Karakteristik Koping Wanita Yang Mengalaml Abortus Di Kota Tapaktuan
SKRIPSI
Oleh
Melda Eliana
081121044
FAKULTAS KEPERAWAT AN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KARAKTERISTIK KOPING WANITA YANG MENGALAMI
ABORTUS DI KOTA TAPAKTUAN
SKRIPSI
Oleh
Melda Eliana
081121044
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Judul
Nama Mahasiswa NIM
Jurusan Tahun
: Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan Melda Eliana 081121044
Sarjana Keperawatan (S.Kep) 2009
Tanggal Lulus : 29 Desember 2009
Erniyati, S.Kp. MNS. NIP. 19671208 199903 2 001
Penguii I
%
Siti SaHdkh Nst, S.Kp. Sp. Mat. NIP. 19750327 200012 2 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Erniyati, S.Kp. MNS. Pembimbij
H
PengtijilJJ |j
M r, S.Kp.
19741013 200012 2 001
ber 2009
<? /rs^TX-^x
~.m
i
i~ NIP.' $671208 199903 2 001 S
(4)
Prakata
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan" sebagai tugas akhir mengikuti pendidikan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Shalawat dan Salam bagi Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan ini.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing dan penguji I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
3. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp. Mat. Selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.
4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku penguji III yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Sukri Tanjung, S.Kep Ners, selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan staf/karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 7. Direktur dan bagian diklat serta bagian keperawatan BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away
Tapaktuan.
8. Seluruh responden dalam penelitian ini.
(5)
Terima kasih yang tak terhingga buat suami tercinta Taisir, SKM beserta kedua buah hati Hafizh dan Hasib, ibunda tercinta, ayah dan ibu mertua yang selalu memberikan dorongan dan doanya. Buat saudara-saudaraku juga nyakwa yang telah membantu menjaga si kecil, sahabat dan teman-teman seangkatan, kakak dan adik tingkat di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas masukan-masukan yang diberikan.
Semoga Allah SWT melimpahkan pahalaNya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berharga bagi profesi keperawatan.
Medan, Desember 2009
(6)
DAFTARISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Prakata ... Hi Daftarlsi ... v
DaftarTabel ... vii
DaftarSkema ... viii
DaftarGambar ... ix
Abstrak ... x
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan Penelitian... 3
3. Pertanyaan Penelitian ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Pengertian Abortus ... 5
Mekanisme Terjadinya Abortus ... 5
Penyebab Abortus... 5
Klasifikasi Abortus ... 6
2. Dampak Psikologis Abortus : Kehilangan dan Berduka ... 8
3. Koping ... 14
Pengertian... 14
Faktor-Faktor yang Mempengarahi Koping ... 15
Klasifikasi Koping... 16
Koping Terhadap Kehilangan/Abortus ... 17
Bab 3. Kerangka Penelitian... 19
1. Kerangka Konseptual ... 19
2. Defenisi Operasional ... 20
Bab 4. Metodelogi Penelitian ... 21
1. Desain Penelitian ... 21
2. Populasi dan Sampel ... 21
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 22
5. Instramen Penelitian ... 23
Validitas Instramen ... 24
Reliabilitas Instramen ... 24
6. Teknik Pengumpulan Data... 25
7. AnalisaData ... 25
(7)
Deskripsi Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus 30 1.2.2 Deskripsi Koping Wanita yang Mengalami Abortus
Berdasarkan Tahapan Berduka Kubler-Ross (denial,
anger, bargaining, Depression, & acceptance) ... 30
2. Pembahasan ... 36
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 40
1. Kesimpulan ... 40
2. Saran ... 40
DaftarPustaka ... 42
Lampiran-lampiran 1. Surat Pengantar Survey Awal dari Fak. Keperawatan ... 44
2. Surat Izin Pengambilan Data dari Fak. Keperawatan ... 45
3. Surat Izin Pengambilan Data dari BPK RSUD Yuliddin Away.... 46
4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 47
5. Surat Pengantar Validitas Instrumen ... 48
6. Jadwal TentatifPenelitian ... 49
7. Taksasi Dana ... 50
8. Inform Concent ... 51
9. Instrumen Penelitian ... 52
10. Hasil Reliabiliti ... 57
11. Tabulasi Data ... 58
12. Frequensi Statistik ... 59
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 27 Tabel 1.2.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Koping Wanita yang
Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan Berdasarkan Tahapan Berduka Kubler-Ross {denial, anger, bargaining, depression & Acceptance) ... 31
(9)
Skema3.1 Kerangka konseptual karakteristik koping wanita yang mengalami
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan ... 30
(11)
Peneliti : MeldaEliana
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2009/2010
Abstrak
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhiraya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus. Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga dapat menyebabkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal {renal failure). Selain menimbulkan dampak fisik, abortus juga dapat menyebabkan efek psikologis yang buruk pada wanita yang mengalaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 20 Juli sampai dengan 30 September 2009, dengan desain penelitian deskriptif eksploratif. Populasi adalah wanita yang mengalami abortus dalam satu tahun terakhir, pernah dirawat di BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dan berdomisili di Kota Tapaktuan. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik total sampling yaitu pada 50 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koping adaptif pada wanita yang mengalami abortus sebanyak 45 orang (90%) dan koping maladaptif 5 orang (10%). Koping adaptif didukung oleh faktor-faktor umur, spiritualiti/keyakinan, dan pendidikan responden. Koping maladaptif cenderung pada wanita yang mengalami abortus pada kehamilan pertama dan kedua. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan wanita yang mengalami abortus secara holistik meliputi bio, psiko, sosio, dan spiritual, sehingga wanita yang mengalami abortus dapat menjalani masa dukanya dengan normal.
(12)
Judul : Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan
Peneliti : MeldaEliana
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2009/2010
Abstrak
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhiraya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus. Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga dapat menyebabkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal {renal failure). Selain menimbulkan dampak fisik, abortus juga dapat menyebabkan efek psikologis yang buruk pada wanita yang mengalaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 20 Juli sampai dengan 30 September 2009, dengan desain penelitian deskriptif eksploratif. Populasi adalah wanita yang mengalami abortus dalam satu tahun terakhir, pernah dirawat di BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dan berdomisili di Kota Tapaktuan. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik total sampling yaitu pada 50 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koping adaptif pada wanita yang mengalami abortus sebanyak 45 orang (90%) dan koping maladaptif 5 orang (10%). Koping adaptif didukung oleh faktor-faktor umur, spiritualiti/keyakinan, dan pendidikan responden. Koping maladaptif cenderung pada wanita yang mengalami abortus pada kehamilan pertama dan kedua. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan wanita yang mengalami abortus secara holistik meliputi bio, psiko, sosio, dan spiritual, sehingga wanita yang mengalami abortus dapat menjalani masa dukanya dengan normal.
Kata kunci: Koping, wanita abortus
(13)
1. Latar Belakang
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus (Wiknjosastro, 2006).
Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar daripada yang disebutkan di atas, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, tidak tercatat, dan tidak diketahui. Seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil. Abortus bisa juga tidak diketahui karena hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang), dan insiden abortus kriminalis yang pada umumnya tidak dilaporkan.
Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure) sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.
Disamping menimbulkan dampak fisik yang buruk sebagaimana disebutkan di atas, abortus juga menyebabkan efek psikologis bagi wanita yang mengalaminya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi konsekuensi psikologis wanita yang mengalami abortus.
(14)
2
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan atau mengecewakan, Pengalaman ini unik bagi setiap individu dan intensitas pengalaman itu tidak berhubungan dengan usia gestasi janin (Stewart, et al. 1992 dalam Henderson dan Jones, 2006).
Bagi beberapa wanita, keguguran merupakan pengalaman yang tidak mengecewakan, tetapi melegakan karena tidak semua wanita memandang keguguran sebagai suatu kehilangan (Moulder, 1990 dalam Henderson dan Kathleen, 2006).
Kebanyakan wanita yang mengalami abortus mengalami stres karena tidak mengetahui apa yang terjadi pada janinnya. Selain itu mereka diminta untuk beristirahat di tempat tidur tanpa penjelasan lebih lanjut. Lebih dari 90% memberikan reaksi berkabung, yang berlangsung sampai sebulan pada 20 % kasus abortus (Llewellyn-Jones, 2002). Frost dan Condon (1996 dalam Alexander, et al 2007) menyatakan bahwa setelah mengalami keguguran, wanita cenderung menunjukkan gejala yang merupakan reaksi dukanya. Berbagai karakteristik duka unik yang dirasakan wanita setelah keguguran meliputi rasa bersalah, perasaan kehilangan salah satu bagian tubuh dan perubahan identitas pribadi. Harker (1993 dalam Henderson & Jones, 2006), penelitiannya pada 115 wanita yang mengalami abortus menunjukkan adanya reaksi depresi pada minggu ke-2 dan ke-25 setelah keguguran.
Biasanya perawatan wanita yang mengalami abortus di rumah sakit selama ini hanya mengacu kepada penilaian kondisi fisiknya saja. Setelah kondisi fisiknya stabil, wanita yang mengalami abortus dapat dipulangkan dalam beberapa hari. Padahal secara psikologis wanita yang mengalami abortus
(15)
(16)
3
kehilangan dan berduka, kecemasan, stres, serta depresi yang memerlukan waktu lebih lama untuk pemulihan psikisnya. Dengan demikian, bisa jadi wanita yang mengalami abortus masih membawa masalah psikisnya sampai ke rumah setelah kepulangannya dari rumah sakit. Untuk itu sangat diperlukan asuhan keperawatan yang holistik dengan menyediakan lingkungan yang memungkinkan proses duka berlangsung sehat karena wanita yang berduka tidak mampu memperoleh dukungan emosi yang diharapkan dari keluarga dan teman mereka (Raj an, 1994 dalam Alexander, etal 2007).
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah peneliti lakukan di BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada tanggal 13 s/d 14 April 2009, didapatkan data jumlah pasien dengan diagnosa abortus pada tahun 2008 sebanyak 106 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 83 orang berdomisili di kota Tapaktuan. Peneliti juga mendapatkan suatu fenomena yang menunjukkan bahwa asuhan keperawatan holistik pada wanita yang mengalami abortus yang dirawat di BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan belum diterapkan. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik pada wanita yang mengalami abortus di rumah sakit ini, maka sebagai langkah awal peneliti menganggap penting dan merasa tertarik untuk meneliti karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteritistik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
(17)
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan?
4. M anfaat Penelitian
4.1 Bagi pendidikan keperawatan
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan yang berguna bagi mahasiswa nantinya dalam memberikan asuhan keperawatan pada wanita yang mengalami abortus.
4.2 Bagi praktek keperawatan maiernitas
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sumber pengetahuan tambahan dalam mengembangkan strategi asuhan keperawatan yang holistik khususnya bagi wanita yang mengalami abortus.
4.3 Bagi penelitian keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan serta sebagai sumber ide bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan masalah dan asuhan keperawatan pada wanita yang mengalami abortus.
(18)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang (Chalik, 1998).
Sedangkan Llewollyn & Jones (2002) mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram.
WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.
1.1 Mekanisme Terjadinya Abortus
Mekanisme terjadinya abortus dimulai dengan proses perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing di dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya.
1.2 Penyebab Abortus
Secara umum abortus dapat disebabkan oleh : Wanita itu sendiri
(maternal) yaitu : abnormalitas traktus genitalis, trauma, infeksi rubella, infeksi
chlamydia, penyakit-penyakit vaskular, kelainan endokrin, penyakit sistemik, faktor imunologis, dimana jika kondisi ini tidak terkontrol
(19)
dengan baik dapat meningkatkan resiko keguguran (Edmonds, 1992 dalam Bennett & Brown, 1999).
Kejadian abortus meningkat pada wanita hamil yang berumur 30 tahun atau 35 tahun, hal ini disebabkan meningkatnya kelainan genetik seperti mutasi dan kelainan maternal pada usia tersebut (Chalik, 1998). Menurut Llewellyn-Jones (2002) frekuensi abortus meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas. Apabila terdapat riwayat abortus, maka kemungkinan terjadi abortus pada kehamilan yang selanjutnya akan meningkat (Henderson dan Jones, 2006). Janin : seperti kelainan kromosom, kelainan ovum, blighted ovum, abnormalitas pembentukan plasenta.
Sperma : sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila
berhasil menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki material kromosom yang tidak normal sehingga dapat menyebabkan keguguran. Penyebab eksternal: radiasi, obat-obatan dan bahan kimia. Penyebab lain yang tidak diketahui.
Setengah dari kasus abortus disebabkan oleh abnormalitas janin dengan jumlah sisanya sebagian diakibatkan oleh sebab- sebab yang tidak diketahui dan oleh berbagai penyebab lain (Bennett & Brown, 1999).
1.3 Klasifikasi Abortus
Samapraja (2008 dalam Erlina, 2008) menyatakan bahwa ada 2 jenis keguguran yaitu keguguran yang dikenali dan keguguran yang tidak dikenali. Keguguran yang dikenali terjadi pada wanita yang telah mengetahui dan
(20)
7
pada wanita yang belum mengetahui dirinya hamil, hal ini dapat terjadi pada wanita yang menstruasinya datang terlambat.
Berdasarkan proses terjadinya abortus dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus (buatan). Abortus provokatus terbagi ke dalam dua jenis yaitu abortus provokatus terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Selain itu dikenal juga istilah-istilah seperti: Abortus imminens atau abortus mengancam. terjadi perdarahan dari uterus, hasil konsepsi masih berada di dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus insipiens terjadi perdarahan dari uterus dengan disertai dilatasi serviks yang meningkat, rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Abortus servikalis, keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga hasil konsepsi terkumpul di dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi lebih besar dengan dinding yang menipis.
Abortus Incompletus, terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum, dapat menyebabkan perdarahan yang banyak sehingga menyebabkan syok. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi sudah dikeluarkan, ostium uteri menutup dan uterus mengecil.
(21)
Missed Abortion, keadaan dimana janin sudah meninggal, tetapi tetap berada
dalatn rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Abortus Habitualis, abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut- turut. Abortus infeksiosus, abortus yang disertai infeksi pada genetalia
Abortus Septik, abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
2. Dampak Psikologis Abortus : Kehilangan dan Berduka
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang
dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry, 1997). Pengalaman kehilangan bayi pada tahap kehamilan adalah sangat mengecewakan bagi orang tua, dan berpotensi menimbulkan akibat-akibat psikologis yang merugikan (Henderson dan Jones, 2006). Peristiwa kehilangan dapat terjadi tiba-tiba atau bertahap. Pengalaman kehilangan bersifat unik bagi setiap individu.
Jenis-jenis kehilangan terdiri dari kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yang dikenal, kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti, kehilangan suatu aspek diri, dan kehilangan hidup (Potter & Perry, 2005).
Berduka (grieving) adalah keadaan dimana individu dan keluarga
(22)
9
orang, benda, fungsi, status, dan hubungan (Carpenito, 1984 dalam Rothrock, 2000).
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada setiap individu berdasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Intensitas dan durasi respon berduka bergantung kepada persepsi kehilangan, usia, keyakinan agama, perubahan kehilangan yang dibawa ke dalam kehidupannya, kemampuan personal untuk mengatasi kehilangan dan sistem pendukung yang ada (Sanders, 1998 dalam Bobak, 2005).
Menurut Kubler-Ross (dalam Potter dan Perry, 2005), respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut: Tahap pcngingkaran, reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan seringkali individu tidak tahu harus berbuat apa. Tahap marah, pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau diri sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga dapat menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh perawat atau dokter tidak kompeten. Respon fisik antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
(23)
Tahap tawar-menawar, pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah-olah kehilangan itu dapat dicegah.Reaksi sering dinyatakan dengan kata-kata "seandainya saya hati-hati."
Tahap depresi, pada tahap ini individu menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunnya libido. Tahap penerimaan, Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan yang damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Sedangkan menurut Bowlby dan Park (1970) serta Davidson (1984) dalam Bobak (2005), tahap berduka dapat diidentifikasi menjadi empat dimensi berduka, yaitu:
(24)
dapat
diinterupsi oleh letupan emosi. Pengambilan keputusan sulit dilakukan pada fase «
(25)
ini dan fungsi normal menjadi terganggu. Fase ini mendominasi selama 2 minggu pertama setelah kehilangan. Para orang tua mengatakan bahwa mereka seperti berada dalam mimpi buruk dan mereka akan bangun dan segala sesuatunya akan menjadi baik.
Mencari dan merindukan, dapat diidentifikasi sebagai perasaan gelisah, marah, bersalah dan mendua (ambiguitas). Dimensi ini merupakan suatu kerinduan akan sesuatu yang dapat terjadi dan merupakan proses pencarian jawaban mengapa kehilangan terjadi. Fase ini terjadi saat kehilangan terjadi dan memuncak 2 minggu sampai 4 bulan setelah kehilangan. Orang tua mengatakan bahwa mereka begitu ingin memeluk bayinya, mereka bangun karena mendengar suara bayi menangis dan mereka mengalami mimpi yang mengganggu. Disorganisasi, diidentifikasi saat individu yang berkabung mulai berbalik, dari menguji apa yang nyata menjadi sadar terhadap realitas kehilangan. Perasaan tertekan, sulit konsentrasi pada pekerjaan dan penyelesaian masalah, dan perasaan bahwa ia merasa tidak nyaman dengan kondisi fisik dan emosinya yang muncul. Fase ini memuncak sekitar 5 sampai 9 bulan dan secara perlahan menghilang. Banyak orang tua merasa bahwa mereka tidak akan pernah keluar dari rasa kehilangan, kehilangan pikiran mereka dan merasa nyeri secara fisik. Reorganisasi, terjadi bila individu yang berduka dapat berfungsi di rumah dan di tempat kerja dengan lebih baik disertai peningkatan harga diri dan rasa percaya diri. Individu yang berduka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan baru dan menempatkan kehilangan tersebut dalam perspektif. Reorganisasi memuncak setelah tahun pertama.
(26)
12
Adapun jenis-jenis berduka adalah : Berduka normal, terdiri dari perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan seperti kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktifitas untuk
sementara.
Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan yang sesungguhnya terj adi.
Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berduka seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan individu tersebut dengan orang lain.
Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
Berduka juga dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan (Bobak, 2005) yaitu:
Berduka ringan (uncomplicated bereavement), yaitu merasakan kesedihan tetapi masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan meskipun tidak dengan antusiasme dan energi sebesar sebelum kehilangan. Seseorang yang mengalami berduka ringan tidak mengalami depresi dan merasa lebih baik seiring waktu.
Berduka Berat (complicated bereavement), kesulitan yang dialami individu dalam berduka atau eksaserbasi masalah-masalah sebelumnya yang menjadi semakin berat selama proses berkabung, seperti:
(27)
Mengalami gejala cemas dan depresi yang mempengaruhi fungsi sosial/keluarga, pekerjaan dan kesehatan fisik.
Memiliki pikiran bunuh diri terus-menerus, yang hampir menjadi konstan atau mengungkapkan keinginan yang serius untuk bunuh diri atau mengembangkan suatu rencana untuk bunuh diri.
Berhenti pada fase mencari dan merindukan yang terbukti oleh rasa marah yang persisten, rasa bersalah atau pemikiran obsesif tentang kehilangan.
Penyalahgunaan bahan kimiawi pengubah perasaan secara berlebihan.
Mengalami kesulitan dalam berhubungan (dengan pasangan, anak-anak, keluarga, dan orang lain).
Wanita yang mengalami abortus beresiko mengalami depresi 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami abortus (Neugebauer, et al, 1997 dalam Amir, 2005). Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan individu tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas, dan tidak dapat dimengerti orang lain.
Proses berduka membuat individu mengalami gejala berduka (Bobak, 2005) yaitu:
Efek fisik yaitu letih, selera makan hilang, masalah tidur, kurang tenaga, berat badan menurun/meningkat, nyeri kepala, pandangan kabur, sulit bernafas, palpitasi, gelisah.
Efek emosional dan psikologis yaitu menyangkal, rasa bersalah, marah, benci/dendam, pahit/getir, depresi, sedih, merasa gagal, konsentrasi pada
(28)
(29)
gagal menerima kenyataan, terpaku pada kematian, konfusi waktu (time confusion), iritabilitas (mudah tersinggung).
Efek sosial yaitu menarik diri dari aktivitas normal, isolasi (emosi dan fisik) dari pasangan, keluarga dan teman-teman.
Stres pada wanita yang mengalami abortus dapat disebabkan karena wanita tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi pada janinnya dan prosedur perawatan yang mengharuskan wanita tersebut beristirahat di tempat tidur tanpa penjelasan lebih lanjut (Llewellyn-Jones, 2005).
Pada wanita yang mengalami abortus untuk pertama kalinya akan timbul kekhawatiran bahwa mereka tidak dapat memiliki anak lagi. Rasa marah juga dapat timbul setelah kehilangan kehamilan. Perasaan ini dapat ditujukan pada diri wanita itu sendiri ataupun kepada orang-orang disekitamya termasuk kepada profesional kesehatan (Henderson & Jones, 2006).
Worden (1991 dalam Bennett & Brown, 1999) mengidentifikasi empat tahap tugas individu yang berduka yaitu menerima realitas kehilangan, menerima sakitnya rasa duka, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan melanjutkan kehidupan (reorganisasi).
3. Koping
3.1 Pengertian
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respon terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu (Mustikasari, 2007).
(30)
15
Keliat (1999) mendefenisikan koping sebagai cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.
Sedangkan menurut Lazarus (1985, dalam Mustikasari, 2006) koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal khususnya yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu meliputi (Fachri, 2009):
Kesehatan fisik, kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi stres, individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar.
Keyakinan atau pandangan yang positif, keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of
control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping yang berfokus
pada masalah.
Keterampilan memecahkan masalah, keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan altematif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai dan akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
(31)
Keterampilan sosial, ketnampuan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
Dukungan sosial, dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan
informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitamya.
Materi, dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang, atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
3.3 Klasifikasi Koping
Menurut Lazarus dan Folkman (1985, dalam Keliat, 1999) koping dapat dikaji dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial yaitu: Koping berorientasi pada masalah (tugas), mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan. Perilaku berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistik menghadapi tuntutan stresor. Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, perilaku menarik diri, dan perilaku kompromi.
Koping berorientasi pada emosi (Mekanisme pertahanan ego), adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan untuk membantu melindungi dari perasaan tidak berdaya. Kadang mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang
(32)
(33)
Menurut Stuart (2007); Stuart & Sundeen (1995 dalam Mustikasari 2006) menggolongkan koping menjadi dua, yaitu :
Koping Adaptif, adalah koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktifitas konstruktif.
Koping Maladaptif, adalah koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan, dan menghindar.
Respon maladaptif adalah respon kronis dan berulang atau pola respon sesuai dengan berjalannya waktu tidak menunjukkan sasaran adaptasi. Sasaran adaptasi dapat dikategorikan kedalam tiga area yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Respon maladaptif yang membahayakan sasaran tersebut meliputi kesalahan penilaian dan koping yang tidak memadai (Lazarus, 1991 dalam Murwani, 2008).
3.4 Koping Terhadap Kehilangan/ Abortus
Cara seseorang berespon terhadap kehilangan bergantung kepada usia, jenis kelamin, budaya, agama, status sosial ekonomi, cara individu lain di lingkungannya berespon terhadap kehilangan dan koping individu tersebut terhadap kehilangan sebelumnya (Bobak, 2005).
Sedangkan Hidayat (2006) menyatakan bahwa koping seseorang terhadap kehilangan yang dihadapi dipengaruhi oleh :
(34)
18
Faktor Genetik, individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
Kesehatan fisik, individu dengan kesehatan fisik yang baik serta pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengatasi perasaan kehilangan dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan kesehatan
fisik.
Kesehatan mental, Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, akan sulit dalam menghadapi situasi kehilangan.
Pengalaman kehilangan di masa lalu, kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
Struktur kepribadian, individu dengan konsep diri yang negatif dan perasaan rendah diri akan menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri dan tidak objektif terhadap kehilangan yang dihadapi.
Adanya stresor perasaan kehilangan, stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial.
Koping yang sering digunakan individu dengan respon kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi, supresi dan proyeksi. Dalam keadaan yang patologis (maladaptif), koping yang digunakan sering secara
(35)
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentiflkasi koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
Pada wanita yang mengalami abortus dapat timbul efek psikologis kehilangan dan berduka ; kecemasan, stres dan depresi yang disebabkan oleh berakhirnya kehamilan, kurangnya pengetahuan akan keadaan yang dialaminya, atau masa istirahat yang dijalaninya selama perawatan (Llewellyn & Jones, 2002). Dalam mengatasi keadaan psikologisnya tersebut, wanita yang mengalami abortus menggunakan koping.
Dalam penelitian ini koping digolongkan menjadi dua yaitu koping adaptif dan koping maladaptif.
Penyebab Abortus:
• Maternal
• Janin
• Sperma
• Penyebab eksterna
• Penyebab yang tidak
diketahui
i
Respon :Kehilangan dan Berduka Faktor-faktor Koping:• Kesehatan Fisik
• Keyakinan yang positif
• Keterampilan memecahkan
masalah
• Keterampilan sosial
• Dukungan social
• Materi
Adaptif
Maladaptif Skema3.1 Kerangka Konseptual Karakteristik Koping Wanita
1
/(36)
20
2. Defenisi Operasional
Koping adalah cara yang dilakukan wanita abortus dalam menyelesaikan masalahnya, menyesuaikan diri terhadap abortus yang dialaminya berdasarkan tahap berduka Kubler-Ross, yaitu pengingkaran (denial), marah(anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).
Koping dinilai dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pemyataan yang dikaitkan dengan skala Likert. Hasil pengukuran koping dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
Koping maladaptif (skor 20-50), yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, cenderung menguasai lingkungan, dan menghindar.
Koping adaptif (skor 51-80), yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan yaitu berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktifitas konstruktif.
(37)
(38)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita yang pernah mengalami abortus dan dirawat di BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan. Data rekam medis di rumah sakit tersebut, jumlah pasien yang terdiagnosa abortus Bulan Juni 2008 sampai dengan Juni 2009 yang berdomisili di Kota Tapaktuan adalah 61 orang.
2.2 Sampel
Dengan mempertimbangkan data wanita yang pernah mengalami abortus di Kota Tapaktuan pada tahun 2008 maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Menurut Arikunto (2002) , bila jumlah subjek penelitian kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya.
Kriteria untuk subjek penelitian adalah pasien yang mengalami abortus dalam satu tahun terakhir, berdomisili di Kota Tapaktuan, dapat berbahasa Indonesia dan bersedia menjadi responden.
(39)
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tapaktuan sejak 20 Juli hingga 30 September 2009. Akses peneliti ke target populasi diawali dari BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pemerintah daerah satu-satunya di kota Tapaktuan dan merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Aceh Selatan. Pertimbangan lainnya adalah penelitian ini dilakukan pada liburan semester genap sehingga memudahkan bagi peneliti melakukan penelitian karena peneliti berdomisili di Kota Tapaktuan.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian akan dilakukan setelah proposal penelitian disetujui oleh institusi pendidikan dan memperoleh izin pengambilan data dari direktur BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dan Camat Kecamatan Tapaktuan.
Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden yang terlampir dengan lembar persetujuan menjadi responden. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti, peneliti tidak berhak untuk memaksakan tetapi menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang telah diisi oleh responden.
(40)
23
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala Likert, yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner koping wanita yang mengalami abortus.
Kuesioner data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, waktu terjadinya abortus, umur kehamilan saat abortus, jumlah kehamilan pada saat terjadi abortus, harapan terhadap kehamilan dan pengalaman mengalami abortus.
Kuesioner koping bertujuan untuk mengidentifikasi koping responden terhadap abortus. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua puluh pemyataan ; pemyataan 1 sampai dengan 4 menggambarkan tahap denial/pengingkaran, pemyataan 5 sampai dengan 8 menggambarkan tahap anger/marah, pemyataan 9 sampai dengan 12 menggambarkan tahap bargaining/tawar-menawar, pemyataan 13 sampai dengan 16 menggambarkan tahap depression/depresi dan pemyataan 17 sampai dengan 20 menggambarkan tahap acceptance/penerimaan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari delapan pemyataan positif dan dua belas pemyataan negatif, masing-masing pemyataan mempunyai empat pilihan yaitu "tidak pemah", "kadang-kadang", "sering", dan "selalu". Pemyataan positif berada pada nomor 4, 9, 12, 15, 17, 18, 19, 20, sedangkan pemyataan negatif berada pada nomor 1,2,3, 5, 6, 7, 8,10,11,13,14, dan 16.
(41)
5.1 Validitas Instramen
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005).
Dalam hal ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah uji validitas relevansi isi, peneliti berkonsultasi dengan praktisi akademik Departemen Keperawatan Jiwa dan Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Arikunto (2002), secara garis besar ada 2 jenis reliabilitas yaitu reliabilitas ekstemal dan reliabilitas internal. Reliabilitas ekstemal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun sama. Sedangkan reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan/uji coba.
Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal. Untuk
mendapatkan reliabilitas instrumen dengan bantuan komputer yaitu menggunakan metode Alpha (Cronbach's) karena skor pada instrumen merupakan rentangan antara nilai atau berbentuk skala. Uji reliabilitas dilakukan
(42)
25
pada 10 orang responden yang mempunyai kriteria yang sama dengan subjek penelitian.
Hasil Uji reliabilitas instrumen adalah 0,763. Menurut Sekaran (1992 dalam Priyatno 2008), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
6. Teknik Pengumpulan data
Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu dimulai setelah peneliti menerima surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari Camat Kecamatan Tapaktuan. Peneliti kemudian mengunjungi rumah responden sesuai dengan data yang peneliti dapatkan dari BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. Peneliti memperkenalkan diri, memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian, dan meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti menjelaskan tatacara pengisian kuesioner. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden dan setelah itu kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap maka dilengkapi saat itujuga.
7. Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan dan peneliti memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Tahap pertama adalah memeriksa data (editing), kemudian
(43)
data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer.
Penilaian jawaban responden dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut untuk jawaban pernyataan positif: "selalu" bernilai "4"; "sering" bernilai "3"; " kadang-kadang" bernilai "2" dan "tidak pernah" bernilai "1". Sedangkan untuk penyataan negatif: "selalu" bernilai T, "sering bernilai" "2", "kadang-kadang" bernilai "3", dan "tidak pernah" bernilai "4". Total skor yang tertinggi adalah delapan puluh dan skor terendah dua puluh. Semakin tinggi skor maka semakin baik tingkat koping responden.
Katagori koping adaptif dan maladaptif dengan menggunakan rumus panjang kelas (Sudjana, 1992) yaitu perbandingan antara rentang kelas dengan jumlah kelas. Rentang kelas 60 dibagi dengan jumlah kelas (2). Maka didapatkan panjang kelas 30. Nilai terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80. Jadi koping maladaptif dengan skor 20 s/d 50 dan koping adaptif dengan skor 51 s/d 80.
Hasil analisa data koping responden disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
(44)
(45)
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan dan dibahas hasil penelitian Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan. Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 20 Juli 2009 sampai dengan 30 September 2009. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang responden.
Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik serta koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Wanita Abortus di Kota Tapaktuan (n=50)
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Umur
20-35 tahun Di atas 35 tahun
2. Agama
Islam Protestan
3. Suku
Aceh Minang Melayu Jawa
38 76
12 24
49 98
1 2
44 88
4 8
1 2
(46)
28
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
4. Pendidikan
Tamat SLTP 4 8
Tamat SLTA 34 68
Tamat Perguran Tinggi 12 24
5. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 31 62
PNS 17 34
Wiraswasta 2 4
6. Status Perkawinan
Menikah 50 100
Tidak Menikah 0 0
7. Waktu Terjadinya Abortus
Tiga bulan yang lalu 10 20
Enam bulan yang lalu 5 10
Lebih dari enam bulan yang lalu 35 70 8. Abortus Terjadi pada Kehamilan
Pertama 22 44
Kedua 14 28
Ketiga 3 6
Pertama & Ketiga 3 6
Keempat 2 4
Pertama, kedua, & Ketiga 2 4
Kedua & Ketiga 2 4
Lebih dari empat 1 2
Ketiga & Lebih dari Empat 1 2 9. Usia Kehamilan Saat Abortus
Sebelum 4 minggu 7 14
4-12 minggu 32 64
Setelah 12 minggu 9 18
Sebelum 4 minggu & Setelah 12 minggu 1 2
(47)
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
(%)
10. Harapan Terhadap Kehamilan
Berharap 48 96
Tidak Berharap 2 4
11. Jumlah Kejadian Abortus
Satu kali 42 84
Lebih dari satu kali 8 16
Pada table 1.1 dapat dilihat data tentang karakteristik responden yang meliputi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, terakhir mengalami abortus, gravida pada saat abortus, jumlah abortus yang dialami, usia kehamilan pada saat abortus, dan harapan terhadap kehamilan.
Data yang diperoleh menunjukkan sebagian besar responden beragama Islam, berusia 20-35 tahun (n=38, 76%),), suku Aceh (n=44, 88%). Tingkat pendidikan responden adalah SMU (n=34, 68%), mayoritas sebagai ibu rumah tangga (n=31, 62%) dan responden berstatus menikah (n=50, 100%).
Rentang waktu responden mengalami abortus dengan penelitian yang dilakukan adalah dalam satu tahun terakhir dengan rincian waktu tiga bulan yang lalu (n=10, 20%), enam bulan yang lalu (n=5, 10%), dan lebih dari enam bulan yang lalu (n=35, 70%). Abortus terjadi umumnya pada kehamilan pertama (n=22, 44%) dengan usia kehamilan 4-12 minggu (n=32, 64%). Abortus yang dialami responden adalah satu kali (n=42, 84%) dan lebih dari satu kali (n=8, 16%). Harapan responden terhadap kehamilan tinggi (n=48, 96%) hanya sebagian kecil
(48)
(49)
1.2 Deskripsi Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan
Gambar2.1 Karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
Hasil penelitian Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki koping yang adaptif (n=45, 90%) dan selebihnya memiliki koping yang maladaptif (n=5, 10%).
1.2.1 Deskripsi Koping Wanita yang Mengalami Abortus Berdasarkan Tabapan Berduka Kubler-Ross {denial, anger, bargaining,
depression, dan acceptance)
Pada tabel berikut ini ini tergambar respon wanita yang mengalami abortus pada setiap tahap berduka (cfe««'«//pengingkaran, anger/marah, bargaining/tawar-menawar, depression/depresi, dan acceptance/penerimaan).
(50)
(51)
merupakan perayataan positif dan pemyataan 13 s/d 23 merupakan pemyataan negatif.
TM PMS PMTS
TMSS
Perayataan (f/%) (f/%) (f/%) (f/%)
1. Berdiskusi dengan dokter/perawat 4(8) 33(66) 9(18) 4(8)
2. Mencobamengambilhikmah 0 24(48) 14(28) 12(24)
3. Berjanji pada diri sendiri menjaga 1(2) 16(30) 9(18) 24(48) Kehamilan.
4. Menerima dukungan dan pengertian dari suami, keluarga, dan teman. 5. Dapat menerima kehilangan 6. Merasa lebih baik dengan berdoa,
Relaksasi, dan latihan seimbang. 7. Merasa hidup lebih berarti dengan
Ketabahan dan kesabaran. 8. Berharap dapat hamil kembali 9. Dapat menerima kehilangan 10.Merasa lebih baik dengan berdoa,
Relaksasi, dan latihan seimbang. 11. Merasa hidup lebih berarti dengan
Ketabahan dan kesabaran. 12. Berharap dapat hamil kembali
(52)
2(4) 15 (30) 15 (30) 18(36)
3(6) 13 (12) 19 (38) 15 (30)
0 18(36) 14 (28) 18 (36)
0 17(34) 14 (28) 19 (38)
2(4) 17 (34) 10 (20) 21 (42)
3(6) 13 (12) 19 (38) 15 (30)
0 18(36) 14 (28) 18 (36)
0 17(34) 14 (28) 19 (38)
2(4) 17(34) 10 (20) 21 (42)
(53)
TM PMS PMTS TMSS
Pernyataan ^%^ ^%) (fy%) (jy%^
H.Merasabingung 0 37 (74) 10(20) 3 (6) 15.Merasasedihdanmenangis 1(2) 26(52) 17(34) 6(12)
16.Marahkepadatuhan 28(56) 16(32)4(8) 2(4)
17. Tidak mau mematuhi prosedur
pengobatan/perawatan 32(64) 11(22)1(2) 6(12)
18.Menyalahkandirisendiri. 24(48) 8(16) 9(18) 9(18)
19. Menyalahkan petugas kesehatan 31(62) 14(28) 5(10) 0
20.Berharapterjadikeajaiban 4(8) 23(46)14(28) 9(18)
21.Seandainyaberhati-hati. 1(2) 26(54)12(24) 11(22)
(54)
(12)
23.Tidak bisa tidur dan beristirahat
dengan tenang. _________________ 20(40) 14(28)10(20) 6 12)
Tabel 1.2.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Koping Wanita Yang Mengalami Abortus Di Kota Tapaktuan Berdasarkan Tahapan Berduka Kubler-Ross (Denial, Anger, Bargaining, Depression, & Acceptance).
Keterangan:
TM : tidak pernah merasakan/mengalami.
PMS : pernah merasakan/mengalami tetapi sebentar saja
(beberapa jam/hari).
PMTS : pernah merasakan/mengalaminya dalam waktu yang cukup lama beberapa hari/minggu) tetapi sekarang tidak dirasakan lagi.
(55)
Pada tahap tfeo/'aZ/pengingkaran, 60 % wanita abortus pernah mengalami rasa tidak percaya terhadap abortus yang terjadi pada dirinya, dan 32 % wanita abortus tidak merasakan hal tersebut, 74% wanita abortus pemah merasakan kebingungan dan tidak tahu harus berbuat karena perdarahan yang dialaminya, dan 20% wanita abortus merasakan hal tersebut dalam waktu cukup lama. Rasa sedih dan menangis karena kehilangan janin dalam kandungannya dialami oleh 52 % wanita abortus, 34% merasakan dalam waktu cukup lama, dan 12% terus merasakan sampai dengan dilakukannya penelitian. Lebih dari separuh yakni 66 % wanita abortus melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan mengenai abortus yang dialaminya dan 18 % wanita abortus meiakukannya dalam waktu yang cukup lama.
Pada tahap anger/marah, 56% wanita abortus tidak pernah menyalahkan tuhan dan 32 % wanita abortus pernah merasakan bahwa tuhan tidak adil terhadap dirinya. Lebih separuh yakni 64% wanita abortus tidak pernah menolak prosedur pengobatan/perawatan dan 22% wanita abortus tidak mau mematuhi prosedur pengobatan/perawatan, 12% wanita abortus meiakukannya hingga penelitian dilakukan.
Sejumlah 48% wanita abortus tidak pernah menyalahkan diri mereka sendiri, 16% wanita abortus pernah menyalahkan diri mereka sendiri, 18% merasakan hal tersebut dalam waktu yang cukup lama dan 18% wanita abortus meiakukannya hingga penelitian dilakukan. Sejumlah 62% wanita abortus tidak pernah menyalahkan petugas kesehatan, 28% wanita abortus pernah menyalahkan
(56)
34
petugas kesehatan dan hanya 10% wanita abortus merasakan hal tersebut dalam waktu yang cukup lama.
Pada tahap bargaining/tawar-memwaT, 46% wanita abortus pernah mengharapkan akan terjadi suatu keajaiban sehingga abortus yang dialaminya dapat ditunda atau dihilangkan, 28 % wanita abortus merasakn hal itu dalam waktu yang cukup lama, dan 18% wanita abortus terus merasakannya hingga dilakukan penelitian. Sejumlah 52% wanita abortus pernah mengungkapkan, seandainya ia berhati-hati menjaga kehamilannya pasti abortus tidak terjadi pada dirinya, 24% merasakannya dalam waktu yang cukup lama dan 22% terus merasakan hal itu hingga penelitian dilakukan. 48% wanita abortus mencoba mengambil hikmah dari kejadian abortus yang dialaminya, 28% wanita abortus merasakan hal itu dalam waktu cukup lama dan 24% terus merasakannya hingga penelitian dilakukan.
Pada tahap depression/depresi, 24% wanita abortus pernah merasakan tidak mempunyai semangat hidup, 12% wanita abortus mengalaminya dalam waktu cukup lama, dan 12% wanita abortus terus merasakan hingga dilakukan penelitian, 52% wanita abortus tidak merasakan hal tersebut.
Sejumlah 28% wanita abortus tidak dapat beristirahat dengan tenang dan mengalami gangguan tidur, 20% wanita abortus mengalaminya dalam waktu yang cukup lama dan 12% wanita abortus terus merasakan hal tersebut sampai dilakukannya penelitian ini. 40% wanita abortus tidak mengalami hal tersebut. dan jumlah abortus yang dialami.
(57)
Sebanyak 28% wanita abortus menghindari pembicaraan yang menyangkut tentang abortus, 20% wanita abortus merasakan hal ini dalam waktu yang cukup lama, 8% wanita abortus terus melakukannya hingga penelitian dilakukan.
Sejumlah 30% wanita abortus mendapatkan dukungan dan pengertian dari suami, keluarga dan teman-temannya, 30% mendapatkan dukungan tersebut dalam waktu cukup lama dan 13% wanita abortus mendapatkan dukungan terus- menerus dari suami, keluarga, dan teman-temannya hingga dilakukannya penelitian.
Pada tahap acceptance/penerimaan, 26% wanita abortus dapat menerima kehilangan yang dialamianya, penerimaan tersebut dirasakan oleh 38% wanita abortus dalam waktu cukup lama dan 30% wanita abortus dapat menerima kehilangan yang dialaminya tersebut hingga saat dilakukannya penelitian.
Sebanyak 36% wanita abortus merasa lebih baik dengan berdoa, relaksasi dan latihan seimbang, 28% wanita abortus melakukannya dalam waktu yang cukup lama, dan 36% wanita abortus terus melakukannya hingga penelitian dilakukan. Sejumlah 34% wanita abortus merasakan hidup lebih berarti dengan ketabahan dan kesabaran, 28% wanita abortus merasakannya dalam waktu yang cukup lama dan 38% terus merasakannya hingga saat penelitian.
Sebanyak 34% wanita abortus berharap dapat hamil kembali, 10% wanita abortus berharap dalam waktu yang cukup lama dan 42% wanita abortus terus berharap dapat hamil kembali hingga saat penelitian dilakukan
(58)
36
2. Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa koping adaptif (n=45, 90%) mendominasi sebagian besar responden saat mengalami abortus. Hal ini dapat terlihat dari respon responden pada masing-masing tahap berduka.
2.1 Tahap Dew"a//Pengingkaran
Dalam tahap denial/pengingkaran, sebagian besar wanita yang mengalami abortus merasa tidak percaya bahwa ia mengalami abortus, merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat karena perdarahan yang dialaminya. Selain itu wanita abortus mengalami kesedihan dan menangis karena kehilangan kehamilannya. Wanita yang mengalami abortus juga melakukan pembicaraan/diskusi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang abortus yang dialaminya.
2.2 Tahap onger/marah
Lebih dari separuh wanita yang mengalami abortus dapat mengontrol emosinya serta bersedia mematuhi prosedur pengobatan/perawatan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Sebagian kecil wanita yang mengalami abortus merasa marah kepada tuhan, tidak mau mematuhi prosedur pengobatan/perawatan, menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan petugas kesehatan. Hal ini relevan dengan dengan pendapat Henderson & Jones (2006) bahwa rasa marah pada wanita yang mengalami abortus dapat ditujukan pada diri
(59)
wanita itu sendiri ataupun kepada orang-orang disekitamya termasuk kepada professional kesehatan.
2.3 Tahap 5arga/w'ng/Tawar-Menawar
Dalam tahap 6argam/«g/tawar-menawar, lebih dari separuh responden mempunyai tekad berjanji kepada dirinya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kehamilan berikutnya, hal ini merupakan cara peningkatan koping yang konstruktif. Sebagian kecil wanita yang mengalami abortus berharap terjadi keajaiban sehingga abortus yang dialaminya dapat ditunda atau dihilangkan.
2.4 Tahap Depression/Depresi
Dalam tahap depression/depresi, lebih dari separuh responden tidak mengalami kehilangan semangat hidup serta tetap mendapatkan dukungan dan pengertian dari suami, keluarga, dan teman-temannya. Menurut Tomb (2004) individu beresiko mengalami reaksi berduka yang abnormal jika menerima dukungan dan pengertian yang minim dari orang lain setelah mengalami suatu kehilangan.
2.5 Tahap ^cceptaHce/Penerimaan
Dalam tahap acceptance/penerimaan, lebih dari separuh responden dapat menerima kehilangan yang dialaminya dengan kesabaran dan ketabahan, berdoa,melakukan kegiatan-kegiatan relaksasi dan latihan seimbang serta mempunyai harapan untuk hamil kembali.
(60)
38
Menurut Suliswati (2005) apabila individu dapat melalui tahap-tahap berduka dan mencapai tahap penerimaan, maka individu tersebut dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi proses kehilangan secara tuntas. Apabila individu tetap berada pada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap penerimaan, jika individu tersebut mengalami kehilangan lagi akan sulit baginya untuk mencapai tahap penerimaan.
Selain melihat respon wanita yang mengalami abortus dalam setiap tahapan berduka, koping adaptif pada mayoritas responden dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh aspek-aspek lain seperti usia seluruh responden di atas 20 tahun yang menjadi tolak ukur kedewasan dan kematangan dalam menyelesaikan masalah, spiritualiti yaitu nilai-nilai keagamaan yang tinggi ( seluruh responden penganut agama), sistem kekeluargaan yang masih erat, ditunjukkan dengan adanya dukungan dari suami, keluarga, dan teman serta pendidikan sebagian besar responden SMU dan perguruan tinggi. Hal ini relevan dengan pendapat Henderson & Jones (2006) bahwa reaksi berduka dipengaruhi oleh faktor-faktor usia, gender, budaya, agama, cara orang lain dalam lingkungan sosial terdekat berespon terhadap kehilangan mereka.
Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa wanita yang mengalami abortus mempunyai koping yang maladaptif (n=5, 10%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Turner dkk (1991 dalam Henderson & Jones, 2006) pada 300 wanita yang telah mengalami abortus menemukan 4% wanita abortus tidak menunjukkan reaksi berduka, 75% wanita abortus menunjukkan reaksi berduka yang telah teratasi dan 21% wanita abortus menunjukkan reaksi berduka yang
(61)
belum teratasi. Hal ini perlu dicermati karena bila mengacu kepada beberapa tahapan berduka masih terlihat adanya perbedaan respon responden yang sangat berarti. Koping maladaptif cenderung terjadi pada kehamilan pertama dan kedua.hal ini dapat menggambarkan kurangnya kemampuan atau pengalaman wanita yang mengalami abortus dalam menghadapi kehamilanya. Wanita dengan kehamilan pertama dan kedua mempunyai harapan yang cukup besar terhadap kehamilannya sehingga abortus yang terjadi pada diri wanita tersebut sangat berpengaruh terhadap kopingnya. Menurut Bobak (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berespon terhadap kehilangan yang dialaminya adalah koping individu tersebut terhadap kehilangan sebelumnya. Jadi wanita yang mengalami abortus pada gravida pertama dan kedua tidak/ kurang mempunyai pengalaman terhadap abortus dibandingkan dengan wanita yang mengalami abortus pada gravida lebih dari dua. Menurut Perry & Potter (2005) tujuan berduka adalah untuk mencapai fungsi yang lebih efektif dengan mengintegrasikan kehilangan ke dalam pengalaman hidup klien, pencapaian ini membutuhkan waktu dan biaya.
(62)
(63)
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan adalah sebagai berikut:
1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan tentang Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus maka ditemukan bahwa mayoritas responden mempunyai koping yang adaptif, sebagian kecil responden memiliki koping yang maladaptif. Hal ini berdasarkan dari respon wanita yang mengalami abortus pada setiap tahap berduka yaitu tahap cfe»/a//pengingkaran, anger/marah, bargaining/tawar-menawar, depression/depresi, dan acceptance/penerimaan.
Selain itu respon adaptif pada wanita abortus dalam penelitian ini sangat dipengaruhi oleh usia, agama/sosial budaya, dan pendidikan. Sedangkan respon maladaptif cenderung pada wanita dengan kehamilan pertama dan kedua, hal ini berkaitan erat dengan harapan yang tinggi terhadap kehamilan serta kurangnya pengalaman wanita tersebut dalam menjalani kehamilannya.
2. Saran-saran
a. Bagi Institusi Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada wanita yang mengalami abortus hendaklah secara holistik yaitu mencakup bio, psiko,
(64)
(65)
Institusi pelayanan kesehatan dapat menjadi fasilitator serta menyediakan sistem pendukung bagi wanita-wanita yang mengalami abortus dalam menjalani proses berdukanya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan khususnya menyangkut koping wanita yang mengalami abortus.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini juga menemukan koping yang maladaptif pada wanita yang mengalami abortus, sehingga diperlukan modifikasi penelitian lebih lanjut yaitu suatu jenis penelitian kualitatif terhadap wanita yang mengalami abortus dengan koping maladaptif.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Jo. dkk. (2007). Praktik Kebidanan : Riset dan Isu. Jakarta: EGC. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
A, Fachri. (2009). Strategi Koping. http//:Fachrister blog 04Mei 2009.
Amir, N. (2005). Depresi ; Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: FKUI.
Bobak, et al. (2005). Buku Afar Keperawatan Matemitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. (2008). Rekam Medis
Brunner & Suddarth.( 2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Bennet, V. Ruth and Brown, Linda. K.( 1999). Myles Text Book for Midwives. Toronto :Harcourt Brace and Company Limited.
Chalik, TMA.(1998). Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Dwiloka, B. dan R,Riana (2005). Teknik Menulis Karya Umiak: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan. Jakarta: Rineka Cipta. Erlina. (2008). Kumpulan Bahan Kuliah Bidan.
bidan.word press.com.diakses pada tanggal 13 November 2008.
Hidayat, Aziz Alimul. ( 2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Mamisia ; Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
--- .(2007). Metoda Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba.
Henderson, C. & Kathleen, Jones. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
(67)
(68)
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Martadisoebrata, D. Dkk.( 2005). Obstetri Patologi; Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
Mustikasari. (2006). Mekanisme Koping.
diakses pada tanggal 27 April 2009.
---. (2007). Stres, Koping, dan Adaptasi.
mustikanurse.
Murwani, Arita. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramayu.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan ; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, P. A & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yokyakarta. MediaKom.
Rothrock, Jane. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.
Sastrawinata, S. Dkk. (2005). Obstetri Patologi ; Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudjana.(1992). Metode Statistika. Edisi 3. Bandung: Tarsito
Stuart, Gail. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Stevens, Paul. Dkk. (2006). Pengantar Riset; Pendekatan Ilmiah untuk Profesi
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tomb, David (2004). Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta. EGC Wiknjosastro, H. dkk.( 2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
(69)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDIILMU KEPERAWATAN
JL Prof. T. Ma'as NoJ Medan -20155 Telp. (061) 8213318 Fax. (061) 8213318 Sumatera Utara - INDONESIA
Nomor
Lampifan
Prihal
2o6/H5.2.1.1.2.2/PPW2009 Survey Awal
I9juni 2009
Ytn. Direktiif
Badan Pelayanan Kesehatan RSUD dr. H. Yuliddin Awat Tapaktuan
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mahasiswa SI Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan ijin survey awal-bagi mahasiswa kami yang tersebut di bawah ini:
No Nama NIM Judul Skripsi
1. Melda Eliana 0811210044 Karakteristik Koping Wanita
Yang Mengalami Abortus di Kota Tapaktuan Demikian siirat ini kaffii saffipikaft, Atas perMtiaft dan kerjasanianya diuCaplcafi tenma kasih.
Tembusan:
1. Yang bersangkutan
2. Pertinggal
MNS 510
(70)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEPERAWATAN
KANTOR: Jin. Prof. Ma'as No. 3 JeipJ Fax. 061 - 8213318 Medan - 20155 Sumatera Utara - INDONESIA
Nomor Lampiran Prihal
:^^7H5;2:l:13/PPM/2009
: Pengambilan Data Juli 2009
Yth.
1. Camat Tapaktuan
2. DuekturBPKRSUD.Dr.YulidinAway
Tapaktuan
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan ijin pengambilan data bagi mahasiswa kami yang tersebut di bawah ini:
Nama NIM Jurusan Judui Melda Eliana 081121044 SI Keperawatan
Karakteristik Hoping Wanita Yang Mengalami Abortus Di Kota Tapaktuan
Demikiah siirat ini kami sampaikan, Atas perhatian dan kefjasamanya diiicapkan terima kasih.
Tembusan:
QK)Yahgbefsangkutan
2. Pertinggal
?•
Kes 81227 199802 1 002
(71)
(72)
^
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. YULIDDIN AWAY
JALAN T. BEN MAHMUD NO. 86-A, TELP. (0656), FAX (0656) 21818
E-mail:
23713 - ACEH SELATAN
Nomor Lampiran Perihal
445/ 418 /2009
Persetujuan Survey Awal
Tapaktuan, 6Juli2009
Kepada Yth :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Di-Medan Dengan hormat.
1. Menindaklanjuti surat saudara Nomor : 206/H5.2.1.1.2.2/PPM/2009 .
Tanggal 19 Juni 2009, Perihal Survey awal di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.
2. Untuk itu pada prinsipnya kami memberikan Izin Survey awal di
RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan kepada Mahasiswa berikut :
Nama : Melda Eliana
Nim : 0811210044
Judul Skripsi : Karakteristik Koping Wanita Tang Mengalami
Abortus di Kota Tapaktuan.
3. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Direktur-RSUD Dr. H. Yuliddin Away I lL Tapaktuan Aceh Selatan
Dr. AKMA
(73)
(74)
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN
KECAMATAN TAPAKTUAN
JaJan Syeh Abdurrauf No. 15 Tclp. 21351
______
TAPAKTUAN
Nomor : 070/ 2-3l/Q/ 2009 Lampiran :
: Telah Selesai Melaksanakan Pengumpulan Data untuk Penelitian an. Melda Eliana ...
Tapaktuan, 22 Desember 2009
Kepada Yth;
Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
di-Metlan
Membalas surat Suadara No.007/H5.2.1.13/PPM/2009 tanggal 17 Juli 2009 perihal lzin pengambilan data, maka dengan ini kami menerangkan bahwa:
Nama Mahasiswa NIM
Instansi
Melda Eliana 081121044
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Benar telah selesai melaksanakan pengumpulan data untuk penelitian dengan judul "KARAKTERISTIK KOPING WANITA YANG MENGALAMI ABORTUS DI KOTA TAPAKTUAN", sejak tanggal 20 Juli s/d 30 September 2009.
Demikianlah surat keterangan ini dibuat dengan sebenar untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya,-CAMAT TAPAKTUAN I)
:>
T
ERWIAipi, S.Sos. M.SiNIP. 19720129 199203 1 001
47
(75)
KepadaYth,
Ketua Departemen Keperawatan Jiwa PSIK USU Ibu Jenni M. Purba, S.Kp.MNS
Di-Tempat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MELDA ELIANA
NIM : 081121044
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Kegiatan Penelitian Karakteristik Koping Wanita yang mengalami Abortus di Kota Tapaktuan, untuk itu saya mohon Ibu dapat membantu menilai validitas Kuesioner yang saya buat untuk penelitian tersebut (Kuesioner terlampir).
Atas bantuan Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui: Dosen Pembfihbing
Erniyati, S.Kp.MNS
Hormat Saya, Pemohon
(76)
L! U
NO KEGIATAN Tahun 2009-2010
Maret April Mei Juni Juli Ajjt Sep Okt Nov Des Jan 1 2 3|4 12 3 4 l|2 3 4 1 | 2| 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Mengajukan dan menetapkan judul
2 Menyusun proposal penelitian
3 Sidang proposal penelitian
4 Validitas dan reliabilitas
5 Pengumpulan data
6 Analisadata
7 Penyusunan laporan hasil penelitian
8 Pengajuan sidang
9 Perbaikan dan penggandaan
Mengetahui Pembimbing
(77)
(78)
TAKSASIDANA
A. Penyusunan proposal
l.Pembelian bukuliteratur Rp
100.000,-2.Pembelian flash disk Rp 60.000,-
3.Internet Rp 25.000,-
4.Foto copy Rp 50.000,-
5.Biaya print Rp 50.000,-
B. Pengumpulan dan analisa data
1.Biaya transportasi Rp 375.000,-
2.Biaya penggandaan kuesioner dan
lembarpersetujuanresponden Rp 10.000,-
C. Penyusunan/perbaikan laporan hasil penelitian
1.Biaya print Rp 25.000,-
2.Penggandaan dan jilid laporan hasil penelitian
Rp
100.000,-D. Biaya tak terduga 10% Rp
79.500,-Total Rp
874.500.-(Delapan ratus tujuhpuluh empat ribu lima ratus rupiah)
(79)
"Karakteristik Koping Wanita yang Mengalami Abortus"
Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian di Kota Tapaktuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi koping wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Saya mengharapkan Anda bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan dapat memberikan jawaban tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud- maksud lain.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, Anda bebas menerima untuk menjadi responden atau menolak tanpa sangsi apapun. Jika Anda bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, silakan menandatangani surat persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Anda.
Tanda Tangan Responden No. Kode ... Tanggal ... ... (diisi oleh peneliti)
(80)
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ( /) dengan tepat dan benar sesuai dengan keadaan anda.
Contoh menjawab soal:
Jenis kelamin : 0 perempuan □ laki-laki 1. Umur :
□
dibawah 20 tahuna
20-35 tahuna
lebih dari 35 tahun . 2. Agama :a
Islama
Protestana
Katholika
Budhaa
Hindu3. Suku :
a
Aceha
Bataka
Melayu□
Minang□
Jawaa
Lain-lain, sebutkan ... 4. Pendidikan :a
Tidak sekolaha
SDa
SMPD SMU
(81)
D Karyawan swasta
□ Wiraswasta
O Lain-lain, sebutkan ...
6. Status pernikahan: □ Menikah O Tidak menikah
7. Kapan Anda mengalami abortus?
D Tiga bulan yang lalu O Enam bulan yang lalu
O Lebih dari enam bulan yang lalu
8. Abortus terjadi pada kehamilan yang ke :
□ Pertama
□ Kedua D Ketiga O Keempat
O Lebih dari empat, sebutkan ...
9. Usia kehamilan pada saat terjadinya abortus : O Sebelum 4 minggu O 4-12 minggu D Setelah 12 minggu
10. Apakah anda mengharapkan kehamilan tersebut ? O Ya O
Tidak
11. Berapa kali anda mengalami abortus? O Satu kali
(82)
a
KUESIONER KOPING WANITA YANG MENGALAMI ABORTUS
Petunjuk Peneisian:
U Berilah tanda {/) pada kolom jawaban yang tersedia di bawah ini.
IH Jawaban anda hams sesuai dengan kondisi yang anda rasakan pada saat mengalami abortus.
M Untuk setiap pertanyaan, anda hanya diperbolehkan menjawab salah satu dari alternatif jawaban :
<§> Tidak pernah merasakan/mengalaminya (TM) <§> Pernah merasakan/mengalaminya tetapi sebentar saja (PMS) <§> Pernah merasakan/mengalaminya dalam waktu cukup lama tetapi
sekarang tidak dirasakan lagi (PMTS) <& Terus merasakan/mengalaminya sampai sekarang (TMSS).
NO STRATEGI KOPING TM PMS PMTS TMSS
1 Tidak percaya, saat dokter mengatakan kehamilan saya tidak dapat diperta-hankan.
2
Merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa dengan perdarahan yang saya alami.
-
3 Sedih dan menangis bila mengingat bayi yang saya kandung sudah tidak ada.
4
Mendiskusikan dengan dokter/ perawat/ bidan untuk mendapatkan penjelasan tentang keadaan yang saya alami.
(83)
(84)
«
NO STRATEGI KOPING TM PMS PMTS TMSS
5
Saya merasa tuhan tidak adil, mengapa harus saya yang mengalami abortus. 6 Selama dirawat, saya tidak
mau mematuhi prosedur pengobatan / perawatan karena semua itu tidak ada artinya
dibandirigkan dengan kehila-ngan kehamilan yang saya alami
7 Merasa bahwa terjadinya abortus ini disebabkan kesalahan saya, sehingga mengecewakan suami dan
keluarga saya. 8
Rasa marah kepada dokter/ perawat/ bidan karena tidak dapat menyela-matkan janin yang saya kandung
9 Mencoba mengambil hikmah dari kejadian ini.
10
Berharap keajaiban terjadi setelah mengalami abortus.
•
11 Seandainya saya berhati-hati menjaga kehamilan saya, pasti abortus tidak terjadi pada diri saya.
12
Saya berjanji pada diri sendiri, bila nanti saya hamil lagi saya akan menjaga kehamilan saya sebaik mungkin.
(85)
(86)
NO STRATEGI KOPING TM PMS i PMTS TMSS
13 Setelah mengalami abortus, saya sempat merasakan tidak mempunyai semangat hidup.
14 Saya tidak bisa tidur dan beristirahat dengan tenang, karena selalu memikirkan kehamilan saya yang sudah tidak ada lagi.
15
Menerima dukungan dan pengertian dari suami, keluarga, dan teman teman
16 Menghindari dari pembicaraan tentang masalah abortus yang saya alami. 17
Saya benar-benar dapat menerima kehilangan kehamilan yang saya alami
18 Saya merasa lebih baik setelah melakukan aktifitas - aktifitas, seperti : berdoa/berzikir, relaksasi, dan latihan seimbang.
19
Setelah beberapa lama melewati masa abortus, saya merasa hidup lebih berarti dengan ketabahan dan kesabaran.
20
Berharap dapat hamil kembali setelah menjalani pengobatan dan perawatan pasca abortus.
(87)
(1)
dirasakan lagi terus
merasakansampai sekarang Total
50 100,0 100,0
(2)
Koping 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid terus merasakan sampai sekarang
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi pemah merasakan sebentar
tidak pemah merasakan Total
9 14 23 4 50 18.0 28,0 46,0 8,0 100.0 18,0 28,0 46,0 8,0 100.0 18,0 46,0 92,0 100,0 Koping 11
Frequency Percent Valid Percent '
Cumulative Percent Valid terus merasakan sampai
sekarang
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi pemah merasakan sebentar
tidak pemah merasakan Total
11 12 26 1 50 22,0 24,0 52,0 2.0 100.0 22,0 24,0 52,0 2,0 100,0 22,0 46,0 98,0 100,0 Koping 12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak pemah merasakan
pemah merasakan sebentar merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi terus merasakan sampai sekarang Total
i
16 9 24 50 2,0 32.0 18,0 48,0 100,0 2,0 32,0 18,0 48,0 100.0 2,0 34,0 52,0 100,0 Koping 13Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid terus merasakan sampai sekarang
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi pemah merasakan sebentar
tidak pemah merasakan Total
6 6 12 26 50 12,0 12,0 24,0 52,0 100,0 12,0 12,0 24,0 52,0 100,0 12,0 24,0 48,0 100,0
(3)
Valid terus merasakan sampai sekarang
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi pernah merasakan sebentar
tidak pemah merasakan Total
6 10 14 20 50 12,0 20,0 28,0 40,0 100,0 12,0 20,0 28,0 40,0 100,0 12,0 32,0 60,0 100,0 Koping 15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak pemah merasakan
pernah merasakan sebentar merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi tents merasakan sampai sekarang Total
2 15 15 18 50 4,0 30,0 30,0 36,0 100,0 4,0 30,0 30.0 36.0 100,0 4.0 34,0 64,0 100,0 Koping 16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid terus merasakan sampai
sekarang
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi pemah merasakan sebentar
tidak pemah merasakan Total 4 10 14 22 50 8,0 20,0 28,0 44,0 100,0 8,0 20,0 28,0 44,0 100,0 8,0 28,0 56,0 100,0
Koping 17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak pemah merasakan
pemah merasakan sebentar
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi terus merasakan sampai sekarang Total 3 13 19 15 50 6,0 26,0 38,0 30,0 100,0 6,0 26,0 38,0 30,0 100,0 6,0 32,0 70,0 100,0
(4)
Koping 18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid pemah merasakan sebentar
merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi terus merasakan sampai sekarang Total
18 14 18 50
36,0 28,0 36,0 100,0
36,0 28,0 38,0 100,0
36,0 64,0 100,0
Koping 19
Frequency Percent Valid Percent Cumulativ e ! Percent
Valid pemah merasakansebentar
merasakancukup lama tetapi tidak dirasakan lagi terus merasakan sampai sekarang Total
17 14 19 50
34,0 28,0 38,0 100,0
34.0 28.0 38,0 100,0
34,0 62,0 100,0
Koping 20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak pemah merasakan
pemah merasakan sebentar merasakan cukup lama tetapi tidak dirasakan lagi terus merasakan sampai sekarang
Total
2 17 10 21 50
4,0 34,0 20,0 42.0 100,0
4.0 34,0 20,0 42,0 100.0
4.0 38,0 58,0 100,0
(5)
(6)