Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan

111 LAPORAN TAHUNAN 2016 menggunakan penduduk setempat, pembelian dan penjualan properti yang sama dalam waktu singkat, frekuensi transaksi yang cukup tinggi yang tidak sesuai dengan profil. Sedangkan bagi pihak pelapor pedagang kendaraan bermotor, red flag yang dapat dijadikan masukan untuk identifikasi TKM adalah penggunaan pihak ketiga yang tidak perlu selama transaksi, penggunaan metode yang tidak biasa pada saat pembayaranpelunasan, keengganan oleh salah satu pihak yang bertransaksi untuk melengkapi dokumen yang relevan atau memberikan bukti yang dibutuhkan, pembeli melakukan beberapa transaksi pembelian pada cabang yang berbeda- beda, penggunaan uang tunai dalam memfasilitasi transaksi, penggunaan atas nama pihak ketiga pada BPKBSTNK namun yang melakukan pembayaran adalah pihak lain. Lalu bagi pihak pelapor pedagang permata dan perhiasanlogam mulia indikatorred flag yang dapat dijadikan masukan untuk identifikasi TKM adalah frekuensi transaksi yang cukup tinggi yang tidak sesuai dengan profil identitas KTP. Bagi pihak pelapor profesi yang terkait dengan pengelolaan terhadap uang, efek, danatau produk keuangan lainnya, pengelolaan rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito, danatau rekening efek, pengoperasian dan pengelolaan perusahaan danatau, pendirian, pembelian, dan penjualan badan hukum dalam mengidentifikasi TKM, terdapat beberapa red flag mengenai klien, pihak yang akan bertransaksi dengan klien, sumber dana, pemilihan jasa profesional hukum, dan mekanisme retainer klien yang membayar biaya jasa profesional hukum secara teratur dalam rangka supaya profesional hukum melaksanakan jasanya kapanpun dibutuhkan.  

C. Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan PPATK Periode Data 2013 s.d. 2014 Riset ini dilaksanakan oleh tim riset PPATK dengan menggunakan basis data Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang dihasilkan PPATK pada periode 2013 s.d. 2014 dalam rangka menyusun tipologi atau modus operandi terkait kasus-kasus TPPU dengan perspektif analisis yang lebih utuh setelah ditambahnya fungsi PPATK yaitu fungsi pemeriksaan sesuai dengan Undang-Undang no. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Selain itu, riset ini juga terkait dengan rekomendasi FATF No. 34 yang menyatakan bahwa otoritas, pengawas, serta organisasi regulator mandiri self-regulatory bodies SRBs yang kompeten harus menetapkan pedoman, dan memberikan umpan balik, yang akan membantu lembaga keuangan dan DNFBPs dalam menerapkan langkah- langkah nasional untuk memberantas TPPU dan TPPT,dalam mendeteksi dan melaporkan transaksi keuangan mencurigakan. Dimana hal ini sejalan dengan dalam Immediate Outcome 4 mengenai kewajiban Penyedia Jasa Keuangan untuk mencegah tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme serta kewajiban untuk menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan. Berdasarkan data LHP dapat diperoleh sejumlah total 28 LHP yang berindikasi Tindak Pidana Asal dan TPPU dengan 18 Pihak Terlapor. LHP yang dibuat gambaran tipologi memenuhi kriteria dari 8 delapan variabel pembentuk tipologi yaitu: dugaan tindak pidana asal, profil terlapor, pola transaksi, instrumen transaksi, kelompok 112 LAPORAN TAHUNAN 2016 industri, sumber dana, pihak terkait dan aset TPPU. Berdasarkan hasil pengolahan basis data terhadap 28 LHP yang berindikasi Tindak Pidana Asal dan TPPU dengan 18 Pihak Terlapor, tim riset menemukan beberapa fakta sebagai berikut: a. DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling dominan terjadinya tindak pidana yaitu sebesar 28 dari 28 LHP yang dihasilkan. b. Dugaan Tindak Pidana Asal yang paling dominan pada LHP yang dihasilkan PPATK periode 2013 s.d. 2014 adalah korupsi yaitu sebesar 54 dari 28 LHP yang dihasilkan. c. Profil Pihak Terlapor paling dominan yang terindikasi melakukan tindak pidana pada LHP adalah Pejabat Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yaitu sebesar 33 dari 18 Pihak Terlapor yang berasal dari 28 LHP yang dihasilkan. d. Tingkat rentang usia paling dominan yang terindikasi melakukan tindak pidana yaitu usia 50-50 tahun sebanyak 39 atau sejumlah 5 orang dari 13 Pihak Terlapor individu yang berasal dari 28 LHP yang dihasilkan. e. Jenis kelamin laki-laki mendominasi pelaku yang terindikasi melakukan tindak pidana yaitu sebanyak 11 orang atau 85 dari 13 Pihak Terlapor individu yang berasal dari 28 LHP yang dihasilkan. f. Instrumen keuangan yang umumnya digunakan oleh Pihak Terlapor yaitu rekening tabungan Rp, tercatat sebanyak 18 Pihak Terlapor menggunakan rekening tabungan Rp sebagai instrumen dalam bertransaksi. g. Uang tunai merupakan aset Pihak Terlapor yang umumnya diriksa pada kegiatan pemeriksaan pada periode 2013 s.d. 2014. Adapun modus pencucian uang dari Laporan Hasil Pemeriksaan yang dihasilkan oleh tim PPATK selama periode 2013 s.d. 2014 antara lain: a. Rekening atas nama perusahaan dikuasakan kepada pihak lain diluar struktur kepengurusan perusahaan. b. Pembelian aset berupa tanah, bangunan dan mobil dengan mengunakan nama kepemilikan orang lain dan pihak keluarga. c. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain. d. Transaksi pass by sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer kembali atau tarik tunai. e. Melibatkan banyak transaksi berupa pembelian deposito dengan melibatkan banyak pihak dan volume transaksi yang tinggi dengan nilai transaksi dibawah ketentuan pelaporan batas nilai transaksi Rp500.000.000,00. f. Melibatkan banyak transaksi berupa penarikan tunai dan transfer dengan volume transaksi yang tingggi dan nilai transaksi yang kecil-kecil structuring. Selain itu, dari penelitian ini tim riset juga mampu mengidentifikasi 14 empat belas indikator transaksi keuangan mencurigakan yang terdapat pada Laporan Hasil Pemeriksaan yang dihasilkan PPATK selama periode 2013 s.d. 2014 yang belum terdapat dalam Surat Edaran Kepala PPATK No: SE-031.02PPATK0515 tentang Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan. Terhadap indikator baru tersebut tim riset berharap dapat segera mempublikasikan hasilnya yang dapat bermanfaat bagi para 113 LAPORAN TAHUNAN 2016 stakeholder khususnya bagi para pihak pelapor.  

D. Indikator Red Flag