Sedangkan menurut Susenas 2007 kejadian risiko tinggi maternal dan perinatal yang langsung disumbangkan remaja merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu infant mortality rate sebesar 561.000 kelahiran hidup dan kematian perinatal sebesar 501.000 kelahiran hidup terjadi pada Ibu yang melahirkan di bawah umur 20 tahun. Salah satu penyebab berbagai Universitas Sumatera Utara permasalahan diatas terjadi akibat pengetahuan remaja mengenai PHBS dan kesehatan reproduksi remaja masih kurang dan tidak tepat. Dengan demikian diperlukan adanya pendidikan kesehatan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif anak usia sekolah dan remaja tentang kesehatan khususnya PHBS dan kesehatan reproduksi remaja. Dengan mengetahui informasi yang benar dan resiko-resikonya, diharapkan anak usia sekolah dan remaja dapat lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya Depkes RI, 2012. Program Kesehatan Peduli Remaja PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Puskesmas dalam hal ini adalah ujung tombak pelaksanaan PKPR, memberikan layanan kesehatan bagi remaja berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di puskesmas PKPR, disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas konseling tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’ sebaya. Materi kesehatan yang menjadi prioritas adalah Tumbuh Kembang Remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS, Infeksi Menular Seksual IMS Infeksi Saluran Reproduksi ISR, Pengenalan Konsep Gender, Pendidikan Kesehatan Hidup Sehat PKHS, Penyalahgunaan NAPZA, Cara Belajar Partisipatif dan Teknik Konseling Depkes RI, 2012. Universitas Sumatera Utara Remaja berada dalam masa transisiperalihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara psikiskejiwaan belum matang, oleh karena itu kelompok anak usia remaja dianggap termasuk dalam kelompok beresiko untuk terkena berbagai masalah termasuk kesehatan.. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal baru untuk mencari jati diri. Bila tidak diberikan informasipelayanan remaja yang tepat dan benar, maka perilaku remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, perilaku yang menyebabkan mudah terkena infeksi HIVAIDS, Infeksi menular seksual IMS, masalah gizi anemiakurang darah, kurang energi kronik KEK, obesitaskegemukan dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku Widyantoro, 2005. Program Kesehatan Remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak awal dekade yang lalu. Selama lebih sepuluh tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah Usaha Kesehatan Sekolah UKS, Karang Taruna, atau organisasi pemuda lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh Puskesmas. Staf puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian pelayanan khusus kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja belum dilaksanakan. Dengan demikian, Universitas Sumatera Utara remaja, bila menjadi salah satu pengunjung puskesmas masih diperlakukan selayaknya pasien lain sesuai dengan keluhan atau penyakitnya. Pelayanan kesehatan remaja merupakan peluang untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan datang ditentukan oleh peran semua sektor pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi yang tepat. Dengan melakukan upaya pelayanan kesehatan remaja kita telah berinvestasi terhadap asset bangsa Depkes RI, 2012. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang turut serta berperan aktif dalam PKPR. dari 33 kabupatenkota yang ada di Sumatera Utara, terdapat 138 puksesmas yang telah mampu menjalankan PKPR. tiap tahunnya, targetan dan pencapaian PKPR diperbarui dan dievaluasi. Namun, berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, pencapaian target PKRP di Sumatera Utara masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Masih terdapat puskesmas yang memiliki capaian target program di bawah targetan yang telah ditetapkan. Salah satu faktornya adalah kinerja petugas yang diberi tanggung jawab menjalankan program tersebut masih kurang baik Dinkes Provsu, 2011. Menurut Gibson dalam Illyas 2002 bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu 1 Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan sosio-demografis. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja individu. Gibson juga menyebutkan bahwa motivasi kerja merupakan kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku termasuk Universitas Sumatera Utara kinerja. Motivasi kerja sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Selain itu, karakteristik atau kompetensi pribadi dari individu juga memengaruhi kinerja karyawan dalam mencapai kinerja yang diharapkan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai dua orang kepala puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan dalam sebuah pertemuan menunjukkan bahwa kinerja bawahannya dalam menjalankan PKPR masih sangat kurang baik. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa petugas masih belum memahami secara detail program PKPR, dan karena ketidaktahuannya menjadikan motivasi dan menjadikan kinerjanya dalam menjalankan program PKPR masih rendah. Hasilnya, target-target program PKPR di puskesmas tersebut masih belum maksimal. Contohnya ada 10 pernikahan usia dini akibat kehamilan di luar pernikahan selama sebulan terakhir dan usia terendah pernikahan dini pada umur 13 tahun. Selain itu pelaporan-pelaporan program PKPR juga dinilai tidak baik dan tidak sesuai waktunya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja petugas kesehatan dalam pencapaian program pelayanan kesehatan peduli remaja di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.2 Permasalahan