PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN KRAGILAN 2 TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN KRAGILAN 2

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ARIF NUR HIDAYAT X7108627

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN KRAGILAN 2

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ARIF NUR HIDAYAT X7108627

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010.

Oleh :

Nama : ARIF NUR HIDAYAT

NIM : X7108627

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimning I Pembimbing II

Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd. Drs. Hartono, M.Hum


(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010.

Oleh :

Nama : Arif Nur Hidayat NIM : X7108627

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal : Tim Penguji :

Nama Terang :

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd Anggota I : Dra. MG Dwijiastuti, M. Pd Anggota II : Drs. Hartono, M.Hum

Tanda Tangan ……… ……… ……… ………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

ABSTRAK

Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. Penerapan Model Pembelajaran Quantum

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian melalui model pembelajaran quantum di kelas II SD Negeri Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran quantum.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen yang berjumlah 17 siswa. Peneliti dalam memilih subjek bukan secara individual, tetapi secara klasikal. Pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, tes, dan dokumen. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus yang terbagi dalam 5 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68 dengan presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 70,6%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,9 dengan presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 82,4%. Pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,8 dengan presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 94,1%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. An Application of quantum learning

method for increasing achievment mathematics with study material multiplication for student second grade at Elementary School Kragilan 2 2009/2010 Academic Year. Script. Surakarta. The faculty of educational and

teacher’s training. Sebelas Maret University. March 2010.

The aims of research was for increasing achievment mathematics with study material multiplication by quantum learning method for student second grade at Elementary School Kragilan 2, Gemolong District, Sragen Regency.

The purposes changing of variable in classroom action research was an increasing achievment mathematics with study material multiplication. And the action variable wich be used research was implementation of quantum learning method.

The research model was the classroom action research with cycle model. Each cycle consist of 4 steps. It’s, planning, action, observation, reflection. And as subject of this research was student second grade at Elementary School Kragilan 2, Gemolong District. Sragen Regency, totaly 17 persons. The researcher didn’t choose subjects individually, but clasically. And for collecting the data was done by observation, test and document. The research was done at 3 cycle in 5 meeting.

Based on this research, it can be concluded that in the first cycle, the average mark from student’s learning achievment is 68 and precentation for students who get the mark more than mark of standart minimum of graduation is 70,6%. At the second cycle, the average mark from student’s learning achievment is 72,9 and precentation for students who get the mark more than mark of standart minimum of graduation is 82,4%. At the third cycle, the average mark from student’s learning achievment is 81,8 and precentation for students who get the mark more than mark of standart minimum of graduation is 94,1%. Moreover, can be proposed a recomendation that learning mathematics with implementation of quantum learning method can increase achievment mathemetics with study material multiplication for students second grade at Elementary School Kragilan 2, Gemolong District Sragen Regency 2009/2010 academic year.


(7)

commit to user

MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap

guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

‘’Man jadda wa jadda ‘’

Barang siapa bersungguh –sungguh pasti akan berhasil.

(Pepatah Bangsa Arab)

Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina

(Hadits Nabi Muhammad SAW)

Sekali Milanisti selamanya tetap Milanisti

(anh)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuan nya untuk mencegah

munculnya masalah , tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap

kesulitan saat masalah terjadi

(David J. Schartz)


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

 Ayah, Ibu, dan adik tercinta serta keluarga besar penulis

 Keluarga besar SD Negeri Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen

 Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD dan Almamaterku


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyselesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010”.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP UNS.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program PGSD FKIP UNS. 4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 5. Dra. MG Dwijiastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I.

6. Drs. Hartono, M.Hum. selaku dosen pembimbing II.

7. M. Jumadi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah, semua dewan guru, karyawan serta siswa-siswi SD Negeri Kragilan 2.

8. Teman-teman mahasiswa S1 Kualifikasi PGSD FKIP UNS.

9. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, Desember2010


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Rumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian... 4

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II : LANDASAN TEORI... 6

A. Landasan Teori... 6

B. Penelitian Relevan... 26

C. Kerangka Berfikir... 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 29

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian... 30

D. Data dan Sumber Data... 31

E. Teknik Sampling... 31


(11)

commit to user

G. Validitas Data... 33

H. Analisis Data... 33

I. Prosedur Penelitian... 34

J. Indikator Kinerja... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN... 40

A. Profil Tempat Penelitian... 40

B. Deskripsi Kondisi Awal... 40

C. Deskripsi Peleksanaan Penelitian... 43

1. Deskripsi Tindakan Siklus 1... 43

2. Deskripsi Tindakan siklus II... 52

3. Deskripsi Tindakan Siklus III... 59

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 71

A. Simpulan... 71

B. Implikasi... 71

C. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir... 28

Gambar 2 Siklus PTK... 30

Gambar 3 Grafik Nilai Sebelum Tindakan... 42

Gambar 4 Grafik Data Nilai Tes Siklus I... 49

Gambar 5 Grafik Data Nilai Tes Siklus II... 56

Gambar 6 Grafik Data Nilai Tes Siklus III... 61

Gambar 7 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa sebelum Tindakan dan setelah Siklus I... 66

Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, dan setelah Siklus II... 68

Gambar 9 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, setelah Siklus II, dan setelah Siklus III... 70


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Sebelum Tindakan)... 41

Tabel 2 Hasil Tes Awal... 42

Tabel 3 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I... 48

Tabel 4 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II... 56

Tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus III... 61

Tabel 6 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I... 65

Tabel 7 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I dan Tindakan Siklus II... 67

Tabel 8 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... 69


(14)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dalam era globalisasi dewasa ini, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini, matematika telah berkembang pesat, baik materi atau kegunaannya. Namun sayang, sampai dengan saat ini matematika masih dipandang sebagai mata pelajaran yang manakutkan dan sulit bagi para siswa.

Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Bila ditinjau dari komponen guru, agar proses pembelajaran dapat berhasil, guru harus dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga para siswa dapat mengembangkan pengetahuan mereka sesuai dengan struktur pengetahuan mata pelajaran yang dipelajarinya. Untuk mencapai hal tersebut, selain harus memahami mata pelajaran sepenuhnya, guru juga dituntut mengetahui secara tepat dimana posisi pengetahuan siswa pada awal (sebelum) mengikuti pelajaran materi tertentu. Selanjutnya berdasar metode yang dipilihnya, guru diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.

Ditinjau dari komponen siswa, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh konsep-konsep yang relevan, yaitu konsep-konsep yang harus diketahui siswa sebelum mempelajari materi tertentu, misalnya sebelum mempelajari perkalian, siswa harus mengerti dan paham tentang penjumlahan. Konsep-konsep baru akan sulit dipahami bila konsep-konsep yang relevan belum dimiliki siswa. Kegagalan siswa di kelas sering diakibatkan oleh ketidakdisiplinan siswa mengenai konsep-konsep yang relevan ini.

Sampai sekarang masih banyak terdengar keluhan dari para siswa bahwa pelajaran matematika itu sulit, membosankan dan tidak menarik. Hal ini adalah persepsi yang negatif terhadap matematika, persepsi ini ada dalam setiap jenjang pendidikan. Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut,


(15)

commit to user

mungkin bersumber dari porsi materinya yang kurang sesuai maupun strategi pembelajaran yang kurang tepat.

Persepsi negatif tentang matematika tersebut dapat menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika menjadi berkurang. Siswa menjadi tidak tertarik dengan pelajaran matematika yang dianggap sulit, membosankan dan tidak menarik. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar matematika yang masih rendah juga terjadi pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, terutama dalam materi perkalian. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang nilainya msih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan nilai rata-rata kelas dalam materi perkalian juga masih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya persepsi negatif tentang matematika yang dapat menyebabkan rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru mempunyai peranan yang sangat penting, maka dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Bagaimana agar siswa itu belajar aktif? Agar siswa belajar aktif, hendaknya pembelajaran matematika itu dilakukan dengan menarik minat siswa, siswa mendapat kesempatan, sarana dan prasarana menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran, penggunaan teknik/metode yang tepat, guru harus mampu mengadakan penilaian diri, pengetahuan guru luas, memakai cara evaluasi yang bervariasi, dan guru memiliki kompetensi yang utuh serta mampu menerapkan dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan pembelajaran yang aktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Melalui model pembelajaran quantum, proses pembelajaran akan berlangsung secara nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan begitu, diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

Disamping hal tersebut di atas, pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan materi apa yang akan diajarkan dan perkembangan berpikir


(16)

commit to user

siswa. Dengan demikian diharapkan akan terdapat keserasian dalam pembelajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan dan pemecahan masalah. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu, sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahuinya.

Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun pelajaran 2009/2010”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran matematika.

2. Belum maksimalnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

3. Belum diterapkannya suatu model pembelajaran inovatif dalam proses belajar mengajar.

C.Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman antar variabel, maka dalam penelitian ini akan dibatasi masalah-masalahnya sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan dalam mata pelajaran matematika dengan materi pokok perkalian pada kelas II semester 2.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Quantum Learning dengan menggunakan media pembelajaran berupa benda konkret.


(17)

commit to user

3. Hasil penelitian ini dibatasi pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan Gemolong, kabupaten Sragen, tahun pelajaran 2009/2010.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010?”

E.Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada para guru sekolah dasar untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenagkan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.

a. Bagi siswa:

1) Meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran matematika.

2) Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam materi perkalian.


(18)

commit to user

4) Hasil belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

b. Bagi guru:

1) Mengetahui bahwa model pembelajaran quantum dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa, terutama dalam materi perkalian.

2) Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi perkalian. 3) Meningkatnya profesionalisme guru.

c. Bagi sekolah:

1) Dapat memperbaiki proses pembelajaran di sekolah.

2) Terciptanya iklim pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa. 3) Meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan di sekolah. d. Bagi peneliti:

1) Memperdalam wawasan peneliti tentang penelitian tindakan kelas.

2) Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang karakteristik siswa sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di masa yang akan datang.


(19)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Landasan Teori 1. Hakikat Hasil Belajar a. Hakikat belajar

Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which

behaviour originates or is altered through training or experience”. Dengan demikian

perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.

Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” yang menyatakan sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of

experience” Wasty Soemanto(2003). Dengan demikian belajar yang efektif adalah

melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena itu belajar adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. (Tim Penulis. Srategi Belajar Mengajar. FKIP UNS. 2007: 2).

Berkaitan dengan ini, Sumadi Suryabrata (1981: 2) dalam Srategi Belajar Mengajar. FKIP UNS (2007: 2) memberikan ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” yaitu:


(20)

commit to user

1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial,

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam jangka waktu yang relatif lama,

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan pada diri individu sehingga diperoleh kemampuan baru yang bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html)

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam


(21)

commit to user

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian. 2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotorik

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Menurut Nana Sudjana ( 2004:22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Pendapat dari Nana Sudjana ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.


(22)

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang dan akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ektern adalah faktor yang ada diluar individu.

1) Faktor Intern

Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a) Faktor Jasmaniah (1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan segenap bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selian itu juga ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badan lemah, kurang darah atau pun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indra serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat bekerja dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.


(23)

commit to user (2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatan itu

b) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

(1) Intelegensi

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

(2) Perhatian

Menurut Gazali dalam Slameto (1995: 56) menyatakan bahwa "perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perahatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia sudah tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, diusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.


(24)

commit to user (3) Minat

Hilgrad dalam Slameto (1995:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: "interest is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content". Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengengang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti oleh perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat belajar yang tingi berpengaruh terhadap hasil belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat belajar siswa, maka siswa lebih mudah mempelajari dan dengan sendirinya akan tersimpan dalam ingatan siswa.

(4) Bakat

Bakat atau appitude menurut Hilgard dalam Slameto (1995:57) adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuaan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dibandingakan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dalam bidang itu.

Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah ia selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya

(5) Motif

Menurut James Draver dalam Slameto (1995: 58) memberikan pengertian motif adalah "motive is an affective-conative factor which operates in determining the direction of an individual's behavior towards an end or goal, consioustly aprehended or unconcioustly". Yaitu segala


(25)

commit to user

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam proses pembelajaran motivasi sangat penting. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar karena tanpa motivasi anak kadang suka bermain sendiri pada saat pembelajaran berlangsung.

Di sekolah sering terdapat peserta didik yang malas, tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong siswa tersebut agar ia dapat bekerja dengan segenap tenaga dan fikiranya. Nilai yang kurang bagus dalam suatu mata pelajaran tertentu belum tentu bahwa peserta didik itu bodoh terhadap mata pelajaran itu, tetapi semata-mata hanya kurang motivasi yang diberikan. Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran. (6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Tiap organ (fisik maupun Psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuh dan fungsi-fungsi jiwanya belum matang untuk melakukan pemecahan mengenai soal-soal tersebut. Kematangan sangat erat hubunganya dengan umur. Jadi kemajuan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh kematangan.

(7) Kesiapan

Menurut Jamies Drever dalam Slameto (1995: 59) kesiapan atau readiness adalah Preparedness to respond or react. Yaitu kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesedihan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesepian untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar. Karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.


(26)

commit to user c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehinga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama atau konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga


(27)

commit to user b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, Alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

Pengaruh belajar siswa yang ada hubungannya dengan masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman bergaul.

2. Hakikat Matematika Perkalian a. Pengertian Matematika

Banyak orang beranggapan bahwa matematika itu adalah aritmatika atau berhitung. Padahal aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dengan kata lain matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan peserta didik. Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli berikut.

Matematika baerasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Ketiga, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik


(28)

commit to user

kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (http://masthoni.wordpress.com)

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007:1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007:1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Kitcher dalam http://masthoni.wordpress.com lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.(www.wikipedia.org) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang memudahkan manusia berfikir dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan dalam kehidupan sehari-hari.


(29)

commit to user

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Heruman (2007:1-2) Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

c. Teori Belajar Matematika

Adapun teori-teori belajar matematika meliputi: 1) Teori Belajar Bruner

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b) Tahap Ikonic atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik (Symbolic)


(30)

commit to user 2) Teori Belajar Dienes

Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a). Tahap bermain bebas ( Free Play), (b). Permainan (Games), (c). Penelaahan Kesaman Sifat (Searching for Comunities), (d). Representasi (Repretantion), (e). Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi (Formalittion).

3) Teori Belajar Van Hiele

Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara berurutan, yaitu :(a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan, (d) Deduksi, (e) Akurasi.

4) Teori Belajar Brownell dan Engen

Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang mewakili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu yang menafsirkan simbol tersebut.

5) Teori Belajar Gagne

Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar matematika ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar). (2) tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.

d. Matematika Sekolah

Erman Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu SD, SMP, dan SMA. Sedangkan Soedjadi (1995:1) dalam http://syarifartikel.blogspot.com/ menjelaskan bahwa matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan.


(31)

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.

e. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI mencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). pengolahan data.

f. Pengertian Perkalian

Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan bilangan yang sama sebanyak “n” kali. Perkalian juga dapat diartikan sebagai penjumlahan berulang. Operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan asosoatif, yaitu bilangan yang dikalikan saling ditukat tempatnya, hasilnya tetap sama.

Dalam http://sigmetris.com/indexz.php?option=com_content&do_pdf=1&id, perkalian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Bila operasi penambahan dan pengurangan ini sudah diperkenalkan pada kelas satu di sekolah


(32)

commit to user

dasar, maka biasanya operasi perkalian mulai diperkenalkan pada kelas dua di sekolah dasar.

Perkalian adalah penjumlahan berulang Contoh:

3 x 4 = 4+4+4 = 12 4 x 2 = 2+2+2+2 = 8

Perkalian dua bilangan satu angka, contoh: 2 x 2 = 4

5 x 5 = 25

Pada perkalian berlaku sifat pertukaran, contoh: 3 x 5 = 5 x 3 = 15

6 x 8 = 8 x 6 = 48

Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 1 hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri, contoh:

3 x 1 = 3 6 x 1 = 6

Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 0 hasilnya sama dengan 0. Contoh:

7 x 0 = 0 2 x 0 = 0

Perkalian tiga bilangan satu angka, contoh: 2 x 2 x 2 = (4)x2 = 8

5 x 5 x 5 = (25)x5 = 125

(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01cd/397b8312.dir/d oc.pdf)

Sifat pertukaran pada perkalian 3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21

7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21 3 x 7 = 7 x 3


(33)

commit to user

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak “n” kali dan berlaku sifat komutatif dan asosiatif.

3. Hakikat Model Pembelajaran Quantum a. Pengertian Pembelajaran Quantum

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran quantum dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang monopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (Bobbi De Porter, 2005: 5).

Tokoh utama di balik pembelajaran quantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia.

Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran quantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas DePorter dalam Quantum Teaching (2001: 4). “Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode


(34)

commit to user

Quantum Learning menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku Quantum Learning (2004: 4).

Menurut De Porter dan Hernacki (2001: 16) Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti, 1) Teori otak kanan atau kiri, 2) Teori otak 3 in 1, 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning), 8) Simulasi atau permainan.

Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya yang dahsyat. Menurut Ari Nilandri (1999:56), quantum teching adalah berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Pempbelajaran yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses kegiatan belajar dengan cara sengaja menggunakan musik/mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, pengajaran yang efektif, dan banyak mengaktifkan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum adalah suatu interaksi yang terjadi di dalam proses pembelajaran, niscaya mampu mangubah berbagai potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan (dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan kepada orang lain.

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum

Quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan asas utama, “bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia

mereka”. prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek quantum teching.

Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan guru hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.


(35)

commit to user 2) Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adannya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

4) Akui setiap usaha

Belajar mempunyai aturan. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Guru sebaiknya sering memberi hadiah kepada siswa yang berhasil dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar. Dengan pemberian hadiah berupa pujian, mereka akan merasa dihargai, sehingga mereka akan selalu berusaha agar dapat memecahkan masalah tugas yang diberikan. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 7-8).

Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbertuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Ada delapan prinsip keunggulan dalam pembelajaran quantum, yaitu:

1) Terapkanlah hidup dalam integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar.

2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman, karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.


(36)

commit to user 3) Berbicaralah dengan niat baik

Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.

4) Tegaskanlah komitmen

Disinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.

5) Jadilah pemilik

Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggungjawab.

6) Tetaplah lentur

Pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

7) Pertahankanlah keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

c. Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum

Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk pembelajaran quantum adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai,

2) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis empiris, 3) Bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behaviorisme. Oleh karena

itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajarn kuantum relatif kuat,

4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna,


(37)

commit to user

6) Menekankan pada kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat,

7) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajarn meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, fasilitas yang lentur, keterampilan belajar dan keterampilan hidup,

8) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran,

9) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran,

10) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi,

11) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran,

12) Menekankan pada kebermaknaan dan mutu proses pembelajaran oleh pengajar atau fasilitator.

d. TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Pembelajaran Model Quantum

Menurut Bobbi DePorter (dalam Sugiyanto, 2009) Untuk mempermudah mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran Quantum dikenalkan dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun, tingkat kelas dengan beragam budayanya, jika para guru benar-benar menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran Quantum Learning. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum TANDUR adalah sebagi berikut:


(38)

commit to user

1) Tumbuhkan: Sertakan diri, pikat dan puaskan keingintahuan mereka. Buatlah mereka tertarik tentang materi yang akan kita ajarkan. Artinya seorang guru dalam mengajar harus dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar dengan berbagai cara.

2) Alami: Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Maksudnya, seorang guru dalam mengajar harus dapat menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh peristiwa yang pernah dilihat atau dialami dalam kehidupan sehari-hari.

3) Namai: Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep pokok dari mata pelajaran. Maksudnya, dalam mengajar seorang guru harus menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh siswa, mengajarkan konsep dengan jelas dan menggunakan strategi yang tepat agar siswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan.

4) Demonstrasikan: Berikan kesempatan lagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Artinya dalam mengajar guru harus menggunakan media atau alat peraga untuk mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat konsep atau isi pesan yang disampaikan oleh guru. 5) Ulangi: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Pengulangan berfungsi untuk

memperkuat koneksi syaraf dengan materi yang telah diajarkan. Strategi yang dapat dilakukan antara lain melalui pertanyaan, postest, ataupun penugasan, atau membuat ikhtisar hasil belajar.

6) Rayakan: Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan. Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif. Artinya seorang guru dalam mengajar dapat memberi pengakuan atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas dan pemerolehan keterampilan serta ilmu pengetahuan. Kelas dapat menjadi rumah kedua bagi siswa, menjadi tempat belajar yang menyenagkan, tempat siswa mengalami kegembiraan dalam belajar dan tumbuh.

Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah adanya perubahan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang lebih baik setelah


(39)

commit to user

siswa mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai indikator tersebut guru perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif serta pembelajaran yang didalamnya melibatkan keaktifan siswa. Melalui metode pembelajaran Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan), siswa dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga afektif dan psikomotorik siswa dapat berkembang. Disamping itu fungsi perayaan di dalam Quantum Teaching memungkinkan anggapan Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan kurang disukai oleh siswa dapat berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan disukai oleh siswa. Jika siswa berada dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat optimal.

B. Penelitian Relevan

Isna Noor Izzati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SDN Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. Menjelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Banyuputih. Yaitu pada kondisi awal (sebelum menerapkan model pembelajaran kuantum) nilai rata-rata siswa adalah 5,5 dan siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM) adalah 43,33%. Setelah menerapkan model pembelajaran kuantaum, nilai rata-rata siswa dan siswa yang belajar tuntas meningkat. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 6,47 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 80%. Setelah dilaksanakan siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 7,33 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 96,67%. Dan setelah dilaksanakan siklus III, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 8,4 dan 100% siswa dapat mencapai KKM (belajar tuntas).

Penelitian di atas terdapat kesamaan variabel penelitian. Kesamaan yang pertama adalah pada variabel bebasnya, yaitu penerapan model pembelajaran quantum. Dan kesamaan yang kedua adalah pada variabel terikat, yaitu peningkatan hasil belajar. Selain terdapat kesamaan, penelitian di atas juga terdapat perbedaan


(40)

commit to user

dengan penelitian yang penulis lakukan. Yaitu lokasi/tempat penelitian, mata pelajaran yang akan ditingkatkan hasil belajarnya, dan juga tingkatan/kelas siswa yang akan diteliti.

C.Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal (sebelum tindakan), belum diterapkan suatu model pembelajaran yang inovatif sehingga minat dan motivasi dan motivasi belajar siswa rendah. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Maka dipilihlah model pembelajaran quantum.

Hasil belajar siswa diduga meningkat apabila guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran quantum. Dengan melihat prinsip dan karakteristik model pembelajaran quantum, pada pembelajaran matematika dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi perkalian pada kelas II semester 2. Model pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran inovatif. Dengan diterapkannya model pembelajaran quantum, siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran quantum, proses pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Sehingga minat, motivasi, dan aktivitas siswa dalam belajar akan lebih meningkat. Meningkatnya minat, motivasi, dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru, dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik/meningkat.


(41)

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berfikir Kondisi Awal

Guru Belum menerapkan model pembelajaran quantum pada pelajaran matematika materi perkalian. Pembelajaran masih bersifat

konvensional. Guru juga belum menggunakan media/alat peraga saat mengajarkan perkalian.

Hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 masih rendah.

Tindakan

Guru menerapkan model pembelajaran quantum pada pelajaran

matematika materi perkalian.

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Kondisi Akhir

Dengan menerapkan model pembelajaran quantum pada materi perkalian, maka hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 meningkat.


(42)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kragilan 2, dengan alasan sebagai berikut:

a. Penulis adalah pengajar di SD Negeri Kragilan 2,

b. Secara psikologis penulis telah mengetahui kondisi dan sudah teerjalin hubungan kedekatan, kemudian diharapkan dapat memperlancar kegiatan penelitian yang penulis laksanakan,

c. Lingkungan mendukung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010, dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010.

B.Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang lebih menekankan pada perbaikan proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wardhani (2007 : 1.19) menyatakan bahwa sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dengan menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani (2007 : 2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi.


(43)

commit to user

Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:

Merencanakan

Refleksi Melakukan Tindakan

Mengamati

Gambar 2. Strategi Penelitian Model Siklus

Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Perencanaan

Kegiatan inti meliputi: membuat rencana pembelajaran, membuat lembar observasi dan membuat alat evaluasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.

c. Observasi/pengamatan

Dalam tahap ini dilajsanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.

C.Subjek dan Objek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2 tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 17, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas II. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri Kragilan 2.


(44)

commit to user

D. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan proses, dampak tindakan yang dilakukan dan data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses berupa data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada materi perkalian dengan model pembelajaran quantum.

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data primer dan sekunder. Menurut Slamet.St.Y dan Suwarto (2007 : 38) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini sumber data primer yang diperlukan adalah data nilai akademik mata pelajaran matematika yang akan diperbaiki serta informasi dari guru dan siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2, kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.

E. Teknik Sampling

Teknik cuplikan atau sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan sampling penelitian kuantitatif. Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 57) menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan atau purposive sampling. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif maka teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan alasan dalam mengambil sampel bukan secara individu tetapi secara klasikal yaitu seluruh siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen sebanyak 17 siswa, dengan perincian 9 siswa putra dan 8 siswa putri.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Setiap teknik mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu dapat ditunjang dengan


(45)

commit to user

teknik-teknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain saling melengkapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data tertulis, yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua dokumen dan arsip, juga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang dokumen tersebut.

Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 52) menyatakan bahwa dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dokumen dapat berupa bahan tertulis ataupun film.

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil ulangan harian matematika siswa dalam materi perkalian.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung merupakan observasi yang dilakukan terhadap obyek yang diteliti tanpa melalui perantara. Observasi langsung memungkinkan peneliti memperoleh data secara konkret dan mendalam terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan pada peserta didik kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen yang seluruhnya berjumlah 17 peserta didik. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti maupun guru kelas terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi juga dilakukan oleh guru kelas terhadap peneliti yang bertindak sebagai pengajar, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisir.

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150).


(46)

commit to user

Dalam penelitian ini tes dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengukur tingkat pencapaian atau keberhasilan siswa kelas II SDN Kragilan 2 pada pelajaran matematika materi perkalian setelah dilakukan tindakan.

4. Wawancara

Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian. Wawancara dikakukan kepada guru kelas II SDN Kragilan 2. Peneliti mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar siswa pada materi perkalian.

Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umunya dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut teknik wawancara mendalam (Slamet.St.Y. dan Suwarto. 2007 : 49).

G. Validitas Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh STY. Slamet dan Suwarto, WA (2007:54) bahwa “Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya”. Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda.

H.Analisis Data

Analisis data dimaksudkan suatu cara yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data hasil penyelidikan dalam rangka untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Dalam analisis data ini penulis menganalisis hasil belajar yang berupa nilai dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan


(47)

commit to user

hasil belajar atau nilai tes dari kondisi awal dengan hasil belajar atau nilai tes pada siklus I maupun dengan hasil belajar atau nilai tes pada siklus II. Kemudian mencari kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil yang diperoleh.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok, yakni: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).

Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, dokumentasi , dan wawancara.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP) yang indikatornya mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum serta mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. b. Pelaksanaan

Tindakan yang telah direncanakan serta telah disepakati oleh guru kelas dan peneliti diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah yang sistematis. Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, “3 ekor anak ayam,


(48)

commit to user

2) Tumbuhkan: guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang, guru harus menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa dengan cara memberikan penguatan atau pujian-pujian kepada siswa. 3) Alami: saat guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian di depan

kelas dengan benda konkret, secara berkelompok siswa mengikuti apa yang dicontohkan guru, yaitu melakukan operasi hitung perkalian dengan menggunakan benda konkret.

4) Namai: setelah secara berkelompok melakukan operasi hitung perkalian dengan menggunakan benda konkret, maka siswa dapat memahami perkalian sebagai penjumlahan berulang.

5) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahai konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang mendemonstrasikan operasi hitung perkalian menggunakan benda konkret di depan kelas secara bergantian (dibimbing oleh guru).

6) Ulangi: siswa membuat catatan/rangkuman materi dengan bimbingan guru.

7) Kegiatan evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh guru.

8) Rayakan: setelah pembelajaran selesai, guru dan siswa menyanyikan sebuah lagu untuk merayakan apa yang baru saja dipelajari.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi atau penilaian untuk menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan


(1)

commit to user

Dari tabel 7 di atas dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai

Siswa Belajar Tuntas(%)

Gambar 8. Grafik perbandingan nilai dari tes awal, setelah siklus I, dan setelah siklus II

Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 30; pada tes siklus I menjadi 45 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 50.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100.

3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9.

4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%; setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 82,4%.

d. Data Nilai Siswa Pada Siklus III

Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator mengalikan tiga bilangan satu angka yang hasil kalinya dibawah 100. Proses pembelajaran


(2)

commit to user

dilaksanakan sesuai dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas dan peneliti. Pada pembelajaran siklus III ini dilaksanakan pembelajaran perkalian dengan menggunakan jarimatika. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesa, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus III terdapat dalam lampiran 7:

Setelah diadakan penilaian pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I, setelah tindakan siklus II, dan setelah diadakan tindakan siklus III, yaitu seperti pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai terendah 30 45 50 55

Nilai tertinggi 80 85 100 100

Rata-rata nilai 60 68 72,9 81,8


(3)

commit to user

Dari tabel 8 di atas, maka dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai

Siswa Belajar Tuntas(%)

Gambar 9. Grafik Perbandingan nilai tes awal, tes siklus I, tes siklus II, dan tes siklus III

Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 30; pada tes siklus I sebesar 45; kemudian meningkat pada siklus II menjadi 50; dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 55.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100; nilai tertinngi pada siklus III juga 100.

3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9; pada siklus III naik lagi menjadi 81,8.

4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%; setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%.


(4)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitinan yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus selama 5 kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

“Melalui penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan Gemolong, kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal hanya sebesar 60, pada siklus I meningkat menjadi 68, pada silus II naik menjadi 72,9, kemudian naik lagi pada siklus III menjadi 81,8. Sedangkan siswa yang belajar tuntasn (nilai mencapai KKM 60) pada tes awal sebesar 58,8%, setelah dilaksanakan tindakan siklus I naik menjadi 70,6%, pada siklus II naik menjadi 82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%”.

B.Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran matematika materi perkalian. Model yyang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3 siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 14 April 2010. Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 dan 28 April 2010. Sedangkan siklus III dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 5 Mei 2010. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang, (2) mengenal sifat pertukaran pada perkalian, (3) mengalikan tiga bilangan satu angka. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan implikasi teoretis dan implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:


(5)

commit to user

1. Implikasi Teoretis

Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran quantum dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pelajaran matematika. Penerapan model pembelajaran quantum dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika materi perkalian.

Penerapan model pembelajaran quantum ini dapat dijadikan masukan bagi para guru sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan proses dan hasil belajar para siswanya. Dengan menerapkan model pembelajaran quantum, siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, pembelajaran juga akan lebih menyenangkan bagi para siswa. Sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran quantum. Penerapan model pembelajaran quantum juga harus didukung dengan penggunaan media atau alat peraga yang tepat, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan dan atau meningkatkan hasil belajar para siswanya. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa, khususnya dalam pelajaran matematika, yang pada umumnya dialami oleh sebagian besar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum, tentunya juga ditemukan beberapa kendala atau hambatan-hambatan tertentu. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru


(6)

commit to user

sangat diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tersebut. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

C.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 5 kali pertemuan yang terbagi dalam 3 siklus, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Selain itu, dalam pembelajaran perkalian, sebaiknya guru menggunakan media berupa benda konkret, misalnya sedotan dan gelas plastik, sehingga siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran dan lebih cepat memahami materi yang diajarkan (tentang perkalian), disamping itu proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Guru hendaknya juga lebih sering memberikan pujian atau penguatan-penguatan kepada siswa, sehingga siswa lebih terangsang untuk mengikuti proses pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Para siswa hendaknya selalu rajin belajar dan selalu aktif mengikuti proses pembelajaran. Khususnya pembelajaran perkalian ini, para siswa harus selalu aktif mengikuti petunjuk-petunjuk guru sehingga lebih cepat memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga berupa benda konkret (misal sedotan dan gelas plastik) yang dapat digunakan siswa dalam mempelajari konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Karena dengan benda konkret, siswa akan lebih cepat memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang, selain itu hasil pembelajaran kan lebih bermakna bagi siswa.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 03 SIDANEGARA KEDUNGREJA CILACAP TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 75

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/2

0 2 9

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SDN 03 JATIMULYO JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SDN Cepokosawit II Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

0 1 15

PENGGUNAAN MEDIA JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA Penggunaan Media Jarimatika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Combongan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran

0 0 16

PENGGUNAAN MEDIA JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA Penggunaan Media Jarimatika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Combongan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran

0 1 26

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI METODE STAD PADA Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Perkalian Melalui Metode Stad Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Gantiwarno

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 5 MASBAGIK UTARA TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 15

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING SISWA KELAS IV SDN 1 KEDIRI SELATAN TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 14