KERAJAAN BANTEN KERAJAAN SINGASARI
sebagai penghalang. Oleh karena itu pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung mengirim pasukan yang dipimpin oleh Baurekso
untuk menyerang VOC di Batavia yang sedang dipimpin oleh J.P. Coen, namun kedua serangan itu gagal.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 . la digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I 1645 -1677. Pada masa
pemerintahannya, Belanda mulai masuk ke daerah Mataram. Bahkan Amangkurat I menjalin hubungan baik dengan Belanda.
Selain itu sikap Amangkurat I
yang sewenang-wenang menimbulkan
pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan
yang paling berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura. Dalam pertempuran itu Amangkurat I terluka dan
dilarikan ke Tegalwangi, hingga meninggal.
Pada masa pemerintahan Amangkurat II 1677 – 1903
Kerajaan Mataram semakin sempit. Banyak daerah kekuasaannya yang diambil alih oleh VOC. Ibu kota kerajaan dipindahkan ke
Kartasura. Setelah Amangkurat II meninggal, Kerajaan Mataram semakin suram. Hal ini disebabkan seringkali terjadi perebutan
kekuasaan diantara kaum bangsawan.
Politik devide et impera Belanda menampakkan hasilnya ketika dilakukan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Perjanjian
tersebut bertujuan untuk meredam pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubhumi di Yogyakarta. Melalui perjanjian tersebut
Kerajaan Mataram dipecah menjadi dua, yaitu :
1. Kesuhunan
Surakarta, yang
dipimpin oleh
Susuhanan Paku Buwono III 1749-1788. 2.
Kesultanan Yogyakarta Ngayogyakarta Hadiningrat dengan
Mangkubumi sebagai
rajanya, bergelar
Sultan Hamengkubuwono I 1755 - 1792.
Sementara itu pemberontakan yang dilakukan oleh Mas Said Pangeran Samber Nyawa terhadap Surakarta. Untuk meredam
perlawanan itu pada tahun 1757 diadakan perjanjian yang hampir sama dengan Perjanjian Giyanti, yaitu Perjanjian Salatiga. Isinya
menobatkan Mas Said sebagai raja di wilayah Mangkunegaran yang ketika itu menjadi bagian dari Kasuhunan Surakarta, dengan
gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.
Sejak tahun 1811 willayah jajahan Belanda di Indonesia jatuh ke tangan Inggris dengan tokohnya Thomas Stamford
Raffles. Ia adalah seorang yang liberal dan tidak menyukai sistem feodalisme. Sehingga timbullah ketegangan antara Raffles dengan
Keraton Yogyakarta. Akhirnya, pada tahun 1813, Raffles menyerahkan sebagian wilayah Yogyakarta kepada Paku Alam.
Maka hingga kini kerajaan Mataram pecah menjadi empat kerajaan kecil, yaitu :
1. Kesuhunan Surakarta
2. Kesultanan Yogyakarta
3. Magkunegaran
4. Paku Alaman