Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kartu Kredit di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KARTU KREDIT DI KOTA MEDAN

OLEH

NITA CINTYA 090501055

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kartu Kredit di Kota Medan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit, persepsi masyarakat terhadap kartu kredit dan trend less cash society serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikan kartu kredit di Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit, persepsi masyarakat pengguna kartu kredit terhadap kartu kredit dan trend less cash society serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikan kartu kredit di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner. Penelitian ini menggunakan 100 responden masyarakat pengguna kartu kredit sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dominan masyarakat yang memiliki kartu kredit adalah perempuan, berusia 20-35 tahun, bekerja sebagai karyawan, pendidikan SMA, memiliki tabungan rata-rata dan pengeluaran per bulan sebesar 500 ribu hingga 1 juta rupiah, pendapatan per bulan lebih sedikit dari 2 juta rupiah, jumlah kartu kredit yang terbanyak dimiliki adalah Credit Card

yang digunakan 2 – 3 kali dalam sebulan untuk keperluan konsumtif, seperti berbelanja, makan, dan wisata. Dalam penelitian ini, ada 2 persepsi, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Masyarakat dominan menyatakan setuju untuk masing-masing persepsi terhadap kartu kredit. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikian kartu kredit adalah kepraktisan, kemudahan, pembelian kredit, jaringan luas, gaya hidup modern, dan tren less cash society. Selain itu, persepsi masyarakat juga dipengaruhi oleh iuran tahunan kartu, bunga tinggi, denda, limit kredit, boros dalam menggunakan kartu, pencurian, pemalsuan, dan penipuan kartu.


(3)

ABSTRACT

Analysis of Society Perception Against Credit Card in The City of Medan The problems of this research is to investigate how the characteristics of the society who have credit cards, society's perception of credit cards and less cash society trends and the factors that influence society's perception of credit card ownership in The City of Medan.

The purpose of this study was to analyze the characteristics of the society who have credit card, the credit card user perception against credit cards and less cash society trends and the factors that influence society's perception of credit card ownership in The City of Medan.

The analytical method used is descriptive analysis. Testing conducted using SPSS 17. The data used are primary and secondary data. Primary data collection techniques through questionnaires. This study uses the 100 respondents credit card users as the study sample.

The results showed that the dominant characteristic of society who have credit cards are women, aged between 20 until 35 years, working as an employee, high school education, have an average savings per month and spending 500 thousand to 1 million rupiahs, monthly income less than 2 million rupiahs, the highest amount of credit card owned by Credit Card is used 2-3 times a month for consumptive purposes, such as shopping, dining, and travelling. In this study, there are two perceptions, the perception of positive and negative perceptions. Dominant society agreed for each of the perception of credit cards. Factors affecting the society perception of credit card ownership is practicality, convenience, credit purchases, wide area networks, modern lifestyle and less cash society trend. In addition, the society perception is also influenced by the annual fee cards, high interest, penalties, credit limit, wasteful in using the card, theft, forgery, and fraudulent cards.


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kartu Kredit di Kota Medan”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Kong Heng dan Siu Hoa serta adik penulis, Selly Cintya, yang telah memberi doa, dukungan moral serta materi kepada penulis selama masa kuliah, khususnya selama masa penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis serta Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak/Ibu Dosen yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai disiplin ilmu kepada Penulis serta seluruh staf pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah membantu dalam hal penyelesaian proses administrasi yang selama ini dibutuhkan.

6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009 yang sama-sama berjuang dan saling memberi semangat serta dukungan.

7. Para responden yang banyak membantu dalam memberikan data untuk penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada selama penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya dan peneliti selanjutnya yang akan menulis topik yang sama demi perkembangan dan kelanjutan Civitas Akademik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Medan, Mei 2013 Penulis,

Nita Cintya Nim: 090501055


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat ... 8

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 8

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

2.1.3 Pengukuran Persepsi ... 10

2.2 Kartu Kredit ... 11

2.2.1 Defenisi Kartu Kredit ... 11

2.2.2 Sejarah Kartu Kredit ... 13

2.2.3 Fungsi Kartu Kredit ... 15

2.2.4 Konsep dan Klasifikasi Kartu Kredit ... 16

2.2.5 Pihak-Pihak Terkait Dalam Kartu Kredit ... 24

2.2.6 Keuntungan Penggunaan Kartu ... 26


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Defenisi Operasional ... 32

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 32

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.7 Jenis Data ... 34

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.10 Teknik Analisis ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Kota Medan ... 37

4.1.1 Wilayah dan Topografi ... 37

4.1.2 Kependudukan ... 38

4.2 Hasil Dan Analisis Data ... 39

4.2.1 Uji Validitas ... 39

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 40

4.2.3 Karakteristik Responden ... 41

4.2.4 Persepsi Responden ... 58

4.2.4.1 Persepsi Positif ... 58

4.2.4.2 Persepsi Negatif ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

Daftar Pustaka ... 78 Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia 3

2.1 Klasifikasi Kartu Kredit 24

4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk 38 di Kota Medan Tahun 2005-2009

4.2 Hasil Uji Validitas 40

4.3 Hasil Uji Reliabilitas 41

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 41 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 42 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 43 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia

dan Pekerjaan Responden 43

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 45 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tabungan 47 4.10 Jenis Pekerjaan dan Tingkat Tabungan Responden 48 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan 50 4.12 Tabulasi Silang Antara Tabungan dan Pendapatan Responden 51 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran 53 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kartu 54 4.15 Tabulasi Silang Antara Jumlah Kartu dan Pekerjaan Responden 54 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan

Kartu 56

4.17 Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Kartu 56 4.18 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin, Frekuensi dan Tujuan

Penggunaan Kartu 57

4.19 Persepsi Tentang Ketidakhawatiran Akan Kekurangan Uang


(9)

4.20 Persepsi Responden Bahwa Jika Memiliki Kartu Kredit Maka Tidak Perlu Membawa Uang Tunai dan Kartu Kredit Dapat

Digunakan Saat Mendesak 59

4.21 Persepsi Responden Bahwa Jika Memiliki Kartu Kredit Maka

Dapat Membeli Barang Secara Kredit Berdasarkan Jenis Kelamin 59 4.22 Persepsi Responden Bahwa Kartu Kredit Dapat Meningkatkan

Kepercayaan Pihak Penerima Cek Berdasarkan Pekerjaan 61 4.23 Persepsi Responden Bahwa Kartu Kredit Memiliki Tingkat

Keamanan Tinggi Dan Jaringan Transaksi Yang Luas 62 4.24 Persepsi Responden Bahwa Jika Memiliki Kartu Kredit Maka

Mereka Akan Kelihatan Bergengsi Dan Kartu Kredit Merupakan Bagian Dari Gaya Hidup Modern Berdasarkan Jenis Kelamin 64 4.25 Persepsi Tentang Kartu Kredit Merupakan Cara Menuju

Masyarakat Tanpa Uang Tunai 65

4.26 Persepsi Responden Bahwa Mereka Diharuskan Membayar

Iuran Tahunan dan Persentase Bunga Kredit Yang Tinggi 67 4.27 Persepsi Responden Bahwa Mereka Diharuskan Membayar

Denda Bila Lupa/Telat Membayar Angsuran 67 4.28 Persepsi Responden Tentang Biaya Penarikan Uang Tunai Cukup

Tinggi Berdasarkan Tujuan Penggunaan Kartu 69 4.29 Persepsi Responden Terhadap Limit Kredit Yang Diberikan

Berdasarkan Jumlah Kartu Yang Dimiliki 69 4.30 Persepsi Responden Bahwa Kartu Kredit Membuat Mereka

Menjadi Cenderung Boros Dalam Berbelanja Berdasarkan Jenis

Kelamin 71

4.31 Persepsi Responden Bahwa Mereka Takut Kartu Kredit Mereka Dapat Dicuri dan Dipalsukan Serta Khawatir Mengalami Penipuan 71 4.32 Persepsi Responden Bahwa Bila Tidak Memiliki Kartu Kredit

Akan Dianggap Ketinggalan Zaman Berdasarkan Pekerjaan 73 4.33 Persepsi Responden Bahwa Terkadang Mereka Merasa Takut Bila


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan Responden Laki-laki 44 4.2 Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan Responden Perempuan 45 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 46 4.4 Jenis Pekerjaan dan Tingkat Tabungan Responden 49 4.5 Tabungan dan Pendapatan Responden 52 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Berdasarkan Pengeluaran 53 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kartu dan Pekerjaan 55 4.8 Persepsi Responden Bahwa Jika Memiliki Kartu Kredit Maka

Dapat Membeli Barang Secara Kredit Berdasarkan Jenis Kelamin 60 4.9 Persepsi Responden Bahwa Kartu Kredit Memiliki Tingkat

Keamanan Tinggi Dan Jaringan Transaksi Yang Luas 63 4.10 Persepsi Tentang Kartu Kredit Merupakan Cara Masyarakat

Tanpa Uang Tunai 66

4.11 Persepsi Responden Bahwa Mereka Diharuskan Membayar

Denda Bila Lupa/Telat Membayar Angsuran Denda 68 4.12 Persepsi Responden Terhadap Limit Kredit Berdasarkan Jumlah

Kartu Yang Dimiliki 70

4.13 Persepsi Responden Bahwa Mereka Takut Kartu Kredit Mereka Dapat Dicuri dan Dipalsukan Serta Khawatir Mengalami Penipuan 72 4.14 Persepsi Responden Tentang Debt Collector 74


(11)

ABSTRAK

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kartu Kredit di Kota Medan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit, persepsi masyarakat terhadap kartu kredit dan trend less cash society serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikan kartu kredit di Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit, persepsi masyarakat pengguna kartu kredit terhadap kartu kredit dan trend less cash society serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikan kartu kredit di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner. Penelitian ini menggunakan 100 responden masyarakat pengguna kartu kredit sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dominan masyarakat yang memiliki kartu kredit adalah perempuan, berusia 20-35 tahun, bekerja sebagai karyawan, pendidikan SMA, memiliki tabungan rata-rata dan pengeluaran per bulan sebesar 500 ribu hingga 1 juta rupiah, pendapatan per bulan lebih sedikit dari 2 juta rupiah, jumlah kartu kredit yang terbanyak dimiliki adalah Credit Card

yang digunakan 2 – 3 kali dalam sebulan untuk keperluan konsumtif, seperti berbelanja, makan, dan wisata. Dalam penelitian ini, ada 2 persepsi, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Masyarakat dominan menyatakan setuju untuk masing-masing persepsi terhadap kartu kredit. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikian kartu kredit adalah kepraktisan, kemudahan, pembelian kredit, jaringan luas, gaya hidup modern, dan tren less cash society. Selain itu, persepsi masyarakat juga dipengaruhi oleh iuran tahunan kartu, bunga tinggi, denda, limit kredit, boros dalam menggunakan kartu, pencurian, pemalsuan, dan penipuan kartu.


(12)

ABSTRACT

Analysis of Society Perception Against Credit Card in The City of Medan The problems of this research is to investigate how the characteristics of the society who have credit cards, society's perception of credit cards and less cash society trends and the factors that influence society's perception of credit card ownership in The City of Medan.

The purpose of this study was to analyze the characteristics of the society who have credit card, the credit card user perception against credit cards and less cash society trends and the factors that influence society's perception of credit card ownership in The City of Medan.

The analytical method used is descriptive analysis. Testing conducted using SPSS 17. The data used are primary and secondary data. Primary data collection techniques through questionnaires. This study uses the 100 respondents credit card users as the study sample.

The results showed that the dominant characteristic of society who have credit cards are women, aged between 20 until 35 years, working as an employee, high school education, have an average savings per month and spending 500 thousand to 1 million rupiahs, monthly income less than 2 million rupiahs, the highest amount of credit card owned by Credit Card is used 2-3 times a month for consumptive purposes, such as shopping, dining, and travelling. In this study, there are two perceptions, the perception of positive and negative perceptions. Dominant society agreed for each of the perception of credit cards. Factors affecting the society perception of credit card ownership is practicality, convenience, credit purchases, wide area networks, modern lifestyle and less cash society trend. In addition, the society perception is also influenced by the annual fee cards, high interest, penalties, credit limit, wasteful in using the card, theft, forgery, and fraudulent cards.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan kartu tersebut terjadi pada tahun 1950-an. Hal ini dialami oleh seorang pengusaha

terkenal asal Amerika bernama Frank McNa mara. Peristiwa ini terjadi ketika Frank sedang mengadakan perjamuan makan

dengan rekan usahanya. Betapa terkejutnya ia sewaktu akan membayar karena tidak membawa uang tunai. Hanya kartu identitasnya yang dapat ia berikan sebagai jaminan. Keesokan harinya, jaminan itupun ditagih ke kantornya. Dari kejadian yang tidak sengaja tersebut, muncullah ide Frank untuk menciptakan suatu sistem pembayaran dengan menggunakan instrumen kartu. Untuk pertama kalinya, kartu kredit pun muncul dan dikenal hingga sekarang masih digunakan adalah Dinners Club yang pada mulanya pemakainya sangat terbatas. Setelah beberapa dekade, kartu kredit semakin banyak digunakan. Hal ini menjadi faktor pendorong munculnya penerbit kartu yang lain seperti Visa Card dan Master Card. Pada akhir tahun 1970-an, hampir seluruh negara di dunia mengenal kartu kredit (Susilo, 2000:169). Di Indonesia sendiri, kartu kredit masih relatif baru digunakan, yakni sejak tahun 1980-an, terutama sejak deregulasi 20 Desember 1988. Mulai tahun 1988, penggolongan bisnis kartu kredit dianggap sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988.


(14)

Pengembangan dan penggunaan kartu kredit di Indonesia dipelopori oleh Citibank dan Bank Duta (merger dengan Bank Danamon) dengan menerbitkan

Master Card dan Visa Card. Saat ini jenis kartu kredit yang beredar selain Visa Card dan Master Card, adalah Visa BCA, Dinner Club, Procard, Exim Card, Duta Card, Kassa Card, AmexCard dan kartu-kartu kredit lainnya. Khusus untuk

Dinner Club dan Kassa Card merupakan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh bank, akan tetapi oleh lembaga pembiayaan seperti PT. Dinner Jaya Indonesia dan PT. Kassa Multi Finance (Siamat, 2005:634).

Menurut Bank Indonesia (dalam Jalil, 2007:1), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah “seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain : kartu Automated Teller Machine

(ATM), kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu”. Secara umum, pembayaran berbasis warkat (paper-based payment system) masih mendominasi sistem pembayaran di Indonesia. Namun, sejalan dengan dioperasikannya sistem BI-RTGS (sistem transfer dana bernilai besar yang harus melalui proses

settlements di BI) pada November 2000, maka sistem pembayaran elektronik menjadi lebih berkembang dan berperan penting dalam kehidupan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui Electronic Fund TransferPointofSale (EFTPOS) pada berbagai pusat perbelanjaan dan ritel.

Sistem pembayaran dunia pun terus meningkat dan saat ini sedang berkembang trend less cash society, yaitu suatu perilaku masyarakat


(15)

menggunakan non-cash dalam bertransaksi. Perkembangan menuju less cash society merupakan sebuah trend yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut antara lain didukung oleh perkembangan infrastruktur dan teknologi sistem pembayaran, seperti kartu ‘chip’. Dari sisi konsumen, penggunaan instrumen (non - cash payment) seperti card based dan electronic based saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan karena transaksi dapat dilakukan dengan praktis, cepat dan nyaman. Bagi masyarakat, penggunaan pembayaran non - tunai dengan menggunakan kartu, mempermudah transaksi mereka seperti penarikan tunai, transfer dana, dan pembayaran berbagai tagihan rutin lainnya. Semua itu dilakukan tanpa harus datang ke konter atau kantor bank (Jalil, 2007:7).

Perkembangan kartu kredit di Indonesia terjadi secara besar- besaran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Pada Tabel 1.1, terlihat bahwa nilai transaksi dengan menggunakan kartu kredit terus mengalami peningkatan. Hingga bulan Maret 2012 saja, jumlah transaksi yang mencapai 145.044.824 transaksi dengan jumlah kartu sebanyak 15.428.027 lembar.

Tabel 1.1

Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia

Tahun Jumlah

Kartu (%)

Jumlah

Transaksi (%)

Nilai Transaksi

(Rp Juta)

(%) 2009 12.259.295 10,73 177.817.542 9,48 132.651.567 19,63 2010 13.574.673 8,92 194.675.233 5,46 158.687.057 12,27 2011 14.785.382 4,35 205.303.560 - 178.160.763 - Maret 2012 15.428.027 - 145.044.824 - 130.330.986 -

Sumber: Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) & hasil olahan sendiri

Menurut Bank Indonesia, kartu kredit yang beredar di Indonesia pada umumnya terdiri dari 2 jenis, yaitu gold dan silver. Kartu kredit tipe gold dan


(16)

silver cukup beragam mulai dari Rp. 1 juta sampai Rp. 10 juta untuk tipe silver

dan mulai dari Rp. 10 juta sampai Rp. 100 juta untuk tipe gold. Berdasarkan tingkat suku bunga bulanan yang dibebankan kepada cardholder, sebagian besar tingkat suku bunga kedua jenis kartu ini berkisar antara 3 sampai 3,5 persen per bulan. Sedangkan, menurut biaya keanggotaan tahunan (annual fee), sebagian besar penerbit kartu kredit membebankan biaya anggota tahunan untuk kartu tipe

gold sebesar Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu dan kartu tipe silver sebesar Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu (Jalil, 2007:4).

Di sisi lain, penggunaan kartu kredit juga menimbulkan dampak negatif. Menurut Irmayanto (2004:189), hal ini disebabkan adanya resiko yang sering muncul dari penggunaan kartu kredit, seperti pemalsuan kartu kredit, penyalahgunaan kartu kredit, pencurian kartu kredit, hingga kelalaian pemegang kartu untuk melunasi kewajibannya. Sebagai tambahan, dampak negatif dari pemakaian kartu kredit, yaitu perubahan gaya hidup ke arah konsumtif.

Adapun ancaman yang ditimbukan dari adanya kartu kredit (Irmayanto, 2004:191):

 Cukup rawan terhadap resiko kredit macet & kejahatan kartu kredit.

 Maraknya bisnis kartu kredit menjadi lahan subur bagi sindikat pemalsuan kartu kredit.

 Globalisasi akan mempengaruhi bisnis perbankan semakin kompetitif. Bagi yang tidak memiliki teknologi dan informasi yang lebih baik, akan dihadapkan pada persaingan yang lebih tajam.


(17)

 Dengan memberikan kesempatan bank asing beroperasi di Indonesia, merupakan ancaman bagi bank-bank Indonesia yang tidak profesional.

 Banyaknya kredit macet (kartu kredit) tanpa jaminan sebagai dampak pemberian kartu kredit secara tidak selektif memungkinkan timbulnya masalah ketidakstabilan di bidang ekonomi.

 Perubahan gaya hidup (life-style) dan tata cara hidup yang serba memakai kartu kredit akan melunturkan budaya asli bangsa Indonesia.

 Menimbulkan pola hidup yang konsumtif dan cenderung membuat orang lupa diri.

Data Bank Indonesia

kejahatan perbankan (fraud) cukup tinggi. Pada Mei 2012, tercatat 1.009 kasus fraud yang dilaporkan dengan nilai kerugian mencapai Rp 2,37 miliar. Jenis fraud paling banyak adalah pencurian identitas dan Card Not Present

Selain masalah-masalah diatas, sejumlah nasabah rata-rata tidak tahu bagaimana perhitungan bunga tagihan kartu kredit mereka. Kartu kredit ini setiap saat juga bisa menjadi perangkap, bagi para pemegangnya hingga hilang kendali. Salah satunya, Agung Arief (35). Dia mengaku tahu ada simulasi perhitungan bunga dan denda keterlambatan saat menerima kartu, tetapi tidak pernah memperhatikannya. “Pertama tidak pernah diperhatiin, tahu-tahu bunganya nyekik banget. Makanya sekarang saya mulai melepaskan diri dari jebakan kartu

(tanpa menggunakan kartu). Masing-masing tercatat sebanyak 402 kasus dan 458 kasus, dengan nilai kerugian Rp1,14 miliar dan Rp545 juta yang dialami 18 penerbit.


(18)

kredit,” tutur desainer grafis yang mengaku mengantongi tiga kartu kredit ini

Contoh di atas merupakan salah satu pengalaman masyarakat dalam menggunakan kartu kredit mereka. Melihat banyaknya manfaat dan juga masalah yang ditimbulkan dari penggunaan kartu kredit, penulis merasa perlu untuk meneliti dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul: ”ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KARTU KREDIT DI KOTA MEDAN” .

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit di Kota Medan?

2. Bagaimana persepsi masyarakat Kota Medan terhadap kartu kredit dan trend less cash society?

3. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikan kartu kredit?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis karakteristik masyarakat yang memiliki kartu kredit. 2. Menganalisis persepsi masyarakat pengguna kartu kredit terhadap


(19)

3. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat pengguna kartu kredit.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

 Otoritas moneter, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menyusun kebijakan di bidang moneter, khususnya pengaturan tentang kartu kredit.

 Pihak perbankan maupun instansi keuangan lainnya, sebagai bahan kajian dan rekomendasi dalam pengembangan sistem pembayaran di Indonesia.

 Masyarakat dan akademisi, sebagai salah satu referensi objek penelitian dan sebagai pengembang ilmu pengetahuan. Selain itu, dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan akan studi tentang kartu kredit yang semakin dirasakan kepentingannya dalam era globalisasi.

 Pembaca, sebagai bahan referensi penelitian sejenis dan menambah pengetahuan di bidang ekonomi.

 Penulis, untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan ilmu yang di dapat selama perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat

2.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Siregar, 2012:6), persepsi adalah: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan dan (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Ensiklopedia Indonesia (Ibid), dijelaskan bahwa persepsi menunjukkan proses mental yang menghasikan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada sesuatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan, dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat disadari.

Siagian (library.usu.ac.id) mendefinisikan persepsi sebagai apa yang ingin dilihat oleh seseorang yang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya, keinginan itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya itu. Menurut Jalaludin (library.usu.ac.id), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi adalah pandangan terhadap suatu hal yang akan berpengaruh dalam membuat keputusan dan tindakan.


(21)

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang

Menurut Siagian (blog.mediakeperawatan.com), secara umum terdapat 2 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Pertama, diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti:

a. Motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu.

b. Minat adalah perhatian terhadap sesuatu stimulus atau objek yang menarik kemudian akan disampaikan melalui panca indera.

c. Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang disukai dan diharapkan.

d. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Selain itu, sikap dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

e. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

f. Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang akan lebih kuat dan sulit dilupakan dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain.

Kedua, yang datang dari luar individu, yaitu objek yang akan menjadi sasaran dari persepsi yang dapat berupa orang, benda atau peristiwa dan objek yang sudah


(22)

dikenali tersebut akan menjadi sebuah stimulus. Selain objek, ada juga faktor situasi yang merupakan keadaan dimana dapat menimbulkan sebuah persepsi.

Pendapat Rakhmat (id.shvoong.com) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, pengalaman masalah dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut faktor-faktor personal. kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu individu tersebut.  Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek yang

ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

 Perhatian adalah proses mental ketika rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah.

2.1.3 Pengukuran Persepsi

Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode self report dan pengukuran

involuntary behavior (syakira-blog.blogspot.com).

Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator sikap seseorang. Namun, kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. Sedangkan, pengukuran involuntary behavior dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden.


(23)

Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap/persepsi individu mulai dari facial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis yang lainnya (syakira-blog.blogspot.com).

Menurut Azwar (1998:97), skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu pernyataan favorabel

(mendukung/memihak) dan tidak-favorabel (tidak mendukung/tidak memihak) pada objek sikap. Berdasarkan pada pernyataan di atas, bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap yang disusun untuk mengungkap sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif atau negatif terhadap suatu hal atau objek.

2.2 Kartu Kredit

2.2.1 Defenisi Kartu Kredit

Kartu kredit adalah suatu alat berbentuk kartu (biasanya berukuran 5,5 x 8,6 cm) yang diterbitkan oleh bank atau institusi keuangan yang diberikan kepada nasabah tertentu dan dipergunakan untuk berbagai jenis transaksi keuangan (Lubis, 2010:228). Kartu kredit ini berbentuk persegi panjang, dimana tertera nama bank penerbit, nomor dan nama pemegang kartu, tanggal dan tahun berlakunya, gambar serta logo visa, dan logo huruf C untuk kartu Classic atau logo huruf P untuk kartu Gold/Primer (Simorangkir, 2000:120). Menurut Siamat (2005:635), kartu kredit


(24)

adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan mencicil sejumlah minimum tertentu.

Sedangkan menurut Bank Indonesia (dalam Jalil, 2007:11), kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran.

Kartu kredit juga dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai baik langsung melalui teller pada kantor bank yang bersangkutan maupun

Automated Teller Machine (ATM) dimana ada tertera logo atau nama kartu yang dimiliki, baik di dalam maupun di luar negeri (Siamat, 2005:635). Saat ini, kartu kredit yang digunakan adalah Visa, Master Card, Amex Card, International Dinners, BCA Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card dan beberapa kartu lain yang diterbitkan oleh bank - bank penerbit (Siamat, 2005:634).

Beberapa aturan BI menyangkut Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) (Fokus BI):

• Usia pemegang kartu kredit 21 tahun atau 18 tahun bagi yang sudah menikah dan untuk kartu tambahan minimal usia 17 tahun.


(25)

• Nasabah berpenghasilan kurang dari Rp 10 juta/bulan, maksimal memiliki 2 kartu. Sedangkan yang di atas Rp 10 juta, tergantung penilaian bank.

• Plafon pinjaman maksimal 3 kali gaji. • Suku bunga maksimal 3 persen/bulan.

• Bunga dan biaya keterlambatan tidak boleh dibungakan lagi (bunga-berbunga).

2.2.2 Sejarah Kartu Kredit

Menurut Siamat (2005:633), pada tahun 1887, ide tentang penggunaan kartu kredit telah ditulis terlebih dahulu oleh seorang pengacara Amerika yang berganti profesi menjadi wartawan bernama Edward Bellamy. Buku terlaris tersebut berjudul Looking Backward yang diterbitkan tahun 1888. Dalam buku yang berlokasi di Boston, Amerika Serikat dituliskan bahwa pada tahun 2000, fungsi uang sebagai alat pembayaran akan digantikan oleh kartu kredit yang akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan pemegangnya. Ternyata apa yang dituliskannya menjadi kenyataan karena di 1950-an atau setelah 63 tahun, penggunaan kartu kredit telah dimulai dan terjadi secara kebetulan di salah satu restoran New York, Amerika Serikat.

Seorang pengusaha terkenal bernama Frank McNamara mengadakan perjamuan makan bagi rekan usahanya di restoran tersebut sambil melakukan negosiasi dan pada saat ia akan membayar, ia terkejut karena lupa membawa dompet. Dengan perasaan malu, ia memberikan kartu identitasnya kepada restoran tersebut sebagai jaminan untuk kemudian dapat ditagih di kantornya. Kejadian tersebut mengilhami Frank McNamara untuk menciptakan suatu mekanisme


(26)

pembayaran dengan menggunakan instrumen kartu. Kartu kredit pertama dikeluarkan dan dirintis oleh pengusaha tersebut, dikenal dan digunakan sampai saat ini adalah DinnersClub (Siamat, 2005:634).

Franklin National Bank menjadi yang pertama menerbitkan kartu kredit bank dan menawarkannya kepada nasabahnya di tahun 1951. Pada akhir tahun 1950-an, sejumlah bank besar, termasuk Bank of America, Chase Manhattan, dan Marine Midland Trust, memperkenalkan kartu pembebanan (charge cards). Dengan bantuan jaringan cabang-cabangnya, Bank of America mampu meraih penerimaan yang luas bagi kartu kreditnya (Bank Americard) dan banyak bank kecil bergabung dengan sistem Bank Americard. Di tahun 1966, Bank of America mulai memberikan lisensi kepada bank-bank di Amerika Serikat dan di negara-negara lain. Namun, sejumlah bank lain di Amerika Serikat tidak puas dengan cara Bank of America mengendalikan rencana kartu kreditnya (Lipis, 1977:41).

Hal inilah yang melahirkan operasi kartu yang terpisah dari Bank of America dan kemudian diubah namanya menjadi VISA. Dewasa ini, VISA International adalah sebuah perseroan tunggal yang di dalamnya terdapat banyak dewan komisaris. VISA International ini terdiri dari 3 kawasan multi-bangsa: VISA Eropa/Amerika Latin/Asia-Pasifik, VISA USA, dan VISA Canada. MasterCard International Inc., yang sebelumnya adalah Interbank Card Association, lahir dari sejumlah asosiasi kartu bank regional yang mengeluarkan kartu-kartu mereka sendiri. Pada mulanya (tahun 1967), kartu-kartu ini hanya harus memuat huruf “i”, tetapi para anggotanya segera beralih ke logo Master Charge, dan kemudian ke MasterCard (Lipis, 1977:42).


(27)

2.2.3 Fungsi Kartu Kredit

Kartu kredit muncul karena fungsi-fungsinya yang sangat meningkatkan alokasi sumber daya uang (Manurung, 2004:273) dan (Siamat, 2005:638), yaitu:

a. Sumber kredit

Kartu kredit dapat digunakan sebagai instrumen untuk memperoleh kredit yang dilakukan dengan cara; pertama, mekanisme pembayaran dilakukan secara bulanan atas setiap transaksi (charge card); kedua, kartu kredit dapat memberikan keleluasaan kepada pemegangnya untuk membayar bulanan sejumlah minimum tertentu dari total transaksi yang dilakukan (credit card); ketiga, jumlah pembayaran yang harus dilakukan setiap bulan lebih pasti. Umumnya kredit yang diberikan jangka waktunya sangat pendek, nilainya relatif dibatasi dan untuk tujuan konsumsi.

b. Sumber uang tunai

Kartu kredit dapat digunakan untuk menarik uang tunai, baik melalui counter

ATM atau menggunakan kartu sebagai jaminan atas cek yang ditarik (check guarantee card). Dengan menunjukkan kartu, misalnya Visa atau Master Card, di negara mana saja pada bank yang memiliki kerja sama dengan pengelola kartu tersebut, pemegang kartu dapat menarik uang tunai. Namun, keterbatasannya adalah jumlah uang tunai yang dapat ditarik relatif kecil.

c. Penjaminan cek

Di beberapa negara maju, kartu kredit dapat digunakan untuk menjamin penarikan cek. Dengan kartu kredit, penerima cek yakin atas cek yang dikeluarkan pemegang kartu. Dalam perkembangannya, check guarantee card dapat


(28)

digunakan untuk menarik uang tunai dari kantor-kantor cabang bank juga sebagai

cash card untuk memperoleh uang tunai melalui ATM. Check guarantee card

yang dapat digunakan untuk menarik dana sering disebut check encashment card. Fungsi ini sangat menolong mereka yang dalam menjalankan kegiatan usahanya harus melakukan perjalanan ke banyak tempat berbeda.

2.2.4 Konsep dan Klasifikasi Kartu Kredit

Menurut Siamat (2005:639), konsep dasar kartu kredit merupakan alat identifikasi pribadi yang digunakan untuk menunda pembayaran atas transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara umum, tujuan dari perusahaan penerbit kartu kredit, yaitu:

a. Menerima sebanyak-banyaknya nasabah yang memiliki kelayakan kredit. b. Menerima pengusaha dagang (merchant) yang dapat dipercaya.

c. Merangsang penggunaan maksimum fasilitas credit line (batas kredit). d. Memaksimalkan nilai rata-rata setiap transaksi kartu (sehingga

mengurangi jumlah voucher yang nilainya kecil).

Adapun klasifikasi kartu kredit saat ini adalah (Sunaryo, 2009:124) dan (Siamat, 2005:635):

1. Berdasarkan Fungsi a) Credit Card

Credit card adalah jenis kartu kredit yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang/jasa. Pembayaran oleh pemegang kartu kepada penerbit dapat dilakukan sekaligus atau dengan cicilan sejumlah minimum tertentu. Apabila dengan cicilan, jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo


(29)

tagihan ditambah bunga bulanan, jadi mirip dengan mencicil kredit pada bank. Tagihan bulan yang lalu termasuk bunga (retail interest) adalah pokok pinjaman bulan berikutnya.

Beberapa karakteristik kartu ini:

a. Pengguna kartu kredit diberi limit kredit dalam melakukan transaksi, tergantung dari jenis kartunya.

b. Pembayaran minimum 10-20 persen dari total saldo tagihan dan dibayarkan paling lambat pada tanggal jatuh tempo penagihan yang ditentukan setiap bulan.

c. Tingkat bunga dikenakan berdasarkan saldo kredit, umumnya sesuai tingkat bunga pasar.

d. Keterlambatan pembayaran (setelah jatuh tempo) akan dikenakan denda (late charge).

Apabila pemegang kartu melakukan transaksi melampaui batas kredit yang diperkenankan, maka pembayaran minimum adalah sebanyak kelebihan dari batas kredit ditambah 20 persen dari total batas kredit. Credit card dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai, baik langsung melalui meja kasir bank (bank counter) pada kantor bank yang bersangkutan maupun melalui mesin kas otomatis (ATM) yang berlogo atau namanya sama dengan kartu kredit yang dimiliki. Kartu jenis ini yang paling banyak digunakan adalah Visa Card dan

Master Card. b) Charge Card


(30)

Charge card adalah jenis kartu kredit yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang/jasa. Pemegang kartu harus membayar seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan berikutnya dengan atau tanpa beban biaya tambahan. Oleh karena itu, kartu kredit ini disebut juga kartu pembayaran penuh pada tanggal jatuh tempo yang memiliki sifat penundaan pambayaran. Jika tidak dibayar penuh, pemegang kartu akan dikenakan denda (charge).

Adapun karakteristik kartu ini:

a. Umumnya tidak ada ketentuan limit penggunaan dalam melakukan transaksi. b. Pembayaran penuh atas semua tagihan sebelum tagihan berikutnya.

c. Apabila pembayaran tidak dilakukan secara penuh dari tagihan akan dikenakan denda keterlambatan (late charge) sebesar persentase tertentu. d. Tidak dapat digunakan untuk menarik uang tunai.

e. Tidak dikenakan tingkat bunga atas setiap pembayaran tagihan.

Charge card kurang begitu populer jika dibandingkan dengan credit card, mungkin karena pembayaran kredit secara penuh pada tanggal jatuh tempo itu dirasakan lebih berat ditambah pula ancaman denda (charge). Contoh kartu ini yang telah digunakan di Indonesia adalah BCACard, Hero Master, Dinner Club.

c) Debit Card

Debit card adalah jenis kartu yang sangat berbeda dengan credit card dan

charge card. Debit card adalah alat pembayaran yang digunakan pada transaksi jual beli barang/jasa secara tunai tanpa menggunakan uang tunai, melainkan dengan cara mendebet (mengurangi) secara langsung saldo rekening simpanan


(31)

pemegang kartu dan dalam waktu yang sama mengkredit (menambah) rekening penjual pada bank penerbit sebesar jumlah nilai transaksi.

Karakteristik kartu ini:

a. Pemegang kartu harus memiliki rekening pada bank.

b. Transaksi hanya dapat dilakukan apabila pemegang kartu memiliki saldo yang mencukupi pada rekening untuk membiayai transaksi.

c. Pembayaran dilakukan dengan mendebet langsung rekening pemegang kartu dan mengkredit rekening pihak penjual.

Cara pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu dengan menyerahkan kartu debet kepada kasir penjual. Dengan menggunakan alat elektronik online

dengan bank penerbit, saldo rekening pemegang kartu yang terlihat pada layar monitor akan didebet sebesar nilai transaksinya dan mengkredit rekening penjual.

Debit card juga dapat digunakan untuk menarik uang tunai, baik melalui meja kasir (bank counter) maupun melalui ATM dan berfungsi sebagai cash card.

d) Cash Card

Cash card juga merupakan kartu yang sangat berbeda dengan credit card

dan charge card. Cash card adalah kartu yang digunakan oleh pemegang kartu untuk menarik uang tunai, baik langsung melalui kasir bank maupun melalui ATM. Walaupun melalui perjanjian kerja sama dengan 1 (satu) bank tertentu, pemegang kartu dapat pula menggunakan cash card pada bank lain.

Di samping pelayanan penarikan uang tunai, cash card melalui ATM dapat meminta informasi saldo rekening lengkap dengan tanggal dan nomor yang dapat dilihat langsung melalui layar monitor, kemudian print out sebagai bukti. Selain


(32)

itu, pemegang dapat pula melakukan transfer antar rekening dengan electronic funds transfer (EFT).

Karena pelayanan cepat, praktis, dan aman yang dibutuhkan oleh pemegang kartu, maka cash card dikembangkan fungsinya menjadi alat pembayaran dalam transaksi jual beli barang/jasa secara tunai tanpa menggunakan uang tunai, melainkan dengan cara mendebet (mengurangi) secara langsung saldo rekening simpanan pemegang kartu dan dalam waktu yang sama mengkredit (menambah) rekening penjual pada bank penerbit sebesar jumlah nilai transaksi. Dengan demikian, cash card dapat berfungsi sebagai debit card dan proses pembayarannya sama dengan yang berlaku pada debit card.

e) Check Guarantee Card

Check guarantee card adalah jenis kartu yang juga bukan kartu kredit, melainkan kartu jaminan yang terbuat dari plastik. Kartu ini dapat digunakan sebagai jaminan cek untuk meyakinkan penerima cek yang diterbitkan oleh pemegang kartu dalam transaksi jual beli barang/jasa. Jadi, fungsi kartu ini untuk menjamin setiap pembayaran dengan cek oleh pemegang kartu.

Dalam perkembangannya, kartu ini dapat pula digunakan sebagai check encashment card untuk menarik uang tunai melalui kantor-kantor cabang bank penerbit. Di samping itu, dapat juga digunakan sebagai cash card untuk menarik uang tunai melalui ATM.

2. Berdasarkan Wilayah Berlaku  Kartu Kredit Lokal


(33)

Kartu kredit ini hanya berlaku dan digunakan sebagai alat pembayaran di suatu wilayah negara tertentu saja, misalnya si Indonesia. Contoh: BCA Card dan

Kassa Card. Karena pesatnya penggunaan kartu kredit, maka beberapa perusahaan pengecer (retail companies) menerbitkan kartu kredit sendiri guna memberi pelayanan lebih aman, mudah, dan praktis kepada nasabahnya. Contoh:

Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive Card.

Penerbitan kartu kredit oleh bank, seperti BCA Card dan Duta Card dilakukan dengan prosedur yang sudah diatur oleh Bank Indonesia. Sedangkan kartu kredit yang diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan, seperti Dinners Card dan Kassa Card harus dilakukan dengan izin dari Departemen Keuangan (Sunaryo, 2009:124) dan (Siamat, 2005:635).

Kartu Kredit Internasional

Kartu kredit ini berlaku dan digunakan sebagai alat pembayaran internasional atau mancanegara. Pasar kartu kredit internasional dewasa ini didominasi oleh dua merek kartu yang memiliki jaringan antarbenua, yaitu Visa dan Master Card. Kedua merek kartu tersebut masing-masing telah memiliki lebih dari 100 juta pemegang kartu yang tersebar di kota-kota seluruh dunia dan dapat digunakan untuk melakukan transaksi hampir di semua kota. Adapun kartu ini, antara lain:

o Visa adalah kartu kredit internasional yang dimiliki oleh perusahaan kartu

Visa International. Pelaksanaan operasionalnya berdasarkan lisensi dari Visa International dengan sistem franchise.

o Master card yang dimiliki oleh Master Card International dan beroperasi


(34)

o Diners Club dimiliki oleh Citicorp yang pengoperasiannya dilakukan

dengan cara mendirikan subsidiary atau franchise.

o Carte Blanc yang juga dimiliki oleh Citicorp dan beroperasi persis sama

dengan Diners Club, dengan membentuk subsidiary atau franchise.

o American Express yang dimiliki oleh American Express Travel Related

Services Incorporated dan beroperasi dengan mendirikan subsidiary. Kartu ini pada prinsipnya adalah charge card, namun dapat memberikan fasilitas credit line kepada pemegang kartu.

Selain itu, adapula klasifikasi kartu kredit berdasarkan tujuan, limit kredit, tanggung jawab, affiliasi, dan penerbit (Lubis, 2010:231), yaitu:

3. Berdasarkan Tujuan  Kartu Kredit Umum

Kartu ini kartu kredit yang dapat dipergunakan untuk semua pembayaran mempunyai logo Visa, Master, AMEX atau Dinners, misalnya Visa card dan Master card. Artinya, jenis kartu ini dapat dipergunakan secara umum atau mempunyai jangkauan pemakaian yang relatif luas berbanding kartu kredit khusus.

Kartu Kredit Khusus

Kartu ini adalah jenis kartu kredit yang jangkauan pemakaiannya relatif sangat terbatas pada tempat-tempat tertentu, misalnya Matahari card yang hanya dapat dipakai untuk berbelanja pada Matahari Group saja.

4. Berdasarkan Limit Kredit  Kartu Kredit Classic


(35)

Kartu ini adalah kartu kredit dengan limit Rp 1 juta sampai Rp 10 juta. Limit kredit yang diberikan ini didasarkan pada jumlah pendapatan pemohon kartu kredit dimana semakin tinggi pendapatan pemohon maka relatif semakin memungkinkan pemohon tersebut untuk mendapatkan kartu kredit gold.

Kartu Kredit Gold

Kartu ini adalah kartu kredit dengan limit Rp 10 juta sampai Rp 30 juta. Dalam konteks masyarakat Indonesia, kartu ini hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas.

5. Berdasarkan Tanggung Jawab

o Personal Card

Merupakan jenis kartu kredit dimana pemegang kartu (holder) bertanggung jawab penuh secara pribadi tentang hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi kartunya.

o Company Card

Adalah jenis kartu kredit dimana seluruh tanggung jawab berada di pundak perusahaan.

o Suplementary Card

Merupakan jenis kartu kredit dimana pemegang kartu utama merupakan pihak bertanggung jawab penuh sementara pemegang kartu (holder) tidak sepenuhnya bertanggung jawab. Misalnya, suplemetary card yang dipegang oleh seorang istri atau anak dimana kartu utamanya dipegang oleh suami atau bapak.

6. Berdasarkan Affiliasi  Co-Branding Card


(36)

Adalah jenis kartu kredit yang diterbitkan atas kerjasama antara satu atau beberapa bank dengan lembaga penerbit kartu kredit yang ada.

Affinity Card

Adalah jenis kartu kredit yang diterbitkan atas kerjasama antara lembaga penerbit kartu kredit dengan lembaga lain seperti lembaga pendidikan tinggi yang kemudian diberikan kepada para alumni perguruan tinggi tersebut.

7. Berdasarkan Penerbit

• Diterbitkan Bank, misalnya Visa Card, Master Card, dan BCA Card. • Diterbitkan Institusi Bukan Bank, misalnya Dinners Club dan AMEX. Adapun klasifikasi kartu kredit dapat dilihat juga pada tabel berikut.

Tabel 2.1

Klasifikasi Kartu Kredit

Item Jenis Kartu Kredit

DEBIT CREDIT CHARGE CASH

Rekening bank Harus ada Tidak harus Tidak harus Harus ada Batas

penggunaan

Sesuai saldo Ada Ada Sesuai saldo Pembayaran Langsung

mendebet Minimum, dicicil Penuh pada tanggal tagih - Bunga belanja

& tarikan tunai

Tidak ada > 2% bulan Tidak & ada Tidak ada Iuran tahunan Tidak ada Ada Ada Tidak ada

Penalti Tidak ada Ada Ada Tidak ada

Fungsi Transaksi tunai & tarik uang

Transaksi kredit & tarik uang Transaksi bayar kemudian Tarik uang tunai

Sumber: Irmayanto (2004:186)

2.2.5 Pihak-Pihak Terkait dalam Kartu Kredit


(37)

A. Issuer atau penerbit

Penerbit kartu kredit merupakan pihak yang mengeluarkan dan mengelola suatu kartu kredit. Penerbit dapat berupa bank atau perusahaan pembiayaan. Jenis-jenis kartu kredit yang diterbitkan oleh penerbit adalah Gold Card dan Classic Card atau Regular Card. Untuk jenis Gold Card, bagi pemegangnya dipersyaratkan mempunyai penghasilan tahunan minimum yang jauh lebih tinggi dari pemegang Classic Card atau memiliki kelayakan kredit (credit standing atau

credit worthiness) yang tinggi. Hal ini disebabkan Gold Card memiliki kelebihan, antara lain mempunyai credit limit yang jauh lebih tinggi dibandingkan Classic Card atau Regular Card.

B. Card Holder atau pemegang kartu

Pemegang kartu adalah pihak atau orang perseorangan yang namanya tercantum dalam perjanjian penerbitan kartu kredit. Persyaratan pokok yang harus dipenuhi bagi pemegang kartu adalah jumlah minimum penghasilan setiap tahun. Pemegang kartu dibedakan antara pemegang kartu utama (basic card holder) dan pemegang kartu suplemen (suplementary card holder).

C. Merchant atau penjual

Penjual adalah pihak yang menerima pembayaran dari transaksi perdagangan barang atau jasa yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit berdasarkan perjanjian penggunaan kartu kredit yang ditunjuk oleh penerbit. Penjual ini antara lain pengusaha hotel, restoran, supermarket, travel biro, dan perusahaan pengangkutan.


(38)

D. Acquirer atau pengelola

Pengelola adalah pihak perantara dalam pengelolaan penggunaan kartu kredit, terutama dalam hal penagihan dan pembayaran yang terjadi antara penjual dan penerbit. Dalam hal ini, penerbit dapat juga sekaligus sebagai pengelola atau hanya sebagai penerbit. Pengelola melaksanakan penagihan kepada penerbit berdasarkan catatan penjual yang diberikan kepada pengelola. Selanjutnya, hasil penagihan dari penerbit diserahkan kepada penjual. Atas jasa tersebut, pengelola memperoleh komisi (fee).

2.2.6 Keuntungan Penggunaan Kartu

Adapun keuntungan penggunaan kartu (Ibrahim, 2004:23), (Siamat, 2005:650) dan (Susilo, 2000:174):

1. Pemegang Kartu

a.) Lebih nyaman dan praktis. Nyaman karena pemegang kartu tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan uang saat pembayaran, dengan kartu kredit yang bersangkutan dapat memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan dimana pembayaran dapat dilakukan secara penuh (full payment) atau dengan mengangsur dan membayar terlebih dahulu pembayaran minimal yang ditentukan (minimum payment). Praktis karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.

b.) Resiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena kalaupun kartu hilang, pemegang kartu dapat segera menghubungi penerbit atau pengelola untuk memblokir kartu. Kartu yang telah diblokir tidak dapat digunakan lagi sebagai alat pembayaran.


(39)

c.) Leluasa karena kartu kredit (Visa dan Master Card) telah diterima sebagai alat pembayaran hampir di seluruh kota di dunia.

d.) Sistem pembayaran yang fleksibel. Pembayaran atas tagihan dapat diangsur (credit card) atau tempo beberapa waktu (charge card).

e.) Program merchandising, yaitu kesempatan membeli barang-barang dengan mengangsur tanpa bunga.

f.) Bantuan-bantuan perjalanan terutama di luar negeri, misalnya: referensi, dokter, rumah sakit, dan bantuan hukum.

g.) Purchase protection plan, yaitu asuransi perlindungan pembelian barang yang diberikan secara otomatis.

h.) Bergengsi, karena pemegang kartu mencerminkan status sosial tertentu, dikarenakan tidak semua orang dapat memiliki kartu kredit.

2. Penerbit

a. Uang pangkal (joining fee) adalah iuran yang harus dibayar pada saat pertama kali seseorang menjadi pemegang kartu, namun iuran ini tidak dikenakan oleh semua bank penerbit pemegang kartu atau charge card.

b. Iuran tahunan (annual fee) adalah iuran yang harus dibayar setiap tahun oleh pemegang kartu, iuran ini akan ditagih setiap tahun melalui lembar penagihan.

c. Discount dari merchant.

d. Pendapatan bunga (interest fee) dari sisa tagihan yang belum dibayar. e. Pembayaran denda atas keterlambatan/penunggakan pembayaran (late charge)


(40)

f. Overlimit fee adalah biaya yang dikenakan atas transaksi yang melampaui batas kredit pemegang kartu, yang biasanya berupa persentase tertentu dengan jumlah biaya minimum tertentu dan jumlah maksimum tertentu.

g. Replacement fee adalah biaya yang dikenakan untuk permintaan pencetakan kartu baru sebagai akibat kartu hilang, rusak, dan lain-lain.

h. Cash advance fee adalah biaya yang dikenakan kepada pemegang kartu yang melakukan pengambilan uang tunai.

i. Sarana promosi dan meningkatkan citra bank karena menurut ketentuan hanya bank yang tergolong sehat atau cukup sehat dan telah disetujui oleh Bank Indonesia yang dapat menerbitkan kartu kredit.

j. Meningkatkan kualitas pelayanan karena sebagian tugas telah diambil alih dengan hadirnya teknologi.

k. Memperluas jaringan pemasaran sehingga menjangkau tuntutan dan kebutuhan nasabah, antara lain membayar rekening listrik, telepon, dan PAM.

3. Penjual

a. Keamanan lebih terjamin karena penjual tidak menerima/menyimpan uang tunai dari hasil penjualan.

b. Pembayaran atas penjualan dijamin penerbit sepanjang pihak penjual memenuhi prosedur dan ketentuan yang ditetapkan.

c. Dapat meningkatkan turnover atau omzet penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit.


(41)

e. Mencegah larinya nasabah ke pesaing lainnya yang memberi fasilitas kemudahan berbelanja dengan menerima kartu.

4. Pengelola

a. Interchange fee merupakan biaya yang ditetapkan oleh pihak pengelola pada saat melakukan penagihan transaksi penjualan kepada pihak penerbit sebagai pemasukan (biaya jasa).

b. Pemegang kartu dapat disyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada pengelola yang berupa bank.

c. Pengelola berupa bank berkesempatan untuk menawarkan produk-produknya yang lain pada pemegang kartu.

2.2.7 Kerugian Penggunaan Kartu

Adapun kerugian penggunaan kartu (Sunaryo, 2009:123) dan (Irmayanto, 2004:189):

1) Bagi pemilik kartu

 Biaya tambahan yang seringkali dibebankan oleh pihak penjual kepada pemilik kartu setiap kali terjadi transaksi.

Limit yang terkadang diberikan terlalu kecil.

 Pemalsuan kartu kredit, yaitu pembuatan dan penggunaan kartu yang tidak sah yang bentuknya menyerupai dan hampir sama dengan bentuk aslinya.  Penyalahgunaan kartu kredit, yaitu penggunaan kartu milik orang lain

yang tertinggal, terjatuh, sengaja dicuri, dan meniru tanda tangan orang pemilik kartu.


(42)

2) Bagi penerbit

• Kelalaian pemegang kartu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pelunasan tagihannya.

• Kesulitan dalam melakukan penagihan ke pihak nasabah terutama pada saat terjadi kemacetan pembayaran. Hal ini disebabkan persetujuan penerbitan kartu kredit yang biasanya tanpa jaminan benda-benda berharga.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi (Azwar, 1998:7).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan dimana kuesioner diberikan kepada masyarakat yang menggunakan kartu kredit. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

3.3 Batasan Operasional

Dalam penelitian, penulis tidak meneliti dari sudut pandang pihak perbankan. Fokus utama penulis dalam penelitian ini adalah menganalisis kartu kredit sebagai alat pembayaran yang digunakan masyarakat. Secara lebih detailnya, objek penelitian adalah masyarakat, khususnya di Kota Medan. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada kondisi demografi, finansial, dan persepsi responden terhadap kartu kredit.

Mengingat banyaknya masyarakat dan luasnya Kota Medan, maka untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam rangka pembahasan


(44)

dan menganalisis permasalahan serta dalam penyebaran kuesioner kepada responden, maka penelitian ini dibatasi pada mahasiswa, karyawan swasta, ibu rumah tangga dan pengusaha. Golongan ini dianggap telah mewakili masyarakat Kota Medan yang heterogen dari segi status dan profesi.

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel dari suatu faktor berkaitan dengan variabel faktor lainnya. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Persepsi adalah pemahaman atau pandangan masyarakat Kota Medan yang timbul dari pengalaman yang telah mereka dapat, dari diri sendiri maupun orang lain, yang membentuk pendapat atau kesimpulan tentang suatu hal yang telah mereka alami.

2. Kartu Kredit adalah kartu yang diterbitkan oleh bank atau perusahaan tertentu yang digunakan masyarakat Kota Medan sebagai alat pembayaran atas transaksi barang atau jasa, menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan, dan untuk melakukan penarikan uang tunai.

3. Masyarakat adalah masyarakat Kota Medan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat masyarakat Kota Medan yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang


(45)

fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, setiap jawaban akan diberi skor (Sugiyono, 2012:132). Ada 5 alternatif dalam pemberian skor dengan nilai sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Kurang Setuju (KS) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:389). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat pengguna kartu kredit di Kota Medan. Jumlah kartu kredit yang telah dikeluarkan perbankan penyedia kartu kredit di Medan hingga Mei 2012 mencapai 716.992 lembar (jakarta.okezone.com) sehingga penentuan besarnya sampel memakai rumus Slovin (Simamora, 2003:37).

n = N

1+N�2

dimana:

n = jumlah sampel N = ukuran populasi


(46)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir

Sehingga bila memakai rumus tersebut dengan taraf kesalahan (e) sebesar 10% maka akan didapat jumlah sampel:

� = 716.992

1+716.992(0,1)2 = 99,98

Sehingga sampel yang diambil dibulatkan menjadi 100 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling, jenis judgement sampling yang merupakan bagian dari purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2003:119). Kriterianya adalah mahasiswa, karyawan, swasta, ibu rumah tangga, dan pengusaha yang semuanya menggunakan kartu kredit.

3.7 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis sumber data, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari respoden yang terpilih pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, data primer berupa jawaban respoden dari kuesioner yang disebar.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi literatur, baik dari data dan dokumen yang ada di studi pustaka, majalah, internet, dan sumber-sumber lainnya.


(47)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu membuat daftar pertanyaan untuk diisi oleh para responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yakni kepada masyarakat pengguna kartu kredit di Kota Medan.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Azwar (1997:5), validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Rochaety (2009:57), validitas adalah suatu ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Bila suatu alat tes semakin tinggi validitasnya, maka semakin mengenai sasaran atau menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Sugiyono (2012:172) berpendapat bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Berdasarkan pendapat tentang pengertian validitas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kecermatan dari suatu data.

Sedangkan menurut Azwar (1997:4), konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Rochaety (2009:49), berpendapat reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Reliabilitas yang


(48)

tinggi dalam suatu pengukuran menandakan bahwa pengukuran tersebut mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya skor hasil pengukuran terbebas dari galat pengukuran (measurement error). Berdasarkan pendapat tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah kekonsistenan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur sehingga mampu memberikan hasil yang terpercaya. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistic Package For Social Science) versi 17.

3.10 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Analisis ini membatasi lingkup generalisasinya hanya pada kelompok individu tertentu yang diobservasi, kesimpulannya tidak diperluas atau diberlakukan bagi kelompok lain. Sekalipun antara kelompok yang diobservasi dengan kelompok lain memiliki kesamaan. Dengan demikian, data deskriptifnya hanya menggambarkan satu kelompok dan generalisasinya hanya untuk kelompok itu sendiri. Penyajian analisis deskriptif dalam penelitian ini berupa tabel, frekuensi dan persentase, tabulasi data, crosstabs, gambar serta grafik.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Kota Medan

4.1.1 Wilayah dan Topografi

Deskripsi Kota Medan berikut ini merupakan gambaran keadaan secara geografis, lokasi, batas wilayah, jumlah penduduk, dan lainnya. Geologi Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu, topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan berbatasan sebelah Utara dengan Selat Malaka, sedangkan sebelah Selatan, Barat, dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Letak Kota Medan memang strategis karena secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah sekitar yang kaya sumber daya alam menjadikan kota ini secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu, sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan


(50)

saat ini. Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini, yaitu Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Sulang-Saling, Sungai Kera dan Sungai Tuntungan. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah.

4.1.2 Kependudukan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting, yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Data kependudukan Kota Medan untuk beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah

(��2)

Kepadatan Penduduk (����/��2)

2005 2.036.185 265,10 7.681

2006 2.067.288 265,10 7.798

2007 2.083.156 265,10 7.858

2008 2.102.105 265,10 7.929,5

2009 2.121.053 265,10 8.001

Sumber: BPS Kota Medan

Dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kota Medan terus mengalami peningkatan. Hal ini menandakan adanya masa transisi demografi dimana adanya proses pergeseran dari suatu keadaan tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju tingkat kelahiran dan kematian rendah. Berbagai faktor mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.


(51)

Di sisi lain, adalah faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk menguji apakah kuesioner layak atau tidak untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan mengkorelasi skor butir dengan skor total menggunakan rumus korelasi

Product Moment. Bila korelasi setiap pernyataan positif dan r-hitung ≥ r-tabel, maka butir pernyataan tersebut dianggap sudah valid (Ghozali, 2001:132). Sebaliknya, bila korelasi antara butir-butir dengan skor total kurang dari r-tabel atau negatif maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai r-tabel dengan responden berjumlah 100 orang dan alpha 5% adalah 0,195. Hasil uji validitas dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan progran SPSS versi 17 seperti terlihat pada tabel berikut:


(52)

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Pernyataan

Corrected Item- Total Correlation

(r-hitung)

r-tabel Keputusan

1 0,476 0,195 Valid

2 0,241 0,195 Valid

3 0,243 0,195 Valid

4 0,258 0,195 Valid

5 0,419 0,195 Valid

6 0,274 0,195 Valid

7 0,239 0,195 Valid

8 0,435 0,195 Valid

9 0,225 0,195 Valid

10 0,207 0,195 Valid

11 0,356 0,195 Valid

12 0,236 0,195 Valid

13 0,531 0,195 Valid

14 0,356 0,195 Valid

15 0,375 0,195 Valid

16 0,306 0,195 Valid

17 0,226 0,195 Valid

18 0,225 0,195 Valid

19 0,503 0,195 Valid

20 0,283 0,195 Valid

Sumber: Data Primer yang diolah

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 20 butir pernyataan kuesioner diperoleh r-hitung terendah sebesar 0,225 dan tertinggi sebesar 0,531, dimana semua butir pernyataan memiliki nilai r-hitung di atas 0,195. Dengan demikian, semua butir pernyataan valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian. 4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan dalam suatu penelitian. Pengambilan keputusan reliabel atau tidak didasarkan pada ketentuan Nunally, yaitu: suatu konstruk atau variabel


(53)

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2001:132). Hasil uji reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha N of Items

0,713 21

Sumber: Data Primer yang diolah

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa r-hitung (0,713) > r-tabel (0,60). Maka dapat disimpulkan bahwa pada butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner adalah reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

4.2.3 Karakteristik Responden

Hasil tabulasi data dari 100 responden yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh gambaran umum responden tersebut dengan beberapa karakteristik. Berikut adalah tabel gambaran umum mengenai responden.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 23 orang 23%

2 Perempuan 77 orang 77%

Jumlah 100 orang 100%

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan, yakni 77 orang dan laki-laki 23 orang. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa terdapat perbandingan


(54)

besar antara laki-laki dan perempuan dalam hal kepemilikan kartu kredit. Ini juga bermakna bahwa baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan dan peluang yang sama dalam hal kepemilikan kartu kredit. Dengan kata lain, tidak ada diskriminasi berdasarkan gender. Selain berdasarkan jenis kelamin, karakteristik responden juga dapat dilihat dari segi usia pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia Responden Frekuensi Persentase

1 < 20 tahun 19 orang 19%

2 20 – 35 tahun 66 orang 66%

3 36 – 50 tahun 11 orang 11%

4 > 50 tahun 4 orang 4%

Jumlah 100 orang 100%

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai usia 35 tahun ke bawah sebanyak 85 orang. Hal ini berarti bahwa pengguna kartu kredit berusia produktif dimana mereka telah bekerja ataupun memiliki usaha sendiri. Sedangkan responden yang berusia 34-50 tahun berjumlah 11 orang, golongan ini dianggap sudah matang dan mampu mengelola penggunaan kartu kreditnya. Dalam artian, mereka benar-benar tahu bagaimana menggunakan kartu kredit mereka. Usia >50 tahun adalah usia dimana seseorang sudah tidak bekerja lagi atau pensiun. Namun, mereka bisa juga membuka usaha sendiri sehingga menggunakan kartu kredit untuk keperluan produktif. Karakteristik responden juga dapat diketahui pekerjaan sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Mahasiswa 20 orang 20%

2 Karyawan 55 orang 55%

3 Wiraswata/Pengusaha 15 orang 15%

4 Ibu Rumah Tangga 10 orang 10%

Jumlah 100 orang 100%

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah karyawan sebanyak 55 orang, sedangkan kelompok responden terkecil adalah ibu rumah tangga sebanyak 10 orang. Dapat disimpulkan bahwa walaupun pekerjaan seseorang mahasiswa maupun ibu rumah tangga, mereka tetap dapat menggunakan kartu kredit. Jadi, pekerjaan seseorang tidak menjadi ukuran bagi kepemilikan kartu kredit. Setelah data yang diperoleh diubah menjadi data nominal, maka penulis melakukan crosstab untuk mengetahui gambaran hubungan antara jenis kelamin, usia dan pekerjaan responden.

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden

Jenis

Kelamin Usia

Pekerjaan

Total Mahasiswa Karyawan Wiraswasta Lainnya

Laki-laki

< 20 thn 2 4 0 - 6

20 - 35 thn 7 0 3 - 10

36 - 50 thn 0 3 0 - 3

> 50 thn 0 0 4 - 4

Total 9 7 7 - 23

Perempuan

< 20 thn 2 6 0 5 13

20 - 35 thn 9 39 3 5 56

36 - 50 thn 0 3 5 0 8

> 50 thn - - - - -

Total 11 48 8 10 77


(56)

Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mempunyai jumlah terbanyak adalah karyawan, yaitu berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 39 orang dan berusia 20-35 tahun. Hal ini juga berarti bahwa golongan pekerjaan sebagai karyawan saat ini didominasi oleh perempuan yang berusia produktif. Sedangkan, responden dengan jumlah terkecil berprofesi sebagai mahasiswa berusia <20 tahun berjumlah 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dapat dilihat bahwa tidak ada diskriminasi berdasarkan usia dan pekerjaan untuk memiliki kartu kredit. Ini menunjukkan bahwa kartu kredit dapat dimiliki oleh semua usia dan golongan pekerjaan. Hal ini juga dapat dijelaskan pada gambar 4.1 dan gambar 4.2:


(57)

Gambar 4.2 Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden Perempuan Selain ketiga variabel di atas, ada pula karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 1 orang 1%

2 SMP 2 orang 2%

3 SMA 61 orang 61%

4 Diploma 11 orang 11%

5 Sarjana 25 orang 25%

6 Pasca sarjana - -

Jumlah 100 orang 100%


(58)

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik pendidikan adalah SMA 61 orang, Sarjana 25 orang, Diploma 11 orang, SMP 2 orang, SD 1 orang dan tidak ada respoden yang berpendidikan hingga Pasca sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kartu kredit tidak dibatasi oleh tingkat pendidikan, tidak melihat pendidikan tinggi maupun rendah karena semua orang mempunyai kesempatan untuk memiliki kartu kredit. Hal ini juga dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Adapula karakteristik responden selain pendidikan, yaitu tabungan yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:


(59)

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Tabungan

No Tabungan Frekuensi Persentase

1 <500 ribu 16 orang 16%

2 500 ribu – 1 juta 48 orang 48% 3 >1 juta – 2 juta 19 orang 19%

4 >2 juta 17 orang 17%

Jumlah 100 orang 100%

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik tabungan adalah 48 orang memiliki 500 ribu – 1 juta, sedangkan responden dengan jumlah terkecil berjumlah 16 orang yang memiliki < 500 ribu. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan kartu kredit tidak melihat jumlah tabungan yang dimiliki karena dengan tabungan yang relatif sedikitpun, mereka dapat memiliki dan menggunakan kartu kreditnya. Penulis ingin mengetahui lebih jauh golongan pekerjaan yang memiliki jumlah tabungan terbanyak sehingga melakukan analisis crosstab untuk mengetahuinya.


(60)

Tabel 4.10

Jenis Pekerjaan dan Tingkat Tabungan Responden

Pekerjaan Keterangan Tabungan Total

< 500 rb 500rb - 1jt > 1jt - 2 jt > 2jt

Mahasiswa Jumlah 7 13 0 0 20

Persentase dengan baris 35.0% 65.0% .0% .0% 100.0% Persentase dengan kolom 43.8% 27.1% .0% .0% 20.0% Persentase keseluruhan 7.0% 13.0% .0% .0% 20.0%

Karyawan Jumlah 9 26 10 10 55

Persentase dengan baris 16.4% 47.3% 18.2% 18.2% 100.0% Persentase dengan kolom 56.3% 54.2% 52.6% 58.8% 55.0% Persentase keseluruhan 9.0% 26.0% 10.0% 10.0% 55.0%

Wiraswasta Jumlah 0 0 8 7 15

Persentase dengan baris .0% .0% 53.3% 46.7% 100.0% Persentase dengan kolom .0% .0% 42.1% 41.2% 15.0% Persentase keseluruhan .0% .0% 8.0% 7.0% 15.0%

Lainnya Jumlah 0 9 1 0 10

Persentase dengan baris .0% 90.0% 10.0% .0% 100.0% Persentase dengan kolom .0% 18.8% 5.3% .0% 10.0% Persentase keseluruhan .0% 9.0% 1.0% .0% 10.0%

Total

Jumlah 16 48 19 17 100

Persentase dengan baris 16.0% 48.0% 19.0% 17.0% 100.0% Persentase dengan kolom 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Persentase keseluruhan 16.0% 48.0% 19.0% 17.0% 100.0%

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak adalah golongan karyawan yang memiliki jumlah tabungan yang bervariasi mulai dari <500 ribu hingga >2 juta yang berjumlah 55 orang. Sedangkan untuk golongan lainnya, dalam hal ini ibu rumah tangga berjumlah 10 orang dan mempunyai tabungan tidak lebih dari 2 juta. Namun demikian, hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan kartu kredit tidak melihat jumlah tabungan yang


(1)

Dari tabel 4.33 di atas, sebanyak 13 responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka merasa takut bila harus berurusan dengan debt collector, 37 responden menyatakan setuju, 39 responden menyatakan kurang setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju, dan ada 5 responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Secara umum, para pemegang kartu tentu tidak ingin bermasalah sehingga harus berurusan dengan debt collector sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara pihak penerbit kartu dan pemegang kartu. Berikut ini gambar dari tabel 4.33 di atas:


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Karakteristik dominan masyarakat yang memiliki kartu kredit adalah berjenis kelamin perempuan, berusia 20 – 35 tahun, bekerja sebagai karyawan, pendidikan SMA, memiliki tabungan rata-rata dan pengeluaran per bulan sebesar 500 ribu hingga 1 juta rupiah, pendapatan per bulan lebih sedikit dari 2 juta rupiah, jumlah kartu kredit yang terbanyak dimiliki adalah Credit Card yang digunakan 2 – 3 kali dalam sebulan untuk keperluan konsumtif, seperti berbelanja, makan, dan wisata.

2) Masyarakat dominan menyatakan persepsi positif untuk pernyataan bahwa dengan kartu kredit, mereka tidak perlu membawa uang tunai, tidak khawatir akan kekurangan uang, digunakan dalam keadaan mendesak dan darurat, pembelian barang dengan mengangsur, meningkatkan kepercayaan penerima cek, digunakan bepergian, bagian dari gaya hidup modern dan cara menuju masyarakat tanpa uang tunai. Di sisi lain, masyarakat dominan menyatakan persepsi negatif bahwa kepemilikan kartu kredit membuat mereka harus membayar iuran tahunan, persentase bunga tinggi, denda bila telat/lupa, biaya penarikan tunai yang cukup tinggi, limit kredit kecil, cenderung boros,


(3)

merasa takut akan pencurian dan pemalsuan kartu serta khawatir mengalami penipuan.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepemilikian kartu kredit adalah kepraktisan, kemudahan, pembelian kredit, jaringan luas, gaya hidup modern, dan tren less cash society. Selain itu, persepsi masyarakat juga dipengaruhi oleh iuran tahunan kartu, bunga tinggi, denda, limit kredit, boros dalam menggunakan kartu, pencurian, pemalsuan, dan penipuan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Keamanan kartu kredit harus ditingkatkan agar masyarakat tidak merasa takut dan khawatir kartu mereka dapat dicuri dan dipalsukan oleh orang lain, penggunaan chip seperti pada Credit Card juga harus diterapkan pada Debit Card maupun kartu kredit lainnya.

2. Untuk mewujudkan masyarakat less cash society, bank sentral sebagai penanggung jawab atas sistem pembayaran agar lebih gencar melakukan sosialisasi mengenai kelebihan sistem pembayaran elektronik.

3. Penelitian ini tidak memasukkan perilaku masyarakat terhadap kartu kredit dan belum menganalisis secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kartu kredit.


(4)

Karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat memasukkan perilaku masyarakat terhadap kartu kredit dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Azwar, Saifuddin, 1998. Metode Penelitian, Edisi I, Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Azwar, Saifuddin, 1997. Reliabilitas dan Validitas, Edisi III, Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ibrahim, Johannes, 2004. Kartu Kredit – Dilematis Antara Kontrak & Kejahatan, Refika Aditama, Bandung.

Irmayanto, Juli, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan, Universitas Trisakti, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,

Jakarta.

Lipis, Allen, dkk, 1977. Perbankan Elektronik. Rineka Cipta, Jakarta.

Lubis, Irsyad, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, USU Press, Medan. Rochaety, Eti, dkk, 2009. Metode Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi

Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Simamora, Bilson, 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel, Cetakan Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simorangkir, 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Sunaryo, 2009. Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta.

Susilo, Sri, dkk, 2000. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba empat. Jakarta.


(6)

Artikel dan Jurnal :

Jalil, Nur Asyiah, 2007. Analisis Preferensi Dosen Terhadap Kartu Kredit (skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor. (27 Agust 2012)

Siregar, Jaya Spliwan, 2012. Persepsi Pengusaha Terhadap Suku Bunga Pinjaman Perbankan Di Kota Medan (skripsi), Universitas Sumatera Utara, Medan.

2011. “Bunga Kartu Kredit Kita Paling Tinggi”, Fokus BI, Edisi 6 hal 18.

Website :

http:

(19 Des 2012)