Penggunaan Lahan PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN: Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
Eriska Meidayanti, 2014 Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan
Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
diperkirakan seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase
tanah, jenis vegetasi, dan sebagainya.” Selanjutnya menurut Karlen et al
dalam Arsyad, 2012, hlm. 306, “sifat atau perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanamantumbuhan tersebut
disebut kualitas tanah land quality.”
Dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat lahan adalah keadaan unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan yang menentukan pertumbuhan
tanamantumbuhan.
E. ALIH FUNGSI LAHAN
Alih fungsi lahan pertanian bukanlah masalah baru. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun dan meningkatnya
pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan. Sedangkan jumlah lahan terbatas sehingga mendorong adanya perubahan fungsi lahan.
Harsono 1995, hlm. 13 mengemukakan bahwa: alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari
suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainya. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah
struktur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah pertanian juga
terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah jauh lebih besar.
Selanjutnya Sumaryanto tt, hlm. 4 mengemukakan bahwa: Sebagian lahan sawah yang terkonversi itu beralih fungsi menjadi lahan
pertanian lahan kering dan sebagian lainnya beralih fungsi ke penggunaan non pertanian untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, pengembangan
industri, jasa dan sebagainya.
Sihaloho, Dharmawan dan Rusli 2007, hlm. 262-264 dari hasil penelitiannya yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, mengemukakan faktor-
faktor yang menyebabkan konversi lahan berdasarkan faktor pokok konversi, pelaku, pemanfaat dan prosesnya, konversi dapat dibedakan menjadi tujuh
tipologi yaitu:
Eriska Meidayanti, 2014 Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan
Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
1. Konversi Gradual-Berpola Sporadis
Pola konversi ini diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidakkurang produktif bermanfaat secara ekonomi dan
keterdesakan ekonomi pelaku konversi;
2. Konversi Sistematik Berpola „enclave’
Konversi sistematik berpola „enclave’ yang dimaksud adalah sehamparan tanah yang terkonversi secara serentak;
3. Konversi Lahan sebagai Respon Atas Pertumbuhan Penduduk
Population growth driven land conversion Pertumbuhan penduduk baik secara alami natural maupun karena
migrasi masuk lebih besar dari keluar. Kebutuhan tempat tinggal akibat pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan terkonversi.
Konversi yang diakibatkan oleh faktor penggerak utama pertumbuhan penduduk disebut dengan konversi adaptasi demografi;
4. Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial Social problem
driven land conversion Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan adalah dua faktor
utama penggerak melakukan konversi lahan;
5. Konversi “Tanpa Beban”
Satu faktor penggerak utama dari pola konversi tanpa beban adalah keinginan untuk mengubah nasib hidup yang lebih baik dari keadaan
saat ini dan ingin ke luar dari kampung atau kelurahan. Pola konversi tanpa beban ini lebih pada warga yang menjual tanahnya sekaligus ke
luar dari sektor pertanian ke non-pertanian;
6. Konversi Adaptasi Agraris
Pola konversi adaptasi agraris terjadi karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari warga. Dikatakan berpola adaptasi
agraris jika warga yang memiliki tanah yang relatif kurang produktif kelas 2-5 ingin meningkatkan hasil pertaniannya dengan cara
menjual tanah yang kurang produktif dan membeli tanah yang relatif lebih bagus kelas 1-2, paling tidak ada perubahan kualitas;
7. Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola
Konversi multi bentuk ini merupakan konversi yang diakibatkan berbagai faktor. Namun, secara khusus faktor yang dimaksud adalah
faktor peruntukkan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan. Termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan
dalam konversi adaptasi demografi.
Faktor penggerak utama dari ketujuh tipologi tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Pola Konversi Lahan
Pola Konversi Lahan Faktor Penggerak Utama
driving force