Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sman 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013

(1)

PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM

KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

NUZULIA RAHAYU NIM. 101000368

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM

KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 10100368 NUZULIA RAHAYU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Nuzulia Rahayu

Nomor Induk Mahasiswa : 101000368

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi

Tanggal Lulus : 3 Mei 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 19510520 198713 2 001 NIP. 19531018 198203 2 001

Medan, Juni 2013

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Seks pranikah merupakan salah satu persoalan remaja yang mengkhawatirkan saat ini. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang salah menjadi salah satu penyebab seks pranikah pada remaja. PKPR merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan pendekatan one group pretest-posttest dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dianalisa dengan Uji t-test dan wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah kearah yang lebih baik setelah kegiatan penyuluhan. Hasil uji diperoleh adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah dengan nilai p= 0,001 < α= 0,05.

Diharapkan agar pihak Puskesmas menjadikan kegiatan penyuluhan dalam PKPR sebagai kegiatan rutin di sekolah minimal 6 bulan sekali dan pihak sekolah diharapkan bisa menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam mata pelajaran.


(5)

ABSTRACT

Teenager are a large population of the world population. Adolenscent health is largely determined by their behavior. Premarital sex is one of the alarming teen issues today. Lack of knowledge and misinformation to be one of the causes of premarital sex among adolescent. PKPR is one of the activities undertaken by government to address youth issues.

This research aimed to see the effect of the counseling in PKPR on knowledge and attitudes teens about premarital sex. This study adopted a quasi experiment method with the approach pretest-posttest one group with sampling techniques using simple random sampling. The data analyzed by t-test and wilcoxon.

The result showed an increase in knowledge and attitudes about premarital sex teens toward better after counseling activities . The test result obtained on the effect of counseling activities for adolescent knowledge and attitudes about premarital sex with p value = 0,001 < α= 0,05.

It is expected that the health center care of performing routine PKPR activities such as counseling at school for at least sixth month and the school is expected to adding the productive health education in the subject.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuzulia Rahayu

Tempat/Tanggal Lahir : Rawang Kao/ 4 Mei 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua : Zamzami dan Ihktiarti, SPd

Alamat Rumah : Jl. Dharmais Desa Rawangkao, Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2000 : SDN 001 Rawang Kao 2. Tahun 2000-20023 : SLTP Negeri 1 Lubuk Dalam 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 4 Pekanbaru

4. Tahun 2006-2009 : DIII Kebidanan Stikes Hangtuah Pekanbaru 5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMAN 1 Lubuk Dalam Siak Sri Indrapura Tahun 2013”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi dapat bermanfaat dan berguna untuk menambah pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, P.hD selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Suatera Utara.

4. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi. Selaku dosen pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, kritik dan saran positif bagi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Ria Masniari Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, kritik dan saran positif bagi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Afriyati, SKM, M.Kes selaku penguji dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran positif bagi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan saran positif bagi kesempurnan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staff di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung persiapan penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Lubuk Dalam berserta Staff yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan pihak petugas kesehatan Puskesmas Lubuk Dalam yang bersedia membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.


(9)

1. Ayahanda Bapak Zamzami dan Ibunda Ibu Ikhtiarti, SPd yang ananda sangat cintai dan sayangi yang tak terkira, sembah sujud ananda, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dorongan dan doa yang tiada hentinya tak dalam menyelesaikan skripsi ini. Adik-adikku tercinta Yulian Fazly dan Gagas Safarul Rohman dan Bunga Listia Dewi atas dukungan dan semangatnya.

2. Sahabat terbaik Dian Ginastra yang selalu ada, terima kasih untuk dukungan dan motivasi, segera selesaikan juga D4 nya dan Cikgu Afni Andini sahabat binti tetanggaku, bersyukur bisa kenal sama kamu.

3. Buat rekan-rekan mahasiswa/i seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Ekstensi tahun 2010 khususnya peminatan Kesehatan Reproduksi dan ekstensi A yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungannya buat penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua. amin

Medan, Mei 2013 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Dasar Hukum ... 8

2.1.3 Kriteria Puskemas Mampu Tatalaksana PKPR ... 10

2.1.4 Manfaat PKPR ... 10

2.1.5 Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR ... 11

2.1.6 Strategi Keberhasilan PKPR ... 11


(11)

2.3 Sikap ... 15

2.4. Seks Pranikah ... 19

2.4.1 Pengertian ... 19

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Seks Pranikah ... 20

2.4.3 Dampak Seks Pranikah ... 22

2.4.4 Upaya Pencegahan Seks Pranikah ... 22

2.5 Remaja ... 24

2.5.1 Pengertian ... 24

2.5.2 Perkembangan Seksual Remaja ... 27

2.6 Gambaran Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.7 Kerangka Konsep ... 29

2.8 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5 Definisi Operasional ... 34


(12)

3.7 Aspek Pengukuran ... 35

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 36

3.9 Tahapan Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Pelaksanaan Kegiatan PKPR... 41

4.3 Analisis Univariat ... 42

4.3.1 Karakteristik Responden ... 42

4.3.2 Gambaran Sumber Informasi Kesehatan Responden ... 43

4.3.3 Gambaran Riwayat Berpacaran Responden ... 43

4.3.4 Gambaran Status Berpacaran Responden ... 43

4.3.5 Gambaran Pengetahuan Responden ... 44

4.3.6 Gambaran Sikap Responden ... 44

4.3.7 Normalitas Data ... 45

4.4 Analisis Bivariat ... 46

4.4.1 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Pengetahuan Responden 46 4.4.2 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Sikap Responden ... 46

BAB V PEMBAHASAN ... 48

5.1 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah ... 48

5.2 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap SikapRemaja Tentang Seks Pranikah ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 52

6.1 Kesimpulan ... 52


(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN – LAMPIRAN Kuesioner Penelitian ... 56

Satuan Acara Penyuluhan ... 61

Materi Penyuluhan ... 63

Master Tabel ... 70


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sumber Informasi Kesehatan ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Berpacaran ... 43

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Berpacaran ... 43

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 44

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 44

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data ... 45

Tabel 4.8 Perbedaan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 46

Tabel 4.9 Perbedaan Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 46


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

ABSTRAK

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Seks pranikah merupakan salah satu persoalan remaja yang mengkhawatirkan saat ini. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang salah menjadi salah satu penyebab seks pranikah pada remaja. PKPR merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan pendekatan one group pretest-posttest dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dianalisa dengan Uji t-test dan wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah kearah yang lebih baik setelah kegiatan penyuluhan. Hasil uji diperoleh adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah dengan nilai p= 0,001 < α= 0,05.

Diharapkan agar pihak Puskesmas menjadikan kegiatan penyuluhan dalam PKPR sebagai kegiatan rutin di sekolah minimal 6 bulan sekali dan pihak sekolah diharapkan bisa menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam mata pelajaran.


(17)

ABSTRACT

Teenager are a large population of the world population. Adolenscent health is largely determined by their behavior. Premarital sex is one of the alarming teen issues today. Lack of knowledge and misinformation to be one of the causes of premarital sex among adolescent. PKPR is one of the activities undertaken by government to address youth issues.

This research aimed to see the effect of the counseling in PKPR on knowledge and attitudes teens about premarital sex. This study adopted a quasi experiment method with the approach pretest-posttest one group with sampling techniques using simple random sampling. The data analyzed by t-test and wilcoxon.

The result showed an increase in knowledge and attitudes about premarital sex teens toward better after counseling activities . The test result obtained on the effect of counseling activities for adolescent knowledge and attitudes about premarital sex with p value = 0,001 < α= 0,05.

It is expected that the health center care of performing routine PKPR activities such as counseling at school for at least sixth month and the school is expected to adding the productive health education in the subject.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2008).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Hal terpenting dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan remaja adalah masalah seksual (Suryoputro,dkk, 2006).

Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2008). Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS mencapai 32.103 dengan jumlah kematian 5.623 jiwa, jumlah penderita usia 15-19 tahun sebanyak


(19)

1.134 jiwa dan jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680 jiwa. (Ditjen PP & PL RI, 2012).

Hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63% remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual pranikah, ironisnya 21% diantaranya dilaporkan melakukan aborsi. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya (Kapan Lagi, 2008).

Hasil penelitian Yayasan DKT (D.K Tyagi) Indonesia (2005) menunjukkan perilaku seksual remaja di 4 kota Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan. Berdasarkan norma yang dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%. Data PKBI tahun 2006 didapatkan bahwa umur pertama kali hubungan seks kisaran 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi dan 85% dilakukan dirumah (Wijaya, 2012).

Menurut survei lain yang dilakukan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun 2010 menemukan sebanyak 1.446 kasus aborsi di Kota Medan dan delapan kota besar lainnya, yaitu Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Manado. Lebih kurang secara nasional ditemukan 2,5 juta pertahun. Persentase pada tahun 2010, usia melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun sebesar 39% dan usia dibawah 20 tahun sebesar 3%.

Menurut Survei Kesehatan Remaja Republik Indonesia (2007) remaja usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur sebesar 65%, remaja perempuan yang tidak


(20)

mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki sebanyak 21%, hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan baru 63% remaja yang mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali beresiko kehamilan. Sedangkan remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan seks pranikah mencapai 82% dan remaja mempunyai teman seks dan hamil sebelum menikah mencapai 66%.

Hasil penelitian lain yang dilakukan Harmaini tahun 2010 pada siswa-siswi SMA-SMK di Kota Pekanbaru dari 329 subjek penelitian tentang sejauh mana perilaku seks remaja dalam berpacaran diantara hasil penelitiannya didapatkan pelukan sebanyak 53%, berciuman 55%, meraba payudara 19%, memegang alat kelamin 12% dan yang sudah melalukan hubungan seksual sebanyak 8% (Riau Pos, 2011).

Tingginya persentase remaja melakukan hubungan seksual pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi dan berujung pada kematian ibu menjadi persoalan serius yang harus diperhatikan. Hal ini berkaitan semakin tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat aborsi yang dilakukan oleh remaja yang merupakan satu indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat. Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual, penyebaran informasi yang salah misalkan dari buku dan VCD porno, rasa ingin tahu yang sangat besar serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua maupun sekolah. Terdapat juga beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja melakukan seks pranikah diantaranya sebagai bukti cinta dan


(21)

sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, takut mengecewakan pacar dan takut diputusin pacar.

Untuk mengatasi permasalahan remaja, Departemen Kesehatan RI telah memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diadopsi dari WHO sejak tahun 2003 yang berbasis di Puskesmas . Pada akhir 2008 tercatat 22,3% Puskesmas diseluruh Indonesia telah melaksanakan PKPR. Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat, pelatihan Peer Counselor/Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis (Fadhlina, 2012).

SMAN 1 Lubuk Dalam merupakan salah satu penyelenggara pendidikan yang terletak di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura provinsi Riau. Lokasi sekolah tepat ditengah perkebunan sawit milik warga sekitar dan akses untuk pencarian informasi mengenai kesehatan reproduksi yang masih kurang memadai. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sudah dibina oleh Puskesmas setempat dalam pengembangan PKPR sejak tahun 2010 dan sudah memiliki kader PKPR yaitu siswa dan siswi yang dipilih oleh pihak sekolah yang di bina langsung oleh petugas kesehatan dari puskesmas. Kader PKPR diberikan pembinaan tentang kesehatan reproduksi mencakup tentang organ dan fungsi reproduksi, infeksi menular seksual, bahaya seks pranikah dan yang lainnya. Kader PKPR diharapkan mampu menjadi fasilitator teman sebayanya dalam mencari informasi yang tepat atau pun penyelesaian masalahnya.


(22)

Kegiatan PKPR di SMAN 1 Lubuk Dalam masih terbatas pada penyuluhan dan pembinaan kader PKPR. Kurangnya kegiatan yang dilaksanakan dikarenakan minimnya biaya yang dianggarkan oleh pemerintah. Selama tahun 2011 tercatat sudah 3x dilakukan penyuluhan oleh pihak Puskesmas tentang kespro remaja, gigi dan narkoba, namun belum menampakkan hasil yang optimal ini terlihat dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan agustus dari 10 orang siswa 6 diantaranya tingkat pengetahuan sedang tentang seks pranikah dan 4 orang siswa dengan tingkat pengetahuan rendah serta 10 orang siswa memiliki sikap tidak setuju terhadap hubungan seks pranikah. Namun faktanya masih ditemukan kasus siswi yang hamil akibat hubungan seks pranikah.

Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.

1.2Perumusan Masalah

Banyaknya remaja siswa-siswi di Kab. Siak Sri Indrapura yang melakukan seks pranikah dan adanya PKPR yang dikembangkan disekolah-sekolah sebagai salah satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.


(23)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013 sebelum dan setelah kegiatan penyuluhan dalam PKPR.

2. Untuk mengetahui sikap remaja remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013 sebelum dan setelah kegiatan penyuluhan dalam PKPR.

3. Untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah

Menjadi bahan referensi sejauh mana pengetahuan dan sikap murid terhadap seks pranikah dan menjadi acuan dalam pencegahan dan mengatasi masalah remaja. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya yang berkaitan langsung dengan program kesehatan remaja dalam upaya meningkatkan pengetahuan remaja dan mengatasi berbagai masalah remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 2.1.1 Pengertian

Untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang bersekolah maupun tidak bersekolah, Kementrian Kesehatan RI telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja, menerima remaja dengan tangan terbuka dan menyenangkan, lokasi pelayanan yang mudah dijangkau, aman, menjaga kerahasiaan, kenyamanan dan privasi serta tidak ada stigma. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan peduli remaja yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja (Fadhlina, 2012).

PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas yang menerapkan PKPR) (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011).

2.1.2 Dasar Hukum

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang tertuang dalam:


(25)

a. Pasal 131 ayat

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak.

(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.

(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Pasal 136 Ayat

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial maupun ekonomi.

(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.

(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

c. Pasal 137 Ayat

(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab.


(26)

(2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Kriteria Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR

1. Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling. 2. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah dengan melakukan kegiatan

KIE kesehatan reproduksi min 2x setahun.

3. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% dari jumlah murid di sekolah binaan.

2.1.4 Manfaat PKPR

Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) menurut Fadhlina (2012) diantaranya:

1. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll.

2. Konseling/berbagi masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin).

3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu teman yang sedang punya masalah.


(27)

2.1.5 Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR

Sasaran dari PKPR ini adalah semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.

Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan Keterampilan hidup sehat (PKHS), penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer Counselor/ Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis. Pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

2.1.6 Strategi Keberhasilan PKPR

Demi keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan strategi sebagai berikut:

1) Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap. 2) Penyertaan remaja secara aktif.

3) Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.

4) Dilaksanakan kegiatan minimal Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk rujukan. Tanpa konseling pelayanan tidak akan disebut PKPR.

5) Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Misalnya Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diperuntukkan bagi remaja yang ada di sekolah.


(28)

6) Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan minimal PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.

7) Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan evaluasi secara berkala dilakukan oleh tim dari puskesmas dan tim dari Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten.

Pendidikan kesehatan dapat berupa mata pelajaran ilmu kesehatan atau upaya-upaya lain yang disisipkan dalam ilmu-ilmu lain seperti olahraga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Selain melalui pelajaran, pendidikan kesehatan juga dapat diperkenalkan melalui pendidikan kesehatan yang disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan perilaku sehat peserta didik. Dengan adanya dukungan dari pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat meminimalisir kejadian atau masalah yang berhubungan dengan remaja.

Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan datang ditentukan oleh peran semua sektor pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi yang tepat. Dengan melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan Remaja kita telah berinvestasi terhadap aset bangsa.

2.2 Pengetahuan

Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2001). Pengetahuan adalah segala


(29)

sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari dan hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. (Tafsir, 2004).

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seorang maka semakin mudah dalam mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2. Informasi/Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedianya bermacam-macam media massa mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,


(30)

surat kabar, majalah dan lainnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.


(31)

Pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan remaja terhadap pentingnya kesehatan reproduksi, sehingga remaja dapat bertanggung jawab atas keputusannya mengenai perilaku seksualnya. United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (2009) mengemukakan pendidikan seksual dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap perilaku seksual remaja (Fadhlina, 2012).

2.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2007).

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagau suatu penghayatan terhadap objek.

Allen, Guy and Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2005).

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponan pokok yaitu:


(32)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009) adalah:

1) Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis.

2) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, akan sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.


(33)

3) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang satatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri tau suami dan lain-lain.

4) Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5) Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri ndividu.

Pemahaman akan baik-dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.


(34)

6) Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah ada dua arah kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif.

Menurut Dianawati (2006) mengatakan bahwa remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks pranikah, sedang remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks pranikah dan akibat yang dap at ditimbulkan dari hal tersebut.

Menurut Kusmiran (2011) tingkah laku yang menunjukkan sikap positif terhadap seksualitas adalah sebagai berikut:

1) Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan. 2) Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok. 3) Tidak dijadian candaan dan bahan obrolan murahan. 4) Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya.


(35)

5) Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri dan orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujan sakralnya.

2.4 Seks Pranikah 2.4.1 Pengertian

Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini disebut juga koitus, tetapi ada jga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu agama pun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah terutama pada remaja sangat merugikan remaja (Aryani, 2010).

Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja sebelum menikah (BKKBN, 2007).

2.4.2 Faktor – faktor Penyebab Seks Pranikah

Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual pranikah menurut Aryani (2010) yaitu:

1) Adanya dorongan biologis.

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang membangkitkan erotisme.


(36)

2) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan hubungan seks pranikah, karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa. Namun keimanan ini dapat sirna bila remaja dipengaruhi oeh obat-obatan misalnya psikotropika.

3) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak remaja. Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang.

4) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pranikah sangat penting untuk dipertimbangkan. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurang perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-masing, sehingga perhatian terhadap anak remaja terabaikan.


(37)

b) Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hote/motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

c) Pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan remaja yang menginap di hotel/motel adalah hal yang wajar dan biasa sehingga tidak ditanyakan/diisyaratkan untuk menunjukkan akte nikah. d) Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya

wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah. Karena kemiskinan remaja putri terpaksa bekerja. Namun, sering kali mereka menjadi korban eksploitasi dan mengalami kekerasan seksual.

2.4.3 Dampak Seks Pranikah

Hubungan seks pranikah menimbulkan banyak kerugian dan dampak bagi remaja menurut Aryani (2010) diantaranya:

1. Risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya Gonore, Sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis dan lain sebagainya.

2. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan bila aborsi yang tidak aman dan risiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.


(38)

4. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

2.4.4 Upaya Pencegahan Seks Pranikah

Banyaknya variabel yang memberikan kontribusi remaja melakukan hubungan seks pranikah mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa alternatif upaya pencegahan hubungan seks pranikah pada remaja menurut Aryani (2010):

1. Mengurangi besarnya dorongan biologis dengan cara menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi, membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak merangsang serta membuat kelompok-kelompok kegiatan positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri, misalnya: teater, musik, olahraga, bahasa, pramuka, menjahit dan sebagainya.

2. Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis dengan cara pendidikan agama dan budi pekerti, penerapan hukum- hukum agama dalam kehidupan sehari-hari, menghindari penggunaan narkoba dan orang tua atau guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari, artinya orang tua tidak melakukan hubungan di luar pernikahan, selalu setia pada pasangan dan tidak melakukan perselingkuhan.

3. Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekedar hubungan seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini.


(39)

Penyampaian materi pendidian seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh kedua orang tua dan sebelum usia 10 tahun pendidikan seks bisa diberikan secara bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih berperan. Sementara itu, di sekolah juga harus dibuka informasi kesehatan reproduksi melalui penyuluhan secara klasikal dan bimbingan secara individual oleh guru bimbingan dan konseling (BK) sewaktu-waktu bila remaja membutuhkan.

4. Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seks pranikah dengan beberapa upaya dari orang tua dan masyarakat di antaranya sebagai berikut:

a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut: pesta tidak dilakukan sampai larut malam dan tidak menggunakan cahaya yang remang-remang.

b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan. Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan yang positif melalui kelompok sebaya sebagai wahana bagi pengembangan talenta remaja.

c) Dukungan dari pemerintah juga diperlukan, misalkan melalui pengawasan pasangan-pasangan remaja di tempat wisata: persyaratan menunjukkan surat nikah bagi pasangan yang menginap di hotel/motel; penegakan hukum dalam memberantas narkoba serta pemberian bebas biaya SPP kepada remaja tidak mampu dalam melanjutkan pendidikan.


(40)

Bila setiap orang tua, keluarga dan pemerintah masing-masing memberian perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-nilai moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja. 2.5Remaja

2.5.1 Pengertian

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti “tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescnce berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Proverawati, 2009).

Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Namun menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati, 2009).

Menurut WHO, remaja adalah periode usia 10 sampai dengan 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai dengan 24 tahun. Sementara itu menururt The Health Resource and


(41)

Services Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tida tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2. Tampak dan merasa ingin bebas.

3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubunya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1. Tampak dan ingin mencari identitas diri.

2. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. 5. Berkhayal berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksual. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.


(42)

4. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. 2.5.2 Perkembangan Seksual Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan psikis. Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian dan bimbingan dan lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa yang sehat baik jasmani, maupun mental dan psikososial.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dibedakan antara lain: (Syarbini dkk, 2012).

a. Perubahan fisik pada masa remaja

Terjadi perubahan fisik yang cepat pada masa remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berlangsung dengan organ seks: a. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)

b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki 2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu:

a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.


(43)

b. Pada remaja putri terjadi perubahan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

b. Perubahan psikis pada masa remaja

Proses perubahan psikis berlangsung lebih lambat dibanding perubahan fisik, yang meliputi:

1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

a. Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

b. Aresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, misalnya mudah berkelahi.

2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: a. Mampu berfikir abstrak, senang memberi kritik,

b. Ingin mencoba hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba. Perilaku ingin mencoba-coba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan pranikah.

2.6Gambaran Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Hasil penelitian oleh Ardiani, S, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta meninjau pengaruh penyuluhan seks terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyoali Tahun 2010 dengan hasil penelitian diperoleh penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.

2. Hasil penelitian Noor Mahyudin tahun 2007, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro meninjau perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap


(44)

seks pranikah antara SMU yang di bina dan tidak dibina PKPR dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi yang dibina PKPR sebagian besar baik (54,1%) sedangkan yang tidak dibina PKPR sebagian besar cukup (88,5%). Untuk sikap siswa tentang seks pranikah baik yang dibina maupun yang tidak dibina PKPR sebagian besar baik (89,2% dan 57,7%). Dan dari hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap seks pranikah antara SMU yang dibina dan tidak dibina PKPR.

2.7Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen dan dependen (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kegiatan PKPR berupa penyuluhan kesehatan dan variabel dependennya adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang hubungan seks pranikah.

Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap

(Pretest)

Pengetahuan dan Sikap (Posttest)

Kegiatan PKPR berupa penyuluhan kespro tentang seks pranikah


(45)

2.8 Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.

Ha: Ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu), dengan pendekatan one group pretest- posttest yaitu sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Ket: O1 : Pengetahuan dan Sikap siswa kelas X yang diukur sebelum kegiatan penyuluhan tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam

tx : Kegiatan PKPR berupa penyuluhan kesehatan reproduksi tentang seks pranikah yang dilakukan petugas puskesmas di SMAN 1 Lubuk Dalam. O2 : Pengetahuan dan Sikap siswa kelas X yang diukur setelah kegiatan

penyuluhan tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam.

O1 dan O2 adalah sampel penelitian dan merupakan siswa yang sama sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan.


(47)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Provinsi Riau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Mei tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah murid kelas X SMAN 1 Lubuk Dalam Siak Sri Indrapura yang berjumlah 141 siswa dan siswi dengan alasan murid kelas XI dan XII sudah mendapatkan penyuluhan pada tahun 2011 maka dari itu murid kelas X dijadikan populasi.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Besar sampel dapat ditentukan dengan rumus. Berdasarkan penelitian sebelumnya besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel satu populasi untuk uji hipotesis data proporsi (Hidayat, 2010), yaitu:

�=��1−�/2���(1− ��) +�1−����(1− ��)� 2 (�− �)2

Keterangan :


(48)

�1−�/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (α) 5% sebesar 1,96

�1−� = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (β) 20% sebesar 0,842

�� = Proporsi remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang seks

pranikah sebelum dilakukan kegiatan PKPR sebesar 0,54

�� =Proporsi remaja yang diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang

seks pranikah sesudah dilakukan kegiatan PKPR sebesar 0,74

��− �� = Perkiraan selisih proporsi sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan PKPR

Maka:

�=��1−�/2���(1− ��) +�1−����(1− ��)� 2 (�− �)2

� = �

1,96�0,54 × 0,46 + 0,8420,74 × 0,26�2 (0,74−0,54)2

n = 47

Berdasarkan perhitungan besar sampel, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 47 orang namun pada saat pelaksanaan diambil sampel sebanyak 56 orang untuk mengantisipasi kesalahan dan hal yang mungkin terjadi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Pengambilannya dilakukan dengan cara undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan dan responden mengisi sendiri lembar kuesioner.


(49)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Lubuk Dalam dan SMAN 1 Lubuk Dalam bagian tata usaha mengenai gambaran data remaja serta permasalahan yang ada seperti berapa jumlah siswa, jumlah kelas dan berapa kali penyuluhan dilakukan dalam satu tahun terakhir.

3.5Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Kegiatan Penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan Petugas Puskesmas yang merupakan salah satu kegiatan dalam PKPR di SMAN 1 Lubuk dalam berupa penyuluhan kesehatan reproduksi tentang seks pranikah yang meliputi pengertian, penyebab, dampak dan upaya pencegahan seks pranikah.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh murid SMAN 1 Lubuk Dalam tentang seks pranikah.

3. Sikap adalah pendapat atau anggapan murid SMAN 1 Lubuk Dalam tentang seks pranikah.

3.6. Instrumen/Alat Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja terdiri atas 15 pertanyaan dengan tiga item pilihan jawaban sedangkan sikap diukur dengan menjawab 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.


(50)

3.7 Aspek Pengukuran 1. Tingkat pengetahuan

Kuesioner pengetahuan tentang seks pranikah berisi 15 pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban skala Thurstone yaitu benar, hampir benar, dan salah. Diberi skor 2 untuk jawaban benar, skor 1 untuk jawaban hampir benar, dan skor 0 untuk jawaban tidak tahu. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2008) :

a. Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor 21-30

b. Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor 11-20

c. Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor 0-10

2. Sikap

Kuesioner pengukuran sikap berisi 10 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif. Skala sikap seks pranikah remaja diadopsi dari Suhartin (2007). Pengukuran menggunakan skala Likert yaitu dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyatan positif diberi nilai sebagai berikut: Jawaban sangat setuju : nilai 5


(51)

Jawab netral : nilai 3 Jawaban tidak setuju : nilai 2 Jawaban sangat tidak setuju : nilai 1

Pernyatan negatif diberi nilai sebagai berikut: Jawaban sangat setuju : nilai 1

Jawaban setuju : nilai 2 Jawab netral : nilai 3 Jawaban tidak setuju : nilai 4 Jawaban sangat tidak setuju : nilai 5

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut :

a. Baik, jika total skor jawaban > 75% atau dalam interval 38-50

b. Cukup baik, jika total skor jawaban 40%-75% atau dalam interval 20-37 c. Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 0-19 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hidayat (2010), kegiatan pengolahan dilakukan setelah semua data dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:


(52)

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis data dilakukan dengan cara bertahap yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Analisis data menggunakan uji


(53)

t-test dengan asumsi jika data berdistribusi normal dan jika data berdistribusi tidak normal menggunakan alternatif uji wilcoxon dengan taraf signifikan α= 5%.

3.9 Tahapan Penelitian 1. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian yang dilaksanakan di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura tahun 2013.

2. Menyusun rencana intervensi

Penyusunan rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan instrument penelitian (kuesioner, bahan penyuluhan, flip chart dan leaflet tentang seks pranikah.

3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest)

Pretest dilakukan pada hari yang sama sebelum dilakukan penyuluhan tentang pemeriksaan seks pranikah dengan membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan kepada 56 siswa kelas X yang berada dalam satu ruangan.

4. Pelaksanaan intervensi

Intervensi pada penelitian ini berupa penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan puskesmas tentang seks pranikah selama lebih kurang 55 menit dan sudah termasuk dengan sesi tanya jawab dengan siswa.

5. Pengumpulan data tahap kedua

Pengumpulan data tahap kedua dilakukan satu minggu setelah penyuluhan. Pengumpulan data tahap kedua ini sama dengan pengumpulan data pada tahap pertama dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan diruangan yang sama.


(54)

Kuesioner yang diberikan saat posttest adalah kuesioner yang sama dengan pretest.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

SMAN 1 Lubuk Dalam terletak di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura tepatnya di Afdeling II desa Rawang Kao. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2001 dan sampai saat ini merupakan satu-satunya sekolah negeri yang ada di Kecamatan Lubuk Dalam dan masih merupakan tujuan utama para siswa lulusan SMP setempat.

SMAN 1 Lubuk Dalam saat ini terdiri dari 12 Kelas, yaitu 4 kelas X, XI dan XII. Jumlah siswa kelas X berjumlah 141 orang, kelas XI berjumlah 128 orang dan kelas XII berjumlah 117 orang. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang telah dibina oleh Puskesmas setempat. Hal ini dapat terlihat bahwa kegiatan PKPR telah dilaksananakan meskipun baru sebatas penyuluhan dan pelatihan kader / konselor sebaya.

Kegiatan PKPR berupa penyuluhan sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu 3 kali pada tahun 2011 dengan materi yang diberikan kesehatan gigi, kesehatan reproduksi dan narkoba, sedangkan pada tahun 2012 tidak dilaksanakan sama sekali dan tahun 2013 dilaksanakan satu kali pada bulan Januari dengan materi seks pranikah. Sedangkan untuk pembinaan kader remaja sampai saat ini baru sekali dilakukan yaitu pada tahun 2011 dan sudah memiliki 8 orang kader yang terdiri dari murid kelas XII dan kelas XI.


(56)

4.2 Pelaksanaan Kegiatan PKPR

Kegiatan PKPR yang dilaksanakan berupa penyuluhan tentang seks pranikah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2013 di SMAN 1 Lubuk Dalam. Kegiatan penyuluhan berlangsung di ruang serba guna yang terletak didalam kompleks sekolah yang diikuti oleh 64 peserta. Penyuluhan berlangsung mulai pukul 09.00 WIB – 10.30 WIB. Sebelum penyuluhan dimulai, dilakukan pretest terlebih dahulu selama ± 20 menit dengan membagikan kuesioner yang telah tersedia. Penyuluhan dengan materi seks pranikah disampaikan oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang bertugas.

Penyampaian materi berlangsung lebih kurang 45 menit dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Selama penyampaian materi berlangsung suasana cukup kondusif walaupun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan seperti mengobrol dengan teman atau bermain handphone. Namun keadaan ini masih bisa teratasi. Pada saat tanya jawab ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa siswa seperti bagaimana menolak seorang pacar yang mengajak untuk melakukan seks pranikah dan apakah berhubungan seksual sekali saja menyebabkan kehamilan.

Untuk melihat apakah ada pengaruh kegiatan PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah, maka dilakukan posttest dengan kuesioner yang sama dan responden yang sama. Posttest dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013 yaitu dengan rentang waktu selama 5 hari dari kegiatan penyuluhan dilaksanakan.


(57)

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel penelitian yang meliputi: karakteristik responden, sumber informasi kesehatan, riwayat berpacaran, status berpacaran, pengetahuan dan sikap.

4.3.1 Karateristik Responden

Pada penelitian ini respond adalah remaja kelas X yang belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari kegiatan PKPR. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden n %

1.

Umur

a. 14 tahun b. 15 tahun c. 16 tahun d. 17 tahun

1 31 21 3 1,8 55,3 37,5 5,4

Total 56 100,0

2. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 22 34 39,3 60,7

Total 56 100,0

3.

Agama a. Islam

b. Kristen Protestan

42 14

75,0 25,0

Total 56 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 31 orang (55,4%) dengan berjenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 34 orang (60,7%) dan beragama islam mayoritas sebanyak 42 orang (75,0%).


(58)

4.3.2 Gambaran Sumber Informasi Kesehatan Responden Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan

No Sumber Informasi Kesehatan Jumlah

n %

1. Orang Tua 9 16,1

2. Media Cetak 2 3,6

3. Radio / Televisi 1 1,8

4. Internet 4 7,1

5. Petugas Kesehatan 12 21,4

6. Guru 4 7,1

7. > satu 24 42,9

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mendapatkan informasi kesehatan tidak dari satu sumber tapi dari beberapa sumber yang ada yaitu sebanyak 24 orang (42,9%)

4.3.3 Gambaran Riwayat Berpacaran Responden Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Berpacaran

No Riwayat Berpacaran Jumlah

n %

1. Pernah 46 82,1

2. Tidak Pernah 10 17,9

Total 56 100,0

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden pernah berpacaran yaitu sebanyak 46 orang (82,1%).

4.3.4 Gambaran Status Berpacaran Responden Tabel 4.4

Distribusi Frekuansi Responden Menurut Status Berpacaran

No Status Pacaran Jumlah

n %

1. Punya Pacar 30 53,6

2. Tidak Punya Pacar 26 46,4


(59)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa saat ini mayoritas responden memliki pacar yaitu sebanyak 30 orang (53,6%)

4.3.5 Gambaran Pengetahuan Responden Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

No Pengetahuan Tentang Seks Pranikah Sebelum Kegiatan Penyuluhan Setelah Kegiatan Penyuluhan

N % n %

1. Baik 22 39,3 45 80,4

2. Cukup 29 51,8 10 17,9

3. Kurang 5 8,9 1 1,8

Total 56 100,0 56 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum kegiatan penyuluhan PKPR mayoritas responden tingkat pengetahuannya cukup yaitu sebanyak 29 orang (51,8%) dan setelah kegiatan penyuluhan PKPR mayoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 45 orang (80,4%).

4.3.6 Gambaran Sikap Responden

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

No Sikap Tentang Seks Pranikah

Sebelum Kegiatan Penyuluhan

Setelah Kegiatan Penyuluhan

N % n %

1. Baik 39 69,6 51 91,1

2. Cukup 16 28,6 5 8,9

3. Kurang 1 1,8 0 0,0


(60)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap responden sebelum kegiatan PKPR mayoritas bersikap baik yaitu sebanyak 39 orang (69,6%) dan setelah kegiatan penyuluhan sikap responden mayoritas baik adanya peningkatan menjadi 51 orang (91,1%)

4.3.7 Normalitas Data

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Sig. Keterangan

Pengetahuan Responden

sebelum PKPR 0,005 Tidak normal

Pengetahuan Responden

setelah PKPR 0,291 Normal

Sikap Responden sebelum

PKPR 0,318 Normal

Sikap Responden setelah

PKPR 0,360 Normal

Dari Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa data untuk pengetahuan sebelum kegiatan PKPR yang tidak berdistribusi normal, maka dari itu untuk analisis bivariat variable pengetahuan menggunakan uji wilcoxon dan untuk sikap yang berdistribusi normal dengan menggunakan uji Paired Sample t-test.


(61)

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap responden tentang seks pranikah dan perubahan pengetahuan dan sikap setelah kegiatan penyuluhan.

4.4.1 Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Responden Tabel 4.8

Perbedaan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

Pengetahuan Tentang Seks Pranikah

Median n p Value

Sebelum Penyuluhan 20 56

< 0,0001

Setelah Penyuluhan 23 56

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah kegiatan penyuluhan ada peningkatan dalam nilai median yang menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan. Dari hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai p< 0,001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak dan disimpulkan bahwa ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan remaja tentang seks pranikah.

4.4.2 Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Terhadap Sikap Responden Tabel 4.9

Perbedaan Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

Sikap Tentang Seks Pranikah

Mean n p Value

Sebelum Penyuluhan 39,41 56

< 0,0001 Setelah Penyuluhan 43,20 56


(62)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada perbedaan rerata antara sikap sebelum kegiatan penyuluhan PKPR dengan setelah kegiatan penyuluhan PKPR. Rerata sikap setelah kegiatan PKPR lebih besar nilainya yaitu 43,20. Dari hasil uji statistic Paired Sample T-Test didapatkan nilai p< 0,0001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak dan disimpulkan ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap sikap remaja tentang seks pranikah.


(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Kegiatan Penyuluhan dalam PKPR Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang seks pranikah sebelum kegiatan penyuluhan dalam PKPR mayoritas berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 29 orang (51,8%), baik sebanyak 22 orang (39,3%) dan kurang sebanyak 5 orang (8,9%). Setelah dilaksanakan kegiatan PKPR berupa penyuluhan tentang seks pranikah terjadi peningkatan pengetahuan dimana responden berpengetahuan baik meningkat menjadi 45 orang (80,4%), berpengetahuan cukup menjadi 10 orang (17,9%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,8%). Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p<0,0001 < α= 0,05 hal ini menunjukkan adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan remaja tentang seks pranikah.

Salah satu faktor penyebab seks pranikah pada remaja adalah kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang seksual. Ini disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual (Aryani, 2010).

Hasil penelitian yang menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan setelah kegiatan penuluhan yang merupakan bagian dari PKPR sesuai dengan teori bahwa pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang tersedia


(64)

baik dari pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan PKPR berupa penyuluhan dan pembinaan kader sendiri merupakan salah satu kegiatan dalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan bagi remaja yang membutuhkan serta bermanfaat menambah wawasan tentang kesehatan mereka.

Penyuluhan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku responden meliputi perubahan pengetahuan dan sikap. Dengan diberikannya penyuluhan maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula belum diketahui menjadi diketahui, yang dahulu belum dimengerti menjadi dimengerti.

Pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan remaja terhadap pentingnya kesehatan reproduksi, sehingga remaja dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya mengenai perilaku seksualnya. United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (2009) mengemukakan bahwa pendidikan seksual dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap perilaku seksual remaja (Fadhlina, 2012).

5.2 Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR Terhadap Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah

Hasil penelitian menunjukkan sikap responden sebelum kegiatan penyuluhan sebanyak 39 orang (69,6%) bersikap baik, sebanyak 16 orang (28,6%) bersikap cukup dan 1 orang (1,8%) bersikap kurang. Sementara itu setelah dilaksanakan kegiatan penyuluhan dalam PKPR terjadi peningkatan sikap responden yaitu sebanyak 51orang (91,1%) bersikap baik dan sebanyak 5 orang (98,9 %) dengan sikap cukup.


(65)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p<0,0001 < α=0,05 dengan ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap sikap remaja tentang seks pranikah.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik.

Dari hasil penelitian setelah kegiatan PKPR berupa penyuluhan ada perubahan sikap remaja menjadi lebih baik dalam menyikapi seks pranikah. Hal ini sejalan dengan Dianawati (2006) yang menyatakan bahwa remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks pranikah, sedangkan remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks pranikah dan akibat yang dapat ditimbulkan dari hal tersebut.

Adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Ardiani, S, pada tahun 2011 di Madrasah Aliyah Boyolali dengan hasil penelitian diperoleh penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Begitu juga dengan penelitian Noor Mahyudin tahun 2007


(66)

yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap tentang seks pranikah antara SMU yang dibina dan tidak dibina PKPR.


(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan pengetahuan remaja tentang seks pranikah meliputi apa yang dimaksud dengan seks pranikah, penyebab, dampak dan upaya pencegahan agar terhindar dari seks pranikah dari yang tadinya berpengetahuan baik hanya sebanyak 39,3% menjadi 80,4% setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan.

2. Ada perubahan sikap remaja tentang seks pranikah dari yang bersikap baik sebanyak 69,6% menjadi 91,1% dalam menyikapi seks pranikah setelah kegiatan penyuluhan PKPR dilaksanakan.

3. Ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura.

6.2 Saran

1. Diharapkan kegiatan PKPR baik berupa penyuluhan atau pun kegiatan lainnya yang bisa meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatannya dijadikan kegiatan rutin pihak Puskesmas setempat minimal 6 bulan sekali. 2. Bagi pihak sekolah diharapkan jika memungkinkan menambahkan pendidikan

seksual kedalam mata pelajaran seperti menambah mata pelajaran kesehatan reproduksi remaja atau dimasukkan kedalam penambahan ekstrakuriuler


(68)

karena saat ini pendidikan seksual sudah tidak dianggap tabu lagi dan merupakan hal yang penting untuk mencegah remaja melakukan seks pranikah.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, A. (2012). Live Love Lear

Aryani, Ratna. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, ed.ke-2, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Azwar. S . 2009. Sikap Manusia Teori Dan Penukarannya. Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta

BKKBN. 2007. Remaja dan SPN (Seks Pranikah)

BPS, BKKBN, Departemen Kesehatan RI dan Macro Interna 2008, Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007,Jakarta

Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. PT. Kawan Pustaka: Jakarta Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012

Fadhlina, D. (2012). Pelaksanaan PKPR 2012. September 2012

Hidayat AAA, 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika: Jakarta

Kapan Lagi

Keraf, A.S, dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Kanisius: Yogyakarta.

Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika: Jakarta

Muadz, M.M, dkk. (2008). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR).


(1)

Lampiran 5

Output Analisis Univariat dan Bivariat Umur Responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 14 1 1.8 1.8 1.8

15 31 55.3 55.4 57.1

16 21 37.5 37.5 94.6

17 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

Agama Responden Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 42 75.0 75.0 75.0

Kristen Protestan

14 25.0 25.0 100.0

Total 56 100.0 100.0

Jenis Kelamin Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki 22 39.3 39.3 39.3

Prempuan 34 60.7 60.7 100.0

Total 56 100.0 100.0

Riwayat Pacaran Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pernah 46 82.1 82.1 82.1

Tidak Pernah

10 17.9 17.9 100.0


(2)

Sumber Informasi Kesehatan Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Orang Tua 9 16.1 16.1 16.1

Media Cetak 2 3.6 3.6 19.6

Media Elektronik 1 1.8 1.8 21.4

Internet 4 7.1 7.1 28.6

Petugas Kesehata 12 21.4 21.4 50.0

Guru 4 7.1 7.1 57.1

> satu 24 42.9 42.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

Hubungan Pacaran Sekarang Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Punya Pacar 30 53.6 53.6 53.6

Tidak Punya Pacar

26 46.4 46.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

Pengetahuan Sebelum PKPR Kategori Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 5 8.9 8.9 8.9

Cukup 29 51.8 51.8 60.7

Baik 22 39.3 39.3 100.0

Total 56 100.0 100.0

Pengetahuan Setelah PKPR Kategori Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 1.8 1.8 1.8

Cukup 10 17.9 17.9 19.6


(3)

Pengetahuan Setelah PKPR Kategori Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 1.8 1.8 1.8

Cukup 10 17.9 17.9 19.6

Baik 45 80.4 80.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

Sikap Sebelum PKPR Kategori Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 1.8 1.8 1.8

Cukup 16 28.6 28.6 30.4

Baik 39 69.6 69.6 100.0

Total 56 100.0 100.0

Sikap Setelah PKPR Kategori Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 5 8.9 8.9 8.9

Baik 51 91.1 91.1 100.0

Total 56 100.0 100.0

NPar Tests Uji Normalitas Data Pengetahuan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pengetahuan

Sebelum PKPR

Pengetahuan Setelah

PKPR

N 64 64

Normal Parametersa,b Mean 19.92 23.30

Std. Deviation 4.630 3.517 Most Extreme

Differences

Absolute .218 .123

Positive .066 .075

Negative -.218 -.123

Kolmogorov-Smirnov Z 1.744 .981


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pengetahuan

Sebelum PKPR

Pengetahuan Setelah

PKPR

N 64 64

Normal Parametersa,b Mean 19.92 23.30

Std. Deviation 4.630 3.517 Most Extreme

Differences

Absolute .218 .123

Positive .066 .075

Negative -.218 -.123

Kolmogorov-Smirnov Z 1.744 .981

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .291

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

NPar Testsn Uji Normalitas Data Sikap

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sikap Sebelum

PKPR

Sikap Setelah PKPR

N 64 64

Normal Parametersa,b Mean 39.44 43.25

Std. Deviation 4.973 3.638 Most Extreme

Differences

Absolute .120 .116

Positive .086 .081

Negative -.120 -.116

Kolmogorov-Smirnov Z .958 .925

Asymp. Sig. (2-tailed) .318 .360

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

Wilcoxon Signed Ranks Test Pengetahuan Ranks

N

Mean Rank

Sum of Ranks Pengetahuan Setelah

PKPR - Pengetahuan Sebelum PKPR

Negative Ranks

0a .00 .00

Positive Ranks 37b 19.00 703.00

Ties 19c

Total 56

a. Pengetahuan Setelah PKPR < Pengetahuan Sebelum PKPR b. Pengetahuan Setelah PKPR > Pengetahuan Sebelum PKPR c. Pengetahuan Setelah PKPR = Pengetahuan Sebelum PKPR

Test Statisticsb

Pengetahuan Setelah PKPR - Pengetahuan Sebelum PKPR

Z -5.311a

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

T-Test Sikap

Paired Samples Statistics Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Sikap Sebelum

PKPR

39.41 56 4.913 .657


(6)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Sikap Sebelum PKPR &

Sikap Setelah PKPR

56 .669 .000

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviati

on

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Sikap

Sebelum PKPR - Sikap Setelah PKPR

-3.786 3.672 .491 -4.769 -2.802 -7.716


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

41 141 87

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA Batik 2.

0 2 12

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA PERKOTAAN DAN Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sma Perkotaan Dan Pedesaan.

0 0 16

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG.

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS PRANIKAH

0 0 8

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

1 3 5

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH DI SMA N I PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Pencegahan Seks Pranikah di SMA N 1

0 0 11

Pengaruh Penyuluhan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Sikap Seks Pranikah pada Remaja di Kampung Gambiran Yogyakarta Tahun 2010 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 7

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

0 0 11