2.2. Analytical Hierarchy Process AHP
AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan berbagai kriteria. Karena sifatnya yang
multikriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Sebagai contoh untuk menyusun prioritas penelitian, pihak manajemen lembaga penelitian
sering menggunakan beberapa kriteria seperti dampak penelitian, biaya, kemampuan SDM, dan waktu pelaksanaan. [3]. Dalam menyelesaikan
permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami diantaranya adalah sebagai berikut.
2.2.1. Membuat Hirarki
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki, dan menggabungkannya atau
mensistesisnya.
2.2.2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan tabel analisis seperti ditunjukkan
pada tabel 2.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Tabel Skala Perbandingan Penilaian Tingkat
Kepentingan Definisi
Keterangan 1
sama pentingnya Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama. 3
agak lebih penting yang satu dari yang
lainnya Pengalaman dan penilaian sangat
memihak satu elemen dibandingkan dengan
pasangannya.
5 Cukup penting
Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan
atas satu aktifitas lebih dari yang lain
7 Sangat penting
Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan
yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain
9 Mutlak lebih penting
Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan
dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan
tertinggi.
2,4,6,8 Nilai tengah antara 2
nilai keputusan yang berdekatan
Bila kompromi dibutuhkan
Resiprokal Kebalikan
Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala
perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh
Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j
memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan
elemen i
Rasio Rasio yang didapat
langsung dari pengukuran
2.2.3. Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan Pairwise Comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif
kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
2.2.4. Konsistensi logis
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi CI = λmaks-n n-1
2.2.5. Contoh penerapan AHP
Contoh penerapan AHP dalam kehidupan adalah penentuan pegawai dalam sebuah instansi. Kriteria yang digunakan adalah :
a. Kedisiplinan b. Prestasi
c. Pengalaman kerja d. Perilaku
e. Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Langkah penyelesaian : a. Penentuan matriks berpasangan kriteria
Tabel 2.2. Matriks Berpasangan
b. Menghitung matriks prioritas kriteria Pada tahap ini dicari prioritas kriteria untuk nantinya menentukan apakah
nilai yang dimasukkan dalam matrik sesuai. Tabel 2.3. Matriks Prioritas Berpasangan
Angka diatas didapat dari membagi nilai kolom baris dengan jumlah kolom. Prioritas didapat melalui membagi jumlah tiap baris dengan jumlah matriks.
c. Menghitung matriks penjumlahan kriteria
Tabel 2.4. Matriks Penjumlahan
Angka diatas didapat dari mengalikan nilai kolom baris pada tabel 2.2. dengan prioritas dari masing-masing kriteria.
Universitas Sumatera Utara
d. Menghitung matriks kriteria dengan rasio konsistensi Tabel 2.5. Matriks Rasio Konsistensi
Jumlah rasio = 6.02 Jumlah kriteria n = 5
λmaks = Jumlah Rasio n = 6.025 = 1.2 CI = λmaks-n n-1= 1.2 – 5 5 – 1 = - 0.95
CR = CIRI = - 0.951.12 = - 0.85 Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka
rasio;konsistensi dari perhitungan tersebut bisa DITERIMA.
e. Perhitungna matriks berpasangan untuk KEDISIPLINAN Faktor yang mempengaruhi dalam penilain pegawai untuk mengetahui
jumlahnya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Matriks Berpasangan KEDISIPLINAN
f. Menghitung matriks prioritas kriteria KEDISIPLINAN Pada tahap ini dicari prioritas kriteria untuk nantinya menentukan apakah
nilai yang dimasukkan dalam matrik sesuai.
Tabel 2.7. Matriks prioritas berpasangan
Angka diatas didapat dari membagi nilai kolom baris dengan jumlah kolom. Prioritas didapat melalui membagi jumlah tiap baris dengan jumlah matriks.
Universitas Sumatera Utara
g. Menghitung matriks penjumlahan kriteria KEDISIPLINAN
Tabel 2.8. Matrik Penjumlahan
h. Menghitung ratio koknsistensi KEDISIPLINAN Tabel 2.9. Matriks Ratio Konsistensi KEDISIPLINAN
Jumlah rasio = 6.19 Jumlah kriteria n = 5
λmaks = Jumlah Rasio n = 6.195 = 1.24 CI = λmaks-n n-1= 1.24 – 5 5 – 1 = - 0.94
CR = CIRI = - 0.941.12 = - 0.84 Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka
rasio;konsistensi dari perhitungan KEDISIPLINAN tersebut bisa DITERIMA.
Universitas Sumatera Utara
i. Menghitung matriks berpasangan BERPRESTASI Tabel 2.10. Matriks Berpasangan BERPRESTASI
j. Menghitung prioritas matriks kriteria BERPRESTASI Tabel 2.11. Matriks prioritas BERPRESTASI
k. Menghitung matriks penjumlahan kriteria BERPRESTASI Tabel 2.12. Matriks Penjumlahan BERPRESTASI
Universitas Sumatera Utara
l. Menghitung ratio konsistensi BERPRESTASI Tabel 2.13. Ratio Konsistensi BERPRESTASI
Jumlah rasio = 7.06 Jumlah kriteria n = 5
λmaks = Jumlah Rasio n = 7.065 = 1.41 CI = λmaks-n n-1= 1.41 – 5 5 – 1 = - 0.90
CR = CIRI = - 0.901.12 = - 0.80 Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka
rasio;konsistensi dari perhitungan PRESTASI tersebut bisa DITERIMA.
m. Perhitungan matriks berpasangan PENGALAMAN KERJA Tabel 2.14. Matriks Berpasangan PENGALAMAN KERJA
Universitas Sumatera Utara
n. Menghitung Matriks Prioritas Kriteria PENGALAMAN KERJA Tabel 2.15. Matriks Prioritas Kriteria PENGALAMAN KERJA
o. Menghitung Matriks Penjumlahan Kriteria Pengalaman Kerja Tabel 2.16. Matriks Penjumlahan PENGALAMAN KERJA
p. Menghitung Matriks Rasio Konsistensi PENGALAMAN KERJA Tabel 2.17. Matriks Ratio Konsistensi PENGALAMAN KERJA
Jumlah rasio = 6.35 Jumlah kriteria n = 5
λmaks = Jumlah Rasio n = 6.355 = 1.27 CI = λmaks-n n-1= 1.27 – 5 5 – 1 = - 0.93
CR = CIRI = - 0.931.12 = - 0.83
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka rasio;konsistensi dari perhitunganPengalaman Kerja tersebut DITERIMA.
q. Perhitungan Matriks Berpasangan PERILAKU Tabel 2.18. Matriks Berpasangan PERILAKU
r. Menghitung Matriks Prioritas Kriteria PERILAKU Tabel 2.19 Matriks Prioritas Kriteria PERILAKU
s. Menghitung Matriks Penjumlahan Kriteria PERILAKU Tabel 2.20. Matriks Penjumlahan PERILAK
Universitas Sumatera Utara
t. Menghitung Matriks Rasio Konsistensi PERILAKU Tabel 2.21. Matriks Rasio Konsistensi PERILAKU
Jumlah rasio = 5.93 Jumlah kriteria n = 5
λmaks = Jumlah Rasio n = 5.935 = 1.19 CI = λmaks-n n-1= 1.19 – 5 5 – 1 = - 0.95
CR = CIRI = - 0.951.12 = - 0.85 Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka
rasio;konsistensi dari perhitungan PERILAKU tersebut bisa DITERIMA. u. Perhitungan Matriks Berpasangan KESEHATAN
Tabel 2.22. Matriks Berpasangan KESEHATAN
v. Menghitung Matriks Prioritas Kriteria KESEHATAN Tabel 2.23. Matriks Prioritas KESEHATAN
Universitas Sumatera Utara
w. Menghitung Matriks Penjumlahan Kriteria KESEHATAN Tabel 2.24. Matriks Penjumlahan KESEHATAN
x. Menghitung Matriks Rasio Konsistensi KESEHATAN Tabel 2.25 Matriks Rasio Konsistensi KESEHATAN
Jumlah rasio = 6.96 Jumlah kriteria n = 5
Universitas Sumatera Utara
λmaks = Jumlah Rasio n = 6.965 = 1.39 CI = λmaks-n n-1= 1.39 – 5 5 – 1 = - 0.90
CR = CIRI = - 0.901.12 = - 0.81 Oleh karena CR Consistency Ratio dari kriteria 0.1, maka
rasio;konsistensi dari perhitungan KESEHATAN tersebut bisa DITERIMA.
y. Hasil Penilaian Kriteria berdasarkan Sub Kriteria Tabel 2.26 Hasil Penilaian Kriteria berdasarkan Sub Kriteria
Setelah hasi di atas telah didapatkan, maka diinputkan nama pegawai dan diberikan nilai berdasarkan subkriteria, lalu nilai yang tertinggi itulah yang
lulus pada proses AHP.
2.3. Algoritma Gale-Shapley