PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 3.1.1 Lokasi Penelitian 21 3.1.2 Waktu Penelitian 21 3.2 Populasi dan Sampel 21 3.2.1 Populasi Penelitian 21 3.2.2 Sampel Penelitian 21 3.3 Variabel Penelitian 22 3.3.1 Variabel Bebas 22 3.3.2 Variabel Terikat 22 3.3.3 Variabel Kontrol 22 3.4 Instrumen Penelitian 22 3.4.1 Validitas Item Tes 3.4.2 Reabilitas Tes 3.4.3 Tingkat Kesukaran Tes 3.4.4 Daya Pembeda 3.5 Rancangan Penelitian 3.6 Prosedur Penelitian 3.7 Teknik Pengolahan Data 3.7.1 Uji Normalitas 3.7.2 Uji Homogenitas 3.7.3 Uji Hipotesis 22 23 24 25 26 27 29 30 30 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Data Instrument Penelitian 4.1.2. Data Hasil Penelitian 4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 4.2.1.Uji Normalitas Postest 4.2.2. Uji Homogenitas Postest 4.3. Pengujian Hipotesis 33 33 34 35 36 37 37 4.4 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran 38 42 42 DAFTAR PUSTAKA 43 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Klasifikasi Uji Reliabilitas Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal Tabel 3.3 Rancangan Penelitian Tabel 4.1 Hasil Perolehan Rata-Rata Postest Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Postest Tabel 4.3 Uji Homogenitas Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis 24 25 26 35 36 37 38 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Desain Penelitian 29 Gambar 4.1 Diagram Hasil Rata-rata Postest Sampel 35 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus 46 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 48 Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes sebelum validasi Lampiran 4a Instrumen Soal sebelum validasi Lampiran 4b Instrumen Soal setelah validasi Lampiran 5a Kunci Jawaban sebelum validasi Lampiran 5b Kunci Jawaban setelah validasi Lampiran 6 Format Lembar Jawaban Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Lampiran 8 Jawaban LKS Lampiran 9 Kuisioner Lampiran 10 Perhitungan Validitas Tes Lampiran 11 Tabel Validitas Instrumen Penelitian Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas tes Lampiran 13 Tabel Reliabilitas Instrumen Penelitian Lampiran 14 Perhitungan Tingkat kesukaran Lampiran 15 Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Lampiran 16 Perhitungan Daya Pembeda Lampiran 17 Tabel Daya Pembeda Instrumen Penelitian Lampiran 18 Tabel Kesimpulan Analisis Instrumen Penelitian Lampiran 19 Tabulasi Nilai Hasil Belajar Lampiran 20 Standar Deviasi Lampiran 21 Uji Normalitas Lampiran 22 Uji Homogenitas Lampiran 23 Pengujian hipotesis Lampiran 24 Tabel F Lampiran 25 Tabel t 66 80 89 94 95 96 97 106 113 114 117 118 119 120 121 122 125 126 127 129 131 134 136 139 142 Lampiran 26 Tabel Chi kuadrat Lampiran 27 Product Moment Lampiran 23 Jadwal Penelitian Lampiran 24 Dokumentasi 143 144 145 146

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur atau metode ilmiah. Dengan demikian pembelajaran ilmu kimia tidak tepat jika dilakukan hanya dengan monoton ceramah, melainkan perlu metode yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses kerja ilmiah Jahro, 2009. Observasi yang dilakukan di sekolah MAN 1 Medan pada pertengahan bulan Desember tahun 2014 mengenai keadaan proses pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran kimia. Dari hasil observasi lapangan diketahui bahwa guru tidak pernah menggunakan metode pembelajaran lain selain metode ceramah dan tanya jawab, siswa cenderung hanya diam dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Selain itu, kegiatan praktikum jarang dilakukan, sedangkan kegiatan demonstrasi tidak pernah dilakukan di kelas tersebut. Untuk materi kimia yang terdapat hitungannya, siswa cenderung sulit untuk memahami konsep materi sehingga membutuhkan waktu lebih banyak hanya untuk menghapalkan rumus. Proses pembelajaran masih sangat teoritis dan kurang menerapkan model yang sudah banyak dikembangkan oleh para ahli saat ini. Dengan kata lain para pengajar masih mengandalkan model konvensional serta jarang mengevaluasi keefektifan dari model yang digunakannya dalam proses peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini berefek pada prestasi hasil belajar siswa yang tidak maksimal. Hidrolisis Garam merupakan salah satu materi kimia yang masih dianggap sulit dan membingungkan oleh siswa karena berisi konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman lebih matang sehingga mempengaruhi penerapannya ke dalam rumus-rumus. Hidrolisis Garam mengenalkan siswa tentang reaksi asam dengan basa yang membentuk garam beserta sifat-sifat dan identifikasinya. Materi yang berisi konsep dan rumus ini dianggap siswa masih sulit untuk dipahami sehingga perlu diberikan suatu metode pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan materi tersebut. Maka perlu inovasi model dan metode pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa menguasai materi hidrolisis garam guna mencapai target-target pembelajaran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusof dkk 2011, menunjukkan bahwa dengan penggunaan pembelajaran kooperatif berbasis masalah telah terjadi efektivitas belajar serta peningkatan hasil belajar siswa yang mana sebanyak 97 siswa mengalami peningkatan pada hasil belajarnya dan hanya 3 siswa yang tidak mengalami peningkatan. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah adalah pembelajaran hasil penggabungan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah dikembangkan dengan mengambil kelebihan yang ada pada pembelajaran berbasis masalah yang digabung dengan kelebihan yang ada pada pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif berbasis masalah, siswa dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan adanya permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran maka secara langsung siswa akan aktif belajar. Dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa saat belajar itu, maka pengajar akan menemukan nilai - nilai yang tumbuh dan berkembang pada diri setiap siswa yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Suharta dan Luthan P.L.A, 2013. Selain dibutuhkan model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan rasa senang kepada siswa, konsep-konsep hidrolisis garam tersebut dapat dipahami siswa dengan melakukan aktivitas belajar. Diantara aktivitas belajar yang dapat dilakukan berupa motor activities, yaitu melakukan percobaan praktikum atau demonstrasi. Dalam kegiatan belajar, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dan penyelidikan sendiri Sardiman, 2009. Dengan melakukan praktikum atau demonstrasi, siswa diharapkan dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi,