Pembesaran dan pemanjangan papil dermis menyebabkan epidermo- dermal bertambah luas dan menyebabkan lipatan di bawah lapisan stratum
spinosum bertambah banyak. Proses ini juga menyebabkan masa pertumbuhan kulit menjadi lebih cepat dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari
normal, dari 28 hari menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam stratum korneum terjadi parakeratosis. Dengan pemendekan interval proses
keratinisasi sel epidermis dan stratum basalis menjadi stratum korneum, proses pematangan dan keratinisasi gagal mencapai proses yang sempurna. Selain proses
keratinisasi terganggu, proses biokimiawi di dalam masing-masing sel berubah. Dengan mikroskop elektron dapat dilihat, di dalam sel epidermis, produksi
tonofilamen keratin dan butir-butir keratohialin berkurang dan adenosin 35 monofosfat AMP siklik pada lesi psoriasis berkurang. Ini sangat penting dalam
pengaturan aktivitas mitosis sel epidermis Siregar, 2000.
2.1.4. Gambaran Klinis
Psoriasis memiliki ciri khas atau disebut tanda klasik yaitu lesi yang berwarna kemerahan eritema, berbatas tegas lesi ditutupi oleh skuama kasar
berlapis, berwarna putih seperti mika. Lesi dari psoriasis ini memiliki predileksi di daerah scalp, kuku,
permukaan ekstensor dari ekstremitas atas dan bawah, regio umbilikal, dan juga sakrum James et al., 2006. Biasanya, lesi bersifat simetris, walau terkadang
dijumpai unilateral Gudjonsson et al., 2008. Perasaan subjektif seperti rasa gatal atau terbakar juga sering dikeluhkan oleh penderita James et al., 2006.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi plak dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, numular, atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis
gutata, biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh Streptococcus Djuanda, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Psoriasis yang menyerang kuku jari tangan dan kaki memberi gambaran berupa lubang kecil pada kuku yang disebut pits. Warna kuku menjadi kabur dan
bagian kuku bebas agak terpisah dari dasarnya oleh karena terbentuk zat tanduk subungual. Umumnya, kelainan kuku dimulai dari bagian distal dan menyebar ke
bagian proksimal, hingga terjadi onikolisis. Mukosa hampir tidak pernah terkena penyakit ini, kemungkinan karena pertumbuhan epitel mukosa mirip dengan
petumbuhan kulit yang psoriasis Siregar, 2000.
Gambar 2.2. : Karakteristik kulit pada Psoriasis vulgaris. Sumber
: Schön, M.P., Boehncke, W.H., 2005. Medical Progress Psoriasis. N Eng J Med, 352: 1899 – 1912.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Diagnosis
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz dan fenomena Koebner isomorfik. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah
warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores Djuanda, 2010. Dibawah skuama tersebut, pada lapisan kulit terdapat eritem homogen yang
mengkilat, akan dijumpai tanda perdarahan apabila terjadi pelepasan atau trauma pada kulit akibat adanya vasodilatasi dari pembuluh darah dibawahnya. Hal
tersebut dikenal sebagai Auspitz’s sign Gudjonsson et al., 2008. Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang
sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomenon Koebner yang timbul kira- kira setelah 3 minggu Djuanda, 2010.
Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya sekitar 47 yang positif dan didapati pula pada
penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis Djuanda, 2010. Fenomena Koebner biasa terjadi setelah 7-14 hari pasca trauma. Gudjonsson et
al., 2008. Pemeriksaan histopatologi juga memegang peranan yang penting dalam
penegakkan diagnosa psoriasis. Pada plak psoriasis, foci neutrofil berjumlah sangat banyak dan biasanya membentuk mikroabses munro pada stratum
korneum. Lapisan granular menghilang akibat parakeratosis. Pada plak yang telah berkembang sempurna, dapat dijumpai akantosis epidermal dengan pemanjangan
rete ridges, penipisan dermal papillae, dan juga pelebaran dari pembuluh darah kapiler dalam dermal papillae. Dua hal yang disebutkan sebelummya memiliki
pengaruh besar terhadap penemuan Auspitz’s sign James et al., 2006.
2.1.6. Bentuk Klinis