Alat Bahan Pembahasan Penentuan Kadar Iodium Serta Pengaruh Kenaikan Suhu Terhadap Kadar Iodium Di Dalam Garam Konsumsi Yang Diperoleh Dari Pasar Kota Medan Dengan Menggunakan Titrasi Iodometri

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Alat

− Neraca Analitik Shimadzu ATX 224 − Buret Pyrex − Statif dan Klem − Termometer Fisons − Hot plate Fisher − Beaker Glass Pyrex − Labu Erlenmeyer Pyrex − Pipet Volume Pyrex − Maat Pipet Pyrex − Labu ukur Pyrex − Oven − Cawan Krusibel

3.2. Bahan

− Garam konsumsi dengan kode sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J − Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O p.a.E.Merck − KI p.a.E.Merck − KIO 3 p.a.E.Merck − H 2 SO 4p p.a.E.Merck − Amilum p.a.E.Merck

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyediaan Reagen

a Larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,005 N Sebanyak 1,2400 gram Na 2 S 2 O 3 .5H2O dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 1000 mL sampai garis tanda, kemudian ditambahkan 3 tetes kloroform lalu dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol kaca borosilikat yang gelap. b Larutan KI 10 Sebanyak 10 gram KI dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol kaca borosilikat yang gelap. c Larutan Indikator Amilum 0,5 Sebanyak 0,5 gram Amilum dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda lalu dihomogenkan kemudian dididihkan selama 2 menit hingga larutan jernih. d Larutan baku KIO 3 0,005 N Sebanyak 0,1783 gram kristal KIO 3 yang telah dikeringkan dari dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 1000 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. e Larutan H 2 SO 4 2N Sebanyak 13,8 mL H 2 SO 4p dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam labu ukur 250 mL yang telah berisi aquadest, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda kemudian dihomogenkan.

3.3.2. Preparasi Larutan Sampel

Sebanyak 50 gram sampel dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 250 mL hingga garis tanda kemudian dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol kaca borosilikat yang gelap.

3.3.3. Standarisasi Larutan standar Na

2 S 2 O 3 Dipipet sebanyak 10 mL larutan baku KIO 3 0,005 N dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 5 mL KI 10 dan 2 mL H 2 SO 4 2 N. Disimpan pada tempat gelap tanpa paparan cahaya selama 5-10 menit untuk mencapai reaksi yang optimal. Dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning lemah. Kemudian ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 lalu dititrasi kembali dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 hingga warna larutan hilang. Lalu dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan. Diulangi prosedur yang sama sebanyak 3 kali dan dihitung Normalitas Na 2 S 2 O 3 dengan menggunakan rumus sebagai berikut : � �� 2 � 2 � 3 = � ��� 3× � ��� 3 � �� 2�2�3 Dimana: � �� 2 � 2 � 3 adalah Normalitas larutan standar Na 2 S 2 O 3 mekmL � �� 2 � 2 � 3 adalah volume rata-rata larutan standar Na 2 S 2 O 3 mL � ��� 3 adalah normalitas larutan KIO 3 yang digunakan mL � ��� 3 adalah volume rata-rata larutan KIO 3 yang digunakan mekmL

3.3.4. Penentuan I

2 pada suhu ruang dengan metode titrasi Iodometri Dipipet sebanyak 10 mL larutan sampel dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL KI 10 dan 2 mL H 2 SO 4 2N. Disimpan pada tempat gelap tanpa paparan cahaya selama 5-10 menit untuk mencapai reaksi yang optimal. Dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning lemah. Kemudian ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 lalu dititrasi kembali dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga warna biru dari larutan hilang. Lalu dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N yang digunakan. Diulangi prosedur yang sama sebanyak 3 kali.

3.3.5. Penentuan I

2 pada suhu pemanasan 50 C dan suhu pemanasan 75 C dengan metode titrasi Iodometri Dipipet sebanyak 10 mL larutan sampel dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 5 mL KI 10. Kemudian campuran larutan dipanaskan diatas hotplate yang telah diatur dan diukur suhunya dengan menggunakan termometer hingga suhu 50 C. Ditambahkan 2 mL H 2 SO 4 2 N yang telah dipanaskan hingga suhu 50 C. Dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning lemah. Kemudian ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 lalu dititrasi kembali dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga warna biru dari larutan hilang. Lalu dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N yang digunakan. Diulangi prosedur yang sama sebanyak 3 kali. Dilakukan prosedur yang sama untuk penentuan kadar I 2 pada suhu pemanasan 75 C.

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Preparasi sampel

dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL dilarutkan dengan aquadest dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda dihomogenkan 50 gram sampel garam Larutan Garam

3.4.2. Standarisasi larutan standar Na

2 S 2 O 3 dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer ditambahkan 5 mL KI 10 ditambahkan 2 mL H 2 SO 4 2 N disimpan pada tempat gelap tanpa paparan cahaya selama 5-10 menit untuk mencapai reaksi yang optimal dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning hingga kuning lemah ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 dititrasi kembali dengan menggunakan larutan standar Na 2 S 2 O 3 hingga warna biru larutan hilang dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang terpakai diulangi sebanyak 3 kali 10 mL larutan KIO 3 0,005 N Hasil

3.4.3. Penentuan kadar I

2 dengan metode titrasi Iodometri a Penentuan kadar I 2 pada suhu ruang dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer ditambahkan 5 mL KI 10 ditambahkan 2 mL H 2 SO 4 2 N disimpan pada tempat gelap tanpa paparan cahaya selama 5-10 menit untuk mencapai reaksi yang optimal dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning hingga kuning lemah ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 dititrasi kembali dengan menggunakan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga warna biru larutan hilang dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N yang terpakai diulangi sebanyak 3 kali 10 mL larutan sampel Hasil b Penentuan kadar I 2 pada suhu pemanasan 50 C dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer ditambahkan 5 mL KI 10 dipanaskan hingga suhu 50 C ditambahkan 2 mL H 2 SO 4 2 N yang telah dipanaskan pada suhu 50 C dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning hingga kuning lemah ditambahkan 2 mL indikator amilum 0,5 dititrasi kembali dengan menggunakan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N hingga warna biru larutan hilang dicatat volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N yang terpakai diulangi sebanyak 3 kali dilakukan prosedur yang sama untuk sampel dengan pemanasan pada suhu 75 C 10 mL sampel larutan garam Hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka data hasil pengamatan volume titrasi larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N dalam sampel yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Data Volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N untuk penentuan Iodium No Kode Sampel Volume Larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,005 N yang digunakan dalam titrasi mL Tanpa pemanasan Pemanasan pada Suhu 50 C Pemanasan pada Suhu 75 C V 1 V 2 V 3 V 1 V 2 V 3 V 1 V 2 V 3 1 A 0,94 0,92 0,92 0,80 0,82 0,80 0,72 0,68 0,66 2 B 0,90 0,88 0,90 0,76 0,72 0,74 0,66 0,68 0,66 3 C 0,82 0.80 0,80 0,72 0,72 0,70 0,64 0,62 0,62 4 D 0,80 0,76 0,78 0,64 0,66 0,64 0,60 0,58 0,60 5 E 0,78 0,80 0,80 0,70 0,70 0,68 0,64 0,64 0,62 6 F 0,72 0,70 0,66 0,52 0,54 0,54 0,48 0,44 0,46 7 G 0,44 0,48 0,46 0,38 0,36 0,38 0,30 0,28 0,32 8 H 0,34 0,36 0,34 0,28 0,26 0,26 0,20 0,22 0,20 9 I 0,20 0,22 0,20 0,14 0,16 0,14 0,06 0,08 0,08 10 J 0,20 0,18 0,18 0,14 0,14 0,12 0,08 0,06 0,06 Keterangan Kode Sampel : A = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 dengan waktu kadaluarsa Desember 2016. B = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 dengan waktu kadaluarsa Desember 2016. C = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-1999 dengan waktu kadaluarsa Desember 2016. D = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 dengan waktu kadaluarsa Desember 2020. E = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak tradisional, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 tetapi tidak ada tercantum waktu kadaluarsa. F = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 dengan waktu kadaluarsa Oktober 2019. G = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak tradisional, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 tetapi tidak ada mencantumkan waktu kadaluarsa. H = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak modern, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 dengan waktu kadaluarsa Desember 2020. I = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak tradisional, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 tetapi tidak ada tercantum waktu kadaluarsa. J = Garam konsumsi yang diperoleh dari pajak tradisional, di dalam kemasan tercantum SNI 01-3556-2000 tetapi tidak ada tercantum waktu kadaluarsa.

4.1.1. Perhitungan Kadar Iodium pada garam merek A untuk suhu ruang

Penentuan kadar Iodium dapat dihitung sebagai berikut : Shongwe, S. 2007 I mgkg = N Na 2 S 2 O 3 eq L ⁄ ×V Na 2 S 2 O 3 mL ×21,222 g eq L ×Volume awal mL ⁄ w kg ×V.sampel mL Keterangan : N Na 2 S 2 O 3 : Normalitas larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi N V Na 2 S 2 O 3 : Volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi mL W : Berat sampel yang digunakan kg V sampel : Volume sampel yang digunakan dalam titrasi mL V awal : Volume sampel keseluruhan mL Maka diperoleh: X 1 = 49,8717 mgkg X 2 = 48,8106 mgkg X 3 = 48,8106 mgkg X = ∑ �� � = 49,1643 mgkg Kemudian dihitung simpangan baku Miller,J.C., Miller J.N., 1991 sebagai berikut : X 1 − X 2 = 49,8717 – 49,1643 2 = 0,5004 X 2 − X 2 = 48,8106 – 49,1643 2 = 0,1251 X 3 − X 2 = 48,8106 – 49,1643 2 = 0,1251 ΣX i − X 2 = 0,7506 Maka, S = � Σ �X1 − x � 2 n −1 = � 0,7506 2 = 0,6126 Dari harga simpangan baku S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi Iodium I 2 dengan batas kepercayaan melalui persamaan berikut: µ = X ± � � √� dimana: µ = populasi rata-rata X = kadar Iodium rata-rata t = harga t distribusi S = Simpangan baku n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30 Lampiran 4. Sehingga diperoleh: µ = 49,165 ± 4,30 0,6126 √3 = 49,165 ± 1,5208 mgkg Perhitungan yang sama dilakukan untuk sampel garam merek B, C, D, E, F, G, H, I, dan J. Hasil yang diperoleh terlampir pada lampiran 1.

4.1.2. Perhitungan Kadar Iodium pada garam merek A untuk suhu 50 C

Penentuan kadar Iodium dapat dihitung sebagai berikut : I mgkg = N Na 2 S 2 O 3 eq L ⁄ ×V Na 2 S 2 O 3 mL ×21,222 g eq L ×Volume awal mL ⁄ w kg ×V.sampel mL Keterangan : N Na 2 S 2 O 3 : Normalitas larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi N V Na 2 S 2 O 3 : Volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi mL W : Berat sampel yang digunakan kg V sampel : Volume sampel yang digunakan dalam titrasi mL V awal : Volume sampel keseluruhan mL Maka diperoleh: X 1 = 42,4440 mgkg X 2 = 43,5051 mgkg X 3 = 42,4440 mgkg X = ∑ �� � = 42,7977 mgkg Kemudian dihitung simpangan baku sebagai berikut : X 1 − X 2 = 42,4440 – 42,7977 2 = 0,1251 X 2 − X 2 = 43,5051 – 42,7977 2 = 0,5004 X 3 − X 2 = 42,4440 – 42,7977 2 = 0,1251 ΣX i − X 2 = 0,7506 Maka, S = � Σ �X1 − x � 2 n −1 = � 0,7506 2 = 0,6126 Dari harga simpangan baku S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi Iodium I 2 dengan batas kepercayaan melalui persamaan berikut: µ = X ± � � √� dimana: µ = populasi rata-rata X = kadar Iodium rata-rata t = harga t distribusi S = Simpangan baku n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: µ = 42,7977 ± 4,30 0,6126 √3 = 42, 7977 ± 1,5208 mgkg Perhitungan yang sama dilakukan untuk sampel garam merek B, C, D, E, F, G, H, I, dan J. Hasil yang diperoleh terlampir dalam lampiran 2.

4.1.3. Perhitungan Kadar Iodium pada garam merek A untuk suhu 75 C

Penentuan kadar Iodium dapat dihitung sebagai berikut : I mgkg = N Na 2 S 2 O 3 eq L ⁄ ×V Na 2 S 2 O 3 mL ×21,222 g eq L ×Volume awal mL ⁄ w kg ×V.sampel mL Keterangan : N Na 2 S 2 O 3 : Normalitas larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi N V Na 2 S 2 O 3 : Volume larutan standar Na 2 S 2 O 3 yang digunakan dalam titrasi mL W : Berat sampel yang digunakan kg V sampel : Volume sampel yang digunakan dalam titrasi mL V awal : Volume sampel keseluruhan mL Maka diperoleh: X 1 = 35,0163 mgkg X 2 = 36,0774 mgkg X 3 = 35,0163 mgkg X = ∑ �� � = 35,3700 mgkg Kemudian dihitung simpangan baku sebagai berikut : X 1 − X 2 = 35,0163 – 35,3700 2 = 0,1251 X 2 − X 2 = 36,0774 – 35,3700 2 = 0,5004 X 3 − X 2 = 35,0163 – 35,3700 2 = 0,1251 ΣX i − X 2 = 0,7506 Maka, S = � Σ �X1 − x � 2 n −1 = � 0,7506 2 = 0,6126 Dari harga simpangan baku S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi Iodium I 2 dengan batas kepercayaan melalui persamaan berikut: µ = X ± � � √� dimana: µ = populasi rata-rata X = kadar Iodium rata-rata t = harga t distribusi S = Simpangan baku n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: µ = 35,3700 ± 4,30 0,6126 √3 = 35,3700 ± 1,5208 mgkg Perhitungan yang sama dilakukan untuk sampel garam merek B, C, D, E, F, G, H, I, dan J. Hasil yang diperoleh terlampir pada lampiran 3.

4.2 Pembahasan

Telah dilakukan penentuan kadar Iodium di dalam garam konsumsi yang diperoleh dari pasar kota Medan dengan menggunakan metode titrasi Iodometri pada suhu ruang, suhu pemanasan 50 C, dan suhu pemanasan 75 C. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kadar Iodium di dalam berbagai merek garam konsumsi yang berbeda A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J Lampiran 6 pada suhu ruang, suhu 50 C, dan suhu 75 C diperoleh hasil masing-masing secara berturut-turut adalah 49,1650 mgkg; 42,7977 mgkg; 35,3700 mgkg; 47,3958 mgkg; 39,2607 mgkg; 36,7848 mgkg; 41,3830 mgkg; 34,3090 mgkg; 31,4790 mgkg; 42,7980 mgkg; 37,8460 mgkg; 33,2480 mgkg; 42,0900 mgkg; 36,7850 mgkg; 33,6010 mgkg; 36,7850 mgkg; 28,2960 mgkg; 24,4050 mgkg; 24,4050 mgkg; 19,8070 mgkg; 15,9170 mgkg; 18,3924 mgkg; 14,1480 mgkg; 10,9647 mgkg; 10,9647 mgkg; 7,7814 mgkg; 3,8907 mgkg; 9,9036 mgkg; 7,0740 mgkg; 3,3570 mgkg. Penentuan kadar Iodium pada penelitian ini dilakukan menggunakan titrasi Iodometri dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3 0,0050 N, karena tehnik titrasi merupakan tehnik yang sederhana, tetapi memiliki keakuratan yang tinggi. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Novita Anggraini 2001 mengenai penentuan kandungan iodat dalam garam pasar yang menyimpulkan bahwa dengan metode spektrofotometri walaupun menurut prinsip analisisnya lebih baik, daripada iodometri, ternyata kurang akurat karena pembentukan warna larutan yang kurang stabil dan memerlukan waktu tunggu. Agar pembentukan warna lebih cepat dan stabil perlu dilakukan pengadukan, dan waktu pendiaman yang akan meningkatkan sensitifitas analisis. Pada titrasi ini, sampel yang bersifat oksidator akan direduksi dengan Kalium Iodida berlebih yang selanjutnya akan membebaskan Iodium Lampiran 10 yang selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na 2 S 2 O 3. Karena reaksi akan cepat berlangsung dalam kondisi asam, maka diperlukan pengaturan pH yang sesuai. Penentuan Iodium pada suasana asam dengan indikator amilum Lampiran 11 dikendalikan dengan penambahan H 2 SO 4 2 N. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanto 2004, ada beberapa asam yang dapat digunakan yaitu asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida dan untuk memperoleh asam yang paling baik tela1h dilakukan optimasi, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sulfat merupakan asam yang paling baik karena memberikan hasil Absorbansi yang tinggi dibandingkan dengan asam nitrat dan asam klorida pada pH 2. Menurut Buckle, K.A; R.A. Edwards; G.H. Fleet; and M. Wooton 1987 plastik jenis PE mempunyai daya tembus uap air yang tinggi. Selain itu warna terang plastik dapat mempercepat oksidasi iodium lebih banyak. Di samping itu jenis plastik ini tidak tahan terhadap oksigen, dimana permeabilitas oksigen dapat terjadi melalui pori-pori plastik. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya oksidasi kalium iodat yang ada pada garam yang kemudian membebaskan I 2 berupa gas ke udara. Kehilangan kadar iodium terbanyak pada garam yang dikemas dengan menggunakan plastik yang berwarna bening dan kehilangan kadar iodium paling sedikit adalah pada garam yang dikemas dengan menggunakan gelas berwarna merah gelap. Kadar iodium garam setelah disimpan selama 8 minggu adalah berkisar antara 31.40 ppm dan 39.43 ppm atau berkurang sebanyak 7.70 sampai 22.60 Anies Irawati, 1993, dan menurut Mutchadi 1992 ; Diosady, L.L; Alberti, J.O; Venkatesh Mannar, M.G and Stone, T 1997 bahwa garam beriodium yang dikemas dalam karung plastik dan disimpan selama 3 bulan pada suhu ruang, kandungan Iodatnya dapat dipertahankan sekitar 75, dan setelah disimpan selama 9 bulan turun sampai 50 dari kadar semula. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa kadar Iodium pada produk garam dengan merek yang berbeda memiliki kadar yang berbeda juga, hal ini juga dapat terlihat dari warna kuning larutan sampel Lampiran 8. Dari 10 sampel yang dianalisis pada suhu ruang, ditemukan bahwa terdapat 6 sampel yang memenuhi SNI 01-3556-2000 Lampiran 5 dan terdapat 4 sampel yang belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Secara fisik warna larutan sampel yang memenuhi standar juga berbeda dengan larutan sampel yang tidak memenuhi standar Lampiran7. Hal ini disebabkan karena : 1. Jumlah Iodium yang ditambahkan pada proses fortifikasi yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. 2. Tehnik Pencampuran pada saat proses fortifikasi yang tidak sempurna. 3. Penurunan kadar selama peredaran yang mungkin dipengaruhi oleh bahan pembungkus, kondisi dan situasi pembungkus dan lamanya penyimpanan. Iodium merupakan mineral mikro esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan berperan penting dalam pembentukan hormon tiroksin yang terdapat di dalam kelenjar tiroid yang sangat diperlukan pada perkembangan fisik dan mental manusia. Tubuh tidak mampu memproduksi Iodium, oleh karenanya kebutuhan akan Iodium ini dapat terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GAKI merupakan masalah serius yang berkembang di Indonesia dan juga di dunia, karena dampak ini berpengaruh pada masalah kecerdasan terutama berdampak bagi perkembangan Sumber Daya Manusia. Untuk menanggulangi masalah GAKI dalam jangka panjang, di Indonesia sendiri pemerintah telah mencanangkan program fortifikasi Iodium ke dalam garam konsumsi beriodium. Tentunya program ini perlu pengawasan yang ketat dari pihak yang berkaitan serta evaluasi seperti pada program yang lainnya. Banyaknya jumlah garam konsumsi dengan merek berbeda yang beredar di masyarakat harus perlu pengawasan yang ketat dari pemerintah karena masih banyak ditemukan garam-garam yang belum memenuhi standar sekalipun sebagian besar garam-garam tersebut telah mencantumkan SNI pada kemasannya. Adanya kebiasaan masyarakat kita khususnya para kaum ibu yang lebih sering menggunakan garam dapur dibandingkan dengan garam meja yang disebabkan karena faktor harga garam dapur yang relatif lebih murah serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai syarat mutu garam konsumsi sehingga masyarakat kurang memperhatikan hal tersebut. Selain hal diatas, garam yang terlalu cepat dimasukkan pada saat memasak dan pada suhu yang tinggi pada saat pengolahannya sangat berpengaruh terhadap kadar Iodium yang ada. Di Indonesia, berdasarkan penelitian YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1999, lebih dari separuh garam yang beredar di pasar tidak mengandung Iodium Arisman, 2009. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan penurunan kadar Iodium dalam masing-masing sampel yang dianalisis, hal ini juga dapat dilihat dari warna larutan sampel Lampiran 9 . Hal ini disebabkan karena Iodium merupakan salah satu dari mineral yang bersifat sensitif terhadap panas dan cahaya. Iodium yang terdapat dalam bahan makanan tidak 100 masuk ke dalam sistem pencernaan kita. Proses pengolahan bahan makanan akan mengurangi ketersediaan Iodium dari makanan kita. Hilangnya Iodium selama pengolahan berbanding lurus dengan suhu dan waktu pengolahan. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu yang digunakan untuk mengolah suatu bahan makanan, maka akan semakin tinggi jumlah Iodium yang hilang. Proses penggorengan akan mengurangi kandungan Iodium sekitar 20, pemanggangan sekitar 23 dan perebusan sebesar 58 Dept. Gizi dan Kes.Mas FKM UI, 2007. Kerusakan selama proses memasak dapat diperkecil dengan cara menambahkan garam setelah selesai memasak, serta mengganti garam yang telah biasa digunakan dengan garam beriodium. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Cahyadi, W 2008 yang menyimpulkan bahwa persentase penurunan kadar Iodat menjadi Iodium terbesar terjadi pada kondisi suhu 40 C yaitu sebesar 66,86 dan 50,85 pada RH 60 dan 100 dengan waktu penyimpanan selama 14 hari, sedangkan pada kondisi ruang suhu 25,5 C dengan RH 60-65 menunjukkan persentase penurunan kadar Iodat sebesar 46,51. Apabila kondisi pengepakan, penyimpanan dan penanganannya kurang baik, setelah disimpan selama 9 bulan, kandungan Iodatnya yang tertinggal hanyalah sekitar 10 dari kadar semula Diosady, L.L; Alberti, J.O; Venkatesh Mannar, M.G and Stone, T, 1997. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan