Upaya Pemenuhan Kebutuhan Informasi

faktor yang dapat berpengaruh terhadap kebutuhan informasi yang diperlukan oleh mahasiswa antara lain adalah perbedaan jurusan, perbedaan jenjang serta adanya perbedaan tugas yang dibuatnya. Pada saat mahasiswa membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saat seperti itulah mahasiswa dihadapkan pada situasi problematika. Situasi itu muncul akibat adanya kesenjangan anamolous antara keadaan pengetahuan yang ada di dalam dirinya dengan kenyataan kebutuhan informasi yang diperlukan. 12 Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi seseorang harus terpenuhi khususnya melalui perpustakaan supaya tidak ada kesenjangan antara sesorang yang mencari informasi dengan informasi yang dicarinya. Hal ini disebabkan karena perpustakaan berusaha menyajikan informasi yang disajikan untuk pemakainya, sehingga pemakai merasa puas karena kebutuhan informasinya terpenuhi.

3. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Informasi

Informasi perpustakaan dapat diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan keluarga sejahtera, sehingga diharapkan problema-problema yang dialami oleh keluarga dapat ditemukan solusi yang tepat demi tercapainya keluarga yang sejahtera, sakinah, mawadah, warahmah. 13 Dalam bukunya Putubuku diterbitkan tahun 2008 yang dikutip oleh Ridho seperti dibawah ini: 12 Sasmita, “Analisis Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi mahasiswa Penulis Skripsi di Universitas Budi Luhur,” Skripsi S1 Program Sarjana bidang Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. UIN, 2007, h.24 13 Nuromas Hasibuan, ”peranan perpustakaan bagi keluarga sejahtera dalam rangka penanggulangan kemiskinan” Al-Maktabah, Vol.3, No.2, oktober 2001, h. 157 “Untuk memenuhi kebutuhan informasi ada 4 empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud, yaitu sebagai berikut 14 : 1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not existing in the remembered experience of the information inquirer”, kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seorang dalam hidupnya. 2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggabungkan “Imental- description of on ill-defined area of in decision”, ketika seorang mulai mereka-reka apa yang sesungguhnya ia butuhkan. 3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain. 4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu”. Perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi menjadi tulang punggung gerak majunya suatu institusi, terutama institusi pendidikan, tempat tuntutan untuk adaptasi terhadap perkembangan informasi sangat tinggi. Hal ini pengguna user dominan dari kalangan akademisi yang kebutuhannya akan informasi begitu kuat sehingga mau tidak mau harus pula berfikir untuk berupaya mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pengguna user. 15 Begitu juga perpustakaan perguruan tinggi berupaya memenuhi kebutuhan informasi dengan cara menyediakan koleksi sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yaitu koleksi yang menunjang tugas-tugas perkuliahan, misalnya berkaitan dengan penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas, dalam penyelesaian tugas kuliah mahasiswa diharapkan terbiasa dengan metode ini karena metode pembelajaran ini telah dilakukan saat perkuliahan, sehingga upaya pemenuhan 14 Ridho Fakhu rahman “Pemenuhan Kebutuhan Informasi dan Ilmu Pengetahuan bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan di Perpustakaan Adab dan Humaniora UIN Jakarta” S1 Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta 2010, h.23 15 Wiji Suwarno, Ilmu perpustakaan Kode Etik Pustakawan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h. 15 kebutuhan informasi bisa tercapai. Mahasiswa yang banyak membaca buku, majalah, makalah, jurnal, atau karya ilmiah dan lainnya, akan memperoleh pengetahuan secara tidak sengaja, hal ini akan menguntungkan. Karena pembinaan membaca menjadi seseorang terlatih untuk belajar secara mandiri dan salah satu faktor agar mahasiswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan dengan cepat dan tepat waktu untuk mendapatkan pendidikan strata satu S-1 sehingga mampu terjun kedalam dunia pekerjaan sesuai bidang yang dipilihnya. 16 Dengan demikian dalam kenyataannya perpustakaan tidak ada yang lengkap. Sebesar apapun perpustakaan didirikan dengan jumlah koleksi yang besar, masih ada celah untuk tidak terpenuhinya kebutuhan pengguna. Untuk itu perpustakaan memprogramkan adanya kerjasama antar perpustakaan, yang diharapkan dapat saling melengkapi. 17 Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan informasi diperpustakaan salah satunya harus dilakukan melalui kerjasama dengan perpustakaan lain, untuk terus meningkatkan layanan dan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh pemustakanya. Begitu juga perpustakaan perguruan tinggi dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa, pihak perpustakaan harus menyediakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, untuk mengetahui kebutuhan informasi mahasiswa tersebut. 16 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan, Yogyakarta: Kanisius, 1992, h. 48 17 Wiji Suwarno, Ilmu perpustakaan Kode etik Pustakawan, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h. 218

B. Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi