PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Dari Tabel 5.1 menjelaskan jenis pasar yang dipilih untuk penelitian ini yang terdapat di kecamatan bagian barat kota medan. Kedua pasar tradisional dan modern adalah mewakili dari bagian barat kota medan sebagai pasar yang sangat terkenal. Pasar tradisional yang telah dipilih sebabnya terdapat sebagian besar pembeli akan membeli sayuran di pasar ini dan juga salah satu pasar yang sangat terkenal di kota medan ini. Di pasar tradisional ini harganya lebih murah daripada pasar modern dan juga ada terdapat tawar menawar di pasar-pasar yang terpilih ini. Untuk pasar modern yang telah dipilih karena tempat penyimpanan sayur lebih bersih daripada pasar traditional dan juga pasar modern ini lebih terkenal antara pembeli-pembeli di sekitar pasar tersebut. Di Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik sampel pada masing-masing sayur, untuk sayur selada dan kubis terdapat 83.0 ada melakukan pencucian sayur dan 17.0 sayur tidak melakukan pencucian, kedua sayur ini adalah banyak yang melakukan pencucian sebelum dijual di pasar dan kebanyakkan pedagang ditanam sendiri yang dua jenis sayur ini dan waktu dijual pedagang melakukan pencucian pada kedua sayur tersebut. Di sayur timun dan daun perai terdapat 57.0 sampel ada melakukan pencucian sayur dan 43.0 sayur tidak melakukan pencucian, yang ini disebab karena sebagian pedagang membeli timun dan daun perai dari bukit brastagi dan pedagang dianggap sudah dicuci waktu mereka membeli sayur yang dijual di bukit. Akhirnya adalah daun bawang, langsung tidak ada sampel yang melakukan pencucian sebelum dijual. Dari segi penampilan terdapat 50.0 kotor dan 50.0 tidak kotor dan dalam kesegaran 83.0 terdapat segar dan 17.0 tidak segar pada masing- masing sayur yang dijual di pasar tradisional dan modern. Setengah pasar adalah tempat di mana menyimpan sayuran dan sekelilinya sangat bersih dan setengah Universitas Sumatera Utara pasar tidak. Dari segi kesegaran beberapa sayuran yang tidak segar sisanya segar. Dari Tabel 5.3 terdapat larva hookworm yang banyak terkontaminasi dalam semua sayur, kebanyakkan daun bawang yang sangat terkontaminasi oleh parasite pada 29 sampel 96.7. Dari lima jenis sayur terdapat timun yang sangat kurang terkontaminasi, di timun hanya dapat telur hookworm dengan larva hookworm pada 2 sampel 6.7. Secara tahap kontaminasi pada sayur mulai dengan daun bawang lalu daun perai diikuti oleh selada dan kubis dan timun. Dari Penelitian Hajjami K 2013 ini juga menunjukkan bahwa angka cacing terdeteksi bervariasi sesuai dengan jenis sayuran. 69.7 Sampel selada telah mencatat persentase kontaminasi yang lebih tinggi, dan terdapat kontaminasi parasit telur strongyloide sebanyak 51.1 pada sayur selada yang terkontaminasi. Hasil ini menguatkan dengan menemukan bahwa akar paling terkontaminasi oleh telur cacing. Hal ini dapat dijelaskan oleh kontak langsung dengan air yang terkontaminasi selama siklus irigasi. Perbandingan dengan peneliti Hajjami K 2013, ada perbedaan dengan kontaminasi pada selada sebabnya dari hasil penelitian kebanyakkan selada yang kontaminasi dengan Larva hooworm 40.0 tetapi daun bawang yang paling terkontaminasi dari lima jenis sayur 96.7 yang ini mungkin adalah tempat atau lingkungan menjual sayur berbeda sebab itulah terdapat jenis parasite yang berbeda. Dalam Tabel 5.4 menjelaskan tentang jenis parasit yang ditemui di pasar, dari tabel ini terdapat kebanyakkan kontaminasi adalah pada pasar tradisional apabila bandingkan dengan pasar modern. Dari pasar tradisional dapat ditemui angka Larva hookworm paling tinggi, di pasar traditional terdapat 54 sampel yang terkontaminasi dan juga pasar modern terdapat 18 sampel yang kontaminasi, jenis parasit yang paling sedikit ditemui adalah Telur hookworm pada masing masing pasar. Penelitiaan Karupiah G 2010. dapat menjelaskan parasit jenis strongyloides jantan dan betina yang free living ditemui paling banyak di pasar Universitas Sumatera Utara tradisional. Manakala bagi pasar modern pula parasit yang paling banyak ditemui merupakan jenis larva rhabditiform strongyloides. Dari kedua penelitian ini dapat jenis parasit yang ditemui pada kedua jenis pasar ada lain-lain. Yang ini dapat terjadi mungkin karena lokasi dan lingkungan berkembang biak setiap parasit berbeda dan juga tergantung pada kebersihan pada pasar masing masing. Dari Tabel 5.5 menunjukkan hasil kontaminasi pada pasar tradisional dan modern dengan masing masing sayur. Dari seluruh lima jenis sayur cuma sayur selada yang terdapat perbedaan dan ada kemaknaan antara pasar tradisional dan modern yang nilai p kurang dari 0.05. Menurut Haq et al 2014 telah dibuktikan bahwa sayur selada yang paling terkontaminasi, frekuensi distribusi kontaminasi untuk setiap sayuran selada adalah paling terkontaminasi sayur 24 48 sampel terkontaminasi dengan parasit, diikuti oleh kubis 22 44, sangat sedikit jumlah parasit yaitu, 12 yang ditemukan pada timun. Hasil dari kedua penelitian ini terdapat kontaminasi pada sayur selada dari pasar modern dan pasar tradisional, terdapat pasar modern mungkin dapat disebabkan karena teknik pencucian selada yang tidak tepat. Selada yang dijual di pasar modern terlihat lebih bersih dan tidak ada tanah maupun pasir yang menempel karena sudah dicuci terlebih dahulu. Untuk pasar tradisional kemungkinan teknik pencucian lebih bersih sebab itukan terdapat perbedaan antara kedua pasar ini. Seterusnya Tabel 5.6 menjelaskan perlakuan pencucian sayur sebelum dijual pada masing masing sayur, yang terdapat hubungan bermakna pada selada dan daun perai. Pada sayur selada terdapat nilai p adalah 0.033 dan daun perai nilai p adalah 0.003, yang ada bermakna pada hasil kontaminasi dengan perlakuan pencucian sayur. Menurut Suryani D 2012 menjelaskan, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku mencuci sayuran dengan kontaminasi telur nematoda usus, disebabkan oleh proses pencucian sayuran yang tidak Universitas Sumatera Utara menggunakan air yang mengalir. Hygienitas para pedagang warung makan lesehan terutama hubunganya dengan kebersihan makanan yang disajikan memiliki andil terhadap kualitas makanan yang disajikan, baik kebersihan, kesehatan, maupun nilai gizi. Menurut Hqa et al 2014, hasil tampaknya menunjukkan bahwa salah satu sebab penting dari infeksi parasit adalah karena konsumsi sayuran mentah dan kotor. Semua sayuran harus dicuci sebelum memadai akan konsumsi dan mana mungkin, dekontaminan harus dimasukkan dalam air cuci. Potensial lainnya kontaminasi seperti panen prosedur, lingkungan terkontaminasi selama penanganan, transportasi dan penyimpanan, atau langsung kontaminasi dari individu yang terlibat dalam produksi dan pengolahan produk juga tidak diselidiki. Hal ini sesuai dengan Karuppiah G 2010, yang mengatakan kebiasaan kesemua pengusaha pasar tradisional dengan pasar modern yang ada mengamalkan perlakuan mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari pengusaha sayur dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha yang mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif kontaminasi parasit. Di Tabel yang terakhir Tabel 5.7 menjelaskan tentang perbandingan antara pasar tradisional dan pasar modern dengan kontaminasi hasil negatif dan positif, dari tabel ini menunjukkan pasar tradisional yang paling banyak terkontaminasi daripada pasar modern dengan membuktikan pasar tradisional terdapat 57 sampel secara hasil positif dan pada pasar modern terdapat 19 sampel. Nilai p pada perbandingan ini terdapat p kurang dari 0.05 0.011, jadi H0 ditolak maka terdapat perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern dengan kontaminasi pada sayur. Universitas Sumatera Utara Menurut Karuppiah 2010, hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari pengusaha sayur selada dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha yang mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif kontaminasi parasit. Faktor ini yang mempengaruhi keberadaan STH pada sayur seperti penggunaan pupuk organik yang berasal dari ternak hewan sebagai media penyuburan sayuran. Sama halnya seperti pada manusia, jika kotoran ternak tersebut mengandung telur STH, maka dengan mudahnya telur STH yang ada di dalam kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk akan berpindah ke sayur yang kontak langsung dengan tanah. STH pada sayur dari pasar modern meskipun persentasenya lebih rendah daripada di pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan, sayur di pasar modern diletakkan di lemari berpendingin. Keberadaan STH pada sayur dari pasar modern mungkin dapat disebabkan karena teknik pencucian sayur yang tidak tepat. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan, pasar modern terdapat kontaminasi oleh STH pada 19 sampel 25.0. Di pasar tradisional terdapat kontaminasi pada 57 sampel 75.0. Hasil ini menunjukkan ada bermaknaanperbedaan di pasar tradisional dan pasar modern dengan nilai p0.05 adalah 0.011. 2. Jumlah sayur selada, kubis, timun, daun perai dan daun bawang yang kebanyakkan terkontaminasi adalah daun bawang oleh parasit dan kebanyakkan larva filariform ditemui di pasar tradisional dan modern. 3. Dari semua sayur, daun bawang yang paling terkontaminasi dan di antara pasar tradisional dengaan modern terdapat pasar tradisional yang paling terkontaminasi 24 sampel 96.0 dari pasar tradisional dan tidak ada bermakna dengan nilai p adalah 1.000 p0.05. 4. Hasil menunjukkan perbedaan pencucian pada sayur sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern ada perbedaan. 5. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengamalkan perlakuan seperti mencuci sayur sebelum ia dijual dapat menurunkan angka kejadian kontaminasi parasit. Universitas Sumatera Utara