Cara mengatahui riwayat Asbab al-Nuzul

kaitanya dengan penetapan hukum, sebagai akibat darinya, berdasarkan ayat yang bersangkutan. Yakni, apakah ayat itu berlaku secara umum berdasarkan bunyi lafalnya, ataukah tetap terikat dengan sebab turunya ayat itu. 14 Dalam hal ini terdapat dua kaidah yang berlawanan; 1 Kaidah pertama menyebutkan ِﺐَﺒﱠﺴﻟا ِصْﻮُﺼُِﲞ َﻻ ِﻆْﻔﱠﻠﻟا ِمْﻮُﻤُﻌِﺑ ُةَﺮْـﺒِﻌﻟْا, bahwa yang dijadikan pegangan adalah teks yang umum, bukan sebab yang khusus. 2 Kaidah kedua menyebutkan ُةَﺮْـﺒِﻌﻟْا ِﻆْﻔﱠﻠﻟا ِمْﻮُﻤُﻌِﺑ َﻻ ِﺐَﺒﱠﺴﻟا ِصْﻮُﺼُِﲞ bahwa yang dijadikan pegangan adalah sebab yang khusus, bukan teks yang umum. Penetapan makna suatu ayat didasarkan pada penyebabnya yang khusus sebab nuzul, bukan pada bentuk lafazhnya yang umum. Dengan pembahasan tentang hubungan antara sebab dengan jawaban sebagai akibat atas sebab itu, Al-Zarqani menyatakan bahwa jawaban atas suatu sebab, ada dua kemungkinan. pertama; Jawaban itu dalam bentuk pernyataan yang bebas dalam arti berdiri sendiri atau terlepas dari sebab yang ada. Kedua; Jawaban itu dalam pernyataan yang tidak bebas, dalam arti tetap terkait secara langsung dengan sebab yang ada. 15 Adapun menurut al-Zarqani mengenai jawaban yang bebas karena dapat berdiri sendiri atau terlepas dari sebabnya, beliau menyatakan ada dua macam kemungkinan yakni: 14 Ibid,146 15 Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 147 a. Searah dengan kapasitas cakupan hukum maupun dari segi kekhususannya. Jadi disini ada dua macam kemungkinan juga yakni: pertama; Sebab yang bersifat umum memiliki akibat yang bersifat umum. Kedua; Sebab yang bersifat khusus memiliki akibat yang bersifat khusus. b. Tidak searah dengan kapasitas cakupan hukumnya antara sebab dengan ayat yang turun. Dalam hal ini, ada pula dua kemungkinan bentuknya, pertama; Sebab yang bersifat umum, sedang lafal ayat sebagai jawabanya bersifat khusus. Kedua; Sebab yang bersifat khusus, sedang lafal ayat sebagai jawabannya bersifat umum. 16 Jumhur Ulama berpendapat, bahwa yang harus dipegangi adalah keumuman lafal dan bukan kekhususan sebab. Kaidahnya berbunyi: ِمْﻮُﻤُﻌِﺑ ُةَﺮْـﺒِﻌﻟْا ِﺐَﺒﱠﺴﻟا ِصْﻮُﺼُِﲞ َﻻ ِﻆْﻔﱠﻠﻟا Dalam hal ini saat ada ayat dengan teks atau lafad} yang umum dengan sebab yang khusus, maka yang menjadi pegangan adalah keumuman lafad} bukan sebab yang khusus tersebut, ini merupakan pendapat jumhur Ulama’ 17 Diantara argumenya adalah sebagai berikut: 1. Hujjah yang harus dipegangi adalah lafal ayat dan sebabsebab yang timbul hanya berfungsi sebagai penjelasan. 2. Pada prinsipnya, kandungan lafal memiliki pengertian umum terkecuali ada qarinah. 3. Para sahabat Nabi dan mujtahid di berbagai tempat dan masa berpegang pada teks ayatnya dan bukan pada sebab yang terjadi. 16 Ibid,147 17 Sahid, ‘Ulum al-Qur’an,101 Sebagian Ulama berpendapat, bahwa yang harus di pegangi adalah kekhususan sebabnya. Kaidah yang mereka pergunakan adalah ِﻆْﻔﱠﻠﻟا ِمْﻮُﻤُﻌِﺑ َﻻ ِﺐَﺒﱠﺴﻟا ِصْﻮُﺼُِﲞ ُةَﺮْـﺒِﻌﻟْا. Diantara argumennya adalah bahwa ayat yang turun pada hakikatnya merupakan keringkasan kasus yang terjadi beserta petunjuk penyelesaiannya. Sedangkan pada kasus lain yang serupa dengannya, maka hukum yang dipakai tidaklah berasal langsung dari ayat itu sendiri, melainkan berasal dari pemakaian qiyas analog. Dengan demikian, sesungguhnya antara pendapat jumhur dengan sebagian Ulama di atas, tidaklah berbeda bila dilihat dari segi kapasitas aplikasi dan cakupan hukumanya. Yang berbeda hanyalah bahwa jumhur Ulama menggunakan dalil mant}uq ayat, sedang yang lainnya menggunakan jalan qiyas analog.

B. Teori Munasabah dalam al-Quran

Kata Munasabah Menurut Jalal al-Din al-Suyuthi secara etimologis adalah Musyakalah dan Muqarabah yang berarti kesamaan dan kedekatan. Ibn al-Qayyim al-Jauzi menamakan tanasub dengan tasyabuh mutasyabih yang berarti keserupaan. Dengan demikian, arti munasabah secara etimologis adalah kecocokan, kesesuaian, kesamaan, kedekatan, dan keserupaan. Konkretnya, munasabah adalah hubungan atau relevansi antara satu dengan yang lain. 18 Adapun menurut pengertian secara terminologis Manna’ al-Qaththan memberikan pengertian bahwa Munasabah adalah segi-segi hubungan antara satu kalimat 18 Sahid, ‘Ulum al-Qur’an,135 dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain, antara satu surat dengan surat yang lainnya 19 . Sedangkan menurut Ibnu Al-‘Arabi munasabah adalah keterikatan ayat- ayat Al-Qur’an sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung. Jadi Munasabah dapat di pahami sebagai pengetahuan tentang berbagai hubungan unsur-unsur dalam al-Quran. 20 Munasabah jika dilihat dari segi sifatnya, yakni mengacu pada tingkat kejelasan dan kesamaran makna, maka dapat dikategorisasikan menjadi: 1. Dhahir al-Irtibath Adapun yang dimaksud adalah kesesuaian bagian- bagian al-Qur’an ayat maupun surat yang terjalin secara jelas dan kuat. Adanya kesatuan unsur pembentuk hubungan antar ayat maupun surat secara redaksionis. 2. Khafiy al-Irtibath Yaitu hubungan yang terjadi di antara dua ayat atau surat secara samar, sehingga jika dipahami hanya melalui makna redaksinya akan menunjukkan tidak ada hubungan. Seolah-olah kedua ayat maupun surat tersebut berdiri sendiri dan tidak adanya keterkaitan kuat dengan ayat maupun surat sebelum dan sesudahnya. 21 19 Manna‘ al-Qaththan, Mabah}its fi ‘Ulum, 97 20 Sahid, ‘Ulum al-Qur’an,136 21 Ahmad Rasyid, Munasabah dalam Al-Qur’an Konstruksi Pemahaman Makna Korelatif, Skripsi: Surabaya: Program Strata Satu Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2006, 14.

Dokumen yang terkait

Menikahi orang musyrik prespektif Al-Jashash dan Al-Qurtubi : analisa surat Al-Baqarah : 221 dalam tafsir Ahkam Al-Quran dan Jami'li Ahkam Al-Quran

6 28 70

BAB 2 Surat Al Isra Ayat 26-27 dan Surat Al Baqarah Ayat 177

0 2 9

Makna al-kursi dalam al-qur'an: Analisa teori penafsiran Abu Hayyan al-Andalusi dan Rasyid Ridha atas Surat al-Baqarah Ayat 255.

0 13 83

Penafsiran al Sha'rawi terhadap "kafir" dalam surat al Baqarah ayat 6.

1 0 100

PERNIKAHAN DINI DALAM AL QUR’AN : TELAAH ATAS PENAFSIRAN LAFAD WA AL LA’I LAM YAHIDN SURAT AL TALAQ AYAT 4 DALAM KITAB JAMI‘ AL BAYAN ‘AN TA’WIL ’AY AL QUR’AN LI IBN JARIR AL TABARI.

0 1 113

IBRAH KISAH KONFLIK BANI ISRA’IL DALAM AL-QUR’AN (TELAAH PENAFSIRAN ULAMA ATAS AYAT KONFLIK BANI ISRA’IL DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 243-252).

1 6 87

BAB I PENDAHULUAN - PENAFSIRAN AYAT-AYAT NIKAH DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH, AN-NISĀ’, AN-NŪR, AL-AḤZĀB (Telaah Komparatif dalam Tafsῑr Jalāla͞ῑn dan Al-Qur’an Al-‘Aẓῑm) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL BAQARAH AYAT 247 DAN AL MUNAFIQUN AYAT 4 SKRIPSI

0 1 94

BAB II KAJIAN TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 133 A. Deskripsi al-Qur’an Surat al-Baqarah Ayat 133 - Pendidikan Aqidah Anak dalam perspektif al Qur'an surat al Baqarah 133 - Raden Intan Repository

0 1 18

MAKNA AL-MAGHDLUB DAN AL-DLALLIN (QS. AL-FATIHAH AYAT 7 PENAFSIRAN AL-QURTUBI DALAM TAFSIR AL-JAMI’LI AHKAAM AL-QUR’AN) - STAIN Kudus Repository

1 6 31