Jaring-Jaring Kubus dan Balok Pengertian Pemahaman

Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut. Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut yang biasa disebut titik puncak. Yang terakhir, bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.

b. Jaring-Jaring Kubus dan Balok

Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, 2008: 214.

c. Pembelajaran Bangun Ruang dalam Matematika

Didalam proses pembelajarannya siswa SD masih dalam tahap pembelajaran oprasional konkret. Pada masa oprasional konkret yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba. Benda-benda yang tidak tampak dalam kenyataan, masih sulit dipikirkan oleh anak, Mulyono Abdurrahman, 2003: 170. Karenanya, pendekatan dan strategi pembelajaran bersandar pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan dibangun sendiri dikonstruksi oleh siswa Http:p4tkMatematika.orgsdgeometriRuang.pdf 01052010. Ini berarti, suatu konsep rumus atau prinsip dalam geometri ruang seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa dibawah bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali, membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, dan dalam hal ini juga sangat bermanfaat untuk bidang lainnya. Pembelajaran bangun ruang harus dimulai dari benda-benda konkret, ke bentuk- bentuk semi konkret kemudian menuju abstrak. Hal ini dapat diperjelas melalui skema berikut ini: Benda Konkret Benda-benda nyata berdimensi tiga seperti tempat kapur tulis dadu atau yang lainnya. Pengetahuan nyata tentang sifat-sifat karakteristik dari benda-benda tersebut Semi Konkret Abstrak Gambar di atas adalah bangun ruang kubus, walaupun kubus merupakan bangun ruang yang berdimensi tiga namun ketika gambarnya dibuat pada kertas, maka akan menunjukan perbedaan dengan bangun kubus yang sebenarnya. Sebagai akibatnya setiap sisi suatu kubus yang sejati atau pada kenyataan berbentuk persegi namun pada gambar bisa berbentuk persegi sebagaimana kenyataannya ataupun berbentuk jajar genjang. Hal- hal tersebut kadang menyulitkan para siswa Puskur, 2002: 14. Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran bangun ruang pada siswa SD harus dimulai dari benda nyata atau konkret menuju semi konkret kemudian abstrak, hal ini untuk menghindarkan siswa dari miskonsepsi tentang sifat-sifat bangun ruang tersebut.

3. Hakikat Pemahaman Konsep

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata dalam Emiliani, 2000:7 menyatakan bahwa paham artinya mengerti benar, sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep. Pemahaman berasal dari kata paham yang artimya 1 pengertian: pengetahuan yang banyak; 2 pendapat: pikiran; 3 aliran: pandangan; 4 mengerti benar akan: tahu benar akan; 5 pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti: 1 mengerti benar akan: mengetahuai benar; 2 memaklumi. Dan bila mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya 1 proses; 2 pembuatan; 3 cara memahami atau memahamkan mempelajari baik-baik supaya paham Depdikbud,1994:74. Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami atau cara mempelajari baik-baik supaya paham dan mengetahui banyak. Pemahaman merupakan tingkatan kedua dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pembelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya menurut Davis Dimyati Mudjiono, 2006: 203. Sedangkan menurut Arikunto di dalam buku belajar dan pembelajaran Dimyati Mudjiono, 2006: 203 mengatakan bahwa dalam pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Driver dalam Suzana, 2003:22 pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari pengertian ini ada tiga aspek pemahaman, yaitu: 1 Kemampuan mengenal; 2 Kemampuan menjelaskan; 3 Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan. Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkam pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami, Em Zul, Fajari Ratu Aprilia Senja, 2008: 607-608. Sedangkan dalam Elaine B. Johnson 2007: 185 untuk mencapai suatu pemahaman maka kita harus berpikir kritis. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Berkenaan dengan proses pemahaman, di dalam Suwarto dan St. Y. Slamet 2007: 136, Nunan menyatakan bahwa inti pemahaman tercakup dalam satu inti yang sederhana, pemahaman adalah upaya membangun jembatan antara pengetahuan yang baru dengan yang sudah diketahui. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara hierarkis. Diantara ahli yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl, dan Simpson. Hasil penelitian mereka dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom dan kawan-kawan. Salah satu jenis perilaku adalah perilaku pemahaman, yaitu yang mencakup menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27. Pemahaman konsep merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Nana Sudjana di dalam buku strategi belajar mengajar Dwijiastuti, dkk, 2005: 34 menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1 tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya; 2 tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; dan 3 tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi, yakni kemampuan memahami dibalik yang tertulis, tersurat dan tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan. Suatu pendapat implikasi yang kaya dan yang rumit tentang proses pemahaman meliputi 1 Pemahaman adalah aktif bukan pasif; 2 Pemahaman merupakan sejumlah besar pengambilan keputusan; 3 Pemahaman adalah merupakan dialog antara penulis dan pembaca Suwarto dan St. Y. Slamet, 2007: 137. Menurut Machener dalam Sumarmo, 1987: 24, untuk memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: 1 Objek itu sendiri; 2 Relasinya dengan objek lain yang sejenis; 3 Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis; 4 Relasi dual dengan objek lain yang sejenis; 5 Relasi dengan objek dalam teori lainnya. Menurut Sumarmo 1987: 24 ada 3 macam pemahaman, yaitu: 1 Pengubahan translation; 2 Pemberian arti interpretation; 3 Pembuatan ekstrapolasi extrapolation. Pemahaman siswa terhadap konsep Matematika menurut NCTM dalam Munggaranti, 2007: 25 dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: 1 Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; 2 Membuat contoh dan non contoh penyangkal; 3 Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol; 4 Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain; 5 Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; 6 Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat- syarat yang menentukan suatu konsep; 7 Membandingkan dan membedakan konsep- konsep. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah proses mengetahui inti atau ide pokok dari suatu keadaan, masalah atau sesuatu hal yang kita pelajari. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau siswa dapat mengerjakan semua tugas-tugas.

b. Pengertian Konsep

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA ( KONSEP PESAWAT SEDERHANA ) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN 01 WIDODAREN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

2 31 92

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA KELAS IV SDN NGLOROG 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 4 52

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (PADA SISWA KELAS V SDN GUCI 02 KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009 2010)

0 3 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN KRAGILAN 2 TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 86

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENGUKURAN SUDUT DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN NYAMPLUNG GAMPING SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 4 80

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV SDN 02 JATI JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

1 5 107

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/

0 0 18

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/2

0 2 9

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG SISWA KELAS IV SDN JIRAPAN I TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 18