PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV SDN 02 JATI JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA

SISWA KELAS IV SDN 02 JATI JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

OLEH :

SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI K7107049

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

(4)

(5)

commit to user

ABSTRAK

Sein Canggah Faudilah Santi. K7107049. PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA

KELAS IV SDN 02 JATI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati tahun ajaran 2010/2011. Sejumlah 31 siswa yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 14 siswa laki – laki. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerinahan pusat pada siswa kelas IV SDN 02 Jati Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata – rata nilai pemahaman konsep siswa sebelum tindakan yaitu 59,9, pada siklus I nilai rata – rata pemahaman konsep siswa menjadi 70,5, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 75,2. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM ( ≥60) hanya sebanyak 14 siswa (45%), pada siklus I meningkat menjadi 26 siswa (84%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 30 siswa (97%).


(6)

commit to user

ABSTRACT

SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI. K7107049. APPLYING OF

MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TO INCREASE THE UNDERSTANDING OF CONCEPT ABOUT CENTER FORMATION GOVERNANCE SUBJECT OF PKn ON THE FOURTH STUDENTS OF

SDN 02 JATI AT 2010 / 2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta :

Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, April 2011. Purpose of the research is to know improvement understanding of consept about center formation governance subject among the fourth grade students of SD Negeri 02 Jati in study PKn by using jigsaw method approach Target of this research to Improve the understanding of concept about center formation governance at Iesson of PKN to class student of IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar applying of type cooperative model of jigsaw.

The research form is classroom action research (CAR) is conducted of two cycles. The research procedure consists of four phases, that are planning, action implementation, observation, and reflection. Subject of the research is the fourth grade students of SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar of 2010/2011 academic year amounting to 31 students that consist of 14 male students and 17 female students. Data collecting technique by using documentation, observation, interview, and test. Data analysis by using an interactive analysis model consisting of three components, that are data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.

Based on result of the research, it can be concluded by applying model study of type cooperative of jigsaw can improve the understanding concept of center formation governance of fourth grade students SDN 02 Jati Jaten Karanganyar of 2010/ 2011 academic year. Improvement of the students PKn learning can be seen in the increased value of understanding concept in each action. Average value of understanding concept before action that is 59,9. The average value of understanding increased to 70,5 in the first cycle and it increased to 75,2 in the second cycle. Before implementation of the research, students who acquired KKM grade > 60 were 14 students (45 %). In first cycle, the number of students with KKM grade > 60 increased to 26 students (84 %) and the number of the students increased again in second cycle became 30 students (97%).


(7)

commit to user

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu, ada kemudahan”

(Q.S Alam Nasyrah)

“Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru –

gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu”

(Terjemahan HR. Tabrani)

“Tidak semua yang kita temukan bisa kita rubah, tetapi kita tidak bisa merubah sesuatu sampai kita menemukannya.”


(8)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahku ( Sein ) yang telah memberiku semangat hidup dan motivasi menjadi orang yang lebih baik.

Ibuku tercinta ( Rusmiati ) yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doa serta pengorbanan yang tak terbatas demi kebahagiaan yang

diberikan kepadaku.

Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku

yang cerah.


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jati Tahun Pelajaran 2010/ 2011” guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari, terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran – saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan FKIP UNS Surakarta.

2. Drs. Kartono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

3. Dra. Lies Lestari, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

4. Suwandi, S. Pd selaku Kepala SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri 02 Jati.

5. Ana Muslimah, S. S selaku guru kelas IV SD Negeri 02 Jati yang telah menyempatkan waktu untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya, serta pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……….. i

PENGAJUAN………...… ii

PERSETUJUAN……….. iii

PENGESAHAN……… iv

ABSTRAK……… v

MOTTO……… vii

PERSEMBAHAN………. viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTER GRAFIK……… xiii

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian………... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka……….. 7

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ………. 7

2. Hakikat Pemahaman Konsep Susunan Pemerintahan Pusat……….. 21

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………... 22


(11)

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 37

B. Subjek Penelitian……….. 37

C. Bentuk dan Strategi Penelitian……… 37

D. Sumber Data……… 39

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 39

F. Validitas Data……….. 41

G. Teknik Analisis Data………... 43

H. Indikator Kinerja………. 45

I. Prosedur Penelitian……….. 45

J. Rancangan Siklus I……….. 47

K. Rancangan Siklus II………. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 51

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………. 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 81

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan……….. 86

B. Implikasi……….. 86

C. Saran……… 88


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Ilustrasi Klompok Jigsaw………. 15 Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw………. 15 Gambar 3. Susunan Pemerintahan Pusat Sebelum Amandemen UUD 1945… 26 Gambar 4. Susunan Pemerintahan Pusat Setelah Amandemen UUD 1945….. 26 Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir……… 36 Gambar 6. Komponen – komponen analisis Data………. 44 Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas………... 46 Gambar 8. Susunan Kelompok Asal

Pertemuan 1 siklus I………. 58

Gambar 9. Susunan Klompok Ahli

Pertemuan 1 Siklus I……….... 58 Gambar 10. Susunan Kelompok Ahli

Pertemuan 2 Siklus I……….... 60 Gambar 11. Susunan Kelompok Asal

Pertemuan 1 Siklus II……….. 71 Gambar 12. Susunan Kelompok Ahli


(13)

commit to user

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn

Sebelum Tindakan……… 53

Grafik 2. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I………. 65 Grafik 3. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep

Sebelum Tindakan Dan Siklus I……….……….. 66 Grafik 4. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II………. 78 Grafik 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep

Siklus I dan Siklus II………. 79 Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata – Rata Pemaaman Konsep


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn

Sebelum Tindakan………. 53

Tabel 2. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan……… 54

Tabel 3. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I……….. 63

Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I………... 64

Tabel 5. Perkembanhan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan dan Siklus I………. 66

Tabel 6. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II………. 76

Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II………. 78

Tabel 8. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II……. 79

Tabel 9. Nilai Rata – Rata Pmahaman Konsep PKn dan Presentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II……….. 81

Tabel 10. Nilai Rata – Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus ………. 82


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara Sebelum Tindakan……… 92

Lampiran 2. Nilai Siswa Sebelum Tindakan………. 93

Lampiran 3. Silabus………... 94

Lampiran 4. RPP Siklus I………... 97

Lampiran 5. Kisi – Kisi Soal Siklus I………. 112

Lampiran 6. Nilai Siswa Siklus I……… 114

Lampiran 7. Pedoman Observasi Guru……….. 115

Lampiran 8. Pedoman Observasi Siswa………. 120

Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa Pertemuan 1 Siklus I………. 123

Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa Pertemuan 2 Siklus I ……….. 125

Lampiran 11. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I…………... 127

Lampiran 12. RPP Siklus II………... 128

Lampiran 13. Kisi – Kisi Soal Siklus II………. 143

Lampiran 14. Nilai Siswa Siklus II……… 145

Lampiran 15. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa Pertemuan 1 Siklus II……….. 146

Lampiran 16. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa Pertemuan 2 Siklus II……….. 148

lampiran 17. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus II…………... 150

Lampiran 18. Hasil Wawancara Setelah Tindakan……… 151

Lampiran 19. Tabel Pelaksanaan TIndakan………... 152


(16)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat, serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap dan terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.

Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dan lainnya. Beberapa perbedaan tersebut antara lain: kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain, yang cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak saat belajar, serta keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri. Pada setiap kelas di sekolah dasar tidak jarang dijumpai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca, menulis, berhitung dan menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya saat kegiatan pembelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya perubahan pada diri siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman konsep yang dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya. Untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa, salah satunya menggunakan tes. Hasil tes dapat memberikan laporan tentang proses dan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan siswa pada setiap pembelajarannya. Magnesen dalam Niken Ariani dan Haryanta (2010:131)


(17)

commit to user

menyebutkan bahwa kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan. Pendapat tersebut mempertegas bahwa keterlibatan siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Meskipun demikian tidak semua guru bisa mengkondisikan siswa supaya aktif dalam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan umum hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan di SD masih kurang memuaskan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak dan karakteristik warga Negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007:26) adalah untuk menjadikan siswa :

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas IV SD Negeri 02 Jati, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1) siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2) materi Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan, 5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut, sebenarnya guru telah berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan menggunakan media berupa gambar (Struktur). Meskipun telah menggunakan media belajar, aktivitas belajar siswa rendah. Para siswa tetap pasif dalam mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar. Keyataan ini tampak pada sikap mereka saat mengikuti pelajaran. Ada siswa yang tidak


(18)

commit to user

mendengarkan penjelasan guru, dan suka melamun. Berawal dari sikap negatif tersebut, pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru. Dengan kata lain bahwa, Semua materi pelajaran yang telah diberikan begitu mudahnya terlupakan dari ingatan siswa dan mereka tampak sulit dalam menguasai materi pelajaran.

Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar pada tahun ajaran 2009/ 2010 yang berjumlah 25 siswa masih rendah. Terbukti dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa,nilai 66 ada 4 siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Begitu juga pada tahun – tahun sebelumnya, nilai pembelajaran PKn pada materi susunan pemerintahan pusat selalu mendapat nilai yang kurang. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam menguasai materi dalam pelajaran PKn perlu ditingkatkan lagi khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat.

Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga negara. Setiap negara memiliki sistem dan lembaga negara. Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Indonesia menganut paham pembagian kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Pada materi ini, dipelajari beberapa lembaga negara dalam susunan pemerintah pusat berdasarkan amandemen UUD 1945, seperti MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Serta fungsi dan tugas lembaga – lembaga Negara. Perlu pemahaman untuk bisa menghafal materi yang begitu banyak pada bab ini. sehingga tujuan pembelajarannya bisa tercapai.

Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa dapat menjabarkan lembaga – lembaga tingkat pusat dan dapat mengenal lembaga, tugas, dan wewenang pada lembaga pemerintahan ditingkat pusat. Jika tujuan pembelajaran itu tidak dapat dicapai karena siswa tidak memahami materi pada bab ini maka siswa akan kesulitan kedepannya dalam memahami susunan pemerintahan pusat, tidak mengerti apa itu MPR, DPR, atau bahkan tidak


(19)

commit to user

mengerti siapa presiden di negaranya sendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti apa saja instansi – instansi yang ada dalam pemerintahan pusat, siswa juga tidak mengerti tugas dan wewenang pada lembaga – lembaga pusat. Serta siswa tidak bisa membedakan sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan negara lain. Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan pada siswa sejak usia dini.

Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan inovasi atau pembaharuan dalam pembelajarannya. Dari pengalaman guru yang seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam pembelajarannya. Sugiyanto berpendapat bahwa (2009:37) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya nanti penulis akan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw yang akan di terapkan dalam pembelajaran.

Pendapat Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008) dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19 Desember 2010 mengungkapkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli (expert groups) dan kelompok asal (home teams). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, karena siswa bertanggung jawab sebagai narasumber di kelompoknya. Tujuan dari


(20)

commit to user

model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa dapat menjadi lebih paham dalam menguasai materi susunan pemerintahan pusat. Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang

Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV

SDN 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar ?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar melalui model kooperatif tipe jigsaw”.


(21)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru

a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw. b. Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan

pembelajaran PKn. 2. Siswa

a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran PKn tentang susunan Pemerintah Pusat.

b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.

3. Sekolah

a. Sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah terutama di dalam kelas.

b. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk perbaikan pada proses pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.


(22)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing – masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda – beda.

Menurut Dahlan dalam Isjoni (2010:72), model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Agus Suprijono (2009:46) menyatakan bahwa model adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan ahli lain yaitu Mills dalam http:// zonainfosemua.blogspot.com/pengertian – model – pembelajaran – dari.html diunduh tanggal 1 Maret 2011 berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu rancangan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar.

Pembelajaran dalam UU RI No 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut Gagne dalam Isjoni (2010:72) “An active process and suggests that


(23)

commit to user

proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Sejalan dengan hal itu Oemar Hamalik (1994:57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam Jurnal Internasional, learning is how a person or group comes to know, and knowing consist of variety types action in learning, a knower positions themselves in relation to the knowble, and engages ( Bill Cope, 2007: http://ijl.cgpubluiher.com/about.html) diunduh tanggal 1 Maret 2011 definisi tersebut mengandung pengertian bahwa belajar adalah bagaimana seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan akhirnya mengetahui bermacam – macam tindakan dalam pembelajaran, dalam pembelajaran siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling mengetahui (yang dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis, atau penerapan). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses perubahan yang dialami individu untuk mencapai perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dan dengan arahan dari guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang terjadi pada suatu lingkungan belajar tertentu.

Dari pengertian model dan pembelajaran diatas dapat digabungkan tentang pengertian model pembelajaran. Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2010:73) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2009:3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.


(24)

commit to user

Dari pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran konstektual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Quantum, model pembelajaran terpadu, model pembelajaran berbasis masalah, dll. Dari kesekian banyak model pemblajaran yang ada, peneliti mencoba menggunakan model kooperatif dalam penelitian ini. Setiap pengajar dapat memilih model pembelajaran tersebut secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran, seperti yang diutarakan oleh Sugiyanto (2009:3) bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu : 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat/bahan materi ajar, 3) kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana/ prasarana belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok. Menurut Slavin (2008:4) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Anita Lie dalam Isjoni (2010:23) menyatakan bahwa Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang


(25)

commit to user

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Sependapat dengan pendapat tersebut, Johnson dalam Isjoni (2010 : 22) mengemukakan Cooperative means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the intructional use of small group that allows students work together to maximize their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam http://www.georgejacobs.net/cooperative.html, diakses pada tanggal 4 Januari 2011) menyatakan bahwa cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students. Artinya, pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan kerjasama diantara siswa.

Sugiyanto (2009:37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatve learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam kelompok yang heterogen. Maksudnya, kelompok heterogen dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, agama, sosio-ekonomi, dan etnik serta kemampuan akademis.


(26)

commit to user

c. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen – elemen yang saling terkait. Elemen – elemen pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie dalam Sugiyanto (2009:40) adalah 1) saling ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, 4) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Berikut ini masing – masing keterangan dari elemen – elemen tersebut.

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yan efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2) Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

3) Akuntabilitas individual

Akuntabilitas individual atau tanggung jawab individual, anggota kelompok dituntut melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pembelajaran kooperatif meskipun dilaksanakan secara berkelompok tapi penilaian dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan individual. Nilai kelompok didasarkan pada rerata hasil belajar semua


(27)

commit to user

anggota kelompok, oleh karena itu semua anggota kelompok harus memberi kontribusi demi kemajuan kelompok.

4) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan terhadap sesama teman, berani mempertahankan pemikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.

d. Macam – macam Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran model kooperatif, yaitu di antaranya:

1) Student Team Achievement Division ( STAD )

Merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok – kelompok untuk belajar bersama.

2) Teams Games Tournament (TGT)

Yaitu metode pembelajaran dalam bentuk pertandingan ( tournament) antara kelompok yang satu dengan yang lain.

3) Group Investigation

Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.


(28)

commit to user 4) Metode TAI ( Team assisted Individualization )

Merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.

5) Metode pembelajaran Jigsaw yang menjadi kajian dalam penelitian ini dan akan dibahas lebih jauh.

e. Pengertian Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008) dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19 Desember 2011 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan bersifat heterogen. Metode ini serupa dengan STAD, dalam pelaksanaannya jigsaw juga dituntut pembagian siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Dengan heterogen tersebut diharapkan masing – masing siswa dapat saling melengkapi. Maksudnya, tidak bisa dipastikan siswa tertentu bisa menguasai dengan benar materi yang menjadi tanggung jawab siswa tersebut, harus dipastikan dalam setiap kelompok diwakili setidaknya satu siswa yang masuk kategori siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Menurut Linda Lundgren (1994:17) on a reading assignment of one or two pages that does not have sequential importance, divede up the reading among the members of a group of three or four. Each person reads his or her part of the assignment and then teach it to the other group members. Other group members should be quissed by the teacher to make sure that they understand the material. Do not divede


(29)

commit to user

up entire chapters or units until students have developed expertise in cooperative learning.

Berdasarkan uraian tersebut, jigsaw adalah pemberian tugas yang dikerjakan dalam kelompok yang jumlahnya 3 atau 4 siswa. Salah seorang siswa dalam kelompok itu mempelajari materi yang diberikan bersama siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya masing – masing perwakilan kelompok tersebut kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan pada kelompoknya yang lain. Guru sebaiknya tidak mengembangkan ke bab selanjutnya sampai siswa mengembangkannya sendiri dalam kelompok ahli di pembelajaran yang kooperatif. Jadi tugas guru disini sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi itu dengan teman sebayanya.

Senada dengan hal tersebut Isjoni (2010:77) menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Hal utama yang membedakan jigsaw dengan diskusi kelompok biasa adalah bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masing – masing individu mempelajari bagian masing – masing dan kemudian bertukar pengetahuan dengan temannya, sehingga akan terjadi ketergantungan positif antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal (home team), yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan mempunyai topik yang sama yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas – tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal. Para anggota kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi


(30)

(31)

commit to user

KELOMPOK AHLI

KELOMPOK ASAL KELOMPOK ASAL

Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw

Pada gambar pertama menunjukkan bahwa ada 4 kelompok asal dan setiap kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan, kemudian masing-masing mengelompokkan diri sesuai dengan masalahnya (ke dalam kelompok ahli), seperti pada gambar kedua. Masalah tersebut didiskusikan dalam kelompok, setelah mereka menemukan jawaban kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama (kembali ke kelompok asal), seperti gambar di atas. Kemudian dalam kelompok asal, masingmasing anggota kelompok mengemukakan masalah dan hasil penyelesaiannya, atau materi yang telah dipelajari di kelompok ahli. Dengan demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari berbagai masalah yang dipecahkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

1 2 3 4

1 2 3 4 1 2

3 4 1 2

3 4

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4


(32)

commit to user

f. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut dirangkum dari Aronson dalam Isjoni (2010:83) yaitu:

1. Kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim jigsaw.

2. Materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap – tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing – masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka.

3. Siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama. 4. Di grup ahli siswa saling membantu mempelajari materi dan

mempersiapkan diri untuk tim jigsaw.

5. Siswa kembali ke tim jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. 6. Sebagai kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa mengerjakan kuis

sebagai nilai individu.

Menurut Sugiyanto ( 2009:45) langkah – langkah pembelajran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotannya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group)

4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams para siswa dievaluasi secara individualmengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin, pemberian skor


(33)

commit to user

dilakukan seperti dalam tipe STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

Dari kedua pendapat diatas terdapat beberapa kesamaan dalam melaksanakan jigsaw yaitu tiap siswa berada dalam kelompok, dan masing – masing siswa dalam kelompok mendapat materi yang berbeda, tiap siswa itu harus bertanggung jawab atas materi yang diterimanya. Secara rinci langkah – langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2. Tiap siswa dalam kelompok itu mendapatkan materi yang berbeda – beda. 3. Siswa yang mendapat materi yang sama berkumpul menjadi satu

kelompok membentuk kelompok ahli

4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka

5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk berbagi informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli

6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Pada proses belajar, kegiatan guru semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing.

Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.


(34)

commit to user

g. Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ditingkat SD/ MI/ SDLB. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Mata pelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari PKn.

Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.

Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang memaparkan berbagai macam konsep yang bersifat abstrak. Untuk itu, sebagai guru harus bisa menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan untuk siswanya. Model dan metode apapun yang diambil seorang guru haruslah tetap tertuju pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru tidak perlu lagi mengajar menggunakan metode pendidikan konvensional yang monologis. Siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk menghafal konsep – konsep abstrak yang begitu banyak. Mereka harus diberi kesempatan luas untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Dwi Tyas Utami (2010:35) bahwa suasana pembelajaran


(35)

commit to user

yang menyenangkan itu umumnya terjadi ketika dilaksanakan bersama orang lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, bermain peran, bereksperimen, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat itu penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktivitas bersama dalam kelompok, siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing – masing ke arah yang lebih baik. Berikut ini adalah penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn pada materi susunan pemerintahan pusat, langkah – langkahnya yaitu :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen, kelompok awal ini dinamai kelompok asal.

2. Tiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda – beda, misalnya dari 4 orang anggota masing – masing mendapatkan sub materi dari materi lembaga pemerintahan yaitu struktur pemerintahan pusat,lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan, lembaga yudikatif. 3. Siswa yang mendapat submateri yang sama berkumpul menjadi satu

kelompok membentuk kelompok ahli, misalnya ada kelompok ahli legislatif yang merupakan kumpulan dari siswa – siswa di tiap kelompok asal yang mempunyai materi tentang lembaga legislatif. 4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka. 5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

berbagi informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.

6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn diharapkan bisa memotivasi siswa untuk menerapkan informasi yang baru diperolehnya dalam situasi yang baru, selain dapat meningkatkan pemahaman siswa diharapkan juga dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berfikir, berbicara, dan menulis.


(36)

commit to user

h. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw ini mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1) Memacu siswa untuk berpikir kritis

2) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

3) Memaksa siswa untuk membuat kata-kata ynag tepat agar dapat menjelaskan kepada teman yang lain. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya

4) Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu tapi semua siswa dituntut menjadi aktif

5) Pemahaman materi lebih mendalam

6) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain 7) Jigsaw mudah dilakukan

Selain kelebihan-kelebihan di atas, model kooperatif tipe jigsaw ini juga mempunyai beberapa kekurangan diantaranya :

1) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh

2) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok masing – masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

3) Siswa yang pasif, akan tertinggal dalam pembelajarannya

4) Guru membutuhkan konsentrasi dan tenaga lebih ekstra karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

Menurut Aronson yang dikutip oleh Yusuf dalam (http://damandiri.or.id-model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) diunduh tanggal 11 Maret 2011 mengungkapkan sejumlah keuntungan penggunaan model kooperatif tipe jigsaw. Menurutnya ada beberapa keuntungan kelas jigsaw, jika dibandingkan dengan metode mengajar secara tradisional, kelas jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu :


(37)

commit to user

1) Kebanyakan guru menilai metode kooperatif tipe jigsaw mudah dipelajari,

2) Kebanyakan guru menikmati mengajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw,

3) Dapat digabungkan dengan strategi metode mengajar lainnya, 4) Dapat berhasil meskipun alokasi waktunya hanya satu jam per hari, 5) Bebas dalam penerapannya.

Bridgeman dalam Robert E. Slavin (2008:141) menemukan bahwa para siswa yang bekerja sama menggunakan jigsaw lebih mampu melihat perspektif orang lain dibandingkan dengan para siswa dalam kelas kontrol. Sehingga dengan demikian sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif sebagai contoh dengan model kooperatif tipe jigsaw ini dalam menciptakan perilaku prososial yang semakin dibutuhkan di dalam masyarakat dimana kemampuan bergaul dengan orang lain menjadi semakin krusial.

2. Hakikat Pemahaman Konsep Susunan Pemerintahan Pusat

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan hasil belajar yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman konsep untuk setiap siswa tidaklah sama, karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda – beda untuk memahami atau menangkap makna dan fakta dari apa yang dipelajarinya. Pemahaman atau comprehension seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (2008:106) adalah memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal – hal lain. Bloom dalam Purwanto (2010:50) membagi taksonomi hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Taksonomi hasil belajar kognitif terdiri atas enam tingkatan, yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Taksonomi hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan interbalisasi. taksonomi belajar psikomotor dibagi menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas. Berdasarkan


(38)

commit to user

penjelasan tersebut pemahaman termasuk dalam salah satu domain kognitif pada taksonomi Bloom. Menurut Nana Sudjana (2009:24) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu :

1) Pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya 2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian – bagian terahulu

dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Pemahaman ekstrapolasi, mampu melihat dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalah.

Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”. Kegiatan yang diperlukan untuk bisa sampai pada tujuan ini ialah kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta, disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Dalam proses ini, simbol-simbol komunikasi yang ada pada penemuan baru ditanggalkan dan mengambil maknanya, kemudian diberi simbol baru yang sesuai dengan stok kognitif yang ada. Masuknya makna baru ini di dalam struktur kognitif mengakibatkan berubahnya struktur kognitif itu sendiri. Dengan demikian, orang yang bersangkutan mengalami perubahan dalam perilakunya. Makna yang telah ditangkap itu dapat saja diberi simbol yang baru. Oleh karena itu, perilaku yang dapat didemonstrasikan yang menunjukkan bahwa kemampuan mengerti/ memahami itu telah dikuasai, antara lain ialah : dapat menjelakan dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan.

Pemahaman atau comprehension merupakan tingkatan yang lebih sulit daripada pengetahuan, karena pengetahuan adalah tingkat kemampuan siswa untuk mengenal dan mengingat konsep, fakta, atau informasi, sedangkan pemahaman memerlukan pemikiran dan juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami.


(39)

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas maka pemahaman merupakan penguasaan pengetahuan, sehingga kemampuan pemahaman telah mencakup kemampuan pengetahuan, dengan demikian maka belajar itu akan bersifat lebih mendasar.

Winkel (2005: 92) menyatakan bahwa pengertian atau konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap segala objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu (klasifikasi). Selanjutnya, Oemar Hamalik (2003:162) berpendapat bahwa suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulti yang memiliki ciri – ciri umum, stimulti itu berupa obyek – obyek atau orang (person). Oleh karena itu konsep – konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimuli – stimuli, konsep – konsep itu tidak dapat diamati, konsep – konsep harus disimpulkan dari perilaku. Menurut Nana Syaodih (2004:189) suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri – ciri umum yang ditemukan dalam kehidupan. makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Winkel (2005: 91) mengemukakan bahwa dalam belajar konsep orang mengadakan abstraksi, yaitu semua objek yang meliputi benda, kejadian, orang hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep merupakan salah satu belajar dengan pemahaman. Pemahaman ini mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pemahaman dan konsep di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan kegiatan lanjutan dari penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih memahami sesuatu yang tersimpan dalam pikiran sebagai langkah untuk memberikan label kepada sesuatu atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat membantu seseorang untuk mengenal, mengerti, dan memahami terhadap sesuatu konsep tersebut.


(40)

commit to user

Oemar Hamalik (2003:166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami suatu konsep, yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh konsep; (2) dapat menyatakan ciri-ciri konsep; (3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan konsep; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep. Pemahaman konsep sangat perlu ditekankan dalam pembelajaran PKn. Melalui pemahaman konsep, siswa akan mampu mengerti dan menyelesaikan soal yang harus dikerjakannya dengan benar. Bahkan, siswa juga dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar PKn materi Susunan Pemerintahan Pusat. Selain itu, dapat menerapkan pemahamannya dalam kehidupan sehari – hari karena PKn selalu berkaitan dengan kehidupan kita.

Pemahaman konsep juga membuat materi yang rumit menjadi lebih sederhana sehingga tidak menyulitkan proses pembelajaran para siswa atau dengan kata lain pembelajaran konsep mengurangi kerumitan – kerumitan yang dihadapi saat mempelajari obyek materi dalam hal ini pelajaran PKn terkhusus materi susunan pemerintahan pusat.

b. Materi Susunan Pemerintahan Pusat

Susunan pemerintahan pusat merupakan salah satu pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas IV semester II. Yang dipelajari dalam pokok materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu sistem pemerintahan pusat dan Lembaga – lembaga dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.

Menurut Prayoga Bestari (2008:55) Setiap negara memiliki sistem dan lembaga Pemerintahan, Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Indonesia menganut paham pembagian kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Berikut ini adalah bagan struktur pemerintahan pusat sebelum amandemen UUD 1945. Dapat dilihat pada Gambar 3.


(41)

(42)

commit to user

Montesquieu dalam Kusnardi dan Saragih (1994:222) kekuasaan Negara diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan yang menjalankan undang – undang atau kekuasaan yang menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan membentuk undang – undang, kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang – undang.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pemerintahan pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu – pembantuya.

Sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 setelah diamandemen. Bentuk pemerintahan adalah republik sedangkan sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala Negara dan sekaligus kepala pemerintahan . presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

Pengajaran materi susunan pemerintahan pusat dimaksudkan agar siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan pusat seperti MPR, DPR, DPD, presiden, MA, MK, Komisi Yudisial, dan kejaksaan, menyebutkan lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan pusat, menghafal struktur lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah pusat, menerangkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, membagankan organisasi pemerintahan tingkat pusat, dan membuat simpulan tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.

1) Lembaga Pemerintahan Pusat

Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Lembaga Negara terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Menurut Kusnardi dan Saragih (1994:248) di Indonesia dikenal tiga lembaga lainnya di luar eksekutif, legislative, dan yudikatif yaitu lembaga konstitutif (MPR), lembaga konsultatif (DPA), dan lembaga inspektif (BPK). Berikut ini


(43)

commit to user

adalah ringkasan materi yang diambil dari beberapa Buku Sekolah Elektronik (BSE) dari Depdiknas (2008):

1) MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tinggi negara. Susunan MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum. Adapun tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :

(1) Mengubah dan menetapkan Undang- Undang Dasar.

(2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR.

(3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam siding paripurna MPR. (4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat,

berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.

(5) Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari

2) DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

Dewan Perwakilan Rakyat terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Jumlah anggota DPR, yaitu 550 orang. Adapun tugas dan wewenang DPR, yaitu:

(1) membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama;

(2) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undangundang;

(3) menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD;


(44)

commit to user

(4) memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

(5) menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

3) DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Adapun tugas dan wewenang DPD adalah sebagai berikut:

(1) Mengajukan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi.

(2) Membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diajukan, baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.

(3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang-undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

(4) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.


(45)

commit to user

Mahkamah Agung merupakan badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman tertinggi. Mahkamah Agung menangani aduan pelanggaran undang-undang atau peraturan. Mahkamah Agung terdiri atas hakim agung dan beberapa hakim muda. Dalam melaksanakan tugasnya, Mahkamah Agung membawahi badan peradilan, antara lain Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Kewenangan Mahkamah Agungantara lain:

(1) Mengajukan peraturan per undangan di bawah undang-undang.

(2) Mengadili pada tingkat kasasi.

(3) Wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang

5) Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga kehakiman yang menangani tuntutan masyarakat atas kelayakan suatu undang-undang atau peraturan. Mahkamah Konstitusi dapat mencabut suatu peraturan atau UU yang dirasa tidak adil atau tidak layak, serta bertentangan dengan UUD 45. Menurut UUD 1945, ada empat kewenangan MK, yaitu: (1) Menguji UU terhadap UUD 1945.

(2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan oleh UUD.

(3) Memutuskan pembubaran partai politik.

(4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 6) Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial dipimpin oleh seorang ketua Komisi Yudisial. Komisi Yudisial mempunyai 7 orang anggota. Kewenangan Komisi Yudisial antara lain:

(1) Mengusulkan pengangkatan calon hakim agung kepada DPR untuk

mendapat persetujuan.

(2) Kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. 7) BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)


(46)

commit to user

Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK mempunyai 9 orang anggota. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memerhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

2) Organisasi Pemerintahan Pusat

Pemerintah Pusat dipimpin oleh presiden. Di bawah presiden ada beberapa lembaga. Calon seorang presiden dan wakil presiden harus warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai presiden dan wakil presiden. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan presiden memiliki kekuasaan antara lain:

a) Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan presiden dalam bidang legislatif adalah bekerja sama dengan DPR untuk membuat undangundangdan menetapkan APBN. b) Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan presiden dalam bidang eksekutif adalah seperti apa yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 4 Ayat 1, yaitu memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

c) Kekuasaan sebagai kepala negara

Presiden sebagai kepala negara mempunyai tugas pokok yang diatur dalam UUD 1945 antara lain:

(1) Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.

(2) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain.

(4) Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat, dan akibatnya ditetapkan dengan undang-undang.

(5) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat


(47)

commit to user

(6) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memerhatikan

pertimbangan DPR.

(7) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung.

(8) Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan kepada presiden.

(9) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lain yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Usul pemberhentian presiden atau wakil presiden dapat diajukan oleh DPR. Apabila DPR berpendapat bahwa presiden atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden atau wakil presiden. DPR dapat mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi.

Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden, presiden

mengajukan 2 calon wakil presiden kepada MPR. Selambat-lambatnya,

dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan sidang MPR untuk

memilih wakil presiden. Dalam menjalankan tugasnya presiden

dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden. Jika presiden sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan wakil presiden harus dapat bekerja sama dengan baik.

Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, yang diangkat oleh presiden. Menteri dibagi tiga, yaitu menteri koordinator, menteri departemen, danmenteri negara.


(48)

commit to user

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil penelitian penggunaan model kooperatif tipe jigsawpada proses belajar mengajar, yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati (2008) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep dalam pembelajaran akuntansi baik proses maupun hasil melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Siswa dapat menyebutkan nama contoh buku besar (2) Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri buku besar, (3) Siswa dapat memilih dan membedakan contoh dari yang bukan contoh buku besar, (4) adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 33,3% sebanyak 12 siswa pada siklus pertama meningkat menjadi 33 siswa sebesar 91,7% pada siklus kedua.

2. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Disa Lusiana Dewi (2009) dengan judul Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa kelas III SDN Karang Talun. Hal tersebut terefleksi sebagai berikut: (1) kualitas proses pembelajaran keterampilan bercerita mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari: minat dan motivasi belajar bercerita siswa meningkat, perhatian siswa terfokus untuk mengikuti proses pembelajaran keterampilan bercerita, siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung, (2) adanya peningkatan kualitas hasil pembelajaran keterampilan bercerita. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rerata siswa dan jumlah siswa yang berhasil mencapai standar ketuntasan


(49)

commit to user

belajar yang ditentukan oleh pihak sekolah sebesar 60 yaitu: pada siklus I, nilai rerata siswa sebesar 6,00 dan 20 dari 36 siswa berhasil mencapai standar ketuntasan belajar; pada siklus II, nilai rerata siswa sebesar 7,5 dan 32 siswa berhasil mencapai standar ketuntasan belajar; pada siklus III, nilai rerata siswa sebesar 7.88 dan 32 siswa dinyatakan berhasil mencapai standar ketuntasan belajar.

3. Penelitian relevan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anita Puji Mami (2006) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pengajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari pola belajar siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri Karanganyar tahun ajaran 2006/2007 menunjukkan bahwa metode kooperatif lebih baik dari pada metode konvensional pada pokok bahasan bangun lengkung. Kemudian pola belajar yang baik sama efektifnya pola belajar cukup baik, pola belajar baik lebih efektif dari pada pola belajar kurang baik, sedangkan pola belajar cukup baik sama dengan pola belajar kurang baik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode mengajar matematika dengan pola belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tapi materi yang diteliti berbeda. Pada penelitian itu terbukti bahwa metode jigsaw bisa meningkatkan pemahaman siswa. dari penelitian yang dilakukan oleh Disa Lusiana Dewi dan Anita Puji Mami juga terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode jigsaw dalam pembelajarannya, dari ketiga penelitian itu terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek yang diteliti, materi yang diajarkan, dan juga setting penelitiannya.


(50)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar tergolong rendah, terbukti dari 55% siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2) materi susunan pemerintahan pusat pada pelajaran Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan, 5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru kurang menarik.

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai model dalam pembelajaran, model kooperatif tipe jigsaw adalah model yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pemahaman konsep pada materi susunan pemerintahan pusat. Penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktifitas bersama dalam kelompok, para siswa berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing – masing ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar.


(51)

commit to user

Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011”.

Siklus II

Pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat naik dan 5% siswa memiliki nilai dibawah KKM Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir Guru menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran PKn materi susunan

pemerintahan pusat

Melalui PTK Guru menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Pkn materi susunan pemerintahan pusat

1. Pemahaman konsep

susunan pemerintahan pusat rendah.

2. 55% siswa memiliki

nilai dibawah KKM.

Siklus 1

Pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat naik dan 15% siswa memiliki nilai dibawah KKM

Melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran Pkn materi susunan


(1)

commit to user

pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa masih terdapat kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan – kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran untuk mengelola kelas. Dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai rata – rata pemahaman konsep siswa dari siklus I hingga siklus II.

Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran, serta kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Faktor dari siswa meliputi perhatian, keaktifan, ketekunan, tanggung jawab, dan kerjasama dalam diskusi kelompok siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Kesimpulan yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw efektif pada pembelajaran PKn terhadap Pemahaman konsep siswa, terbukti bahwa jigsaw dapat meningkatkan kerja sama dan kebersamaan yang tinggi dalam memecahkan permasalahan bahan ajar dan diskusi di kelas. Model kooperatif tipe jigsaw membiasakan siswa untuk berfikir kritis,


(2)

belajar saling bertukar ide/gagasan baik dalam satu kelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan dalam pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan model kooperatif jigsaw dalam penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan metode ini, siswa membaca materi secara terpisah. Siswa menuangkan berbagai informasi yang telah mereka peroleh dari bacaan yang telah mereka baca dalam kegiatan diskusi kelompok, semua aspek baik dari guru maupun siswa harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran PKn, khususnya materi Susunan pemerintahan pusat, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa


(3)

commit to user 2. Bagi guru

a. Hendaknya guru menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.

b. Dalam pembelajaran secara umum hendaknya guru lebih berinovasi dalam menerapkan model ataupun metode yang dikuasai sesederhana apapun itu untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.

c. Dalam pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat guru hendaknya kerja sama dan saling membantu dengan guru lain dalam kelompok kerja guru sesama guru kelas IV dalam menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw.

3. Bagi sekolah

Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat berinovasi menerapkan model pembelajaran yang tepat pada pembelajaran, terutama model pembelajaran yang menyenangkan misalnya model kooperatif tipe jigsaw. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi dalam penggunaan model pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Disa Lusiana Dewi. 2009. Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS

Dwi Tyas Utami. 2010. Panduan PAKEM PKn SD. Jakarta: Erlangga http://www.georgejacobs.net/cooperative diakses tanggal 4 Januari 2011

http://zonainfosemua- pengertian model pembelajaran diakses tanggal 1 Maret 2011

http://damandiri.or.id- metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diakses tanggal 11 Maret 2011

Indah Kusharyati. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Mningkatkan kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pusataka Pelajar

Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 1994. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama

Kartika Dewi, Ressi dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan 4 Untuk Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning. USA Glencoe McGraw Hill Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :


(5)

commit to user

Novi Emildadiany. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Cooperaitve Learning Tipe Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses tanggal 19 Desember 2010

Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Prayoga Bestari. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan: Menjadi Warga Negara

yang Baik. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas

Sarjan. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Bangga Menjadi Insan Pancasila Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktek). Bandung: Nusa Media

Sugiyanto. 2009. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pres Winkel, WS. 2005. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Media Abadi


(6)

Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 03 SIDANEGARA KEDUNGREJA CILACAP TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 75

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENGUKURAN SUDUT DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN NYAMPLUNG GAMPING SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 4 80

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV Penerapan Strategi Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dalam Pembelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Bangsri Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 11

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PEMERINTAHAN PUSAT PADA PELAJARAN PKn MELALUI METODE POINT Peningkatan Pemahaman Konsep Tentang Pemerintahan Pusat Pada Pelajaran PKn Melalui Metode Point Counter Point (PCP) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plo

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 1 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE JIGSAW BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DALAM PEMBELAJARAN PKn (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tempursari Sambi Boyolali Tahun

0 1 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DALAM PEMBELAJARAN PKn.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV DI SDN KLEDOKAN DEPOK.

0 2 204