Pitched Curved Blade Baling-baling Pilin Lengkung Arrowhead Blade Baling –baling Searca

d. Curved Blade Baling – baling lengkung

biasanya disebut dengan back swept, karena jika berputar baling-baling jenis ini akan menekan fluida ke dinding tangki olahan agar proses pencampuran merata. jenis biasa digunakan untuk mengurangi tegangan geser dari baling- baling. seperti terdapat pada gambar 2.1.d

e. Titled Blade Baling-baling Bilah Datar Miring

Baling-baling jenis ini sama dengan baling-baling bilah datar atau plat blade, tetapi jenis ini didesain agar terpasang miring terhadap tangki olahan. seperti terdapat pada gambar 2.1.e

f. Shrouded Blade Baling – baling Bilah Vertikal Horizontal

Baling-baling jenis ini merupakan kombinasi antara bilah datar vertikal dengan bilah horizontal seperti terdapat pada baling-baling jenis radial. biasanya diletakkan hampir dekat kepermukaan fluida untuk menghasilkan pusingan air yang berguan untuk pencampuran. seperti terdapat pada gambar 2.1.f

g. Pitched Blade Baling – baling Pilin

Memiliki karakteristik radial dan aksial. biasanya diletakkan hampir kedasar tangki olahan dengan sudut standart pilinan 45 . Jenis ini juga biasa dikenal dengan tipe fan. seperti terdapat pada gambar 2.1.g

h. Pitched Curved Blade Baling-baling Pilin Lengkung

Jenis ini merupakan kombinasi antara baling-baling pilin dengan baling- baling lengkung. biasanya digunakan untuk aplikasi khusus, karena memerlukan biaya yang besar dan konstruksinya yang rumit. seperti terdapat pada gambar 2.1. h Universitas Sumatera Utara

i. Arrowhead Blade Baling –baling Searca

Pada baling-baling jenis ini arah putaran biasanya disesuaikan dengan kebutuhan pada waktu pencampuran. karen jenios ini biasanya diletakkan pada fluida yang mempunyai arah dan arus aliran seperti terdapat pada gambar 2.1.i Gambar 2.1. JenisType baling-baling

2.2.1.2 Analisa Gaya Pada Baling-baling Pengaduk

Di dalam alat pembuat es krim, bejana tempat adonan es krim ini di putar sedangkan baling-baling pengaduk tetap diam, sehingga kecepatan sudut bejana tempat adonan es krim adalah : 60 . . . 2 s n µ π ω = 2.1 dimana : ω = Kecepatan sudut bejana rads n = Putaran rpm μ s = Koefesien gesek statis Universitas Sumatera Utara Harga koefesien gesek dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini Tabel 2.1 Harga Koefesien Gesek Statis dan Kinetis Permukaan μ s μ k Baja pada baja Alumunium pada baja Tembaga pada baja Besi pada baja Tembaga pada basi Kaca pada kaca Kebanyakan logam- [sedikit diberi oli] Baja pada es Baja pada teplon Kayu pada kulit binatang Karet pada beton basah Karet pada beton kering Tulang pada tulang Persendian tulang 0,78 0,61 0;53 1,10 1,05 0,94 0,15 0,6 0,04 0,5 0,5 0,9 - - 0,42 0,47 0,36 0,15 0,29 0,40 0,08 0,06 0,04 0,4 0,4 0,8 0,03 0,003 Suyanto;Fisika Dasar; Hal 123 Maka untuk tosi T kg.m adalah : 2 . t d F T = Sularso;Elemen mesin;hal 25 2.2 Dimana F = Berat adonan es krim kgf d t 102 . ω T P = = Diameter bejana tempat adonan m Daya penggerak bejana P Watt adalah : Sularso;Elemen mesin;hal 72.3 Karna berbagai macam faktor keamanan dalam perencanaan, sehingga perlu dikalikan dengan faktor koreksi daya fc dan persamaan 2.3 menjadi : Universitas Sumatera Utara fc T P × = 102 . ω Sularso;Elemen mesin;hal 7 2.4 Untuk fc diambil dari daya rata-rata yang diperlukan yaitu 2,0

2.2.2 Daya motor penggerak

Daya motor penggerak P motor dapat dihitung dari daya poros penggerak bejana P dibagi dengan effisiensi mekanisme-total η m m Motor P P η = sebagai berikut : 2.5 Dimana : P motor m η = Daya motor penggerak kW P = Daya poros penggerak bejana kW = Effisiensi mekanisme-total effisiensi sistem transmisi 2.2.3 Sistem transmisi 2.2.3.1 Sistem transmisi sabuk dan puli Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah penggunaannya dan harganya murah, tetapi sabuk ini sering terjadi slip sehingga tidak dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat. Sabuk terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam gambar 2.2 diberikan berbagai proposi penampang sabuk-V yang umum dipakai. Universitas Sumatera Utara m m r1 R2 n1 n2 C Penggerak Yang Digerakan Gambar 2.2 Ukuran penempang sabuk-V Jika putaran puli penggerak dan yang digerakan berturut-turut adalah n 1 rpm dan n 2 rpm, dan diameter nominal masing-masing adalah d 1 mm dan D 2 1 2 2 1 d D n n = mm. Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi i i 1, dimana : 2.6 Kecepatan linier v sabuk-V ms adalah : 1000 60 × = dn v π 2.7 Jarak suatu poros rencana Cadalah 1,5 samapai 2 kali diameter puli besar. Gambar 2.3 Panjang keliling sabuk Panjang sabuk rencana L adalah : 2 1 2 2 1 4 1 2 2 d D C D d C L − + + + = π Sularso;Elemen Mesin; Hal 170 2.8 Universitas Sumatera Utara Dalam perdagangan terdapat bermacam-macam ukuran sabuk. Namun mendapatkan ukuran sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan umumnya sukar. Didalam perdagangan nomor nominal sabuk-V dinyatakan dalam panjang kelilingnya dalam inchi. Tabel 2.2 menunjukan nomor-nomor nominal dari sabuk standart utama. Tabel. 2.2 Panjang sabuk-V standart. Nomor nominal Nomor nominal Nomor nominal Nomor nominal Inchi mm Inchi mm Inchi mm Inchi mm 10 254 45 1143 80 2032 115 2921 11 279 46 1168 81 2057 116 2946 12 305 47 1194 82 2083 117 2972 13 330 48 1219 83 2108 118 2997 14 356 49 1245 84 2134 119 3023 15 381 50 1270 85 2159 120 3048 16 406 51 1295 86 2184 121 3073 17 432 52 1321 87 2210 122 3099 18 457 53 1346 88 2235 123 3124 19 483 54 1372 89 2261 124 3150 20 508 55 1397 90 2286 125 2175 35 889 70 1778 105 2667 140 3556 36 914 71 1803 106 2692 141 3581 37 940 72 1829 107 2718 142 3607 38 965 73 1854 108 2743 143 3632 39 991 74 1880 109 2769 144 3658 40 1016 75 1905 110 2794 145 3683 Sularso;Elemen Mesin; Hal 168 Jarak sumbu poros C dapat dinyatakan sebagai : 8 8 2 1 2 2 d D b b C − + + = Sularso;Elemen Mesin; Hal 170 2.9 Universitas Sumatera Utara Dimana : 14 . 3 2 1 2 d D L b + − = Sularso;Elemen Mesin; Hal 170 2.10 Sedangkan untuk besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk, digunakan rumus : v F F Po 2 1 − = Sularso;Elemen Mesin; Hal 171 2.11 µθ e F F = 2 1 Sularso;Elemen Mesin; Hal 171 2.12 t b F izin × × = σ izin σ = 2,5 – 3,3 Nmm 2 Dimana : F 1 = gaya tarik pada sisi kencang N F 2 C d D 57 180 1 2 − − ° = θ = gaya tarik pada sisi kendor N b = Lebar sabuk spesifik mm t = Tebal sabuk sfesipik mm e = 2,7182 μ = Koefesien anatar sabuk dan puli 0,3 – 0,6 θ = Sudut kontak antara sabuk dan puli º Besarnya sudut kontak adalah : Sularso;Elemen Mesin; Hal 173 2.13 C = Jarak sumbu poros mm Universitas Sumatera Utara

2.2.3.2 Sistem transmisi Roda gigi cacing

Pada perancangan alat pembuat es krim ini roda gigi cacing digunakan untuk mentransmisikan putaran dan daya dari puli pada motor ke puli penggerak bejana. Perbandingan transmisi atau perbandingan gigi dapat dinyatakan sebagai : 1 2 Z Z i = 2.14 Dimana : Z 1 = Jumlah ulir cacing Z 2 = Jumlah gigi pada roda gigi cacing Dibawah ini akan diberikan rumus dan persamaan roda gigi cacing. Jika m n adalah modul normal, m s γ cos n s m m = adalah modul aksial, dan γ adalah sudut kisar maka : Sularso;Elemen mesin;hal;2772.15 Atau harga taksiran m s dari jarak sumbu poros a dan jumlah gigi Z 1 adalah : Error Bookmark not defined. 28 , 6 7 , 12 2 2 + − ≈ Z a m s Sularso;Elemen mesin;hal;2772.16 Untuk ulir cacing, proposi bagian-bagiannya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 proposi ulir cacing Nama Bagian Rumus Diameter jarak bagi cacing γ sin 1 1 n m Z d = Jarak sumbu 2 2 1 d d a + = Tinggi kepala n m hk = Tinggi kaki n m hf 157 , 1 = Tinggi gigi hk hf h + = Diameter luar cacing hk d dk 2 1 1 + = Diameter inti cacing hf d dr 2 1 1 − = Universitas Sumatera Utara Untuk roda cacing proposi bagian-baginnya dapay dilihat pada tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 proposi roda cacing Nama Bagian Rumus Diameter jarak bagi cacing s m Z d 2 2 = Tinggi kepala n m hk = Tinggi kaki n m hf 157 , 1 = Tinggi gigi hk hf h + = Diameter luar cacing cos 1 2 2 1 2 θ − − + = hk d d dk t Diameter inti cacing hf d dr 2 1 2 − = Dimana : hk d d t 2 2 + = θ = Sudut lengkung roda cacing Maka lebar roda cacing 35 , 6 cos . 38 , 2 +     = γ π n m b Sularso;elemen mesin;hal277 2.17 Leber sisi gigi efektif b e 2 sin 1 θ dk b e = adalah : Sularso;elemen mesin;hal277 2.18 Persamaan beban lentur yang diizinkan F ab Y m b F n e ba ab . . . σ = kgadalah : Sularso;elemen mesin;hal279 2.19 Dimana : ba σ = Tegangan lentur yang diizinkan kgmm 2 Y . dapat dilihat pada lampiran A-1 = Faktor bentuk dapat dilihat pada lampiran A-2 Dan beban permukaan gigi yang diizinkan F ac kg adalah : γ K b d K F e c ac . . . 2 = Sularso;elemen mesin;hal279 2.20 Universitas Sumatera Utara Dimana : c K = Faktor ketahana terhadap keausan dpt dilihat pada lampiran A-3 γ K . = Faktor sudut kisar dapat dilihat pada lampiran A-4 Untuk beban tangesial Ft kg adalah : v P F m d t . . 102 η = 2.21 Dimana : Pd = Daya perencana kW m η = Effisiensi mekanis- total v = Kecepatan roda gigi ms harga F mon harus lebih besar dari Ft, F min , diambil dari harga terkecil antara F ab dan F ac 1 2 1 2 1 2 2 1 sin sin δ δ R R Z Z d d n n i = = = .

2.2.3.3 Sistem transmisi Roda gigi kerucut

Perbandinga putaran i roda gigi kerucut adalah : Jika sudut poros dinyatakan dengan Σ, maka : 2 1 δ δ + = Σ Dimana : R = Panjang sisi kerucut mm 2 1 , δ δ = sudut kerucut jarak bagi Jika, Σ = 90º, maka : 1 tan 1 δ = i , 2 tan δ = i 2.22 Untuk proposi roda gigi keruct, maka diameter lingkaran jarak bagi d 2 2 1 1 . . Z m d Z m d = = Universitas Sumatera Utara Sisi kerucut ; sin 2 sin 2 2 2 1 1 d d R = = δ 2.23 Kecepatan roda gigi pinion dibuat lebih tinggi dari pada kecepatan roda gigi besar maka perubahan kepala yang diperlukan dapat dilakukan dengan koefesian masing-masing sebagai berikut : 1 2 2 2 1 1 1 46 , x x Z Z x − =       − = 2.24 Karena itu jika C k m . 118 , ≥ , dimana C k m x hk 1 1 1 + = = kelonggaran puncak, maka untuk pinion : Tinggi kepala : Tinggi kaki: k C m x hf + − = 1 1 1 Demikian pula dalam hal roda gigi besar : Tinggi kepala : m x hk 1 1 2 − = Tinggi kaki: k C m x hf + + = 1 1 2 Dengan demikian tinggi gigi adalah : k C m h + = 2 2.25 Sudut kepala pinion tan 1 1 1 R hk k − = θ Sudut kaki pinion tan 1 1 1 R hf f − = θ Sudut kepala roda gigi besar tan 2 1 2 R hk k − = θ Sudut kaki roda gigi besar tan 2 1 2 R hf f − = θ Dengan demikian sudut kerucut kepala adalah : 1 1 1 k k θ δ δ + = , 2 2 2 k k θ δ δ + = 2.26 Universitas Sumatera Utara Demikian pula sudut kerucut kaki : 1 1 1 f f θ δ δ − = , 2 2 2 f f θ δ δ − = 2.27 Besarnya masing-masing diameter lingkaran kepala adalah : 2 2 2 2 1 1 1 1 cos 2 cos 2 δ δ hk d dk hk d dk + = + = 2.28 Dan besarnya masing-masing diameter lingkaran kaki : 2 2 2 2 1 1 2 1 sin 2 sin 2 δ δ hk d X hk d X − = − = 2.29 Jika sudut tekan adalah o α , dan kelonggaran belakang dianggap nol, maka tebal gigitebal lingkar adalah : m s s m x s m x s o o . tan 2 5 , tan 2 5 , 2 1 2 2 1 1 π α π α π = + − = + = 2.30 Lebar sisi gigi b sebaiknya diambil tidak lebih dari 13 sisi kerucut, atau kurang dari 10 modul pada ujung luar. Untuk menentukan lebar sisi, mula-mula dihitung kekuatannya terhadap beban lentur, beban lentur yang diizinkan dibagi dengan lebar sisi F b . . . . . . . . 2 2 2 ; 1 1 1 ; m s o v a b m s o v a b K K K J K m F K K K J K m F σ σ = = , untuk gigi dengan penampang yang merupakan harga rata-rata dari penampang ujung luar dan ujung dalam, adalah 2.31 Dimanan 1 a σ dan 2 a σ kgmm 2 adalah tegangan lentur yang diizinkan, seperti yang diberikan pada lampiran A-5. Kv adalah faktor dinamis lampiran A-6. J 1 dan J 2 adalah koefesien geometri lampiran A-8dan K o adalah faktor beban lebih Universitas Sumatera Utara lampiran A-7. K s 24 , 2 4 m K s = merupakan faktor ukuran yang besarnya ditentukan sebagai untuk m ≥1,5, dan K s = 0,5, untuk m 1,5. K m adalah faktor distribusi beban yang hargannya ditentukan oleh letak bantalan terhadap roda gigi lampiran A-9. Perhitungan beban muka F H f m o v p c H C C C I C C d F . . 2 1 2 σ = kgmm, juga didasarkan pada ukuran penampang rata-rata gigi, dilakukan menurut rumus berikut : Sularso;elemen mesin;hal:2722.32 Dimana c σ kgmm 2 adalah tegangan kontak yang diizinkan lampiran A-5. Dalam hal ini jika harga tegangan tersebut berbeda untuk pinion dan roda gigi besar, maka harus diambil harga yang terkecil. C p mm kg adalah koefesien elastis lampiran A-10, C y adalah faktor dinamis lampiran A-6, Co merupakan faktor beban lebih lampiran A-7, Cm adalah faktor distribusi beban lampiran A-9, C f adalah faktor kondisi permukaan biasanyan = 1, dan I adalah faktor geometri lampiran A-11. Diantara harga-harga F ’ b1 , F ’ b2 , dan F ’ H dipilih yang terkecil selanjutnya disebut F ’ min . Lebar gigi yang diperlukan dapat dihitung dari gaya tangensial Ft kgmm = 102Pdv dibagi dengan F ’ min Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Jika diketahui , jika harga tersebut tidak lebih dari 13 sisi kerucut atau kurang dari 10 kali modul ujung luar gigi, maka dapat ditetapkan sebagai harga yang dipakai.

2.2.4 Poros

Universitas Sumatera Utara bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi, maka perencanaan diameter porosnya adalah sebagai berikut : 3 . . 16 s d T π τ = Supaya konstruksi aman maka timbul a izin τ τ τ ≥ kgmm 2 3 . . 16 s a d T π τ ≥ 3 1 . . 16       ≥ a s T d τ π 3 1 . 1 , 5       ≥ a s T d τ .............................................................................. 2.33 Dimana : d s a τ = Diameter poros mm T = Torsi kg.mm = Tegangan izin kgmm 2 P fc Pd . = Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak kW, maka berbagai faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah : ................................................................................... 2.34 Dimana Pd = Daya perencana kW Harga fc dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini : Tabel 2.5 faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan Daya yang Akan Ditransmisikan f c Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2 Daya normal 1,0 - 1,5 Universitas Sumatera Utara Sularso;Elemen Mesin; Hal 7 Untuk menghitung Torsi T kg.mm dapat dihitung dari daya perencana kW sebagai berikut : ω Pd T = n Pd T π 2 1000 60 102 × × × = n Pd T × × = 5 10 74 , 9 2.35 Tegangan izin dapat dihitung sebagai berikut : 2 1 sf sf B a × = τ τ Sularso;Elemen mesin;hal 82.36 Dimana : B τ = Kekuatan tarik bahan kgmm 2 Sf 1 = Faktor keamanan bahan, untuk bahan SF = 5,6 S-C = 6,0 Sf 2 ÷ = Faktor keamanan akibat alur pasak 1,3 3,0 Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor koreksi akibat momen puntir Kt dan faktor akibat beban lenturan Cb, maka persamaan 2.33 menjadi : 3 1 . . 1 , 5       × × ≥ Cb Kt T d a s τ Sularso;Elemen mesin;hal:82.37 Dimana harga Kt = 1,0 jika beban halus 1,0 ÷ 1,5 Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan 1,5 ÷ 3,0 Jika beban dikenakan dengan kejutan Universitas Sumatera Utara Cb = 1,2 ÷ 2,3jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1

2.2.5 Baut

Baut disini berfungsi sebagai pengikat untuk dudukan pada motor penggerak tetapi selain itu berfungsi juga untuk pengikat poros terhadap puli. Jika momen rencana dari poros adalah TKg.mm dan diameter poros adalah d s mm, maka gaya tangensial F Kg Pada permukaan poros adalah : 2 s d T F = 2.38 Tegangan geser yang ditimbulkan adalah : 2 4 d F k × = π τ 2.39 Dimana : k τ = Tegangan geser yang terjadi kgmm 2 2 1 fk fk b ka S S × = σ τ d = Diameter luar baut mm Tegangan geser izin didapat dengan : 2.40 Dimana : Sfk 1 = Faktor keamanan umumnya diambil 6 Sfk 2 2 4 d F ka × ≥ π τ = Faktor keamanan = 1,0 – 1,5 jika beban dikenakan perlahan-lahan = 1,5 – 3,0 jika beban dikenakan tumbukan ringan = 2,0 – 5,0 jika beban dikenakan secara tiba-tiba dengan tumbukan berat Dari tegangan geser izin, panjang pasak yang diperlukan dapat diperoleh dengan : 2.41 Universitas Sumatera Utara Gaya keliling F kg yang sama seperti diatas dikenakan pada luas permukaan samping pasak. Maka tekanan permukaannya adalah : 1 t d F P × = 2.42 Dimana : P = Tekanan permukaan kgmm 2 1 t d F P a × = t = kedalaman baut pada poros mm dari harga tekanan permukaan yang di izinkan, panjang pasak yang diperlukan dapat dihitung dengan : 2.43 Dimana : P a = Tekanan permukaan izin kgmm 2 Harga Pa dapat dilihat pada tabel 2.6 dibawah ini Tabel 2.6 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir Bahan Tekanan permukaan yang diizinkan Pa kgmm 2 Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat Untuk penggerak Baja liat Baja liat atau perunggu 3 1 Baja keras Baja liat atau perunggu 4 1,3 Baja keras Besi cor 1,5 0,5 Sularso;elemen mesin;hal 298 Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Bantalan

Tujuan merencanakan bantalan adalah untuk mendapatkan umur bantalan. Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr kg dan beban aksial Fa kg, maka beban ekivalen dinamis P kg adalah : YFa XVFr + = Pr Sularso;Elemen Mesin; Hal 135 2.44 Dimana : X,V dan Y = faktor-faktor beban Harga X,V dan Y dapat dilihat pada tabel 2.7 Tabel 2.7 faktor-faktor X,V dan Y Jenis bantalan Beba n putar pada cinci n dala m Beba n punti r pada cinci n luar Baris tunggal Baris ganda e Baris tunggal Baris ganda FaVFre FaVFr ≤ eFaVFre V X Y X Y X Y Xo Yo Xo Yo Bantalan bola alur dalam FaCo = 0,014 = 0,028 = 0,084 = 0,11 = 0,17 = 0,28 = 0,42 = 0,56 1 1,2 0,56 2,30 1,99 1,71 1,55 1,45 1,31 1,15 1,04 1,00 1 0,56 2,30 1,90 1,71 1,55 1,45 1,31 1,15 1,04 1,00 0,190 ,22 0,26 0,28 0,30 0,34 0,38 0,42 0,44 0,6 0,5 0,6 0,5 Bantalan bola sudut α = 20º = 25º = 30º = 35º = 40º 1 1,2 0,43 0,41 0,39 0,37 0,35 1,00 0,87 0,76 0,66 0,55 1,09 0,92 0,78 0,66 0,55 0,70 0,67 0,63 0,60 0,57 1,63 1,41 1,24 1,07 0,93 0,57 0,68 0,80 0,95 1,14 0,5 0,42 0,38 0,33 0,29 0,26 1 0,84 0,76 0,66 0,58 0,52 Sularso;Elemen Mesin; Hal 135 Umur nominal L dapat ditentukan sebagai berikut :              =       = 10 3 3 1 3 , 33 , 3 , 33 , n f rol bantalan untuk n f Bola bantalan untuk n n Sularso;Elemen Mesin; Hal 135 2.45 Universitas Sumatera Utara Faktor umur : Untuk kedua bantalan,f h P C f n = Sularso;Elemen Mesin; Hal 135 2.46 Umur nominal L h     = = 10 3 3 1 500 , 500 , h h h h f f rol bantalan untuk f L Bola bantalan untuk adalah Sularso;Elemen Mesin; Hal 135 2.47 Dimana C = Beban nominal dinamik spesifik kg P = Beban ekivalen dinamis kg Harga C dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.8 Beban nominal dinamik spesifik Sularso;Elemen Mesin; Hal 143 Universitas Sumatera Utara L B A P a b b b h

2.2.7 Defleksi pada rangka batang

Kekakuan terhadap rangka batang terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu rangaka batang plat profil baja yang ditumpuh pada kedua ujungnya dan mendapat beban terpusat maka besarnya defleksi poros y mm adalah : jika pada rangka diasumsikan kedua ujung rangka ditumpu, maka reaksi tumpuan untuk beban terpusat adalah adalah : Gambar 2.4 Defleksi beban terpusat 2 P RB RA = = Karena pada alat pembuat es krim terdapat empat buat rangka untuk menahan beban dari tabung pendingin, maka besarnya beban untuk tiap-tiap rangka adalah 4 W P = Dimana P = Beban tiap-tiap rangka kg W = Beban dari tabung pendingin kg Momen lentur yang terjadi : x RA M mak . = dimana x = l2, maka 4 . 2 . 2 l P l P M mak = = 2.48 Untuk tegangan lentur yang timbul adalah : I Y M mak mak . = σ 2.49 Universitas Sumatera Utara sb y sb x 1 2 C1 C2 b b h C d1 d2 Dimana Y = jarak dari pinggir penampang kepusat penampang diambil yang terbesar, untuk kondisi diatas maka harga 2 b Y = , sedangkan untuk momen inersia penampang siku adalah sebagai berikut : Gambar 2.5 titik berat pelat profil h b A . 1 = , h h b A 2 − = dimana :A 1 dan A 2 = Luas penampang 1 dan 2mm 2 2 2 2 1 . 2 . . h h b h h b h b A A A tot − = − + = + = mm 2 2 1 h C = , h h b C + − = 2 2 mm, maka C adalah : tot A C A C A C 2 2 1 1 + = 2.50 3 1 . 12 1 h b Iz = , h b Iz . 12 1 3 2 = , maka untuk momen inersianya adalah : 2 2 2 2 2 1 1 1 d A Iz d A Iz I + + + = mm 4 2.51 Dimana d 1 = C – h2 d 2 = C 2 EI l P y mak 48 . 3 = – C untuk defleksi yang terjadi adalah : 2.52 Dimana E = Modulus elastisitas baja E = 2,27 × 10 4 kgmm 2 l = Panjang poros m, P = Beban kg Universitas Sumatera Utara

BAB III PENETAPAN SPESIFIKASI DAN PEMBUATAN ALAT