Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif

(1)

1

TERAPI KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH :

HIMMATUL KHAIRA NIM : 1112104000032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Himmatul Khaira

Tempat, tanggal lahir : Takengon, 26 September 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Yos Sudarso Blang Kolak II Bebesen Aceh Tengah

HP : +6285219668478

E-mail : himmatulkhaira@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Tk Al-Qur’an 1999-2000

2. Sekolah Dasar Negeri 08 Takengon 2000-2006 3. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Muslimun 2006-2009 4. Madrasah Aliyah Swasta Ruhul Islam Anak Bangsa 2009-2012 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-sekarang

ORGANISASI 1. OPDA 2. CSS MoRA 3. IMAPA


(7)

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITYSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016

Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032

The Experience of Nursing Students of Faculty of Medicine and Health Sciences of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta Regarding The

Application of Complementary and Alternative Therapies xvii + 94 pages + 2 schemes + 3 image + 3 attachmnts

ABSTRACT

This research explored the experience of nursing students of Faculty of Medicine and Health Sciences of Islamic State Syarif Hidayatullah University Jakarta regarding the application of complementary and alternative therapies (cupping therapy, ruqyah therapy, baby massage therapy, and SEFT therapy), including the suitability of the practice of complementary and alternative therapies by theory, the benefits of therapy, the use of complementary and alternative therapies in lieu medical therapy, the incorporation of complementary and alternative therapies with medical therapy. This study used qualitative design descriptive phenomenology of the Nursing students who have practical experience of complementary and alternative therapies. Data were collected by in-depth interviews.

Analysis of the data used the Colaizzi method. The result showed that sevent themes found in this study, these included the students are still lacking an understanding on how to perform complementary and alternative therapies, the principle of sterilization less applied in cupping therapy, complementary and alternative therapies give benefit for patients, complementary therapies alternative has not been used as a substitute for medical treatment, SEFT and ruqyah therapy has not been used in conjunction with medical therapy, cupping and massage baby therapy used in conjunction with medical treatment, the merger of cupping therapy with medical therapy provide more effective for the patient's health. Based on these results, it is suggested that students improve their knowledge in the field of complementary and alternative therapies in order to act properly to the patient, and complementary and alternative therapies can be used as an adjunct to medical therapy in nursing services.

Key word: experience, complementary and alternative therapies, cupping therapy, ruqyah therapy, baby massage therapy, SEFT therapy


(8)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032

Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif

xvii + 94 halaman + 2 bagan + 3 gambar + 3 lampiran

ABSTRAK

Penelitian ini menggali pengalaman mahasiswa keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif (terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT), termasuk kesesuaian praktek terapi komplementer dan alternatif dengan teori, manfaat terapi, penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pengganti terapi medis, penggabungan terapi komplementer dan alternatif dengan terapi medis. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi deskriptif terhadap mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif.Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

Analisis data yang digunakan adalah metode Colaizzi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat tujuh tema yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif, prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam, terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien, terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis, terapi ruqyah dan SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis, terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis, penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar mahasiswa meningkatkan pengetahuan di bidang terapi komplementer dan alternatif agar dapat melakukan tindakan dengan baik dan benar kepada pasien, dan terapi komplementer dan alternatif dapat digunakan sebagai pelengkap terapi medis dalam pelayanan keperawatan.

Kata kunci: pengalaman, terapi komplementer dan alternatif, terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, terapi SEFT.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta anugerah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif”. Skripsi ini dikerjakan oleh penulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan dengan melakukan penelitian pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan ilmu yang penulis peroleh selama di bangku perkuliahan.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan, cobaan, dan hambatan yang ditemukan. Namun Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah_Nya, serta kerja keras dan kesabaran disertai dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga, kerabat, dan teman-teman sekalian. Sehingga akhirnya proposal ini dapat terselesaikan. Penulis masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Karena itu diharapkan kritik, dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ummi-ku Nurhafshah dan Walid-ku Drs. Nasruddin yang tercinta telah mencurahkan kasih sayangnya, memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan selalu memberikan dukungan tiada henti baik berupa material maupun doa sehingga peneliti bersemangat menyelesaikan skripsi. Dan tidak lupa adik-adikku tersayang Khalish, Qusyairy, dan Kaisa yang terus memberikan


(10)

x

dukungan, semangat, dan motivasi serta doa sehingga peneliti terus bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

4. Ibu Ns. Mardiyanti, M. Kep., MDS selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk melakukan bimbingan dan memberikan motivasi kepada peneliti.

5. Ibu Yenita Agus, SKp.,MKep.,Sp.Mat.,PhD selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing peneliti.

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penelitit selama perkuliahan.

8. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan. 9. Kepada Kementrian Agama yang telah menyelenggarakan Program Beasiswa

Santri Berprestasi, sehingga penulis dapat melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Sahabat dan Temanku Irma, Indah, Emilia, Nurhidi, Puji Rahma, Puji Pertiwi, Nuraini, Vini, Ifah, Puspa, Widya, dan Zaky yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan serta membantu peneliti dalam menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami peneliti ketika menyelesaikan skripsi.


(11)

xi

11.Teman-teman keperawatan 2012, dan sahabat yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan.

12.Teman-teman CSS MoRA UIN Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam pengerjaan proposal penelitian.

13.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam banyak hal.

Akhir kata, peneliti hanya dapat berdoa agar segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca serta peneliti lain yang mempergunakannya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Jakarta, Juni 2016


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengalaman ... 9

1. Definisi ... 9

2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman ... 9

B. Terapi Komplementer dan Alternatif ... 11

1. Pengertian ... 11


(13)

xiii

C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah ... 16

1. Terapi Bekam ... 16

2. Ruqyah ... 20

3. Pijat Bayi ... 27

4. SEFT ... 32

D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer ... 37

E. Penelitian Terkait ... 39

F. Mahasiswa ... 40

1. Definisi ... 40

2. PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 41

G. Kerangka Teori ... 43

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 44

A. Kerangka Konsep ... 44

B. Definisi Istilah ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

A. Desain Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Informan penelitian ... 47

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Keabsahan Data ... 50

H. Teknik Analisa Data ... 52

I. Etika Penelitian ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 57


(14)

xiv

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

B. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xv DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori……….………..….…....…..43 Bagan 4.1 Teknik Analisa Data………..……….………..……….….54


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengalaman Mempengaruhi Pemahaman….……….….……..……..10 Gambar 2.2 Area Tapping Terapi SEFT pada Kepala, Wajah dan Badan ..…..…35 Gambar 2.3 Area Tapping Terapi SEFT pada Tangan………...….…….………..36


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ayat-Ayat Ruqyah Lampiran 2 Wawancara Mendalam Lampiran 3 Matrikulasi Analisa Data


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi komplementer dan alternatif telah berkembang di banyak negara di dunia. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari data WHO (World Health Organization). Sebanyak 80% penduduk Afrika menggunakan terapi komplementer dan alternatif sebagai perawatan kesehatan primer. 95% rumah sakit di China juga memiliki pengobatan tradisional. Demikian pula India, 2.860 rumah sakitnya juga memiliki pengobatan tradisional. 40% dari populasi penduduk Indonesia dan 70% masyarakat pedesaan di negara ini juga menggunakan terapi komplementer dan alternatif (Kamaluddin, 2010). Berdasarkan sensus di negara negara barat seperti Australia tersebut, terdapat 8.600 orang yang bekerja sebagai terapis (Australian Bureau of Statistics, 2008). Prancis, kurang lebih 75% penduduknya menggunakan terapi komplementer dan alternatif, dan di Amerika 29-42% populasi penduduknya menggunakan terapi komplementer alternatif (Debas, Laxminarayan & Strauss, 2006)

Berdasarkan data dari SUSENAS tentang penggunaan pengobatan tradisional dari tahun 2003 hingga 2006. Penggunaan terapi komplementer dan alternatif terus mengalami peningkatan. Pengobatan alternatif tradisional mengalami peningkatan dari 30,24%, hingga mencapai 38,30%. Tahun 2007 hingga tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan


(19)

pengobatan tradisional mengalami naik-turun dan memiliki grafik yang fluktuatif (Badan Pusat Statistik, 2014).

Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Seperti Rumah Sakit Dharmais, Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011 dalam Setyaningsih, 2012)

Tingkat keberhasilan terapi komplementer dan alternatif terbukti dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian mengenai terapi mindfulness sebagai manajemen intervensi stres dengan design penelitian systematic review. Dari 17 penelitian yang memiliki kriteria inklusi yang sama, ditemukan hasil 16 penelitian menunjukkan perubahan yang positif pada fisiologis dan psikologis klien berhubungan dengan ansietas dan/atau stres (Sharma, dkk, 2014). Penelitian lain terkait terapi komplementer dan alternatif, yaitu pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Bergas kabupaten Semarang. Pada penelitian tersebut ditemukan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi.


(20)

3

Intervensi dilakukan selama satu kali 15 menit yang dilakukan selama satu hari. Sebelum intervensi SEFT, tekanan darah systole rata-rata 158,93 mmHg dan setelah intervensi mengalami penurunan menjadi 157,47 mmHg. Tekanan darah diastole sebelum intervensi SEFT 88,67mmHg dan setelah intervensi yaitu 88,00 mmHg (Rofacky, 2014).

Terapi komplementer dan alternatif yang diterapkan bersamaan dengan terapi medis akan menghasilkan progress yang lebih baik, terbukti dari penelitian yang telah dilakukan di sebuah klinik di Iran. Penelitian mengenai keefektifan bekam basah untuk low back pain dengan design penelitian randomized controlled trial, dari 98 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang hanya diberikan tindakan medis biasa di klinik dan kelompok yang diberikan tambahan intervensi bekam. Didapatkan hasil setelah tiga bulan intervensi, kelompok yang mendapatkan tindakan bekam basah melaporkan intensitas nyeri yang mereka rasakan berkurang, dan medikasi yang digunakan juga berkurang. Sedangkan kelompok yang hanya diberikan tindakan medis biasa di klinik, tidak mengalami perubahan intensitas pada nyeri yang mereka rasakan dan tetap menggunakan medikasi seperti biasa (Farhadi, dkk, 2009).

Hambatan dalam terapi komplementer dan alternatif. Hambatan yang masih terjadi dalam terapi komplementer dan alternatif yaitu terjadinya efek samping serta risiko terhadap keamanan dan perlindungan pasien (patient safety), seperti pada terapi bekam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea dengan design penelitian systematic review, terdapat 16 penelitian yang


(21)

masuk kriteria pada review ini. Design penelitian yang digunakan dalam 16 penelitian tersebut yaitu cross sectional study, prospectional audit study, observational study, dan RCT (Random Control Triall). Dua penelitian menggunakan cross sectional study. Pada penelitian yang pertama56.5% pasien diberikan terapi bekam kering, dan terjadi bengkak selama tindakan, 51.2% terjadi ruam atau gatal-gatal, 53.2% mengalami peningkatan nyeri. Pada penelitian yang kedua, 45.9% mengalami pusing, 60.9% mengalami ruam atau gatal-gatal, 68.8% mengalami peningkatan intensitas nyeri, dan 20% terkena infeksi karena tindakan bekam basah. Penelitian yang ketiga dengan design prospective audit study tentang kemungkinan penyebab patologis dari Iron Deficiency Anemia (IDA), dilaporkan bahwa dari 11 pasien (5.3%) diantara 206 lelaki dewasa dengan IDA diduga karena tindakan bekam basah. Pada penelitian observational study, anemia (n=5), factital panniculitis (n=2), dan infeksi virus herpes (n=2). Dan pada penelitian RCT, dengan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama diberikan terapi bekam kering, 43 responden mengalami peningkatan nyeri. Kelompok yang kedua diberikan terapi bekam basah, dan tidak mengalami efek samping apapun (Tae Hun, dkk, 2013).

Beberapa perawat di San Diago telah mempraktekkan terapi komplementer dan alternatif ke dalam praktek keperawatan dan terapi ini berdampak positif bagi pasien, salah satunya yaitu terapi Healing Touch (HT).Terapi Healing Touch (HT) diterapkan kepada pasien yang mengalami distress dan tidak bisa tidur. Terapi healing touch ternyata dapat membuat


(22)

5

pasien rileks dan tertidur tanpa khawatir dengan stress yang ia rasakan (UC San Diago, 2014). Selain itu, terapi HT juga dapat digunakan unutk mengurangi intensitas nyeri pada pasien. Dari 36 pasien yang diberikan intervensi HT, skor nyeri rata-rata menurun dari 6.61 menjadi 1.79. Sebelum dilakukan inervensi HT, 19 dari 36 pasien (53%) memiliki skor nyeri tujuh ke atas. Setelah dilakukan HT hanya 2 dari 36 pasien (2%) memiliki skor nyeri tujuh ke atas (UCSD Journal of Nursing, 2014).

Beberapa Universitas di Indonesia yang telah mengajarkan terapi komplementer dan alternatif yaitu Universias Brawijaya, STIKes Kuningan, dan Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Andalas, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Malang, Poltekes Surabaya, Universitas Nasional. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman praktek mengenai terapi komplementer dan alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi pengalaman mereka mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Februari 2016 dengan 4 mahasiswa PSIK, didapatkan hasil bahwa bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT adalah terapi komplementer dan alternatif yang telah dipelajari teorinya dan telah dipraktekkan. Pada penerapan terapi komplementer dan alternatif yang dilakukan, 3 dari 4 mahasiswa menyatakan penerapan terapi bekam belum sesuai dengan teori yang dipelajari dan 1 orang menyatakan bahwa terapi pijat yang dipraktekkan tidak sesuai urutan seperti pada teori yang dipelajari, akan tetapi tekniknya sudah sesuai teori. Pada


(23)

kefektifan terapi kompementer dan alternatif yang telah dipraktekkan, ke empat mahasiswa menyatakan bahwa terapi yang telah dipraktekkan tersebut efektif bagi pasien.

Dari beberapa fenomena di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengalaman mahasiswa PSIK mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Terapi komplementer dan alternatif yang termasuk dalam penelitian yaitu pengalaman mengenai penerapan terapi pijat bayi, bekam, SEFT, dan ruqyah.

B. Rumusan Masalah

Akhir dekade ini penggunaan terapi komplementer dan alternatif terus meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.Banyak penelitian juga yang membuktikan bahwa terapi komplementer dan alternatif itu efektif digunakan bagi pasien. Dan jika terapi ini tidak dilakukan akan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan bagi pasien. Di samping itu, terapi komplementer dan alternatif juga memiliki beberapa efek samping yang terjadi. Meskipun efek samping ini masih terjadi, akan tetapi masih banyak pula pengguna terapi komplementer dan alternatif.

Beberapa universitas di Indonesia yang memiliki prodi ilmu keperawatan, telah mengajarkan terapi komplementer dan alternatif kepada mahasiswanya dan telah melakukan praktek terapi komplementer dan alternatif. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman praktek mengenai terapi komplementer dan


(24)

7

alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi pengalaman mereka mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah mendapatkan materi mengenai terapi komplementer dan alternatif serta pengalaman praktek di klinik terapi komplementer dan alternatif di Tangerang Selatan. Sehingga peneliti ingin mengeksplorasi pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman mahasiswa PSIK UIN Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

2. Tujuan khusus

Mengidentifikasi pengalaman mahasiswa keperawatan mengenai penerapan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian serta memperoleh ilmu tambahan mengenai pengalaman mahasiswa PSIK UIN


(25)

Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan untuk dijadikan pertimbangan bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membuat kebijakan mengenai penerapan dan pengembangan terapi komplementer di bidang keperawatan yang lebih baik.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai masukan bagi profesi keperawatan untuk mengintegrasikan terapi komplementer dan alternatif ke dalam pelayanan keperawatan.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk menggali pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Metode pengambilan data akan dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) untuk memperoleh informasi langsung dari objek serta mengeksplorasi secara mendalam mengenai sudut pandang responden terhadap integrasi terapi komplementer dalam keperawatan (Burnard, 2011). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016. Objek penelitian adalah mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman 1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah segala sesuatu yang dialami, dirasakan, dan dijalani oleh seseorang (Alwi, 2007). Pengalaman juga merupakan kumpulan dari banyak kejadian dan penyikapan terhadap masalah yang dialami. Pengalaman akan mendorong seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, untuk bertindak dan pengalaman juga dapat meningkatkan daya saing dan daya nalar setiap orang (Yudantara, 2006).

2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman a. Pengalaman mempengaruhi pemahaman

Semakin banyak pengalaman yang dibagi, semakin tinggi tingkat pemahaman satu sama lain. Hal ini digambarkan oleh Bovee (2003) dalam Sukoco (2007) sebagai berikut:

Sedikit pengalaman yang dibagi

Pengalaman yang dibagi rata-rata

Banyak

pengalaman yang dibagi


(27)

Pengertian tidak serupa

Pengertian serupa Pengertian sangat serupa

Kesalahpahaman Derajat

pemahaman rata-rata

Derajat

pemahaman tinggi

Gambar 2.1.Pengalaman mempengaruhi pemahaman.

b. Pengalaman mempengaruhi pengambilan keputusan

Pengalaman masa lalu dapat memberi dampak dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Jullison, Karlsson, dan Garling (2005) mengindikasikan keputusan di masa lalu mempengaruhi keputusan yang diambil seseorang di masa yang akan datang. Hal ini berdasarkan suatu alasan yaitu ketika suatu hal yang positif itu terjadi dari sebuah keputusan, orang-orang akan lebih mengambil keputusan yang mendekati hal tersebut, meski diberi situasi yang sama. Di lain sisi, orang-orang cenderung mengulang kesalahan yang sama (Sagi & Friedland, 2007 dalam Dietrich, 2010).

c. Pengalaman mempengaruhi perilaku

Perilaku seseorang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya. Pengaruh ini tentu berhubungan pula dengan lingkungan sosial tempat seseorang itu melakukan aktivitasnya (Brownlee, 2006). Contohnya, mahasiswa yang praktek di sebuah


(28)

11

klinik. Jika perilaku yang diterima dari lingkungan sosialnya baik dan memberi dampak yang positif pula bagi dirinya, maka kemungkinan akan tercipta perilaku yang baik pula. Hal itu dapat terjadi karena ia diperlakukan baik oleh lingkungan sekitarnya.

B. Terapi Komplementer dan Alternatif 1. Pengertian

Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi medis.Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawks, 2009). Definisi lain mengenai terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan non medis yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Erry, et al, 2014).

Menurut peraturan menteri kesehatan, pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional (Menkes, 2007). Terapi komplementer dan


(29)

alternatif di Indoensia digunakan oleh 40% populasi penduduknya, dan 70% masyarakat pedesaan menggunakan terapi ini (WHO dalam Kamaluddin, 2010).

Terapi komplementer didefinisikan pula sebagai terapi yang digunakan bersama dengan tindakan konvensional medis. Terminologi pengobatan integratif juga digunakan. Pada pengobatan integratif, terapi komplementer dikombinasikan dengan terapi konvensional medis yang sudah terbukti aman dan efektif (Cady, 2009 dalam College and Association of Registered Nurses of Alberta, 2011).

Terapi komplementer dan alternatif telah ada selama beberapa abad. Filosofi kuno seperti Hippocrates, Plato, dan Aristoteles lebih menyukai menggunakan kemujaraban terapi komplementer. Penggunaan terapi komplementer pada praktek keperawatan kembali lagi pada zaman Florence Nightingale, penemu pendidikan keperawatan. Ia mendeskripsikan penggunaan berbagai terapi seperti musik, panas dan dingin, massage, dan nutrisi pada perawatan pasien secara holistik (Lindquist, 2013). Terapi komplementer lebih kepada sekelompok praktek keperawatan yang bukan merupakan tradisi dari negara/daerah sendiri dan tidak disatukan ke dalam sistem perawatan kesehatan dominan. Istilah lain terkadang digunakan untuk menggambarkan praktek perawatan kesehatan termasuk „pengobatan alami’, „pengobatan non-konvensional’ dan pengobatan holistik’ (WHO dalam Health Professions Licensing Authority, 2007).


(30)

13

Istilah terapi komplementer meliputi intervensi yang dapat melengkapi perawatan dengan lebih tradisional yang diberikan dengan perawat tapi tidak terbatas untuk sentuhan terapeutik, massage, relaksasi, meditasi, visualisasi, aromaterapi, refleksologi, iridologi, yoga, dan kinesiologi (Health Professions Licensing Authority, 2009)

Integrasi terapi komplementer dan pengobatan medis menimbulkan tantangan bagi perawat yang merupakan bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan dan memberikan informasi kepada pasien (Chu & Wallis 2007 dalam O’Regan, et al, 2010).

2. Klasifikasi

Menurut kementerian kesehatan, ruang lingkup pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan biomedik, yaitu: a. Intervensi tubuh-pikiran (mind-body interventions)

b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical practice)

c. Metode penyembuhan manual (manuall healing methods)

d. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic treatments)

e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition the prevention and treatment of disease)

f. Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment methods).


(31)

Jenis terapi komplementer dan alternatif di atas dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2007).

Menurut White House Commission on Complementary and Alternative Medicine Policy, and the National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM), klasifikasi terapi komplementer dibagi menjadi lima kategori yaitu :

a. Sistem medikal alternatif: terapi ini dipertimbangkan sebagai sistem yang komplit dari teori dan praktek, sistem alternatif kepada pengobatan konvensional, dan hal tersebut telah dipraktekkan di Cina dan India selama ribuan tahun. Terapi yang termasuk pengobatan tradisional Cina, yaitu ayuverda, naturopathy, dan homeopati.

b. Intervensi mind-body: termasuk teknik-teknik atau intervensi yang meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh. Menurut NCCAM, intervensi mind-body fokus pada interaksi antara otak, pikiran, tubuh dan sikap, dengan tujuan menggunakan pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh dan promosi kesehatan. Terapi pendukung lain termasuk terapi kognitif dan sikap, meditasi, relaksasi dan visualisasi, hipnotis, terapi kesenian, terapi musik, dan lain-lain (College And Association of Registeres Nurses of Alberta, 2011)

c. Salah satu praktek mind-body yaitu imagery yang merupakan formasi representasi mental dari objek, tempat, kejadian, situasi yang dipahami melalui perasaan. Terapi ini adalah strategi kognitif-sikap yang menggunakan imajinasi individu sendiri dan proses mental dan dapat


(32)

15

dipraktekkan sebagai aktivitas mandiri atau didampingi oleh seorang professional. Imagery menggunakan seluruh sensori-visual, oral, taktil, olfaktori, proprioseptif, dan kinestetik. Walapun imagery sering lebih kepada visualisasi, termasuk juga membayangkan melalui semua sensori dan tidak hanya mampu melihat sesuatu dengan mata pikiran.

Van Kuiken (2004) mendeskripsikan empat tipe imagery :

1. Terapi dasar biologis: terpai ini menggunakan produk natural, seperti diet herbal, makanan, vitamin, probiotik, dan suplemen diet (termasuk juga substansi yang tidak atau belum dibuktikan secara ilmiah, seperti kartilago hiu untuk menyembuhkan kanker).

2. Metode manipulasi tubuh: terapi ini menekankan manipulasi atau gerakan dari satu bagian tubuh atau lebih. Termasuk kiropraktik, osteopati, massage, dan refleksologi.

3. Terapi dasar energi: terapi ini melihat penyembuhan itu dari perspektif lapang energi. Terapi ini berdasarkan manipulasi lapang energi dan termasuk dua kategori: terapi biofield, yang mempengaruhi lapang energi yang mengelilingi dan menembus tubuh manusia, seperti reiki, sentuhan terapeutik, dan terapi bioelektromagnetik, yang melibatkan penggunaan lapang elektromagnetik yang tidak konvensional, merubah lapang energi, dan lain-lain.


(33)

C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah 1. Terapi Bekam

a. Definisi

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari (Kasmui, 2014). Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan Rasulullah SAW. Sesuai hadits, “Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah bersabda : “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas” (H.R. Bukhari).

Bekam hanya boleh dilakukan pada pembekuan/penyumbatan pembuluh darah, karena fungsi bekam yang sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Yasin, 2007 dalam Kamaluddin, 2010).Bekam terbagi dua yaitu bekam basah dan bekam kering.

b. Cara melakukan bekam 1) Bekam Basah

Teknik bekam ini merupakan cara pengeluaran darah statis atau darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.


(34)

17

a) Memeriksa tekanan darah

b) Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas beralkohol 70%

c) Lakukan pemijatan dan pijat seluruh anggota badan dengan minyak but-but/ zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 5- 10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar. Sehingga, hasil pengeluaran toksid lebih optimal.

d) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan titik-titiknya, 3-5 kali pompa. Biarkan selama 2-3 menit untuk membeikan kekbalan pada kulit saat dilakukan penyayatan.

e) Lepas gelas kaca tersebut, kemudian basuh permukaan kulit dengan minyak zaitun. Lakukan penyayatan dengan jarum (lancing), sayatan disesuaikan dengan diameter/lingkaran gelas kaca tersebut. Vacuum kembali 3-5 kali pompa dan biarkan selama 3-5 menit.

f) Buang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dengan tissue dan diberi antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak but-but, agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh. Hindari terkena air selama 1-2 jam.

g) Pembekaman dapat dilakukan setiap hari pada titik yang berbeda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan pada titik yang sama.


(35)

2) Bekam Kering

a) Pijat seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but atau minyak zaitun, selama 5 menit.

b) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik-titik pijat bayi yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15 menit. c) Lepas gelas kaca tersebut dan pijat kembali bekas bekam

dengan minyak but-but atau zaitun selama 2-3 menit. 3) Bekam meluncur

a) Pijat seluruh area punggung dengan pinyak but-but, minyak zaitun, atau habbatussauda secukupnya.

b) Vacuum dengan kop pada permukan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakkan kop ke seluruh area punggung, sampai terlihat kemerahan. Cukup dilakukan selama 2-3 menit.

c) Lepas kop bekam.

Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angina pada tubuh, melemaskan otot-otot, dan melancarkan peredaran darah.

c. Manfaat bekam 1) Bekam Basah

Manfaat bekam basah diantaranya yaitu, membersihkan darah dan racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf spinal, mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal


(36)

19

dan pengapuran pada pembuluh darah (arteriosclerosis), menghilangkan rasa pusing-pusing, memar di bagian kepala, wajah, migraine, dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan keram yang terjadi pada otot, memperbaiki permeabilitaspembuluh darah, sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina pectori, membantu dalam pengobatan mata, bagi wanita, dapat membantu mengobati gangguan rahim dan berhentinya haid, menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung, membantu mengatasi kemalasan, lesu, dan banyak tidur, dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik, dapat mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal, dapat mengatasi radang selaput jantung, dan radang ginjal, mengatasi keracunan, dan dapat menyembuhkan luka bernanah dan bisul.

b) Bekam Kering

Bekam kering dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah masuk angina, menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis, menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan, meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah, melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang, pembengkakan liver, radang ginjal, dan wasir(Fatahillah, 2006 dan Nilawati, dkk, 2008).


(37)

2. Ruqyah

a. Definisi Ruqyah

Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan bacaan ayat-ayat Al Qur’an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do’a-doa Rasulullah SAW (Akhmad, 2006).

Menurut Ibnu Qayyim, ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a ma’tsurat (yang diambil dari Al -Qur’an dan hadits). Dikatakan bahwa membaca Al-Qur’an dan do’a -do’a ma’tsurat itu merupakan sesuatu yang paling utama bagi manusia untuk mencegah sihir dan menolak pengaruh jelek sihir (Azhim, 2006).

b. Cara Melakukan Ruqyah

Sebelum melakukan ruqyah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kondisi tempat, jasmani dan ruhani pasien dan terapis sendiri.

1) Persiapan tempat

a) Tempat bersih, sejuk dan tenang. Agar bacaan Al Qur’an yang didengar meresap kedalam hati pasien. Jika dirumah, matikan TV dan semua suara musik dan kebisingan lain.


(38)

21

b) Membersihkan tempat dari semua benda keramat, jimat-jimat penangkal sihir, patung dan lukisan-lukisan bernyawa termasuk foto.

c) Bacakan ayat Kursi untuk membentengi lokasi dan mohon perlindungan kepada Allah, juga memberi pewangi ruangan. 2) Persiapan jasmani

a) Siapkan jiwa pasien; bimbing jiwanya agar kuat dengan melepaskan semua bentuk dendam dan kekecewaan dimasalalunya.

b) Anjurkan untuk berwudhu agar jasmani dan ruhaninya rileks. c) Perintahkan untuk membebaskan diri dan rumah dari benda

keramat dan jimat-jimat penangkal dan kembali kepada Allah. d) Ajak pasien bertaubat, dengan beristighfar atau mengajaknya

shalat taubat.

e) Bimbing pasien untu berdo’a memohon perlindungan dan kekuatan kepada Allah.

f) Arahkan pasien untuk rileks dan menyimak dengan khusyuk ayat-ayat ruqyah yang akan dibacakan.

g) Jika pasien wanita tidak dianjurkn untuk mengobatinya kecuali disertai salah seorang muhrimnya

3) Persiapan bagi peruqyah a) Berwudhu


(39)

b) Jika masalahnya berat, lakukan sholat mutlak 4 rakaat untuk memohon pertolongan Allah

c) Baca doa-doa pembentengan diri dan bentengi lokasi (dengan ayat kursi).

d) Mempersiapkan peralatan/sarana untuk meruqyah

e) Mengidentifikasi penyakit, membedakan sihir atau medis, dan menyimpulkan jenis terapi

Setelah persiapan, yang dilakukan selanjutnya adalah membacakan ayat-ayat ruqyah ditelinga pasien dengan tartil, hal ini berdasarkan contoh yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menangani pasien sihir.

Ayat-Ayat Ruqyah ini berdasarkan hadits dari Ubay bin Kaab ra, juga diriwayatkan dari Abdurahman bin Abu Laila yang diriwayatkan Ibn Majah dalam Sunannya (2/117) juga diriwayatkan Imam Hakim: Hadits itu menceritakan seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah SAW dan menceritakan bahwa saudaranya sedang sakit dan saat itu Rasulullah SAWbertanya; “Apa penyakit saudaramu?” Dia berkata; “Dia seperti orang gila (kesurupan)”. Dan beliau bersabda lagi; “Jemputlah dia dan bawa kemari”. Dan bapa itupun membawanya, kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat berikut: Al Fatihah, empat ayat Awal Al Baqarah (1-4), Pertengahan Al Baqarah (163-164), Ayat Kursi (Al Baqarah 255), Tiga Ayat Akhir Al Baqarah (284-286), Al Imran 18, Al A’raaf 54-56, Al Mukminun


(40)

23

(116-118), Al Jin 3, As Shafaat 1-10, Al Hasyr 22-24, Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nass.

Jika pasien mulai bereaksi, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan jangan takut, takutlah hanya kepada Allah agar semua mahluk-Nya takut kepada kita. Setelah selesai dibacakan ayat-ayat ruqyah. Jika pasien muntah hebat atau merasa lemas, terapis harus memeriksa keberadaan jin. Caranya adalah dengan melihat tanda-tandanya langsung dengan membacakan ayat-ayat tertentu, seperti membaca surat Hud ayat-ayat 56 sambil meletakkan tangan di atas ubun-ubun pasien.

Atau membaca surah al Baqarah 148 untuk memanggil kembali jin tersebut jika belum keluar atau hanya keluar dan masih berada di sekitar. Jika telah dibacakan berulang ulang namun tidak ada reaksi, maka ucapkan Alhamdulillah dan sarankan pasien untuk sujud syukur karena jin sudah keluar. Dan Allah yang lebih tahu hal ini. Setelah ikhtiar yang dilakukan, sebagai manusia hanya bisa bertawakal kepada-Nya.

Tugas terapis selanjutnya yaitu menjaga agar jin tidakmasuk lagi setelah ia keluar. Sebelum melakukan ini, terapis harus meyakinkan pasien mengenai apa yang ia rasakan. Jika pasien mengatakan kondisinya baik, segar, nyaman dan kondisi yang terlihat juga normal tanpa rasa sakit (kecuali bekas pijatan atau tekanan biasa di tubuh dan juga rasa sakit terasa lemah badan) maka insyaAllah tahap ini selesai.


(41)

Tugas selanjutnya adalah menasehati pasien. Akan tetapi, jika pasien masih merasa sedikit sakit atau terdapat kedutan di tempat-tempat tertentu, seperti di punggung, leher, kepala, kaki, atau sekitar pergelangan tangan dan kaki, maka ruqyah belum benar-banar belum tuntas. Karena biasanya getaran itu akan semakin kuat dan gangguan jin terjadi lagi. Hal yang harus terapis lakukan adalah menghilangkan bekas-bekas sihir itu, bisa dengan terpai al-Fatihah, ataupun menariknya dengan ayat penarik, memukul dengan ayat pemukul dengan tatacara di atas.

Daerah pergelangan tangan, telapak tangan dan kaki beserta pergelangannya. Biasanya setelah dilakukan ruqyah terdapat rasa panas/dingin/kesemutan/berat atau kedutan ringan di daerah tersebut. Jika hal ini terjadi, maka harus segera dibacakan surah al-Mukminun ayat 115 di tiupkan ke tangan dan tarik keluar/ujung kaki atau tangan sambil membaca “La haula wa laa quwwata illa billahil „aliyyil „azhim”. Lakukan dua atau tiga kali sampai sakit benar-benar hilang. (Akhmad, 2006).

c. Manfaat Ruqyah

1) Terapi ruqyah untuk penyakit fisik

Contoh ruqyah untuk pengobatan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu untuk menyembuhkan sengatan kalajengking. Sebagaimana dalam hadits berikut. “Diriwayatkan


(42)

25

oleh Ibnu Abi Syuaibah dalam Musnd-nya dari Hadits Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan: Ketika Rasulullah SAW shalat, pada saat beliau bersujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat jari tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: Semoga Allah melaknat kalajengking. Kalajengking tidak membeda-bedakan antara seorang nabi dengan yang lainnya. Kemudian Rasulullah menyuruh diambilkan air dan garam, lalu bagian yang disengat kalajengking sambil membaca Qul huwallahu ahad dan muawwidzatain sehingga rasa sakitnya reda.”

Selanjutnya diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah datang menemui Rasulullah menceritakan sakit yang diseritanya di bagian tubuhnya semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi SAW bersabda: “Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan bismillah tiga kali, dan ucapkanlah doa berikut sebanyak tujuh kali:“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.”

2) Terapi ruqyah untuk gangguan jiwa

Adapun terapi ruqyah untuk gangguan jiwa disebutkan di dalam beberapa hadis berikut: Di dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih melalui Kharijah Ibnush Shilt, dari pamannya yang menceritakan: Aku datang kepada Nabi saw. dan masuk


(43)

Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan suatu kaum, di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, “Sesungguhnya kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi SAW)telah datang dengan membawa kebaikan, apakah engkau punya sesuatu untuk mengobatinya?” Aku meruqyahnya dengan bacaan Fatihatul Kitab, ternyata ia sembuh, lalu mereka (keluarga si sakit) memberikan seratus ekor kambing. Aku datang kepada Nabi saw. dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda, “Apakah hanya ini (yang engkau ucapkan)?” Menurut riwayat yang lain disebutkan, “Apakah engkau mengucapkan selain itu?” Aku menjawab, “Tidak.” Beliau saw. bersabda, “Ambillah ternak itu. Demi umurku, sesungguhnya orang yang memakan dari hasil ruqyah batil (tidak boleh tetapi engkau memakan dari ruqyah yang benar. ”Selanjutnya disebutkan juga di dalam hadis riwayat Abu Dawud. Di dalam hadis tersebut Abu Dawud mengatakan bahwa dia mengetengahkannya melalui Kharijah, dari pamannya yang menceritakan: Kami kembali (pulang) dari sisi Nabi saw., lalu kami sampai pada suatu kabilah orang Badui. Mereka berkata, “Apakah kalian memiliki obat penawar, karena sesungguhnya di kalangan kami ada seorang yang gila dibelenggu dengan rantai. ”Lalu mereka mendatangkan orang gila tersebut dalam keadaan terbelenggu. Maka aku membacakan kepadanya Fatihatul Kitab


(44)

27

selama tiga hari setiap pagi dan petang. Aku menghimpun ludahku, lalu kuludahkan kepadanya sehingga si gila tersebut seakan-akan baru lepas dari ikatannya (sembuh), lalu mereka memberiku upah.Tetapi aku berkata, “Jangan.” Mereka berkata, “ Tanyakanlah dahulu kepada Nabi saw.” Aku bertanya kepada Nabi saw. dan beliau bersabda, “Makanlah demi umurku, barang siapa yang memakan (dari hasil) ruqyah yang batil (hukumnya haram), sesungguhnya engkau makan dari ruqyah yang benar.”

3) Terapi ruqyah untuk gangguan jin

Terapi ruqyah yang dilakukan untuk gangguan jin sudah sering dilakukan oleh orang-orang. Dan terapi ruqyah ini efektif bagi orang yang mengalami gangguan jin.

(Ariyanto, 2007)

3. Pijat Bayi

a. Definisi Pijat Bayi

Pijat bayi merupakan salah satu terapi yang bagus untuk menyehatkan bayi (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Pijat bayi adalah teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi (Suririnah, 2009).


(45)

b. Cara Melakukan Pijat Bayi

Berdasarkan teori Widowati (2015), Tim Galenia MCC (Mother and Child Care) (2014), Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), dan Suririnah (2009) cara melakukan terapi pijat bayi yaitu sebagai berikut:

1) Muka

a) Letakkan ibu jari di antara alis mata bayi. Pijat dengan ibu jari secara lembut pada alis dan di atas kelopak mata.

b) Pijat dari petengahan alis turun ke bawah melalui samping lipatan hidung.

c) Pijat menggunakan ujung jari untuk membentuk lingkaran kecil dari atas bibir melingkar sampai ke bawah bibir di kedua sisi secara bersamaan.

d) Ulangi pada area bawah bibir. 2) Dada, dan perut

a) Butterfly atau criss-cross

Kedua tangan berada di sisi dada bayi, lalu kedua tangan memijat dari arah tengah miring ke bawah sampai ke atas bahu kemudian kembali lagi ke posisi semula.

b) Whater wheel

Lakukan pijatan pada perut bayi seperti mengusap dari dada ke bawah perut, bergantian tangan kanan dan kiri. Lakukan sebanyak 30 kali.


(46)

29

c) Sun and moon.

Buat gerakan sun (matahari), yaitu dengan membuat satu lingkaran penuh searah jarum jam dan tangan yang lain membuat gerakan moon (bulan) dengan membuat setengah lingkaran (Tim Galenia MCC (Mother and Child Care), 2014). d) ILU (I Love You).

Memijat perut bayi dengan cara menggerakkan tangan searah jarum jam dan membentuk huruf I, L, dan U terbalik. Pertama kali pijat bagian kiri badan bayi dari bawah iga ke bawah dengan gerakan huruf I. lalu, pijat melintang dari kanan ke bawah dengan gerakan huruf L. Dan selanjutnya, pijat dari kanan bawah bayi, melengkung membentuk huruf U.

3) Punggung

a) Letakkan bayi dalam posisi tengkurap.

b) Letakkan kedua telapak tangan di bagian punggung bayi, lalu gerakkan kedua tangan secara berlawanan ke atas dan bawah, mulai dari puncak sampai bokong. Lakukan beberapa kali. 4) Tangan, pergelangan tangan, dan telapak tangan

a) Letakkan satu tangan di pangkal lengan dan satu tangan di pergelangan. Lakukan gerakan seperti memerah susu dan pijat dengan lembut mulai dari pangkal lengan kea rah pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Lakukan beberapa kali.


(47)

b) Buat gerakan melingkar pada telapak tangan bayi menggunakan ibu jari tangan.

c) Pijat lembut jari-jari bayi satu per satu. d) Lakukan pada tangan lainnya.

5) Kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki

a) Letakkan satu tangan di bagian pangkal paha dan tangan satunya di pergelangan kaki bayi, lalu lakukan gerakan memijat lembut seperti memerah, dari pangkal paha ke arah pergelangan kaki dengan tangan secara bergantian. Lakukan beberapa kali.

b) Pijat pergelangan kaki dengan ibu jari dengan lembut.

c) Pijat telapak kaki bayi mulai dari tumit ke arah jemari dengan gerakan melingkar menggunakan ibu jari tangan (thumb press). d) Pijat jari-jari bayi satu per satu dengan lembut.

e) Pegang pergelangan kaki dengan tangan kanan. Tekan ujung telapak kaki dengan ibu jari, sedangkan telunjuk menekan bantalan kaki atau bagian bawah jari. Lakukan selama 5 detik. f) Lalu pindahkan telunjuk ke bagian tengah telapak kaki.


(48)

31

c. Manfaat Pijat Bayi 1) Manfaat bagi ibu

Manfaat pijat bayi bagi ibu dianatarnya yaitu mempererat hubungan batin antara ibu dan anak, mengurangi rasa stress dan menimbulkan ras santai, merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan bayi, memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang menyusui, memudahkan orang tua untuk mengethaui kondisi fisik bayi, meningkatkan kepercayaan diri ibu, membina ikatan yang kuat antara orangtua dengan anak dengan dasar cinta dan keterbukaan komunikasi, bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan teknik meredakan stress.

2) Manfaat bagi bayi

Manfaat pijat bayi bagi bayi sendiri diantaranya yaitu membuat bayi semakin tenang, bayi dapat tidur dengan lebih baik karena merasa rileks dan disayangi, membantu pencernaan dengan menyembuhkan kolik dan kembung, membantu membentuk perkembangan mental bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, membantu meringankan ketidanyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu perkembangan otak dan sistem saraf, meningkatkan gerak peristaltik pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh,


(49)

meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stress pada bayi, menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan kelembutan siat anak, menciptakan suasana dan pemahaman akan pentingnya kreativitas dalam merawat anak, mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan baik dan buruk, dan mengenalkan kepada bayi mengenai kontrol badan mereka (Suririnah, 2009 dan Subakti & Anggraini, 2008)

4. SEFT

a. Definisi SEFT

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik yang digunakan unutk mengobati gangguan emosi yang menimbulkan penyakit. SEFT merupakan solusi tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja. SEFT adalah suatu metode yang membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas emosinya, seperti sedih, marah, tertekan, dan lain-lain (Aziz, 2013).

b. Cara Melakukan SEFT

SEFT terdiri dari tiga langkah: the set-up, the tune-in, the tapping.


(50)

33

1) The set-up

Tahap set-up ini adalah tahap yang paling penting, karena disini harus menemukan terlebih dahulu apa yang ingin dihilangkan baik berupa masalah fisik atau emosional. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir pikiran negatif atau keyakinan bawah sadar negatif, seperti „saya selalu gagal mencapai sesuatu’, „saya tidak mungkin mampu bersaing’, „saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok’, dan lain sebagainya.

Caranya dengan mengucapkan set-up words, yaitu kata-kata yang diucapkan dengan ikhlas, dan pasrah untuk menetralisir keyakinan dan pikiran negatif. Contoh kalimat set-up: “ Ya Allah, meskipun saya menderita sakit, saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu.” Sambil mengucapkan kalimat tersebut sebanyak tiga kali, kita menekan dada, tepat di bagian sore spot (titik nyeri = daerah sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit).

2) The tune-in

Untuk masalah fisik, dilakukan tune-in dengan cara merasakan sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit dan sambil hati dan mulut terus mengatakan “saya ikhlas, saya pasrah Ya Allah”. Untuk masalah emosi, tune-in dilakukan dengan cara memikirkan sesuatu aau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika


(51)

terjadi respon negatif (marah, sedih, takut, dan lain-lain), hati dan mulut tetap megatakan “saya ikhlas, saya pasrah… Ya Allah”. 3) The tapping

The tapping dilakukan bersamaan dengan tune-in. Pada proses ini pasien menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Titik-titik tersebut adalah :

1. Cr = Crown yaitu titik di bagian atas kepala 2. EB = Eye Brow, titik permulaan alis mata

3. SE = Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata 4. UE = Under the Eye, yaitu 2 cm di bawah kelopak mata 5. UN = Under the Nose, tepat di bawah hidung

6. Ch = Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir

7. CB = Collar Bone, yaitu di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama

8. UA = Under the Arm, yaitu di bawah ketiak sejajar dengan putting susu.


(52)

35

9. BN = Below Nipple, yaitu 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada danbagian bawah payudara (wanita).

Gambar 2.2. Area tapping terapi SEFT pada kepala, wajah dan badan

10.IH = Inside of Hand, yaitu di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan.

11.OH = Outside of Hand, yaitu di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan

12.Th = Thumb, yaitu ibu jari di samping luar bagian bawah kuku


(53)

13.IF = Index Finger, yaitu jari telunjuk samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

14.MF = Middle Finger, yaitu jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

15.RF = Ring Finger, yaitu jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

16.BF = Baby Finger, yaitu di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).

Gambar 2.3. Area tapping pada terapi SEFT pada tangan (Zainuddin, 2009 dalam Rahman, 2016)

c. Manfaat SEFT


(54)

37

2) Mengatasi berbagai masalah emosi 3) Meningkatkan kinerja dan prestasi 4) Menstabilkan tekanan darah (Zainuddin, 2009).

D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer

Di Indonesia sudah memiliki peraturan pemerintah mengenai terapi komplementer dan alternatif. Seperti dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, Bab satuketentuan umum, pasal satu ayat enam dan tujuh menyatakan bahwa “Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya disingkat STRTKT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.” Dan “Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat SIPTKT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam rangka pelaksanaan pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.”

Dalam pasal dua juga disebutkan bahwa “Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan konvensional membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang bersinergi dan dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di fasilitas pelayanan kesehatan, memberikan pelindungan kepada masyarakat, meningkatkan mutu


(55)

pelayanan kesehatan tradisional, dan memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.”

Dalam bab tiga tentang jenis pelayanan kesehatan tradisional, pasal 11, bagian ketiga mengenai pelayanan kesehatan tradisional komplementer menyatakan bahwa “Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dilakukan dengan cara pengobatan/perawatan dengan menggunakan keterampilan dan/atau ramuan.”

Dalam bab lima tentang sumber daya, bagian kesatu yaitu tentang sumber daya manusia, pada pasal 31 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional komplementer dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional, tenaga kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat, merupakan tenaga kesehatan yang ilmu dan keterampilannya diperoleh melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan paling rendah diploma.” Pada paragraf tiga, mengenai pendaftaran penyehat tradisional, pasal 39 juga dikatakan bahwa “setiap penyehat tradisional yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional empiris wajib memiliki STPT.”

Dan pada paragraf empat tentang registrasi dan perizinan tenaga kesehatan tradisional, pasal empat menyatakan bahwa STRTKT sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan, dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi: memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional, memiliki sertifikat kompetensi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi, dan membuat


(56)

39

pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.” (PP RI, 2014)

E. Penelitian Terkait

Ridwan Kamaluddin melakukan penelitian mengenai pertimbangan dan alasan pasien hipertensi menjalani terapi alternatif komplementer bekam di kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini ditemukan dua tema pada penelitian ini. Kedua tema berdasarkan temuan pada penelitian ini meliputi proses pengambilan keputusan menjalani terapi bekam dan alasan klien menjalani terapi bekam. Tema pertama tentang proses pengambilan keputusan memilih terapi bekam, pada penelitian ini ditemukan dua faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan memilih terapi bekam yaitu adanya faktor sosial dan faktor psikologis. Tema kedua tentang alasan menjalani terapi bekam, pada penelitian ini ditemukan beberapa alasan menjalani terapi bekam yang meliputi aspek fisiologis, psikologis, ekonomi dan spiritual (Kamaluddin, 2010).

Penelitian mengenai terapi pijat bayi juga pernah dilakukan yaitu dengan melakukan review. Hasil penelitian tersebut ditemukan sembilan penelitian yang memberikan data primer yang menyatakan bahwa terapi pijat bayi dapat meningkatkan interaksi ibu dan anak, tidur, relaksasi, membuat bayi menjadi jarang menangis dan berpengaruh pada kadar hormon yang dikeluarkan untuk mengontrol stress (Underdown, dkk, 2009).


(57)

Penelitian lain mengenai efek Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap cemas, depresi, dan sindrom koroner akut. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian ini yaitu pada kelompok intervensi SEFT terjadi penurunan tingkat depresi dari 16.74 menjadi 12.32, terjadi pula penurunan tingkat kecemasan dari 14.32 menjadi 8.42 dan juga terjadi penurunan tingkat stres dari 21.68 menjadi 17.58. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi SEFT, tingkat depresi, kecemasan dan stres pasien tetap sama (Bakara, dkk, 2013).

F. Mahasiswa 1. Definisi

Mahasiswa adalah pemuda yang dinamis, terpelajar, dan seorang warga negara yang tugas utamanya adalah menuntut dan menggali ilmu pengetahuan seluas-luasnya, berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada serta memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lainnya (Budiman, 2006). Mahasiswa dengan segala kemampuan yang dimilikinya diharapkan memiliki kemajuan dalam berpikir, tingkat sosialisasi yang baik, dan bijak dalam bertindak. Mahasiswa selain bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, juga memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu mencanangkan berbagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (Antoni, 2012).


(58)

41

2. PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu jurusan yang berada di dalam naungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta memiliki visi, misi dan tujuan. Visi Program Studi Ilmu keperawatan adalah menjadikan Program Studi Ilmu Keperawatan Sebagai Program Studi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan pada tahun 2020. Misi Program Studi Ilmu Keperawatan yaitu menyelenggarakan pendidikan Ners yang mengintegrasikan keislaman dan keperawatan, mengembangkan pusat ilmu keperawatan yang berlandaskan keislaman, mengembangkan etika ilmu yang didasarkan pada kaidah keislaman dalam pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan, memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter bangsa, memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan melalui penelitian dan pengabdian masyarakat yang mengintegrasikan keislaman dan kesehatan, serta memberikan kontribusi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat

(http://psik.fkik.uinjkt.ac.id).

Di antara seluruh angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya PSIK 2012 yang telah mendapatkan materi dan praktek mengenai terapi komplementer dan alternatif. Pemberian materi mengenai terapi komplementer ini adalah yang pertama kali diterapkan kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN


(59)

Syarif Hidayatullah Jakarta (Mardiyanti, 2015 dalam modul Complementary Nursing).


(60)

43

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Akhmad (2006), Fatahillah (2006), Nilawati (2008), Zainuddin (2009), Suririnah (2009),Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), Tim Galenia MCC, dan Yudantara (2006).

pengalaman Mahasiswa PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cara melakukan terapi Terapi komplementer alternatif sebagai pengganti medis Penggabungan terapi komplementer alternatif dan medis Mendapat materi terapi komplementer dan alternatif Praktek terapi komplementer dan alternatif Bekam, ruqyah, SEFT, pijat bayi

Telah mendapatkan pengalaman praktek terapi

komplementer dan alternatif Manfaat

Terapi G. Kerangka Teori

Manfaat terapi bekam Manfaat terapi ruqyah Manfaat terapi pijat bayi Manfaat terapi SEFT


(61)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Wasis (2008) menjelaskan kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Wasis, 2008). Pada penelitian ini peneliti hendak meneliti mengenai pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif dimana variabel yang akan diteliti yaitu pengalaman mengenai terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT) termasuk cara melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai pengganti medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis.

B.Definisi Istilah 1. Pengalaman

Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami, dijalani, dan dirasakan oleh seseorang. Di sini pengalaman yang dikaji yaitu mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT), dan beberapa hal yang dipengaruhi oleh pengalaman (cara melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai pengganti medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis).


(62)

45

2. Terapi komplementer dan alternatif

Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi medis. Dalam penelitian ini terapi komplementer dan alternatif yang akan dibahas adalah terapi bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT.

3. Bekam

Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan Rasulullah SAW. Bekam juga metode pengobatan dengan cara mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari.

4. Pijat bayi

Pijat bayi adalah teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi.

5. Ruqyah

Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan bacaan ayat-ayat Al Qur’an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do’a-doa Rasulullah SAW.

6. SEFT

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah suatu metode yang membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas fisik dan emosinya.


(63)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Menurut Edmund Husserl, fenomenologi yaitu studi tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan sesuatu. Penelitian fenomenologis meneliti suatu kejadian yang dirasa dan diketahui melalui pengalaman seseorang (Conny, 2010). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti memilih FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tempat penelitian karena materi terapi komplementer baru diberikan kepada mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan melakukan penelitian pada bulan April 2016 di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(64)

47

C. Informan penelitian

Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai segala sesuatu secara umum, terutama mengenai hal di luar dirinya (Shohibuddin, 2009). Informan terdiri dari lima orang mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengacu pada kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah

1) Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Bersedia menjadi responden.

3) Mahasiswa aktif kuliah.

4) Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai terapi komplementer.

5) Mahasiswa memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrument utama dan pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Danim, 2003 dan Gulo, 2005). Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam (in-depth interview).


(65)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan cara memilih sampel sesuai dengan yang diinginkan peneliti (Nursalam, 2008). Informan dianggap telah cukup apabila telah mencapai saturation data/redundancy data. Ini merupakan poin dimana peneliti tidak lagi menemukan informasi baru, atau terus menemukan pola yang sama dari pernyataan partisipan (Pitney, 2009).

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan April 2016 dan dilakukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview).

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu akan mengurus perizinan penelitian ke pihak-pihak terkait di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Merancang pedoman wawancara yang akan ditanyakan kepada informan penelitian.

3) Melakukan pendataan informasi yang diperoleh dari informan. 4) Data akan direduksi/disederhanakan lalu akan disajikan sebagai

data akhir untuk dianalisa.


(66)

49

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

1) Wawancara mendalam (in-depth interview)

Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang ditujukan untuk wawancara yang lebih mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan cara bertanya kepada responden untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang akan diteliti. Dalam wawancara mendalam, pengalaman hidup adalah prioritas, dan peneliti berkolaborasi dengan partisipan penelitian (West, Richard dan Lynn H. Turner, 2008). Pada in-depth interview peneliti berupaya untuk membuat informan penelitian berbicara dengan bebas dan mengutarakan apa yang hendak disampaikan dengan sebenar-benarnya (Gilbert A. Churchil, Jr, 2005).

Wawancara mendalam ini melibatkan peneliti yang memberikan pertanyaan kepada partisipan untuk menggali informasi, perspektif, wawasan/pengetahuan, perasaan, sikap, pengalaman atau fenomena yang dapat diobservasi (Janet, 2010). Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam yaitu memperoleh data yang lebih mendalam mengenai pengalaman


(67)

mahasiswa mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.

Di sini penentuan durasi waktu wawancara disesuaikan dengan partisipan. Peneliti akan melakukan kontrak waktu dengan partisipan sehingga mereka dapat meluangkan waktu untuk dilakukan wawancara mendalam tanpa mengganggu aktivitasnya yang lain (Holloway & Wheeler, 2010).

Tipe wawancara yang digunakan yaitu semi-structured interview. Semi-structured interview menggabungkan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Sering dikombinasikan dari tanya jawab yang spesifik yang menyebabkan jawaban yang bersifat bebas dari partisipan, dan pewawaancara dapat mengambil kesempatan ini untuk menanyakan lebih lanjut mengenai pertanyaan tersebut untuk membuat partisipan menguraikan jawaban telah diberikan (Myers, 2008). Pertanyaan baru dapat timbul selama percakapan (Bernsen & Dybkjær, 2009).

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, ada empat teknik mencapai keabsahan data, yaitu kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas (dipendabilitas), konfirmabilitas. Di antara empat teknik ini dapat dipilih salah satu atau lebih untuk mencapai keabsahan data.


(68)

51

1) Kredibilitas. Kredibilitas meliputi berbagai hal, yaitu :

a) Memperpanjang cara observasi, agar cukup waktu untuk mengenal responden, lingkungannya dan kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini juga dilakukan untuk mengecek informasi, agar dapat peneliti diterima oleh partisipan.

b) Pengamatan terus-menerus, agar peneliti dapat melihat sesuatu secara teliti, terdeskriptif dan mendalam, sehingga dapat dibedakan mana yang memiliki makna dan tidak.

c) Triangulasi berupa pengumpulan data lebih dari satu sumber yang menunjukkan informasi yang sama.

d) Peer debriefing dengan cara mendiskusikan tentang penelitian dengan orang lain, seperti teman sejawat, dan dosen.

e) Member-check artinya mengulangi kembali setiap akhir wawancara

Pada penelitian ini menggunakan peer debriefing dan member check. Penelitian didiskusikan dengan dosen pembimbing. Pertama, peneliti akan mendiskusikan data-data penting dari informan. Kedua, penelitian melakukan validasi data deskriptif kualitatif yang merupakan data hasil penelitian pada responden dengan mengajukan pertanyaan.

2) Transferbilitas, merupakan validitas eksternal berupa keteralihan. Pada transferebilitas ini dilihat sejauh mana penelitian dapat


(69)

diterapkan pada kasus daerah lain. Penelitian ini tidak menggunakan transferbilitas pada keabsahan data.

3) Auditabilitas dan dependibilitas (reliabilitas) merupakan konsistensi, atau sekurang-kurangnya ada kesamaan hasil bila diulang oleh peneliti lain. Untuk menguji hal ini, perlu dilakukan langkah-langkah berikut. a) Pengamatan oleh dua orang atau lebih terhadap fenomena yang

terjadi,

b) Checking data dilakukan dengan mencari data dari orang lain, c) Audit trail, dilakukan oleh pembimbing untuk memeriksa proses,

jika ada pembimbing atau konsultan (Suwardi Endraswara, 2006). Audit trail yang merupakan bagian dari auditabilitas dan dependibilitas (reliabilitas) juga digunakan. Proses penelitian ini diarahkan oleh dosen pembimbing. Peneliti melaporkan hasil penelitian kepada pembimbing sebagai auditor dan melakukan pemeriksaan guna meyakinkan dan membuktikan bahwa laporan penelitian sesuai dengan data yang didapat.

H. Teknik Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Analisa data yang akan digunakan metode fenomenologi Colaizzi, meliputi:


(70)

53

1. Menyimak narasi partisipan (dalam bentuk rekaman dan/atau catatan tertulis). Berusaha untuk mengetahui makna-makna inheren dari tiap pernyataan partisipan dalam narasi untuk memperoleh “makna secara keseluruhan”

2. Menfokuskan hanya pada kalimat-kalimat yang secara langsung menyinggung persepsi terhadap integrasi terapi komplementer dalam keperawatan. Mencari data yang penting bagi fenomena yang diteliti, memilah-milah pernyataan-pernyataan yang penting dan membuat daftar untuk pernyataan-pernyataan tersebut.

3. Merumuskan makna. Peneliti mengambil beberapa pernyataan penting, mencoba untuk menggali lebih dalam makna yang terkandung dalam sebuah pernyataan yang diutarakan partisipan, dan berupaya pula memahaminya dalam istilah yang digunakan oleh partisipan.

4. Mengulangi proses pada no. 3 untuk masing-masing wawancara yang direkam atau dicatat secara tertulis, lalu mengelompokkan semua makna yang berbeda-beda itu dalam tema tertentu.

5. Uraian mendalam (exhaustive description). Membuat uraian analisis secara terperinci mengenai perspektif partisipan yang terdapat dalam tema integrasi terapi komplementer dalam keperawatan. Di sini peneliti menyatukan semua kelompok tema ke dalam sebuah penjelasan yang menyatakan pandangan partisipan terhadap integrasi terapi


(71)

6. Merumuskan uraian mendalam terkait keseluruhan fenomena yang diteliti, dan mengidentifikasi struktur pokoknya atau esensinya.

7. Member check. Peneliti mengulang validasi data pada partisipan mengenai data deskriptif kualitatif yang ada untuk mengklarifikasi keabsahan data hasil penelitian. Hycner (1885) menyarankan pula kepada peneliti untuk menunjukkan ringkasan dari tiap-tiap wawancara dengan menggaris bawahi tema-tema yang telah ditemukan kepada partisipan. Tindakan ini memungkinkan peneliti untuk mengubah gagasan, atau dapat menambah gagasan-gagasan baru (Christine, 2008).

Bagan 4.1 Teknik Analisa Data Metode Collaizi (1978) dalam Christine (2008) Kembali ke responden untuk klarifikasi keabsahan data hasil penelitian Membuat daftar data-data penting Seleksi data-data penting bagi fenomena yang diteliti Menyimak data narasi Memasukkan data baru ketika validasi data Membuat uraian analisis data secara terperinci Menggali lebih dalam makna dari

pernyataan responden Pengumpulan data Merumuskan tema Menggali lebih dalam makna dari

pernyataan responden Merumuskan tema Menggali lebih dalam makna dari pernyataan responden


(1)

pengganti terapi medis

sebagai

pengganti terapi medis

64 Waktu itu ada jadi dokter nyaranin nggak usah terapi medis lagi, malah ke tradisional aja misalnya kaya bekam

Terapi bekam sebagai terapi pengganti medis

65 Ada contohnya dia ngobatin ke medis tapi nggak sembuh sembuh terus ke bekam

Terapi bekam sebagai

terapipengganti medis

66 Dari pengalaman belom ada, belom pernah melihat atau mendengar yang tadinya terapi medis ke terapi ruqyah

Terapi ruqyah sebagai terapi pengganti medis

Terapi ruqyah belum

digunakan sebagai pengganti terapi medis

    

67 Saya belum menemukan yang dari medis, sakit trus ke pijat bayi Terapi pijat bayi sebagai terapi pengganti medis

Terapi pijat bayi belum digunakan sebagai pengganti terapi medis


(2)

68 Jadi misalnya kalau udah medisnya nggak ada dapet ya ke tradisional di terapi pijat malah lebih baikan gitu (pijat bayi)

Terapi pijat bayi sebagai terapi pengganti medis

70 Belum nemuin kalo dari medis ke terapi SEFT Terapi SEFT sebagai terapi pengganti medis

Terapi SEFT belum

digunakan sebagai pengganti terapi medis

    

71 Kalo saya belum nemu (yang menggabungkan terapi medis dan bekam)

Terapi bekam sebagai terapi komplementer

Terapi ruqyah dan terapi SEFT belum

digunakan sebagai

pelengkap terapi medis

 

72 Kalau untuk menggabungkannya saya belum menemukan antara medis dan terapi ruqyah

Terapi ruqyah sebagai terapi komplementer

Terapi ruqyah belum

digunakan sebagai


(3)

terapi medis 73 Kalau yang menggabungkan (terapi pijat bayi dan medis) saya

juga belum (menemukan)

Terapi pijat bayi sebagai terapi

komplementer

74 Kalo yang menggabungkan (terapi SEFT dan medis) juga belum tau

Terapi SEFT sebagai terapi komplementer

Terapi SEFT belum

digunakan sebagai pelengkap terapi medis

  

75 Iya tapi memang bukan mengobati penyakit fisiknya tetapi memang karna penyakit fisiknya akan akan menimbulkan psikologisnya juga ikut bermasalah, dia mengobati nya di SEFT

Terapi SEFT sebagai terapi komplementer pada gangguan psikologis

76 Menggabungkan iya, hipertensi, nyeri kepala hebat biasanya, kebanyakan ini hanya sebagai tambahan, dari medis dapet obat yang langsung menyembuhkan, belum selesai, sisanya pengobatan alternatif

Terapi SEFT sebagai terapi komplementer pada nyeri kepala hebat dan hipertensi


(4)

77 Hasilnya lebih efektif, skala nyerinya berkurang, tekanan darahnya turun

Efek

penggabungan terapi medis dan terapi SEFT pada nyeri

78 Merasa lebih ikhlas terhadap penyakitnya saat itu Efek

penggabungan terapi medis dan terapi SEFT pada gangguan psikologis

79 Dia nambahin kaya tekanan darah tinggi, dia masih tetep ikut pengobatan dari dokter, cuman dia nambahin terapi bekamnya, nggak ninggalin obat-obat yang dikasih dokternya.

Terapi bekam sebagai terapi komplementer pada tekanan darah tinggi

Terapi bekam digunakan sebagai terapi komplementer

Terapi bekam, pijat bayi, digunakan sebagai terapi komplementer

  

80 Kalo yang menggabungkan itu, dia pakek vitamin yang buat anak biar gampang makan itu, tapi dia tetep mengggabungkannya dengan minum vitamin itu dan dengan pijat bayi

Terapi pijat bayi sebagai terapi

komplementer pada bayi


(5)

penurunan nafsu makan 81 Bayinya itu panas datang ke klinik tersebut, trus dipijat bayi,

namun karna memang tidak langsung bisa langsung turun, kan maksudnya baru pijat bayi

Terapi pijat bayi sebagai terapi

komplementer pada bayi febris

Terapi pijat bayi digunakan sebagai terapi komplementer

82 Ada, dia itu BAB nya susah lancer

Makanya pencernaannya itu nggak lancar, dia jadi pertumbuhannya itu terganggu, trus disaranin dokter masuk ke terapi pijat bayi ini

Terapi pijat bayi sebagai terapi

komplementer pada konstipasi

83 Ketika mereka bekam juga, obat juga dilakukan, itu lebih cepat turunnya (tekanan darah)

Efek

penggabungan terapi bekam dan medis pada tekanan darah

Penggabungan terapi bekam, dengan terapi medis

memberikan hasil yang lebih efektif

  

84 Saya belum tau hasilnya (penggabungan terapi medis dan pijat bayi)

Efek

penggabungan terapi medis


(6)

Dokumen yang terkait

Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif

5 30 139

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Gambaran Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 60 122

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

0 5 55

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Gambaran Berpikir Kritis Dalam Problem Based Learning (PBL) Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta AGIL MAIZAR FKIK

0 0 96