PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAJU PERTUMBUHAN INTRINSIK Callosobrucus chinensis L. (Coleoptera : Bruchidae) PADA KACANG HIJAU.

LAJU PERTUMBUHAN INTRINSIK Callosobrucus chinensis L. Coleoptera : Bruchidae PADA KACANG HIJAU Dewirman Prima Putra 1 Idrus Abbas 2 , Nurdin M. Suin 2 Nila Djuita Abbas 2 1 Faperta UNES Padang, 2 FMIPA UNAND Padang ABSTRAK Penelitian Laju Pertumbuhan Intrinsik Callosobruchus chinensis L. Coleoptera : Bruchidae pada Kacang Hijau telah dilakukan pada bulan Juli sampai November 1998, di Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA Universitas Andalas Padang. Metode Penelitian berbentuk Diskriptis dengan melakukan pengamatan terhadap potensi total fekunditas, jumlah telur yang dihasilkan, natalitas, sex ratio, siklus hidup, lama hidup dan umur ekologis. Untuk menghitung laju Pertumbuhan Intrinsik diperlukan tabel lulus hidup l x dan laju keperidian m x . Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah telur yang dihasilkan selama hidupnya oleh kumbang betina 49-136 butir, dan setiap kali bertelur dikeluarkan sebanyak 4-43 butir. Siklus hidup C. chinensis antara 19-25 hari dengan masa telur 4-6 hari, masa larva 9-14 hari, dan masa pupa 2-6 hari. Pada masa larva dida- patkan empat tingkat instar. Natalitas telur yang dapat mencapai dewasa 93,14 dengan sex ratio 1 : 1. Lama hidup kumbang jantan 7,84±1,86 hari dan kumbang betina 8,24±1,51 hari dengan umur ekologis yaitu periode pre reproduktif 2,80±0,99 hari, periode reproduktif 5,28±1,37 hari dan periode post reproduktif 0,16±0,39 hari. Laju Reproduksi bersih Ro sebesar 40,30 dan Masa Generasi rata-rata T sebesar 23,06 hari dengan laju pertumbuhan Intrinsik 0,163ekorhari dan Laju Pertumbuhan terbatas λ sebesar 1,18 kalihari.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Umumnya tanaman kacang-kacangan diambil dalam bentuk biji, sehingga usaha pengendalian terhadap hama perusak biji dalam penyimpanan sangatlah penting. Hama-hama yang terdapat pada tempat penyimpanan biji kacang- kacangan adalah Bruchus pisorum, B. rifimanus, Bruchidius atrolineatus, Acanthoscelides abtectus, Zabrotes subfasciatus dan beberapa spesies dari Callo- sobruchus Southgate, 1978; Gorham, 1991. Penyebab utama perusak kacang hijau yang disimpan adalah serangga C. chinensis Hill, 1979: Kalshoven, 1981. Kehilangan hasil simpan pada kacang hijau selama penyimpanan enam bulan oleh C. chinensis sebesar 25,5. Dwivendi, Basonde and Agrawal, 1991. dan dapat mencapai kehilangan hasil simpan mencapai 87 setelah sembilan bulan penyimpanan. Southgate, 1978. Upaya untuk pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan pendekatan ekologis, hal ini berarti bahwa pengendalian hama harus didasarkan atas pengetahuan tentang bio-ekologi hama. Oleh karena itu perlu dilakukan usa- ha memperdalam pengkajian terhadap berbagai aspek bio-ekologi dari kumbang C. chinensis terutama tentang potensi biotiknya yang dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan parameter yang disebut laju pertumbuhan intrinsik yang disimbolkan dengan r m . Laju pertumbuhan intrinsik r m adalah laju pertumbuhan per individu serangga dalam populasi pada kondisi fisik tertentu, dan dalam suatu lingkungan tak terbatas dimana pengaruh kepadatan terhadap peningkatan populasi serangga tidak perlu diperhitungkan Birch, 1948. Besaran r bagi para ahli ekologi diper- lukan sebagai parameter dasar untuk menetapkan pertumbuhan populasi serangga. Pertumbuhan populasi pada suatu lingkungan tak terbatas yaitu pada keadaan segala sumberdaya pendukung kehidupan serangga berada dalam keadaan berlimpah baik makanan maupun ruang yang tersedia, maka laju partumbuhannya akan mengikuti suatu model yang bersifat eksponensial. Pertumbuhan populasi secara eksponensial ini dirumuskan oleh Malthus tahun 1798 bahwa Nt = No e rt dimana : Nt = jumlah anggota populasi pada waktu t, No= jumlah anggota populasi pada waktu 0 awal, e = bilangan natural = 2,71828, r = laju partumbuh- an intrinsik dan t = waktu Birch, 1948; Price, 1975; Krebs, 1978. Nilai laju pertumbuhan intrinsik r m dapat dicari berdasarkan populasi serangga betina. Data primer yang dibutuhkan meliputi: a. Tabel hidup l x mene- rangkan peluang hidup setiap individu pada umur x, dan b. Tabel keperidian m x menerangkan banyaknya keturunan betina yang dihasilkan oleh seekor induk betina pada umur x. 2 Dari data primer yang didapatkan. Maka dapat ditentukan laju repro- duksi bersih yang disimbolkan dengan R o yaitu jumlah keturunan betina yang dihasilkan dalam satu generasi dengan menjumlahkan perkalian l x dan m x . Sedangkan masa generasi rata-rata yang disimbolkan dengan T yaitu masa antara generasi induk dan generasi keturunannya dengan cara membagi  xl x m x dengan  l x m x Birch, 1948; Krebs, 1978. Mengingat besarnya dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang C. chinensis ini, yang diduga karena besarnya pertumbuhan populasi dan sing- katnya masa generasi, maka perlu diteliti aspek bio-ekologi kumbang tersebut terutama tentang laju pertumbuhan intrinsik sebagai salah satu variabel dari per- tumbuhan populasi yang bersifat eksponensial pada kacang hijau, dimana kacang hijau merupakan host utamanya.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Besarnya laju reproduksi bersih kumbang C. chinensis pada kacang hijau. 2. Lamanya masa generasi dari kumbang C. chinensis pada kacang hijau. 3. Laju pertumbuhan intrinsik C. chinensis pada kacang hijau.

1.3. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya nilai laju pertumbuhan intrinsik dan beberapa nilai parameter populasi lainnya dari C. chinensis maka diharapkan: 1. Gambaran kemampuan kumbang C. chinensis untuk berkembang biak pada kacang hijau. 2. Dapat membuat prediksi ramalan besarnya populasi hama pada waktu yang akan datang. 3. Sumbangan terhadap khasana Ilmu Pengetahuan terutama tentang potensi biotik kumbang C. chinensis. 3

II. BAHAN DAN METODA 2.1.