Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan Inklusi

d. Mendorong guru dan kelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi. Aspek terpenting dari pendidikan inklusif adalah pengajaran dengan tim, kolaborasi dan konsultasi. Kerjasama antara guru dengan profesi lain dalam suatu tim sangat diperlukan, seperti dengan para professional, ahli bina bicara, petugas bimbingan, guru pembimbing khusus, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk dapat bekerjasama dengan orang lain secara baik memerlukan pelatihan dan dorongan secara terus-menerus. e. Keterlibatan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan dan pembelajaran. Keberhasilan pendidikan inklusi sangat bergantung kepada partisipasi aktif dari orang tua pada pendidikan anaknya, misalnya keterlibatan mereka dalam penyusunan program pengajaran individual PPI dan bantuan dalam belajar di rumah.

4. Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan Inklusi

Stubbs 2002 menjelaskan bahwa pendidikan inklusi yang sukses ditentukan oleh 3 faktor penentu utama, yaitu: a. Adanya kerangka yang kuat Pengembangan kerangka yang kuat merupakan komponen utama pendidikan inklusi, yang akan berfungsi sebagai program. Kerangka ini harus terdiri dari: 1 Nilai-nilai dan keyakinan yang kuat Universitas Sumatera Utara Nilai-nilai dan keyakinan orang sangatlah mendalam dan tidak mudah untuk diubah. Salah satu hambatan utama implementasi inklusi sering kali adalah sikap negatif. 2 Prinsip-prinsip dasar Pendidikan inklusi memiliki prinsip-prinsip yang berakar pada nilai dan keyakinan dan semuanya memunculkan tindakan yang harus dilakukan agar inklusi terlaksana. Berikut ini adalah beberapa contoh topik diskusi, tetapi dalam konteksnya masing-masing, topik diskusi tersebut perlu dikembangkan secara kolaboratif. a Semua anak berhak untuk bersekolah di lingkungan masyarakatnya tanpa tergantung pada karakteristik anak ataupun kesukaan guru. b Mengubah sistem agar sesuai dengan anak, bukan sebaliknya. c Dukungan yang tepat harus diberikan agar anak mendapat akses untuk belajar misalnya Braile, rekaman audio, bahasa isyarat. d Lingkungan pendidikan harus fleksibel dan ramah kepada kelompok yang berbeda-beda. e Mengganggu, menghina dan mendiskriminasi anak penyandang cacat tidak akan ditoleransi, artinya anak penyandang cacat tidak seharusnya disalahkan bila tidak dapat menyesuaikan diri. f Sekolah menggunakan seluruh aspek pendekatan pendidikan untuk menangani semua hambatan inklusi. Universitas Sumatera Utara g Pemecahan masalah harus dilihat sebagai tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, anak dan masyarakat, dan harus mencerminkan suatu model sosial. 3 Indikator keberhasilan Indikator atau ukuran keberhasilan perlu dikembangkan secara partisipatif di dalam budaya dan konteks lokal. Pendekatan untuk mengembangkan indikator tersebut adalah: a Membentuk tim koordinasi partisipatori. b Menyiapkan materi untuk menstimulasi diskusi yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan tentang inklusi dari berbagai dokumen internasional, studi kasus, dan definisi pendidikan inklusi. c Menggunakan pendekatan partisipatori untuk membuat daftar nilai- nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip inti yang berkaitan dengan pendidikan inklusi. d Mendapatkan opini dari kelompok-kelompok yang tersisihkan, seperti perempuan, anak-anak, penyandang cacat, orang lanjut usia. e Menggunakan penerapan isu kebijakan, kurikulum, pelatihan, bangunan sekolah dengan menyesuaikan pada kondisi dan situasi yang ada. f Mendeskripsikan perilaku, keterampilan, pengetahuan dan perubahan konkret yang akan menunjukkan bahwa nilai-nilai, keyakinan atau prinsip-prinsip itu benar-benar dipraktikkan. Universitas Sumatera Utara b. Implementasi berdasarkan budaya dan konteks lokal. Masalah yang muncul dalam pendidikan inklusi dapat diatasi dengan cara menyesuaikan permasalahan yang muncul dalam budayakonteks tertentu. Sehingga, solusi yang diekspor dari suatu budayakonteks tidak dapat mengatasi permasalahan dalam budayakonteks lain yang sama sekali berbeda. Maka, pendidikan inklusi mempertimbangkan hal-hal berikut: 1 Situasi praktis, jelaslah isu-isu setiap budaya akan berbeda menurut tiap budaya dan konteks. Pendidikan inklusi akan berjalan optimal jika disesuaikan dengan budaya dan konteks lokal yang ada. 2 Sumber-sumber daya yang tersedia orang, keuangan, materi. Banyak orang beragumen bahwa mereka tidak dapat melaksanakan pendidikan inklusi karena kita tidak memiliki sumber daya yang cukup. Padahal, pendidikan inklusi dapat berkembang optimal dengan memaksimalkan sumber daya yang ada. 3 Faktor-faktor budaya. Sangatlah penting untuk secara sadar mempertimbangkan faktor- faktor budaya dalam merencanakan pendidikan inklusi. Dimana, budaya yang berbeda memiliki kebutuhan, pengetahuan, kondisi dan masalah yang berbeda. Setiap budaya juga memiliki faktor-faktor utama yang terkait dengan budaya lokal, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Pendidikan inklusi dapat berjalan optimal jika mampu memahami dan mengidentifikasi hal tersebut. Universitas Sumatera Utara c. Partisipasi yang berkesinambungan dan refleksi diri yang kritis Pendidikan inklusi tidak akan berhasil jika hanya merupakan struktur yang mati. Pendidikan inklusi merupakan proses yang dinamis dan agar pendidikan inklusi terus hidup, diperlukan adanya monitoring yang melibatkan semua stakeholder. Satu prinsip inti dari pendidikan inklusi adalah harus tanggap terhadap keberagaman secara fleksibel, yang senantiasa berubah dan tidak dapat diprediksi. Jadi, pendidikan inklusi harus tetap hidup dan mengalir. Secara bersama-sama, ketiga faktor penentu utama tersebut membentuk organisme hidup yang kuat, yang dapat beradaptasi dan tumbuh dalam budaya dan konteks lokal.

C. Masyarakat Kota Medan

1. Definisi masyarakat