Jenis-jenis Stock Split Landasan Teori
2. Raspati 2013 meneliti tentang “Dampak Pengumuman Right Issue dan
Stock Split terhadap Likuiditas Saham” menemukan bahwa terjadi
kenaikan likuiditas saham setelah dilakukan stock split. Rata-rata likuiditas saham setelah dilakukan stock split atau pemecahan saham
diperoleh hasil sebesar 0,138432, sedangkan sebelum stock split sebesar 0,111041, yang menunjukkan bahwa terjadi kenaikan likuiditas saham.
Hal ini sesuai dengan tujuan pemecahan saham yaitu meningkatkan likuiditas saham di pasar modal.
3. Lamoureux dan Poon 1987 dalam penelitiannya yang berjudul “The
Market Reaction to Stock Splits ” menemukan bahwa terjadi peningkatan
jumlah pemegang saham setelah dilakukan split. Kenaikan ini disebabkan karena dengan menurunnya harga, volatilitas harga saham menjadi
bertambah besar, sehingga menarik investor untuk memperbanyak jumlah saham yang dipegang. Meningkatnya likuiditas setelah stock split muncul
akibat dari besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi.
4. Marwatiningsih dan Trisnawati 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Perbedaan Likuiditas Saham dan Return Saham di Sekitar Pengumuman
Stock Split ” menemukan hasil rata-rata volume perdagangan saham
sebelum stock split sebesar 0,00516 dan nilai rata-rata volume perdagangan setelah stock split sebesar 0,0539. Berdasarkan nilai rata-rata
tersebut dapat dijelaskan bahwa volume perdagangan setelah stock split mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan likuiditas saham TVA antara sebelum dan sesudah stock split.
5. Sakti dan Rini 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Stock Split terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham pada Perusahaan Bertumbuh Dan Tidak Bertumbuh Studi Kasus
pada Bursa Efek Indonesia 2008- 2012” menemukan bahwa pada
perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh terdapat perbedaan Trading Volume Activity TVA yang signifikan setelah pengumuman stock split.