Konsep Dasar Pajak di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pajak di Indonesia

1. Pajak. Untuk dapat membiayai pengeluaran Negara, pemerintah melakukan pemungutan pajak dari rumah tangga dan perusahaan. Pengertian atau definisi pajak sangat beragam. Walaupun banyak pendapat mengenai pengertian tersebut, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan substansi. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang , dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Menurut R. Santoso Brotodiharjo 1997 mendefinisikan pajak sebagai berikut ; “ Pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terhutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”. Definisi pajak menurut Rahmat Soemitro adalah sebagai berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbale balik 9 kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” Siti Resmi,2005:1. Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi : “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk public investment “ Siti Resmi, 2005:1. Dari definisi diatas, pajak mempunyai ciri sebagai berikut : a. Pembayaran iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak adalah pemerintah dari wajib pajak berupa uang. b. Dalam pemungutan pajak harus berdasarkan kekuatan peraturan atau undand-undang. c. Dapat dipaksa, hanya dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang, yaitu pemerintah. d. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengaluaran Negara yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak adalah suatu kewajiban dari rakyat untuk menyerahkan sebagian dari harta kekayaannya ke kas Negara, sesuai dengan keadaan dan kedudukan tertentu menurut peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, yang dapat dipaksakan, tanpa adanya jasa timbal balik dari pemerintah kontraprestasi dan digunakan untuk kesejahteraan umum. 10 2. Fungsi Pajak. Pajak dipandang sebagai bagian yang mempunyai peranan penting dalam penerimaan negara. Pajak sebagai sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Dengan demikian pajak memiliki dua fungsi, yaitu : a. Fungsi budgetair sumber keuangan Negara, artinya pajak merupakan sumber penerimaan bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Untuk itu pemerintah akan berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara uang dilakukan dengan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. b. Fungsi Regulered mengatur,artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Contoh: Tarif pajak yang bersifat progresif atas penghasilan dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi membayar pajak yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan Siti Resmi, 2005:2. 3. Jenis Pajak. Jenis pajak menurut Siti Resmi 2005:6, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut lembaganya. 11 a. Menurut golongannya, terdiri dari: a Pajak langsung, pajak yang dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Jadi, pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contohnya : pajak penghasilan. b Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung dapat terjadi jika ada suatu kejadian, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contohnya : Pajak Pertanbahan Nilai PPn, terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa yang dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun secara implicit dimasukkan dalan harga jual barangjasa. b. Menurut sifatnya, dikelompokkan menjadi : a Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya, contoh: PPh. b Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau 12 peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajaktanpa harus memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak subjek, contoh: PBB. c. Menurut lembaga pemungutannya, dikelompokkan menjadi: a Pajak Negara pusat, pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. b Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I maupun ingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Yang termasuk pajak daerah tingkat I, yaitu: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Tanah, Pajak izin penangkapan ikan diwilayah. Yang termasuk pajak daerah tingkat II, yaitu: Pajak pembangunan, pajak penerangan jalan, pajak atas reklame,dan lain-lain. 4. Tata Cara Pemungutan Pajak Tata cara pemungutan pajak menurut Siti Resmi 2005:8, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Stelsel nyata riil stelsel : pengenaan pajak penghasilan didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi untuk pajak penghasilan maka objeknya adalah penghasilan 13 b. Stelsel anggapan fiktif : pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggaran yang diatur oleh undang-undang. c. Stelsel Campuran : pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan, dimana besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, untuk menentukan besarnya pajak pada akhir tahun yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. 5. Asas Pemungutan Pajak. Asas pemungutan pajak menurut Siti Resmi 2005:10, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Asas Domisili asas tempat tinggal: Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. b. Asas Sumber : Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. c. Asas Kebangsaan: pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. 6. Sistem Pemungutan Pajak. Menurut Mardiasmo 2008:7 dikenal 3 tiga sistem pemungutan pajak, diantaranya : 14 a. Official Assesment system, yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. b. Self Assesment System, yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang- undang perpajakan yang berlaku. c. With Holding System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yag terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. 7. Kewajiban Wajib Pajak Menurut Mardiasmo 2008:44, kewajiban wajib pajak terdiri dari: a. Mendaftarkan diri utnuk mendapatkan NPWP b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. d. Mengisi dengan benar SPT SPT diambil sendiri dan memasukkan ke kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan. e. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan. f. Jika diperiksa wajib : a Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang 15 berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerja bebas wajib pajak atau objak yang terutang pajak. b Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan member bantuan guna kelancaran pemeriksaan. g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan. 8. Hak - Hak Wajib Pajak Menurut Mardiasmo 2008:45, wajib pajak mempunyai hak-hak sebagai berikut: a Mengajukan surat keberatan dan surat banding. b Menerima tanda bukti pemasukan SPT c Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan d Mengajukan permohonan prnundaan penyampaian SPT e Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. f Mengajukan permohonan perhitugan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak. g Meminta pengembaliankelebihan pembayaran pajak h Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah. 16 i Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. j Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak k Mengajukan keberatan dan banding.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelayanan Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Melalui Sistem E- Registration di KPP Pratama Medan Barat

38 194 94

Pelaksanaan Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Online dalam Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 59 68

Tatacara Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Secara Jabatan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

2 33 57

Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaaan pajak dan Penagihan pajak terhadap Penerimaan Pajak (Pada kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)

16 156 191

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

8 28 114

Analisis persepsi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan terhadap sunset policy : studi kasus pada KPP pratama Jakarta Kebayoran Lama

0 9 94

STRATEGI EKSTENSIFIKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA DALAM MENINGKATKAN JUMLAH PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DI KARANGANYAR.

0 0 8

Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Orang Pribadi pada KPP Pratama Surakarta IMG 20150928 0001

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2.1.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) - Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (

0 0 38

Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu - Ubharajaya Repository

0 0 15