PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC

(1)

commit to user

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN

GEMPA DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL

BASIC

(Mengacu pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002)

(Calculation of Seismic Reinforced Concrete Structure With Visual Basic Programming Languages)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

SETYO PURNOMO Y NIM I 0106127

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

v

ABSTRAK

SETYO PURNOMO Y, 2010. PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Beton menjadi bagian terpenting untuk proyek-proyek di Indonesia, khususnya bangunan gedung, jembatan dan jalan. Indonesia merupakan wilayah rawan gempa, sehingga dibutuhkan program perhitungan struktur beton yang tahan terhadap gempa.. Tujuan dari pembuatan program ini adalah untuk membuat program perhitungan beton bertulang secara mandiri dengan hasil perhitungan yang lebih cepat dan akurat.

Program ini dibuat dengan Visual Basic.Net 2008,proses pembuatannya meliputi konsep dan perhitungan program yang dibuat berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) serta studi literatur dari berbagai sumber.

Program perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa ini diberi nama QuakeCon. Hasil dari pembuatan program QuakeCon menyediakan keperluan-keperluan pengguna seperti membuka data file (Open), menyimpan data (Save), dan mencetak laporan. Program QuakeCon dilengkapi dengan fasilitas penanganan kesalahan (error handler) dalam proses pemasukan data serta mempunyai tampilan yang mudah digunakan (user friendly). Hasil perhitungan dari program QuakeCon sama dengan perhitungan manual yang mengacu pada SNI 03-2847-2002 dan shortcourse Desain dan Perhitungan Struktur Tahan Gempa HAKI 2009.


(3)

commit to user

vi

ABSTRACT

SETYO PURNOMO Y, 2010. CALCULATION OF SEISMIC

REINFORCED CONCRETE STRUCTURE WITH VISUAL BASIC PROGRAMMING LANGUAGES. Thesis, Civil Engineering Department

Faculty of Engineering, Sebelas Maret University Surakarta.

Concrete becomes the most important part for projects in Indonesia, especially building, bridges and roads. Indonesia is an earthquake prone area, that require a calculation program of concrete structures that are resistant to earthquakes. The objective of this program is to make the program independently of reinforced concrete calculations with the results of calculations faster and more accurate. This software was written in Visual Basic.Net 2008, the making process include the concept and calculation programs that based on calculations Procedures Concrete Structures for Buildings (SNI 03-2847-2002) and the study of literature from various sources.

Calculation program for seismic reinforced concrete structures is named QuakeCon. The results of QuakeCon manufacture program provides a user purposes such as opening the data files (Open), saving data (Save), and printing reports. QuakeCon program is equipped with error handler in the process of data entry and has a view that is easy to use (user friendly). The calculation of QuakeCon shows the same result with manual calculations that refers to the SNI 03-2847-2002 and Shortcourse Desain dan Perhitungan Struktur Tahan Gempa HAKI 2009.


(4)

commit to user

vii

PENGANTAR

Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan laporan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S-1 di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka banyak kendala yang sulit untuk dipecahkan hingga terselesaikannya penyusunan laporan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Segenap pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Segenap pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Yang terhormat Bapak Agus Setiya Budi, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dan dosen Pembimbing Akademis.

4. Yang terhormat Bapak Ir. Sofa Marwoto selaku Dosen Pembimbing II.

5. Yang terhormat Bapak Ir. Agus Supriyadi, MT dan Setiono, ST, MSc selaku dosen penguji pada ujian skripsi.

6. Rekan rekan satu kelompok yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. 7. Rekan-rekan angkatan 2006.

8. Teman-teman Kaskus The Largest Indonesia Community. 9. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Penyusun menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan skripsi yang akan datang. Akhir kata semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.

Surakarta, Agustus 2010


(5)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Rumusan Masalah 2

1.3.Batasan Masalah 2

1.4.Tujuan Penelitian 2

1.5.Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4

2.1. Tinjauan Pustaka 4

2.2. Landasan Teori 5

2.2.1. Wilayah Gempa di Indonesia 5

2.2.2. Beton 6

2.2.3. Beton Bertulang 7

2.2.4. Persyaratan Beton Bertulang 7

2.2.4.1. Metode Perancangan 7

2.2.4.1.1. Metode tegangan kerja (Allowable Stress Design) 7 2.2.4.1.2. Metode kekuatan batas (Unlimeted Stress Design) 7


(6)

commit to user

ix

2.2.4.3. Kuat Rencana 10

2.2.4.4. Hubungan Tegangan Tekan dan Regangan Beton 12

2.2.4.5. Regangan Seimbang 13

2.2.4.6. Tinggi Blok Tegangan Tekan Beton Persegi 14

2.2.4.7. Momen Nomimal Aktual 14

2.2.4.8. Luas Tulangan 14

2.2.4.9. Penampang Tension Controlled 15

2.2.4.10. Gaya Geser 16

2.2.4.11. Spasi Tulangan 17

2.2.4.12. Panjang Tulangan Negatif 17

2.2.4.13. Diagram Interaksi Kolom 17

2.2.5. Ketentuan-ketentuan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen

Menengah (SRPMM) 20

2.2.5.1. Balok 22

2.2.5.2. Kolom 22

2.2.6. Visual Basic 23

2.2.6.1. Integrated Development Environment ( IDE ) Visual Basic 24

2.2.6.2. Tipe Data Dalam Visual Basic 31

2.2.6.3. Kode Program 33

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 37

3.1. Tinjauan Umum 37

3.2. Sistematika Pembuatan Program 37

3.3. Memulai Pemodelan 38

3.4. Manual Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

dan Pemodelan 39

3.5. Pembuatan Algoritma 39

3.6. Pemodelan Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan

Gempa dan Pemodelan 39

3.7. Validitas Program 39

3.8. Kompilasi Program 40


(7)

commit to user

x

3.10. Pembuatan Laporan 40

BAB 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 41

4.1. Pola Dasar Program 41

4.2. Langkah-Langkah Pembuatan Progam Yang Efektif 42

4.3. Konfigurasi Hardware 42

4.4. Struktur Program 43

4.5. Variabel Kerja 45

4.6. Diagram Alir Program 57

4.6. 1. Diagram Alir Perhitungan Balok 57

4.6. 2. Diagram Alir Perhitungan Kolom 60

4.6. 3. Diagram Alir Perhitungan Diagram PM 62

4.7. Pengoperasian Program 65

4.7.1. Pengoperasian Program Perhitungan Struktur Beton 65

4.7.2. Membuat Proyek Baru 67

4.7.2.1. Membuat Proyek Baru Balok 67

4.7.2.2. Membuat Proyek Baru Kolom 73

4.7.2.3. Membuat Proyek Baru Diagram PM 78

4.8. Validasi Program 79

4.8.1. Perhitungan Balok 80

4.8.2. Perhitungan Kolom 98

4.8.3. Perhitungan Balok dengan Program 101

4.8.4. Perhitungan Kolom dengan Program 103

4.9. Pembahasan 104

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 107

5.1. Kesimpulan 107

5.2. Saran 107

DAFTAR PUSTAKA 108


(8)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor Beban pasal 11.2 SNI 03-2847-2002 10

Tabel 2.2. Faktor reduksi kekuatan pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 11

Tabel 2.3. Menu utama Visual Basic 25

Tabel 2.4. Tabel Fungsi ToolBox 27

Tabel 2.5. Tabel Properties 30

Tabel 2.6. Tabel Jenis Data 32

Tabel 4.1. Tabel baja tulangan yang digunakan untuk kondisi 1 79

Tabel 4.2. Tabel baja tulangan yang digunakan untuk kondisi 2 82

Tabel 4.3. Tabel baja tulangan yang digunakan untuk kondisi 3 84

Tabel 4.4. Tabel baja tulangan yang digunakan untuk kondisi 4 86

Tabel 4.5. Tabel baja tulangan yang digunakan untuk kondisi 5 89

Tabel 4.6. Penulangan dan Kapasitas Momen Penampang Kritis Balok 92

Tabel 4.7. Tabel tulangan geser muka kolom eksterior 93

Tabel 4.8. Tabel tulangan geser muka kolom interior 94

Tabel 4.9. Tabel penulangan kolom 97

Tabel 4.10. Tabel penulangan geser 99

Tabel 4.11. Hasil perhitungan dengan menggunakan program

QuakeCon 104

Tabel 4.12. Hasil perhitungan geser di muka kolom eksterior dengan

menggunakan program QuakeCon 104

Tabel 4.13. Hasil perhitungan geser di muka kolom interior

dengan menggunakan program QuakeCon 105

Tabel 4.14. Hasil perhitungan geser di luar muka dengan

menggunakan program QuakeCon 105

Tabel 4.15. Hasil perhitungan hoops sepanjang dua kali tinggi balok dengan

menggunakan program QuakeCon 105

Tabel 4.16. Hasil perhitungan kolom menggunakan program

QuakeCon 106

Tabel 4.17. Hasil perhitungan Diagram PM menggunakan program


(9)

commit to user

xii

Tabel 4.18. Perbandingan perhitungan manual dan program 107

Tabel 4.19. Kelebihan dan kekurangan program QuakeCon


(10)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Batuan Dasar

dengan Periode Ulang 500 Tahun (SNI 03-1726-2003). 6

Gambar 2.2. Distribusi Tegangan Tekan Pada Potongan Balok Beton 12

Gambar 2.3. Diagram Interaksi Aksial – Momen Pada Kolom ( P – M ) 18

Gambar 2.4. Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM 21

Gambar 2.5. Interface pada Aplikasi Visual Basic 2008 24

Gambar 2.6. Tampilan Menu Utama Visual Basic 2008 25

Gambar 2.7. Tampilan Form Baru 26

Gambar 2.8. Tampilan Unit Baru 27

Gambar 2.9. Tampilan Toolbox 29

Gambar 2.10. Tampilan Solution Explorer 30

Gambar 2.11. Tampilan Properties 31

Gambar 3.1. Proses Pengolahan Data 37

Gambar 3.2. Tata Urutan Pembuatan Perangkat Lunak 38

Gambar 3.3. Garis Besar Proses Program QuakeCon 48

Gambar 3.4. Diagram Alir Perhitungan Momen Balok 49

Gambar 3.5. Diagram Alir Perhitungan Geser Balok 50

Gambar 3.6. Diagram Alir Perhitungan Balok 51

Gambar 3.7. Diagram Alir Perhitungan Kolom 52

Gambar 3.8. Diagram Alir Perhitungan Geser Kolom 53

Gambar 3.9. Diagram Alir Penggambaran Diagram P-M 54

Gambar 4.1. Struktur Menu Program QuakeCon 62

Gambar 4.2. Tampilan Saat Masuk Program QuakeCon 63

Gambar 4.3. Password untuk Masuk Program QuakeCon 64

Gambar 4.4. Tampilan Form Induk 64

Gambar 4.5. Menu Open 65

Gambar 4.6. Tampilan Form Data Balok 66

Gambar 4.7. Tampilan Form Tulangan 68

Gambar 4.8. Tampilan Form Geser 69


(11)

commit to user

xiv

Gambar 4.10. Form Data Kolom 71

Gambar 4.11. Form Cek Diagram PM 73

Gambar 4.12. Form Hasil Kolom 74

Gambar 4.13. Form Detail Kolom 75


(12)

commit to user xv

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

a = Tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen Ag = Luas bruto penampang

As = Luas tulangan tarik

As_min = Luas minimum tulangan tarik

Av = Luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, atau luas tulangan geser yang

tegak lurus terhadap tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada komponen struktur lentur tinggi

Avmin = Luas minimum tulangan geser dalam daerah sejarak s, atau luas tulangan

geser yang tegak lurus terhadap tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada komponen struktur lentur tinggi

b = Lebar muka tekan komponen struktur bw = Lebar badan

D = Jenis tulangan ulir

d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik de = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik

dt = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik

d’ = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan

ds = jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik

Es = Modulus elatisitas tulangan

fy = Kuat leleh tulangan

fc’ = Kuat tekan beton

h = Tebal total komponen struktur j = Faktor reduksi kekuatan

ln = Bentang bersih untuk momen positif atau geser dan rata-rata dari

bentang-bentang bersih yang bersebelahan untuk momen negative m = jumlah tulangan maksimal yang dapat dipasang pada 1 baris Mu = Momen terfaktor pada penampang


(13)

commit to user xvi Mn = Momen nominal

n = jumlah tulangan

Pu = Kuat tekan aksial perlu pada eksentrisitas yang diberikan

s = Spasi sumbu ke sumbu tulangan tarik lentur yang terdekat dengan muka tarik terluar

SNI = Standar Nasional Indonesia

Vc = Kuat geser nominal yang dipikul oleh beton

Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang

Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

Vs_max = Kuat geser maksimal yang disumbangkan oleh tulangan geser

Wu = Beban terfaktor per unit panjang dari balok

ρ = Rasio tulangan tarik non-prategang

ρb = Rasio tulangan yang memberikan kondisi regangan yang seimbang

ρg = Rasio luas tulangan total terhadap luas penampang kolom

= Faktor reduksi kekuatan

β1 = Faktor yang dipengaruhi oleh kuat tekan beton

kN = Kilo Newton MPa = Mega pascal


(14)

commit to user xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A FORM PROGRAM


(15)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Perkembangan teknologi komputer semakin maju, termasuk juga dalam bidang rekayasa teknik sipil, program komputer rekayasa yang canggih semakin banyak tersedia. Meskipun demikian, pemakaian program seperti itu mempunyai karakter yang berbeda dengan program bisnis pada umumnya (Wiryanto Dewobroto, 2005).

Bangunan yang didirikan di wilayah yang rawan gempa harus mempertimbangkan besar dan sifat beban akibat goncangan gempa agar keamanannya terjamin. Bangunan yang getas akan rentan terhadap goncangan gempa, sedangkan bangunan yang daktail akan lebih tahan terhadap goncangan gempa. Struktur beton pada umumnya relatif lebih murah namun lebih getas dibandingkan dengan struktur baja, sehingga struktur beton perlu direkayasa sedemikian rupa agar menjadi tahan gempa.

Dalam aplikasi komputer bidang rekayasa, sudah banyak permasalahan rutin pekerjaan insinyur yang telah dibuatkan program komputernya. Jadi hanya masalah khusus saja yang memerlukan peng-kode-an tersendiri dengan bahasa pemrograman komputer, itu pun hanya biasa dijumpai pada komunitas peneliti atau mahasiswa (Wiryanto Dewobroto, 2005).

Muncul anggapan bahwa para insinyur era sekarang tidak perlu menguasai bahasa pemrograman, khususnya untuk menyelesaikan kasus-kasus yang rutin karena program aplikasinya sudah ada. Dalam pengertian sempit, untuk mendapatkan penyelesaian secara cepat dengan program yang sudah ada, maka kita butuh program tersebut. Mengapa kita perlu membuat program tersendiri ?.


(16)

commit to user

Program komputer dibuat untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan dibandingkan cara konvensional yaitu dengan perhitungan manual kalkulator. Disini penulis akan menjelaskan bagaimana cara membuat sebuah program komputer rekayasa dengan visual basic dan menjelaskan keuntungan-keuntungan dari program yang dibuat secara mandiri.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu bagaimana membuat sebuah program perhitungan struktur beton tahan gempa yang dibuat secara mandiri (tidak menggunakan program yang sudah ada).

1.3.

Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari rumusan masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang ditinjau. Batasan – batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Program yang dibuat untuk perancangan struktur beton.

2. Program yang dibuat adalah struktur balok persegi, kolom persegi dan kolom bulat.

3. Struktur berada di wilayah gempa 3 dan 4.

4. Analisis dan desain penampang sesuai SNI 03-2847-2002.

1.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara pembuatan program rekayasa secara mandiri.

2. Mengetahui cara penyelesaian kasus yang dikerjakan oleh program yang dibuat secara mandiri.


(17)

commit to user

1.5.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara pembuatan program rekayasa secara mandiri.

2. Mengetahui cara penyelesaian kasus atau alur yang dikerjakan oleh program. 3. Mempercepat hasil yang diperlukan dalam perhitungan analisis struktur.


(18)

commit to user

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.

Tinjauan Pustaka

Dari berbagai tipe material konstruksi, beton menjadi bagian terpenting untuk proyek-proyek di Indonesia, khususnya bangunan gedung, jembatan dan jalan. Industri dalam negeri telah sepenuhnya mendukung ketersediaan material utama beton, yaitu semen dan besi beton. Maka para profesional di Industri konstruksi harus menguasai seluk beluk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton. Para insinyur perencana harus mampu mendesain struktur beton yang kuat, kaku, dan ekonomis untuk berbagai tipe dan keperluan konstruksi.

Struktur beton berbeda dengan struktur baja. Elemen-elemen struktur baja umumnya terdiri atas profil baja yang ada di pasaran dan ukurannnya tertentu sehingga desain lebih difokuskan pada evaluasi profil tersebut serta sistem sambungan yang dipilih. Sedangkan struktur beton bertulang mempunyai variasi bentuk dan ukuran yang lebih bebas sehingga perencanaan lebih menekankan pemilihan geometri dan konfigurasi tulangan (Wiryanto Dewobroto, 2005).

Penampang beton bertulang sangat bervariasi, parameternya adalah bentuk (persegi, bulat, solid, atau berongga), dimensi(ukuran), mutu beton, mutu baja tulangan dan konfigurasi pemasangan tulangan bajanya. Dari variasi parameter yang dipilih akan dihasilkan berbagai variasi kekuatan, kekakuan, daktilitas, maupun ekonomis tidaknya struktur beton yang akan dibangun (Wiryanto Dewobroto, 2005).

Dalam perencanaan struktur beton bertulang maka setiap penampang pada struktur tersebut harus direncanakan kuat terhadap setiap gaya internal yang


(19)

commit to user

terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.

Suatu perencanaan penampang yang optimum umumnya memerlukan proses trial-error. Dimensi penampang pada tahap awal ditetapkan terlebih dahulu, bersama-sama konfigurasi beban selanjutnya dilakukan analisis struktur untuk mencari gaya internal batang. Kemudian penampang beton dievaluasi terhadap

gaya-gaya internal yang terjadi (Wiryanto Dewobroto, 2005).

Ada berbagai metode dan cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi penampang struktur, mulai dari cara yang sederhana yang dapat dikerjakan dengan manual maupun cara-cara lain yang lebih teliti tetapi lebih rumit dan memerlukan komputer. Di dalam skripsi ini akan dibahas secara detail analisis penampang beton bertulang dengan metode kuat batas memakai cara yang lebih teliti yaitu menggunakan pemrograman.

Komputer saat ini telah menjadi suatu yang rutin dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak anggota masyarakat yang memanfaatkannya karana harga yang semakin terjangkau dan kemampuannya semakin canggih, serta multi fungsi sehingga berbagai kalangan mendapat manfaatnya. Demikian juga dengan aplikasi komputer di bidang rekayasa, sudah sangat banyak permasalahan-permasalahan rutin pekerjaan insinyur yang telah dibuatkan program komputernya. Jadi hanya masalah-masalah khusus saja yang memerlukan peng-kode-an tersendiri dengan bahasa pemrograman komputer, itu pun hanya biasa dijumpai pada komunitas peneliti/mahasiswa (Wiryanto Dewobroto, 2005).


(20)

commit to user

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Wilayah Gempa di Indonesia

Secara geograf is kepulauan Indonesia berada di antara 6o LU dan 11o LS serta diantara 95o BT 141o BT dan terletak pada perbenturan 3 lempeng kerak bumi, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indian Australia. Ditinjau secara geologis, kepulauan Indonesia berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama, yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transisiatic. Karena itu, kepualauan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai aktivitas gempa bumi yang cukup tinggi.

Gambar 2.1. Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan batuan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun ( SNI 03-1726-2003 ).

Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Batuan Dasar dengan

Periode Ulang 500 Tahun (SNI 03-1726-2003).

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa seperti ditunjukkan gambar 2.1 dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun yang nilai reratanya untuk setiap wilayah gempa


(21)

commit to user

ditetapkan pada gambar 2.1. Dimana wilayah gempa 1 dan 2 disebut juga wilayah gempa ringan, wilayah gempa 3 dan 4 adalah wilayah gempa sedang, dan wilayah gempa 5 dan 6 disebut wilayah gempa berat ( Ps.4.7.1. SNI 03-1726-2003 ).

2.2.2. Beton

Beton didapat dari pencampuran semen portland, air, dan agregat (dan kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu (Kardiyono, 1996).

2.2.3. Beton Bertulang

Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.(civil engineering community, 2010)

2.2.4. Persyaratan Beton Bertulang

2.2.4.1. Metode Perancangan

2.2.4.1.1. Metode tegangan kerja (Allowable Stress Design)

Penampang struktur terhadap lentur direncanakan sedemikian sehingga tegangan-tegangan yang terjadi akibat beban layan (tanpa beban terfaktor) yang dihitung berdasarkan teori elastis balok lentur, tidak melebihi tegangan izin yang ditetapkan. Tegangan izin ditetapkan sebagai kuat ultimate atau kuat leleh (untuk baja) dibagi dengan faktor keamanan.


(22)

commit to user

= Tegangan yang diizinkan, sebagai prosentase dari fc’ beton dan fy baja tulangan

2.2.4.1.2 Metode kekuatan batas (Ultimite Strength Design)

Penampang struktur direncanakan dengan mempertimbangkan kondisi regangan in-elastis saat mencapai kondisi batasnya (kondisi struktur yang stabil sesaat sebelum runtuh). Beban yang menimbulkan kondisi seperti itu disebut beban batas (Ultimate). Untuk mencari beban batas untuk setiap struktur sangat variatif sekali, sehingga dibuat kesepakatan bahwa beban batas adalah sama dengan kombinasi beban layan dikalikan dengan faktor beban yang ditentukan (menggunakan SNI 03-2847-2002).

Kekuatan yang ada (tersedia) harus lebih besar dari kekuatan yang diperlukan untuk memikul beban berfaktor. Secara konseptual adalah :

dengan :

Φ adalah faktor reduksi kekuatan

γi adalah faktor beban (jenis i)

Rn adalah kekuatan nominal

Qi adalah jenis beban

Dalam menentukan beban batas, aksi redetribusi momen negatif dapat dimasukkan sebagai hasil dari aksi non linier yang ada antara gaya dan deformasi penampang batang pada pembebanan maksimum, dimana pada kondisi tersebut struktur mengalami deformasi akibat pelelehan tulangan maupun terjadi retak-retak pada bagian beton tarik.

Beberapa alasan digunakannya metode kuat batas ( ultimate strength design) sebagai trend perencanaan struktur beton adalah (wiryanto dewobroto,2005) :

1. Struktur beton bersifat in–elastis saat beban maksimu, sehingga teori elastis tidak dapat secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur yang

i i

n Q


(23)

commit to user

direncanakan dengan metode beban kerja (working stress method) maka faktor beban(beban batas/beban kerja) tidak diketahui dan dapat bervariasi dari struktur satu dengan yang lainnya.

2. Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor beban rendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti sedangkan faktor beban tinggi untuk pembebanan yang fluktuatif (berubah-ubah).

3. Kurva tegangan-regangan beton adalah non-linier dan tergantung dari waktu, misal regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu nilai rasio modulus (Es/Ec) yang digunakan dapat menyimpang dari kondisi sebenarnya.

Regangan rangkak dapat memberikan redistribusi tegangan yang lumayan besar pada penampang struktur beton, artinya tegangan sebenarnya yang terjadi pada struktur tersebut bisa berbeda dengan tegangan yang diambil dari perencanaan. Contoh, tulangan baja desak pada kolom beton dapat mencapai leleh selama pembebanan tetap, meskipun kondisi tersebut tidak terlihat pada saat direncanakan dengan metode beban kerja yang memakai nilai modular ratio sebelum creep. Metode perencanaan kuat batas tidak memerlukan ratio modulus.

4. Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan dari distribusi tegangan yang lebih efisien yang dimungkinkan oleh adanya regangan in-elastis. Sebagai contoh, penggunaan tulangan desak pada penampang dengan tulangan ganda dapat menghasilkan momen kapasitas yang lebih besar karena pada tulangan desaknya dapat didayagunakan samapai mencapai tegangan leleh pada beban batasnya, sedangkan dengan teori elastis tambahan tulangan desak tidak terlalu terpengaruh karena hanya dicapai tegangan yang rendah pada baja.

5. Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yang lebih efisien jika digunakan tulangan baja mutu tinggi dan tinggi balok yang rendah dapat digunakan tanpa perlu tulangan desak.

6. Metode prencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktilitas struktur di luar batas elastisnya. Hal tersebut penting untuk memasukkan


(24)

commit to user

pengaruh redistribusi momen dalam perencanaan terhadap beban gravitasi, perencanaan tahan gempa dan perencanaan terhadap beban ledak (blasting).

2.2.4.2. Kuat Perlu ( U )

Kuat perlu adalah kekuatan “teoritis” penampang balok yang diperlukan untuk

menahan beban luar yang menghasilkan kondisi batas (ultimate). Kondisi batas (ultimate) adalah kondisi keseimbangan terakhir sebelum runtuh. Maka untuk keperluan perencanaan kondisi tersebut menurut peraturan dapat tercapai jika penampang struktur tersebut menerima pembebanan rencana yang dikalikan dengan faktor beban (wiryanto dewobroto, 2005).

Menurut SNI 03-2847-2002 kuat perlu (U) dari kombinasi pembebanan dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Faktor Beban pasal 11.2 SNI 03-2847-2002

No Kombinasi beban Kuat Perlu (U)

1 D 1,4D

2 D, L 1,2D + 1,6L+0,5(A atau R)

3 D, L, W 1,2D+1,0L±1,6W+0,5(A atau R)

4 D, W 0,9D ± 1,6W

5 D, L, E 1,2D + 1,0L ± 1,0E

6 D, E 0,9D ± 1,0E

7 D, L, H Pada (2), (4), (6) +1,6H

Keterangan : D = Beban mati L = Beban hidup A = Beban hidup atap E = Beban gempa


(25)

commit to user W = Beban angin

R = Beban air hujan

2.2.4.3. Kuat Rencana

Kuat rencana adalah kuat struktur minimal yang harus dimiliki penampang beton terhadap kuat perlu (U) dan ditetapkan dengan faktor reduksi kekuatan ( ) (yang selalu bernilai kurang dari 1) dikalikan kuat nominal.

Faktor reduksi ( ) adalah untuk mengantisipasi adanya :

1. Mengakomodasi kemungkinan komponen-komponen struktur yang kurang kuat akibat variasi kuat material dan dimensi.

2. Mengakomodasi kekurangtelitian dalam persamaan-persamaan desain.

3. Untuk mencerminkan tingkat daktilitas dan keandalan dari penampang yang dibebani.

4. Penting tidaknya komponen yang dievaluasi terhadap struktur secara keseluruhan.

Tabel 2.2. Faktor reduksi kekuatan pasal 11.3 SNI 03-2847-2002

No Kondisi gaya Faktor reduksi (Ø)

1 Lentur, tanpa beban aksial 0,80 2 Aksial tarik, aksial tarik dg lentur 0,80 3 Aksial tekan, aksial tekan dengan lentur

- Komponen struktur tul. Spiral 0,70* - Komponen struktur lainnya 0,65*

4 Geser dan torsi 0,75

5 Tumpuan pada beton 0,65

* Besarnya dapat ditingkatkan secara linier sampai 0,8 ketika Pn berkurang dari nilai terkecil antara 0,1fc’Ag dan Pb ke nol.


(26)

commit to user

2.2.4.4. Hubungan Tegangan Tekan dan Regangan Beton

Gambar 2.2. Distribusi Tegangan Tekan Pada Potongan Balok Beton (Edward G.

Nawy,P.E, 2008)

Gambar di atas adalah bentuk distribusi tegangan tekan pada potongan balok beton, gambar c adalah kondisi ideal sedangkan gambar d adalah bentuk pendekatannya. Untuk tegangan tekan berbentuk persegi ekuivalen, terlihat tegangan tekan ultimate balok adalah sama dengan 85% dari kuat tekan silinder. Hal tersebut dimaksudkan agar konsisten dengan hasil tes dari kolom yang dibebani konsentris, sehingga pendekatan tersebut dapat juga dipakai untuk berbagai aplikasi perencanaan yang umum, mulai dari lentur murni sampai beban langsung.

Dari hasil penelitian diperoleh keterangan besarnya faktor konversi bentuk parabola ke bentuk persegi, yaitu menggunakan parameter 1 sebagai fungsi dari


(27)

commit to user

Faktor 1harus diambil sebesar 0,85 untuk fc’≤30 Mpa, 1 harus dikurangi secara

terus menerus sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan mutu beton sebesar 7 Mpa di atas 30 Mpa tetapi tidak boleh kurang dari 0,65 (pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002).

fc’≤ 30 MPa  1= 0,85

30 MPa < fc’≤ 58 MPa  1= 0,85- 0,05/7 (fc’-30)

fc’≥ 58 MPa  1= 0,65

2.2.4.5. Regangan Seimbang

Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan tarik mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh fy pada saat yang bersamaan dengan tercapainya regangan batas (ε’cu) 0,003 pada bagian beton yang

tertekan dimana tegangan leleh fy adalah fy/Es.

Rasio Tulangan b, yang menghasilkan kondisi seimbang akibat lentur, tergantung pada bentuk penampang dan lokasi tulangan.

ρmin = 1,4 /fy atau

y c f f 4 ,

.……….(2.1)

ρmax = 0,025 (Ps 23.3.2 SNI 03-2847-2002)

diusahakan ρmin < ρ < 0,75 ρb

b b s y y s b b b b y s y cu cu b T C d b A f d b f b A T b c fc b a fc C f E d c . . . . . . ' 85 , 0 ' 85 , 0 003 , 0 003 , 0 ' 1 ,


(28)

commit to user d b A w s

. .……….(2.2) memasukan nilai Cb, maka :

) ( 85 , 0 , , 1 ' y s cu cu y c b f E f f ,

cu= 0,003

Es = 200.000 MPa ( Ps.10.5.2. SNI 03-2847-2002) ) 600 600 ( 85 , 0 1 ' y y c b f f f .……….(2.3)

( Ps.10.4.3. SNI 03-2847-2002)

2.2.4.6. Tinggi Blok Tegangan Tekan Beton Persegi

Tinggi blok tegangan tekan beton persegi = a

b f f A a c y s '. . 85 , 0 . .………..(2.4)

2.2.4.7. Momen Nomimal Aktual

Ø Mn = Ø T (d-a/2)

= Ø As fy (d-a/2) ……….(2.5) Atau

Ø Mn = Ø C (d-a/2)

= Ø 0,85 fc’ab (d-a/2) ………..(2.6)

2.2.4.8. Luas Tulangan

y c s f b a f

A 0,85. '. . ………...(2.7) atau


(29)

commit to user d j f M A y u s .

. ………(2.8) Mu = Momen Ultimate

fy = Kuat tarik baja j = Faktor koreksi Ø = Faktor reduksi

Luas As tidak boleh kurang dari :

d b f f A w y c

s . .

4

min

_ ………..……….…….(2.9)

dan tidak lebih dari d b f

A w

y

s . .

4 , 1

min

_ ( Ps.12.5. SNI 03-2847-2002)……….……..(2.10)

Kontrol jumlah tulangan maksimal per baris : 1 . 2 n S D ds b

m ………...(2.11) m = jumlah tulangan maksimal tiap baris

b = lebar balok

ds = titik berat tulangan dari sisi bawah balok D = diameter tulangan

Sn = jarak bersih antar tulangan 40 mm

2.2.4.9. Penampang Tension Controlled

t tel t d a d a

Tulangan under reinforced

t tel t d a d a

Tulangan over reinforced

1 . 375 , 0 t tel d a ……… ..(2.12)


(30)

commit to user

2.2.4.10. Gaya Geser

Kuat geser untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur berlaku (Ps.13.3.1.1 SNI 03-2847-2002) :

d b f

v w

c

c . .

6 ' ……….….…..(2.13) c u s V V

v ……….….…..(2.14)

y w c v f s b f A . 1200 ' 75 ……….….…..(2.15)

(Ps.13.5.5.3 SNI 03-2847-2002)

y w v f s b A . 3 1 min

_ ……….….…..(2.16)

(Ps.13.5.5.4 SNI 03-2847-2002) d

b f vs 'c. w.

3 2

max

_ ……….….…..(2.17)

(Ps.13.5.6.9 SNI 03-2847-2002)

Persyaratan tulangan geser :

1. Jika Vn < 0,5 Vc  Tanpa diperlukan tul geser 2. 0,50 Vc < Vn < Vc  Geser minimum

Ø Vs perlu = Ø 1/3 bw. d Avmin = bw.s / 3.fy

smax≤ d/2 ≤ 600 m

3. Jika Vc < Vn ≤ 3 Vc  Pakai tulangan geser Ø Vs perlu = Vu - Ø Vc

Ø Vs ada = (Ø Av.fy.d)/s

smax ≤ d/2 ≤ 600 mm

4. Jika 3 Vc < Vn ≤ 5 Vc  Pakai tulangan geser Ø Vs perlu = Vu - Ø Vc

Ø Vs ada = (Ø Av.fy.d)/s smax ≤ d/4 ≤ 300 mm


(31)

commit to user 5. Jika Vn > 5 Vc

Penampang diperbesar

Kuat geser untuk komponen struktur yang hanya dibebani tekan aksial (Ps.13.3.1.2 SNI 03-2847-2002)

d b f A N

v w

c

g u

c . .

6 ' 14

1 ………...….(2.18)

2.2.4.11. Spasi Tulangan

s d f A

Vs v. y. ………(2.19) (Ps.13.5.6.2 SNI 03-2847-2002)

Spasi tulangan di sepanjang balok diluar zone sendi plastis

2

max e

d

S ………(2.20)

2.2.4.12. Panjang Tulangan Negatif

Wu

xMn Wu Vu Vu X

) 2 ( 4

2

………(2.21)

Panjang tulangan negatif = X + de………..…(2.22) de = Tinggi Efektif balok

2.2.4.13. Diagram Interaksi Kolom

Kapasitas penampang kolom beton bertulang dapat dinyatakan dalam bentuk diagram interaksi P-M yang menunjukkan hubungan beban aksial dan momen lentur pada kondisi batas. Setiap titik kurva menunjukkan kombinasi P dan M sebagai kapsitas penampang terhadap suatu garis netral tertentu.


(32)

commit to user

Gambar 2.3. Diagram Interaksi Aksial – Momen Pada Kolom ( P – M ) (Edward G. Nawy,P.E, 2008)

Kolom dinyatakan dapat memikul kombinasi beban apabila ketika diplotkan ke dalam diagram P-M berada di dalam. Apabila ketika diplotkan berada di luar, maka kolom dinyatakan tidak dapat menerima beban dan dapat menyebabkan keruntuhan.

Untuk menentukan kombinasi P dan M perlu mempelajari terlebih dahulu sifat diagram interaksi yang ada, karena titik-titik pada diagram tersebut tidak semuanya harus dihitung dengan cara trial-error (iterasi). Adapun titik-titik tersebut adalah ( wiryanto dewobroto, 2005):

1. Beban aksial tekan maksimum (( Pn-maks,Mn=0))

Pn-0=0,85fc’(Ag-Ast)+As.fy ………(2.23)

2. Beban aksial tekan maksimum yang diizinkan.

Pn maks = 0,8 P0 Mn = Pn maks.emin ………..…(2.24)

h h a

5 , 0

5 , 0

cos 1 ………..…(2.25)

cos sin 4

2

h


(33)

commit to user 12 sin3 3 c A h

y ………(2.27)

Cc = 0,85fc’Ac ………(2.28)

2 . . 2 h P y C y h C

Mn c s i n ………(2.29)

Mn = 0,65 x Mn ………(2.30)

3. Beban lentur dan aksial pada kondisi balans, nilainya ditentukan dengan mengetahui kondisi regangan beton εcu = 0,003 dan εs = εy = fy/Es

d f a y b . 600 600

1 ………(2.31)

h h a 5 , 0 5 , 0 cos 1 cos sin 4 2 h Ac 12 sin3 3 c A h y

Cc = -0,85fc’Ac

s c

nb C F

P ………(2.32)

Pnb = 0,65 x Pnb ………(2.33)

2 . . 2 h P y C y h C

Mn c s i n

Mn = 0,65 x Mn

4. Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi sperti balok.

h h a 5 , 0 5 , 0 cos 1 cos sin 4 2 h Ac 12 sin3 3 c A h y


(34)

commit to user Cc = -0,85fc’Ac

2 . . 2 h P y C y h C

Mn c s i n

Mn = 0,65 x Mn

5. Beban aksial tarik maksimum,

y st n

i T

n A f

P .

1

……...………(2.34)

Kelima titik di atas adalah titik minimum yang harus ada pada kurva interaksi. Jika perlu, ketelitian yang lebih baik dapat ditambahkan di titik lain. :

Di daerah keruntuhan tekan, yaitu di titik-titik di antara item 2 dan 3 Di daerah keruntuhan tarik, yaitu di titik-titik di antara item 3 dan 4

Jadi agar seimbang setiap penambahan titik pada kurva diperluakn dua buah titik, yaitu untuk mengantisipasi dua kondisi keruntuhan yang terjadi. Untuk keperluan pemrograman komputer, yaitu agar titik-titik pada kurva tersebut mudah dimanipulasi maka titik-titik yang berisi data P dan M tersebut harus disimpan dalam bentuk matrik array [n,2] dimana n = 5 + 2t. Adapun t adalah jumlah titik tambahan di setiap daerah keruntuhan yang diperlukan.

2.2.5. Ketentuan-ketentuan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen

Menengah (SRPMM)

Detail penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan-ketentuan pasal 23.10.4 SNI 03-2847-2002, bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen

struktur tidak melebihi 0,1.Ag.f’c. Bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur melebihi 0,1.Ag.f’c, maka pasal 23.10.5 harus dipenuhi kecuali bila dipasang tulangan spiral sesuai persamaan :

y c c g s f f A A ' ) 1 .( 45 ,


(35)

commit to user

Bila konstruksi pelat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian dari sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya harus memenuhi pasal 23.10.6 (Ps. 23.10.2 SNI 03-2847-2002).

Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah yang memikul beban gempa tidak boleh kurang dari :

1.Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasinya kuat lentur nominal komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor.

2.Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana ternasuk pengaruh beban gempa, E. Dimana nilai E diambil sebesar dua kali nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahap gempa.

(Ps. 23.10.3 SNI 03-2847-2002).


(36)

commit to user

2.2.5.1. Balok

Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap irisan penampang di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan pada kedua ujung komponen struktur tersebut ( Ps. 23.10.4.1 SNI 03-2847-2002).

Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali tinggi komponen struktur diukur dari muka perletakan ke arah tengah bentang. Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada 50 mm dari muka perletakan. Spasi maksimum tidak boleh melebihi : 1. d/4,

2. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil, 3. 24 kali diameter sengkang dan

4. 300 mm ( Ps. 23.10.4.2 SNI 03-2847-2002).

Sedangkan sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan spasi tidak melebihi d/2. ( Ps. 23.10.4.3 SNI 03-2847-2002).

2.2.5.2. Kolom

Gaya aksial tekan berfaktor lebih besar dari 0,1.Ag.fc’(pasal 23.10.2 SNI 03 -2847-2002) dan ratio tulangan harus 0,01 < ρg < 0,08 (pasal 12.9 SNI

03-2847-2002).

g s g

A A

………(2.36)

Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada rentang

l

o dari muka


(37)

commit to user

1. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil, 2. 24 kali diameter sengkang ikat,

3. Setengah dimensi penampang terkecil komponen struktur, dan 4. 300 mm.

Panjang

l

o tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini :

1. Seperenam tinggi bersih kolom,

2. Dimensi terbesar penampang kolom, dan 3. 500 mm ( Ps. 23.10.5.1 SNI 03-2847-2002).

Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada 0,5So dari

muka hubungan balok-kolom ( Ps. 23.10.5.2 SNI 03-2847-2002).

Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak melebihi 2So. ( Ps.

23.10.5.4 SNI 03-2847-2002).

2.2.6. Visual Basic

Visual Basic berawal dari bahasa BASIC yang dikembangkan mulai tahun 1963. BASIC adalah singkatan dari Beginner’s All Purpose Symbolic Instruction Code. Sesuai namanya, bahasa BASIC dibuat untuk tujuan memudahkan pengguna agar dapat dengan mudah mempelajari, membuat, dan mengembangkan program komputer.

Visual Basic merupakan pengembangan lebih lanjut dari bahasa BASIC yang dilakukan oleh Microsoft. Visual basic ditujukan sebagai perangkat untuk membuat dan mengembangkan program secara cepat (Rapid Application Development: RAD). Terutama jika menggunakan antarmuka berbasis Windows (Graphical User Interface: GUI).

Visual Basic 1.0 merupakan versi pertama Visual Basic dan dirilis pada tahun 1991. Visual Basic 1.0 ditujukan untuk sistem operasi Microsoft DOS.


(38)

commit to user

Selanjutnya diteruskan dengan Visual Basic 2.0 di tahun 1992, versi 3.0 tahun 1993, versi 4.0 tahun 1995, versi 5.0 tahun 1997, versi 6.0 tahun 1998.

Visual Basic 6.0 sangat populer dan masih banyak dipakai hingga saat ini. Sayangnya, dukungan terhadap Visual Basic 6 telah dihentikan oleh Microsoft mulai bulan maret 2008. Namun, program yang dibuat Visual Basic 6 masih dapat dijalankan pada sistem operasi terbaru, seperti Windows Server maupun Windows Vista.

Visual Basic .NET diluncurkan februari 2002, merupakan penerus dari Visual Basic 6 dan menggunakan platform .NET yang berbeda dengan visual basic sebelumnya.

2.2.6.1. Integrated Development Environment ( IDE ) Visual Basic

Visual Basic memiliki lingkungan kerja untuk membuat aplikasi GUI (Graphical User Interface). Visual Basic secara visual terdiri dari banyak menu, tombol, frame, dialog, dan lain-lain seperti pada Gambar.2.5 yang memudahkan user untuk membuat sebuah aplikasi.

Gambar 2.5. Interface pada Aplikasi Visual Basic 2008

Toolbox

Form Window

Menu

bar Toolbar Solution

Explorer

Properties Error

list Status

bar Page

tab


(39)

commit to user 1. Menu Utama

Menu utama Visual Basic yang terlihat pada Gambar 2.6 memiliki kegunaan seperti menu aplikasi Windows lainnya. Proses menyimpan program, membuat proyek baru, menjalankan program dan sebagainya dapat dilakukan dari menu ini.

Gambar 2.6. Tampilan Menu Utama Visual Basic 2008

Menu utama berisi fasilitas-fasilitas utama yang diperlukan dalam pembuatan sebuah program aplikasi. Beberapa fungsi yang penting dan sering digunakan seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Menu utama Visual Basic

Menu Keterangan

File Berisi fasilitas untuk membuat project baru, menyimpan project, membuka project, dan keluar dari IDE Visual Basic.

Edit Berisi fasilitas untuk melakukan editing atau perubahan pada kode program, juga pengaturan form dan unit (ukuran, penempatan, control dan sebagainya.

View Berisi fasilitas untuk mengatur tampilan IDE Visual Basic. Misalnya pengaturan toolbar, form, dan unit.

Project Berisi fasilitas yang berkaitan dengan properti dan project, misalnya menambahkan atau memisahkan form dan unit dari sebuah project.

Build Membuat project form baru.

Debug Berisi fasilitas untuk menjalankan aplikasi Data Berisi fasilitas untuk mengetahui data source. Format Berisi fasilitas untuk pengaturan tampilan form.

Tools Berisi fasilitas untuk melakukan pengaturan direktori, library, path penyimpan file-file penting dalam Visual Basic, dan tools yang bekerja sama dengan Visual Basic.


(40)

commit to user

Window Berisi fasilitas untuk berpindah dari satu jendela kerja ke jendela kerja yang lain dalam IDE Visual Basic.

Help Berisi fasilitas untuk meminta bantuan atau keterangan tentang Visual Basic.

2. Form dan Unit

Form dan Unit adalah bagian terpenting dari perancangan sebuah aplikasi pada Visual Basic seperti pada Gambar 2.7, berfungsi untuk menampung komponen-komponen visual yang merupakan bagian dari sebuah aplikasi. Unit seperti pada Gambar 2.8, berfungsi untuk menuliskan kode program dari masing-masing komponen di dalam form, sehingga masing-masing komponen dalam form dapat saling berinteraksi dan bekerjasama sebagai sebuah program aplikasi yang berjalan sempurna.


(41)

commit to user

Gambar 2.8. Tampilan Unit Baru

3. Toolbox

Toolbox merupakan kotak perangkat yang berisi kumpulan tombol objek atau kontrol untuk mengatur desain dari aplikasi yang akan dibuat. Fungsi masing-masing kontrol yang dapat ditambahkan pada form yaitu :

Tabel 2.4. Tabel Fungsi ToolBox

Kontrol Fungsi

Pointer Memilih, mengatur ukuran, dan memindahkan posisi kontrol yang terpasang pada bagian form.

Button Menambahkan kontrol tombol perintah. CheckBox Menambahkan kotak periksa.

CheckListBox Sebagai wadah atau tempat untuk perletakan beberapa komponen checkbox.

ComboBox Menambahkan kontrol kotak combo yang merupakan kontrol gabungan antara TextBox dan ListBox.


(42)

commit to user

Label Menambahkan label atau text tambahan. LinkLabel Menambahkan tautan di dalam label. ListBox Menambahkan kontrol daftar pilihan.

ListView Memberikan sebuah pilihan untuk berbentuk seperti sebuah list kepada user.

MaskedTextBox Untuk membedakan pilihan yang tepat dan tidak tepat kepada user.

MonthCalendar Menampilkan kalender bulanan, dan user bisa memilih tanggal.

NotifyIcon Memberikan icon di area pemberitahuan disebelah kanan windows taskbar selama program berjalan.

NumericUpDown Menampilkan nilai numerik tunggal bahwa pengguna dapat kenaikan dan penurunan dengan memencet tombol up and down pada kontrol.

PictureBox Menampilkan file gambar.

ProgressBar Untuk menampilkan progress atau jalannya program.

RadioButton Memberikan pilihan kepada user terhadap banyak jenis kemungkinan, bisa lebih dari dua kemungkinan.

RichTextBox Menyediakan tampilan muka teks dan fitur pengeditan entri seperti karakter dan format paragraph.


(43)

commit to user

Gambar 2.9. Tampilan Toolbox

4. Solution Explorer

Solution Explorer merupakan suatu kumpulan module atau merupakan program aplikasi itu sendiri. Dalam Visual Basic, file project disimpan dengan nama berakhiran .VB, dimana file ini berfungsi untuk menyimpan seluruh komponen program.

Secara otomatis project akan diisi dengan objek Form1 ketika membuat program aplikasi baru. Dalam jendela Solution Explorer ditampilkan suatu struktur hierarki dari project itu sendiri yang berisi semua item yang terkandung di dalamnya.


(44)

commit to user

Gambar 2.10. Tampilan Solution Explorer

Tabel 2.5. Tabel Properties

Nama Fungsi

Properties Untuk menampilkan jendela properties.

Show All Files Menampilkan semua file dalam aplikasi yang sedang dibuat. Refresh Untuk merefresh Solution Explorer

View Code Menampilkan jendela kode yang digunakan utnuk menulis kode program yang terhubung dengan objek terpilih pada jendela form.

View Designer Melihat desain tampilan form.

5. Properties

Jendela properties merupakan sebuah jendela yang digunakan untuk menampung nama properti suatu kontrol. Pengaturan properti pada program Visual Basic merupakan hal yang sangat penting utnuk membedakan objek yang satu dengan yang lainnya. Pada jendela properti ditampilkan jenis dan nama objek yang dipilih

Properties

View Code Code Refresh Show All

files

View Designer


(45)

commit to user

berdasar abjad pada tab alphabetic atau berdasarkan kategori pada tab categorized.

Gambar 2.11. Tampilan Properties

2.2.6.2. Tipe Data Dalam Visual Basic

Secara umum isi dari data berupa angka maupun karakter. Dalam merancang sebuah program aplikasi tidak terlepas dari pengolahan data. Kita tidak hanya dapat menggunakan tipe data string dan integer karena VB mendukung beberapa jenis tipe data lainnya. Setiap jenis data memiliki jangkauan nilai (Range) masing-masing, sebagai contoh nilai maksimal dari tipe data integer adalah 2.147.483.647, apbila kita mengisi sebuah variabel yang bertipe data integer melebihi nilai maksimal ini maka Visual Basic 2008 akan mengeluarkan pesan kesalahan.

Berikut beberapa jenis tipe data yang didukung oleh Visual Basic, berikut jangkauan nilai yang didukungnya.


(46)

commit to user

Tabel 2.6. Tabel Jenis Data

Tipe Data Range

Boolean Tipe data ini hanya boleh diisi oleh dua buah nilai yaitu True (Benar) dan False (Salah). Contoh :

Dim hasil as Boolean Hasil = true

Byte 0 s/d 255

Char Tipe data ini hanya boleh diisi oleh sebuah karakter (Unicode), bisa alphabet maupun angka. Tambahan karakter c ketika mendeklarasikan Char, Contoh:

Dim nilai as char nilai = ”A”c

Date Merupakan tipe data Visual Basic yang merupakan nilai sebuah tanggal dan waktu, dengan jangkauan tanggal 1 Januari 0001 s/d 31 Desember 9999. Pergunakan karakter # untuk mengisi tipe data date, sperti dibawah ini :

Dim tgl as date

tgl = #9/16/2008 19:02:55#

Pada contoh di atas kita mendeklarasikan satu buah variabel dengan tipe data Date bernama tgl, kemudian mengisi variabel tgl dengan nilai #9/16/2008 19:02:55# (#bulan/hari/tahun jam/menit/detik#).

Decimal 0 s/d +/-79.228.162.514.264.337.593.543.950.335 (tanpa bilangan desimal di belakang koma) atau 0 s/d +/-7,9228162514264337593543950335 (dengan bilangan desimal di belakang koma maksimal 28 angka, Contoh : Dim nilai as as Decimal

nilai = 100,5

Double -1,79769313486231570E+308 s/d

1,79769313486231570E+308 (untuk bilangan positif) Integer -2.147.483.648 s/d 2.147.483.647

Long -9.223.372.036.854.775.808 s/d 9.223.372.036.854.775.807

Sbyte -128 s/d 127


(47)

commit to user

Single -3,4028235E+38 s/d -1,401298E-45 (untuk bilangan negatif) atau 1,401298E-45 s/d 3,4028235E+38 (untuk bilangan positif)

String 0 s/d 2 juta karakter (Unicode) bisa huruf, angka, atau karakter yang tidak umum lainnya, contoh :

Dim nilai as String

nilai = ”visual basic 2008” Uinteger 0 s/d 4.294.967.295

Ulong 0 s/d 18.446.744.073.709.551.615 (1.8...E+19) Ushort 0 s/d 65.535

2.2.6.3. Kode Program

Kode program adalah otak dari aplikasi yang memerintahkan apa saja yang harus dilakukan oleh aplikasi yang dibuat oleh programmer, seperti melakukan perhitungan, menampilkan komponen tertentu, melakukan tugas tertentu dan sebagainya. Untuk menulis kode program ini, dilakukan pada kode editor.

Kode program yang biasa dipakai pada bahasa Visual Basic dibagi menjadi beberapa bagian.

1. Percabangan

Percabangan terjadi jika program harus memilih salah satu dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Pilihan biasanya didasarkan pada benar/salah dari kondisi tertentu. Artinya, percabangan menggunakan tipe data Boolean dengan melibatkan kondisi True (benar) atau False (salah).

Dengan Visual Basic, percabangan dilakukan dengan perintah if else dengan syntax berikut :

If condition Then statement

[Elself condition-n Then statement]

[Else


(48)

commit to user End If

a. Percabangan Tunggal Syntax percabangan tunggal : If condition Then

statement End If

b. Percabangan Dua Pilihan Syntax percabangan Dua Pilihan : If condition Then

statement Else

statement End If

c. Percabangan Banyak Pilihan (Multiple Choice) Syntax percabangan Banyak Pilihan (Multiple Choice): If condition Then

statement

Elself condition Then statement

Elself condition Then statement

... Else

statement End If

Sedangkan jika menggunakan perintah select case, syntaxnya : Select Case testexpression

Case expressionlist statement Case expressionlist

statement ...

[Case Else] [statemenr] End Select

d. Percabangan AND dan OR

Pernyataan If selain digunakan untuk membandingkan sebuah nilai, juga dapat dipergunakan untuk membandingkan beberapa buah nilai dengan tujuan untuk


(49)

commit to user

memperbanyak proses penyeleksian. Untuk keperluan ini, kita harus menambahkan keyword And dan Or pada pertnyataan If.

If kriteria 1[[[And|Or] kriteria2]..]Then Pernyataan-pernyataan

End If

2. Perulangan

Perulangan digunakan untuk mengulang kode program (repetition, looping, recursive). Selama kondisi memenuhi, kode dalam statements akan diulang terus-menerus hingga kondisi tidak lagi memenuhi. Jika terjadi kesalahan dalam penulisan kode, looping tidak akan berhenti dan menimbulkan error.

Dalam Visual Basic 2008 terdapat empat buah perintah yang dapat digunakan untuk perulangan. For Next, Do Until, Do While, dan For Each. Setiap perulangan mempunyai kelebihan masing-masing, sehingga dapat dipilih sesuai dengan masalah yang dihadapi.

a. For Next

Loop dengan perintah For Next cocok digunakan untuk perulangan dengan jumlah yang pasti. Misalnya untuk menampilkan kotak dialog sebanyak empat kali. Misalnya untuk menampilkan kode dialog sebanyak empat kali seperti kode di bawah ini :

Sub Main()

Dim x as Integer For x = 1 to 4

Console.WriteLine(”Pernyataan ini diulang”) Next x

Console.Readkey() End Sub

b. Do While

Loop dengan Do While cocok digunakan pada perulangan yang terjadi selama kondisi tertentu memenuhi. Selama kondisi memenuhi, kode akan dijalankan terus.

Sub Main

Dim x as integer X=1


(50)

commit to user Do While x <>5

Console.WriteLine(”Pernyataan ini diulang”) x = x+1

Loop

Console.Readkey() End Sub

c. Do Until

Loop dengan Do Until cocok digunakan pada perulangan yang terjadi hingga kondisi memenuhi. Selama kondisi tidak memenuhi, loop akan dijalankan terus. Sub Main

Dim x as integer X=1

Do x <>5

Console.WriteLine(”Pernyataan ini diulang”) x = x+1

Loop Until

Console.Readkey() End Sub


(51)

commit to user

37

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Tinjauan Umum

Program Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa yang diberi nama QuakeCon dibuat dengan menggunakan dasar SNI 03-2847-2002 dengan bantuan program bahasa Visual Basic untuk pembuatan programnya. Pembuatan program dengan memodelkan/menterjemahkan perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa ke dalam bahasa pemrograman berdasarkan peraturan dan batasan-batasan yang ditentukan di dalam SNI 03-2847-2002. Melakukan uji validasi program sebelum program dikompilasi dan didokumentasikan.

3.2.

Sistematika Pembuatan Program

a. Flow Chart

Langkah-langkah untuk membuat program QuakeCon dijelaskan dalam diagram alir pada gambar 3.1 berikut :


(52)

commit to user

Gambar 3.1. Diagram alir pembuatan program

3.3.

Memulai Pemodelan

Pemodelan dimulai dengan mengumpulkan berbagai landasan teori, metode yang akan digunakan, bahasa computer yang digunakan, serta berbagai hal yang menunjang pemodelan.

Ya

Pembuatan Algoritma perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa

Kompilasi Tidak

Mulai

Manual perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa

dan pemodelan

Pemodelan perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa

Validasi Program

Pembahasan dan dokumentasi program

Selesai Pembuatan laporan


(53)

commit to user

3.4.

Manual

Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan

Gempa dan Pemodelan

Pada tahap kedua setelah melakukan pengumpulan dasar teori dan metode yang akan digunakan maka tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa secara manual, yaitu dengan melakukan perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa sesuai dengan metode yang telah ditentukan secara manual. Setelah melakukan perhitungan secara manual maka tahap selanjutnya adalah melakukan studi pemodelan guna mengetahui dan memahami alur perhitungan dari metode yang digunakan.

3.5.

Pembuatan Algoritma

Algoritma program dibuat berdasarkan alur langkah demi langkah dari perhitungan manual perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa sesuai dengan metode yang sudah ditentukan. Algoritma disusun secara bertahap dengan memperhatikan alur dari manual perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada hasil program yang akan dihasilkan.

3.6.

Pemodelan Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan

Gempa dan Pemodelan

Pembuatan program (pemodelan) dilakukan berdasarkan algoritma yang sudah dibuat dengan bahasa program. Program dibuat dengan pertimbangan kemudahan dalam penggunaannya, sehingga sebisa mungkin mudah untuk digunakan.

3.7.

Validitas Program

Setelah software tersusun dengan baik, dilakukan validasi dengan perhitungan struktur beton bertulang tahan gempa secara manual (yang dianggap valid dan 100% benar) untuk melihat perbedaan hasil dari kedua proses tersebut baik menggunakan software maupun manual. Jika terjadi kesalahan hasil akhir, kemungkinan terjadi kesalahan pada software, sehingga dilakukan proses


(54)

commit to user

debugging (pencarian kesalahan pada logika program) untuk mencari kesalahan yang ada.

3.8.

Kompilasi Program

Program yang telah selesai dibuat dan dievaluasi, kemudian dibuat program kompilasinya atau diubah menjadi bahasa mesin sehingga program dapat berjalan tanpa bantuan program visual basic. Progam yang sudah dikompilasi dapat dengan mudah di distribusikan kepada pengguna dengan bantuan instalasi yang sudah disediakan.

3.9.

Pembahasan dan Dokumentasi Program

Program yang telah dikompilasi perlu untuk dibahas guna untuk merunut kekurangan-kekurangan yang ada pada program tersebut sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan program di waktu mendatang. Dokumentasi program sangat dibutuhkan guna memudahkan pengembang program dalam proses menyempurnakan dan merubah tampilan interface program.

3.10.

Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan dibuat guna mensosialisasikan program QuakeCon kepada para pengguna dibidang teknik sipil maupun masayrakat umum.


(55)

commit to user

41

BAB 4

PERANCANGAN PROGAM

4.1.

Pola Dasar Program

Program komputer meruapakan suatu proses pengolahan data, dimana proses pengolahan data tersebut terdiri dari tiga bagian pokok sehingga program tersebut dapat berjalan. Bagian Input data, pengolahan data, dan output data.

Gambar 4.1. Proses Pengolahan Data

Dalam suatu proses, input data merupakan besaran yang diperlukan sebagai sumber masukan. Cara masukan data yang akan diproses pada komputer ada beberapa macam, antara lain yang paling sering dan umum digunakan adalah dengan papan ketik (keyboard).

Proses merupakan rangkaian-rangkaian penggunaan persamaan yang penulisannya berdasarkan aturan dari bahasa program yang digunakan. Rangkaian tersebut akan diubah menjadi bahasa mesin oleh bagian pengubah bahasa pada komputer (compiler) sehingga dapat dimengerti oleh komputer untuk diproses. Output adalah hasil akhir proses pengolahan suatu data, penampilannya dapat dilakukan dengan cara :

a. Penampilan akhir pada layar komputer.

b. Penampilan akhir pada kertas dengan menggunakan printer.


(56)

commit to user

4.2.

Langkah-Langkah Pembuatan Program Yang Efektif

Pembuatan program memerlukan susunan tata urutan yang baik. Dengan tata urutan yang baik akan memudahkan dalam proses pengolahan data. Tata urutan pembuatan perangkat lunak diantaranya:

a. Memikirkan apa yang akan dilakukan sebelum kode-kode program ditulis dan membuat flowchart secara umum, kemudian merincinya kedalam flowchart- flowchart.

b. Membuat program dapat bekerja saat pertama dijalankan, sehingga tidak perlu mencari kesalahan progam.

c. Menghindari membuat program lebih rumit dari yang diperlukan karena dapat membuat lebih banyak kesulitan/kesalahan pada saat program dijalankan. d. Membuat modular program, yaitu program yang terpisah-pisah tiap-tiap

langkah atau tiap-tiap objectnya, karena programyang demikian lebih mudah untuk diperiksa kesalahannya (debug).

e. Mempergunakan banyak tools untuk mengurangi banyak pekerjaan yang diperlukan untuk membuat program dan meningkatkan kemampuan hasil akhir program.

f. Mempergunakan kembali kode-kode yang telah dibuat, yaitu kode-kode yang dapat bekerja dengan baik.

g. Membuat sedikit mungkin kode untuk menyelesaikan masalah.

h. Menuliskan banyak keterangan (catatan kecil) untuk kode program yang rumit, sehingga dapat diketahui fungsi program tersebut.

4.3.

Konfigurasi Hardware

Visual Studio merupakan perangkat lunak (program) yang berjalan diatas sistem operasi windows. Dalam pembuatan skripsi ini bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic.Net 2008. Adapun perangkat keras (Hardware) yang dibutuhkan untuk mengoperasikan program QuakeCon adalah sebagai berikut :


(57)

commit to user - Untuk komputer 32-bit :

- Windows 2000 Service Pack 4, Windows XP Service Pack 2, Windows Server 2003 Service Pack 1, atau Windows Vista3,4

- Untuk komputer 64-bit :

- Windows Server 2003 Service Pack 1 x64 editions - Windows XP Professional x64 Edition

c. RAM 256 (512 disarankan)

d. Monitor dengan resolusi minimal 800x600 atau yang lebih tinggi e. Keyboard,CD-Rom Drive dan Mouse.

f. Hard disk yang dibutuhkan 2,8 GB.

4.4.

Struktur Program

Untuk mendapatkan sebuah program komputer yang baik maka program tersebut harus mudah digunakan. Pada perancangan program perhitungan struktur beton tahan gempa menggunakan prinsip perancangan program SDI (Single Document Interface), dimana form berdiri sendiri sesuai kebutuhan yang dipakai. Program yang baik juga memberikan keperluan-keperluan dasar pengguna, seperti menyimpan (save), membaca data (open), mencetak hasil (print) sehingga program tersebut merupakan suatu lingkungan yang terpadu.

Ciri lain program yang baik adalah cara memasukkan data yang mudah dan terkendali sehingga pengguna tidak salah dalam memasukkan data. Untuk itu pemasukan data harus dilengkapi dengan fasilitas penanganan kesalahan (error handler) yang baik. Program perhitungan struktur beton tahan gempa ini dicoba dirancang sesuai kriteria tersebut. Walaupun masih banyak kekurangan dan perbaikan yang diperlukan. Program ini mempunyai struktur yang mudah digunakan (user friendly). Program ini terdiri dari beberapa form, yaitu:

1. Form About 2. Form Password 3. Form Induk 4. Form Data Balok


(58)

commit to user 5. Form Tulangan

6. Form Geser Balok 7. Form Hasil Balok 8. Form Data Kolom 9. Form Hasil Kolom 10.Form Detail Kolom 11.Form Diagram PM 12.Form Help

Gambar 4.2. Struktur Menu Program QuakeCon

Form Induk

1.File

2.Bantuan

Pilih

File

1.Open

2.Exit

Bantuan

1.Bantuan

Pilih

Exit Open

1.Balok

2.Kolom

3.Diagram PM

Pilih

Balok Diagram PM

Data Balok Tulangan

Geser

Hasil Balok

Kolom

Data Kolom

Hasil Kolom

Detail Kolom


(59)

commit to user

4.5.

Variabel Kerja

Berdasarkan pada tinjauan literature dan penelitian ditentukan variabel-variabel yang dipergunakan di dalam penyusunan program. Variabel-variabel program tersebut berjenis string (0 sampai dengan 2 juta karakter/Unicode bisa huruf, angka, atau karakter yang tidak umum lainnya), integer (range -2.147.483.648 s/d 2.147.483.647), single (range -3,4028235E+38 ~ -1,401298E-45 (untuk bilangan negatif) atau 1,401298E-45 ~ 3,4028235E+38 (untuk bilangan positif)), array. Variabel-variabel tersebut disajikan dalam tabel 4.1-4. Berikut ini :

Tabel 4.1. Daftar variabel kerja pada form password.

No Nama Variabel Tipe Data Keterangan

1 id string

2 pass string

Tabel 4.2. Daftar variabel kerja pada form data balok.

No Nama Variabel Tipe Data Keterangan

1 namaproyek string

2 perencana string

3 lbrblk string

4 tggblk string

5 pjgblk string

6 dblk string

7 fcblk string

8 fyblk string

9 aksialblk string

10 Mu1blk string

11 Mu2blk string

12 Mu3blk string

13 Mu4blk string

14 Mu5blk string

15 vublk string

16 sengkang string


(60)

commit to user

18 wu string

19 keyascii integer Variabel ini digunakan untuk pengecekan data

masukan

20 Cekdata1 boolean

Variabel-variabel ini digunakan untuk pengecekan

data masukan

21 Cekdata2 boolean

22 Cekdata3 boolean

23 Cekdata4 boolean

24 Cekdata5 boolean

25 Cekdata6 boolean

26 Cekdata7 boolean

27 Cekdata8 boolean

28 Cekdata9 boolean

29 Cekdata10 boolean

30 Cekdata11 boolean

31 Cekdata12 boolean

32 Cekdata13 boolean

33 Cekdata14 boolean

34 Cekdata15 boolean

35 Cekdata16 boolean

36 as_min1 decimal

37 as_min2 decimal

38 as_min3 decimal

39 as_min4 decimal

40 as_min5 decimal

Tabel 4.3. Daftar variabel kerja pada form tulangan balok.

No Nama Variabel Tipe Data Keterangan

1 keyascii integer

Variabel ini digunakan untuk pengecekan data

masukan

2 Cekdata1 boolean

Variabel-variabel ini digunakan untuk pengecekan

data masukan

3 Cekdata2 boolean

4 Cekdata3 boolean

5 Cekdata4 boolean

6 Cekdata5 boolean

7 Cekdata6 boolean

8 Cekdata7 boolean


(61)

commit to user

10 Cekdata9 boolean Variabel-variabel ini

digunakan untuk pengecekan data masukan

11 Cekdata10 boolean

12 dim_tul1 string

‘0,’6,’8,’10,’12,’14,’16,’ 19,’22,’25,’28,’32

13 dim_tul12 string

14 dim_tul2 string

15 dim_tul22 string

16 dim_tul3 string

17 dim_tul32 string

18 dim_tul4 string

19 dim_tul42 string

20 dim_tul5 string

21 dim_tul52 string

22 n_tul1 string

23 n_tul12 string

24 n_tul2 string

25 n_tul22 string

26 n_tul3 string

27 n_tul32 string

28 n_tul4 string

29 n_tul42 string

30 n_tul5 string

31 n_tul52 string

32 As_ada1 string

33 As_ada2 string

34 As_ada3 string

35 As_ada4 string

36 As_ada5 string

37 As_real1 decimal Luas tulangan yang

terpasang

38 As_real2 decimal

39 As_real3 decimal

40 As_real4 decimal

41 As_real5 decimal

42 d_real1 decimal Jarak d yang terpakai

43 d_real2 decimal

44 d_real3 decimal

45 d_real4 decimal

46 d_real5 decimal


(62)

commit to user

48 a2 decimal

Tinggi blok desak ekivalen

49 a3 decimal

50 a4 decimal

51 a5 decimal

52 phi_Mn1 decimal

Momen nominal yang telah direduksi

53 phi_Mn2 decimal

54 phi_Mn3 decimal

55 phi_Mn4 decimal

56 phi_Mn5 decimal

57 As_min1 decimal

Persyaratan tulangan minimum yang dipakai

58 As_min2 decimal

59 As_min3 decimal

60 As_min4 decimal

61 As_min5 decimal

62 As_min11 decimal

Persyaratan tulangan minimum

63 As_min12 decimal

64 As_min21 decimal

65 As_min22 decimal

66 As_min231 decimal

67 As_min32 decimal

68 As_min41 decimal

69 As_min42 decimal

70 As_min51 decimal

71 As_min52 decimal

72 m1 Integer

Jumlah tulangan maksimum per baris

73 m2 Integer

74 m3 Integer

75 m4 Integer

76 m5 Integer

77 n1 Integer

Jumlah baris tulangan

78 n2 Integer

79 n3 Integer

80 n4 Integer

81 n5 Integer

82 rho_min1 decimal

Persyaratan ρmin

83 rho_min2 decimal

84 rho_min3 decimal


(63)

commit to user

86 rho_min5 decimal Persyaratan ρmin

87 rho_min11 decimal

Persyaratan ρmin

88 rho_min12 decimal

89 rho_min21 decimal

90 rho_min22 decimal

91 rho_min31 decimal

92 rho_min32 decimal

93 rho_min41 decimal

94 rho_min42 decimal

95 rho_min51 decimal

96 rho_min52 decimal

97 rho1 decimal

ρ yang ada

98 rho2 decimal

99 rho3 decimal

100 rho4 decimal

101 rho5 decimal

102 rho_1 decimal

ρ yang dipakai

103 rho_2 decimal

104 rho_3 decimal

105 rho_4 decimal

106 rho_5 decimal

107 rho_b1 decimal

Persyaratan ρ

108 rho_b2 decimal

109 rho_b3 decimal

110 rho_b4 decimal

111 rho_b5 decimal

112 dt1 decimal

113 dt2 decimal

114 dt3 decimal

115 dt4 decimal

116 dt5 decimal

117 beta1 decimal Koefisien 1

118 dim_pakai1 Integer

Diameter tulangan terbesar yang dipakai

119 dim_pakai2 Integer

120 dim_pakai3 Integer

121 dim_pakai4 Integer

122 dim_pakai5 Integer

123 min Decimal Untuk mencari nilai


(64)

commit to user

124 max Decimal Untuk mencari nilai

maksimal phi_Mn

125 Mn1 Decimal

Momen nominal tulangan yang terpasang

126 Mn2 Decimal

127 Mn3 Decimal

128 Mn4 Decimal

129 Mn5 Decimal

130 vu Decimal

131 vu_eks Decimal

132 vn_eks Decimal

133 vs1 Decimal

134 vsmaks1 Decimal

135 vtot_eks Decimal

136 vu_eks_pakai Decimal

137 vu_in Decimal

138 vn_in Decimal

139 vs2 Decimal

140 vsmaks2 Decimal

141 vtot_in Decimal

142 vg Decimal

143 vu_in_pakai Decimal

144 Vc1 Decimal

145 Vc2 Decimal

146 spasi_maks String

147 min_de decimal

148 av decimal

149 av_min1 decimal

150 av_min2 decimal

151 vs_ada1 decimal

152 vs_ada2 decimal

Tabel 4.4. Daftar variabel kerja pada form geser balok.

No Nama Variabel Tipe Data Keterangan

1 Vn1 string

2 Vc1 string

3 Vs1 string

4 Vs_maks1 string


(65)

commit to user

6 jum1 string

7 spasi_geser1 string

8 spasi_maksimum1 string

9 spasi_geser12 string

10 Vn2 string

11 Vc2 string

12 Vs2 string

13 Vs_maks2 string

14 diam_vc2 string

15 jum1 string

16 spasi_geser2 string

17 spasi_maksimum2 string

18 spasi_geser22 string

19 spasi_maks3 string

20 hoops string

21 hslhoops1 string

22 hslhoops2 string

23 hslhoops3 string

24 spasihoops string

25 KeyAscii Integer

26 pjg_tul1 decimal Panjang tulangan memanjang

27 pjg_tul2 decimal

28 tul_min1 string Keterangan panjang minimal

tulangan belok

29 tul_11 integer Diameter Tulangan yang

dipakai

30 tul_12 integer

Tabel 4.5. Daftar variabel kerja pada form data kolom.

No Nama Variabel Tipe Data Keterangan

1 NamaProyek string

2 Perencana string

3 diameter_kolom string

4 d_efektif string

5 panjang_kolom string

6 tinggi_balok string

7 Mpr_balok string


(1)

commit to user

Tabel 4.19. Hasil perhitungan geser di muka kolom interior dengan menggunakan program perhitungan struktur beton

No Item Nilai Satuan

1 Vn 544,667 kN

2 Vc 290,978 kN

3 Vs 253,689 kN

4 Vs maks 1163,91 kN 5 Diameter sengkang 10 mm 6 Spasi 157,89 mm 7 Spasi yang digunakan 150 mm

Tabel 4.20. Hasil perhitungan geser di luar muka dengan menggunakan program perhitungan struktur beton

No Item Nilai Satuan 1 Spasi maksimum 318,75 mm 2 Spasi yang digunakan 300 mm

Tabel 4.21. Hasil perhitungan hoops sepanjang dua kali tinggi balok dengan menggunakan program perhitungan struktur beton

No Item Nilai Satuan

1 de/4 159,375 mm

2 8 x diameter tulangan longitudinal terkecil 200 mm 3 24 x diameter tulangan hoop 240 mm

4 300 mm 300 mm

5 Spasi yang dipakai 150 mm

4.8.4. Perhitungan Kolom dengan Program

Perhitungan dengan program dilakukan dengan input data yang sama dengan perhitungan manual.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil perhitungan diperoleh dengan menjalankan prosedur pelaksanaan program seperti telah dijelaskan di atas, hasil perhitungan dengan program disajikan pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Hasil perhitungan kolom dengan menggunakan program perhitungan struktur beton

No Item Nilai Satuan

1 Diameter tulangan 22 mm 2 Jumlah tulangan 20 buah 3 Diameter sengkang 12 mm 4 Panjang lo dipakai 750 mm 5 Spasi sengkang daerah lo 300 mm 6 Spasi sengkang di luar daerah lo 600 mm

4.9.

Pembahasan

Berikut akan ditampilkan validitas perhitungan antara perhitungan dengan cara manual dan perhitungan dengan program menggunakan contoh diatas. Hasil validitas disini tidak mencerminkan perbedaan yang besar antara perhitungan manual dengan perhitungan program. Perbandingan antara perhitungan dengan program dan perhitungan secara manual disajikan dalam tabel 4.17.

Tabel 4.23. Perbandingan perhitungan manual dan program

No Keterangan Program Manual Simpangan 1 Tulangan Interior Negatif 6 D25 6 D25 - 2 Luas Tulangan Interior Negatif (mm2) 2945,243 2945,243 - 3 Mn Tulangan Interior Negatif (kNm) 557,287 557,287 - 4 de Tulangan Interior Negatif (kNm) 637,5 637,5 - 5 Tulangan Ekterior Negatif 6 D25 6 D25 - 6 Luas Tulangan Ekterior Negatif (mm2) 2945,243 2945,243 -


(3)

commit to user

7 Mn Tulangan Ekterior Negatif (kNm) 557,287 557,287 - 8 de Tulangan Ekterior Negatif (kNm) 637,5 637,5 - 9 Tulangan Ekterior Positif 4 D25 4 D25 - 10 Luas Tulangan Ekterior Positif (mm2) 1963,495 1963,495 - 11 Mn Tulangan Ekterior Positif (kNm) 381,200 381,200 - 12 de Tulangan Ekterior Positif (kNm) 637,5 637,5 - 13 Tulangan Interior Positif 4 D25 4 D25 - 14 Luas Tulangan Interior Positif (mm2) 1963,495 1963,495 - 15 Mn Tulangan Interior Positif (kNm) 381,200 381,200 - 16 de Tulangan Interior Positif (kNm) 637,5 637,5 - 17 Tulangan Mid span 3 D25 3 D25 - 18 Luas Tulangan Mid span (mm2) 1472,622 1472,622 - 19 Mn Tulangan Mid span (kNm) 289,529 289,529 - 20 de Tulangan Mid span (kNm) 637,5 637,5 - 21 Vn Muka kolom Eksterior (kN) 544,667 544,667 - 22 Vc Muka kolom Eksterior (kN) 290,978 290,978 - 23 Vs Muka kolom Eksterior (kN) 253,689 253,689 - 24 Vs maks Muka kolom Eksterior (kN) 1163,91 1163,91 - 25 Diameter sengkang Muka kolom

Eksterior (mm)

12 12

- 26 Spasi Muka kolom Eksterior (mm) 157,89 157,89 - 27 Spasi yang digunakan Muka kolom

Eksterior (mm)

150 150

- 28 Vn Muka kolom Interior (kN) 544,667 544,667 - 29 Vc Muka kolom Interior (kN) 290,978 290,978 - 30 Vs Muka kolom interior (kN) 253,689 253,689 - 31 Vs maks Muka kolom interior (kN) 1163,91 1163,91 - 32 Diameter sengkang Muka kolom

interior (mm)

12 12

- 33 Spasi Muka kolom interior (mm) 157,89 157,89 - 34 Spasi yang digunakan Muka kolom 150 150 -


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

inerior (mm)

35 Spasi maksimum di luar muka kolom (mm)

318,75 318,75

- 36 Spasi yang digunakan di luar muka

kolom (mm)

300 300

- 37 Spasi hoops yang digunakan (mm) 150 150 - 38 Diameter tulangan kolom (mm) 22 22 - 39 Jumlah tulangan kolom 20 20 - 40 Diameter sengkang kolom (mm) 12 12 - 41 Panjang lo dipakai kolom (mm) 750 750 - 42 Spasi sengkang daerah lo kolom (mm) 300 300 - 43 Spasi sengkang di luar daerah lo

kolom (mm)

600 600

-

Tabel diatas memperlihatkan bahwa perhitungan dengan menggunakan program perhitungan struktur beton tahan gempa dibandingkan dengan perhitungan manual untuk setiap item mempunyai simpangan 0%, disini menunjukkan bahwa perhitungan yang dilakukan program perhitungan struktur beton cukup akurat.

Kelebihan dan kekurangan dari program QuakeCon dibanding dengan perhitungan manual dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.24. Kelebihan dan kekurangan program QuakeCon dibandingkan dengan perhitungan manual

Perhitungan Kelebihan Kekurangan

Manual - Proses perhitungan lebih rumit - Waktu perhitungan cukup

lama Program - Input data lebih mudah

- Dapat digunakan orang non sipil - Meminimalisasi kesalahan

masukan data

- Ada peringatan jika terjadi kesalahan

- Kecepatan perhitungan tergantung dengan memori komputer.

- Jika terjadi kesalahan rumus merubahnya harus melalui


(5)

commit to user

107

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

a. Program QuakeCon merupakan program yang dirancang untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan struktur bangunan di wilayah gempa 3 dan 4 sesuai dengan SNI 03-2847-2002.

b. Kesalahan yang dihasilkan adalah mendekati 0% sehingga program ini layak untuk digunakan

5.2.

Saran

a. Perlu adanya pengembangan program dengan menambahkan bentuk penampang dan struktur lainnya. Sehingga bisa menjadi program yang lengkap untuk menghitung keseluruhan struktur bangunan.

b. Perlu adanya fasilitas update program karena peraturan yang dipakai selalu berubah.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan

Gedung(SNI 03-1726-2002). Badan Standarisasi Nasional, Puslitbang

Pemukiman, Bandung.

Asroni, Ali. 2010. Balok dan Plat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta. Asroni, Ali. 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Dewobroto, Wiryanto. 2005. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan Visual Basic 6.0. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Imran, I., dan Hoedajanto, D. 2009. Desain dan Perhitungan Struktur Tahan Gempa(Shortcourse HAKI 2009). Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Jakarta.

Nawy, E.G. 2008. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Refika Aditama.Bandung.

Purwono,R.; Tavio; Imran,I; dan Raka,I G. P. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung(SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan (S-2002). ITS press, Surabaya.

Purwono,Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. ITS press.Surabaya