21
BAB III TEMBANG MACAPAT
A. Konvensi Tembang Macapat
Tembang macapat sangat populer di kalangan masyarakat Jawa. Dilihat dari bentuk karya sastranya, tembang Macapat itu mempunyai konvensiaturan yang
sama dengan tembang Tengahan, yang pokok ialah: guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Di samping itu perlu dibumbui dengan hiasan bahasa berupa: kata-kata
Kawi, purwakanthi, kata-kata berkias, bali-swara, daya-sastra dan sebagainya Sardjijo, 1991.
Dilihat dari cara melagukannya dan membacanya, perlu diperhatikan masalah: laras Slendro, Pelog, lagu-lagunya, irama dan kejelasan ucapannya.
Tembang macapat terikat oleh metrum tertentu. Teknik nembang macapat diuraikan oleh Hardjasoebrata 1985 dalam bukunya yang berjudul Pedhotan Tembang
Macapat, dan Hardjowirogo 1958 dengan bukunya yang berjudul Pathokaning Nyekaraken. Adapun tembang yang berkaitan dengan pentas wayang purwa
diuraikan oleh Harsono Kodrat 1982 dengan judul buku Gendhing-gendhing Karawitan Jawa, serta Kodiron 1976 dalam buku Marsudi Karawitan Jawi.
Tokoh seni tembang lainnya yaitu Marwoto 1981 dengan bukunya Turunan Karawitan, Nanang Windradi 2002 dengan bukunya Suluk Kawruh Pedhalangan
lan Macapat. Adapun tokoh yang mengulas tentang tembang dan gending karawitan yaitu :
Soekiman 1984 dengan bukunya Gamelan Dramatari dan Komedi Jawa, Soerasa 1983 dengan bukunya Gamelan, Soetrisno 2004 dengan bukunya Syair Tembang
22 dalam Wayang Purwa, Sri Widodo 1995 dengan bukunya Gendhing-gendhing
Dolanan, dan Lelagon Langgam, Kroncong, Dhangdhut, Sudibyo Aris 1982 dengan bukunya Mengenal Kesenian Tradisional, Waridi 2004 dengan bukunya
Seni Pertunjukan Wayang, Warih Jati Rahayu 2002 dengan bukunya Puspa Sumekar, Wasista Suryadiningrat 1971 dengan bukunya Gamelan Dance and
Wayang in Jogjakarta dan Wiryah Sastrowiryono 1988 dengan bukunya Bawa Sekar. Masing-masing pakar ini memang mempunyai kontribusi yang sangat berarti
bagi perkembangan seni tembang Jawa.
B. Guru Lagu, Guru Wilangan, Guru Gatra