Pengaruh Presentational Media Tatap muka Verbal Terhadap Tingkat

BAB V PEMBAHASAN

Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bahwa terpaan informasi Presentational media Tatap muka Verbal dan Mechanical media Media Elektronik mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, sedangkan Representational media tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mandala dari 96 responden yang diteliti, 9 responden 9,4 yang memberikan ASI Eksklusif dengan tingkat pendidikan menengah dan perguruan tinggi dan responden terseut tidak bekerja. Berdasarkan angka cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala tahun 2008 yaitu 0 , hal ini bukan berarti bayi tidak diberi ASI sama sekali akan tetapi bayi hanya diberikan ASI sampai bayi tersebut berusia 2,3 bulan bahkan 5 bulan. Namun karena jangka waktu pemberian ASI Eksklusif dari 0-6 bulan maka bayi tersebut tidak dikatakan ASI Eksklusif.

5.1. Pengaruh Presentational Media Tatap muka Verbal Terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa Presentational Media mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif p=0,000 0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner dari 96 responden Universitas Sumatera Utara maka terpaan informasi Presentational Media responden berdasarkan terpaan informasi yang didapat responden dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada terpaan informasi yang bersumber Presentational Media yang terdiri dari petugas puskesmas, bidan, kader posyandu, orang tua, suami, mertua, tetangga dan teman. Sumber informasi yang di dapat responden tentang ASI Eksklusif paling banyak bersumber dari petugas kesehatan sebanyak 55 responden 57,3, sedangkan keluarga orang tua, suami dan mertua hanya sebanyak 4 responden 4,4. Menurut hasil penelitian dengan wawancara kepada responden, 100 responden ditolong oleh tenaga kesehatan bidan proses persalinannya. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan menyusui, memberikan himbauan kepada ibu menyusui agar menyusui bayinya mulai berusia nol sampai enam bulan tanpa makanan tambahan, sebanyak 21 responden dengan informasi dari petugas kesehatan sekitar empat sampai enam bulan yang lalu, melalui penyuluhan posyandu dan penyuluhan informal. Menurut Shore dalam Rakhmad 1992 bahwa terpaan informasi dapat diukur memakai parameter- parameter baku seperti frekuensi, durasi dan atensi konsumen terhadap informasi tersebut. Berdasarkan wawancara kepada responden yang didapat tindakan penolong persalinan yang memberikan susu formula kepada bayi responden, setelah kelahiran dan sebagian responden diberikan bingkisan susu atau produk bayi saat ibu pulang dari klinik bersalin atau tempat melahirkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan petugas KIA Puskesmas Mandala bahwa jarang sekali petugas puskesmas melakukan penyuluhan tentang ASI Universitas Sumatera Utara Eksklusif, dikarenakan petugas puskesmas sendiri merasa sulit untuk ibu memberikan ASI Eksklusif karena suatu saat bayi pasti akan sakit dan harus diberikan obat. Program KIA di puskesmas tentang ASI Eksklusif ada, akan tetapi petugas sendiri jarang melakukan penyuluhan massa tentang ASI Eksklusif, biasanya petugas puskesmas dan kader hanya memberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif hanya pada personal ibu hamil dan menyusui, menerangkan fungsi kolostrum dan menyarankan agar ibu memberikan ASI sampai bayi berusia 2 tahun. Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif Roesli 2000. Menurut Green dalam Notoatmodjo 2005 bahwa adanya dukungan pihak lain dalam seperti petugas kesehatan yang menyebabkan seseorang untuk bertingkah laku. Hasil wawancara dengan kader posyandu bahwa kader tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang ASI ekslusif dari petugas kesehatan, setiap ibu hamil dan menyusui yang dapat ke puskesmas kader menyarankan pada ibu untuk memberikan kolostrum pada bayinya, memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan ASI sampai bayi berusia 24 bulan. Menurut hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga suami, orang tua dan mertua yang memberikan ASI Eksklusif lebih kecil hanya 4,2. Adanya kebiasaan dari keluarga ibu seperti orang tua dan mertua bahwa dengan memberikan makanan seperti pisang, air tajin dan sereal bayi akan membuat bayi cepat besar dan kenyang sehingga bayi tidak rewel. Manurut mereka yang paling penting bayi tidak rewel tidak cegeng dan dapat tidur dengan nyenyak sehingga ibu tidak terganggu. Sebelum ibu melahirkan orang tua atau mertua Universitas Sumatera Utara telah memberikan pesan untuk memberi makanan tambahan selain ASI pada anaknya. Menurut Depkes RI tahun 2004, banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa dengan memberi ASI secara Eksklusif dapat menyelamatkan 1,3 juta bayi di seluruh dunia. Peran suami dalam tindakan ibu memberikan ASI Eksklusif juga besar, beberapa responden, suami cukup banyak mencari informasi tentang ASI Eksklusif sehingga pesan tersebut sampai ke istri untuk memberikan ASI Eksklusif, dengan tingkat pendidikan suami menengah atas dan perguruan tinggi. Suami mencari informasi melalui buku, televisi dan poster-poster yang di tempel di jalan, dengan isi pesan anak sapi minum susu sapi anak manusia minum susu ibu enam bulan pertama. Faktor lingkungan teman dan tetangga untuk memberikan ASI Eksklusif sedikit, dari hasil wawancara dengan responden tetangga lebih menyarankan untuk memberikan susu formula pada bayi, karena bayi lebih pintar, lebih gemuk dan sehat. Pemberian air susu ibu eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian pada bayi balita. Selain itu, ASI memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dan terbukti dapat mencegah berbagai penyakit Roesli, 2005. Menurut Bittner dalam Nurudin 2007 dalam komunikasi massa membutuhkan gatekeeper penapis informasi atau menyampai informasi verbal yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa surat kabar, majalah, televisi, radio, video, buku, dll. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pengaruh Representational Media Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu