7
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Fenomena koreika shakai dalam kehidupan di Jepang, merupakan suatu topik yang menarik ketika kita sedang membicarakan tentang Jepang. Koreika
Shakai adalah peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut pada Negara Jepang. Lebih tepatnya adalah pertumbuhan dengan peningkatan yang sangat tajam
pertahunnya dari penduduk yang berusia 65 tahun keatas yang mana sebagaian dari mereka masih aktif bekerja dan menjadi tanggungan dari negara. Fenomena
masyarakat lansia, terutama yang berkenaan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia, bahkan sampai sekarang pun terus berkembang dalam kehidupan
masyarakat jepang. Berdasarkan hal tersebut di atas, permasalahan penelitian ini mencoba
menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Faktor apa saja yang menimbulkan tingginya koreika shakai pada masyarakat
Jepang 2. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh fenomena koreika shakai terhadap
kehidupan sosial masyarakat Jepang ?
8
1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas sebelumnya, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan.
Hal ini dilakukan agar masalah tidak menjadi terlalu luas sehingga penulis dapat lebih terfokus dan terarah dalam pembahasan terhadap masalah.
Orang jepang terkenal dengan usianya yang panjang. Rata-rata pria di jepang dapat mencapai umur 78.9 tahun, sedangkan wanitanya mencapai 85.7
sumber : daftar menurut CIA World Factbook . Itu hanya angka rata-rata. Kenyataannya, orang-orang tua di jepang yang usainya mencapai 90 tahun masih
bisa beraktivitas dengan baik dan melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain. Bagi orang jepang, usia 60 tahun sampai 70 tahun masih dikategorikan “muda”,
hal ini lah yang menjadi fenomena di jepang atau yang di sebut sebagai koreika shakai, dimana para lansia masih memiliki tingkat produktivitas yang tinggi
sehingga dapat menyulitkan kaum muda untuk berkembang. Penulis akan mencoba membahas masalah koreika shakai di jepang dan dampak yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan sosial masyarakat Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini, penulis juga akan membahas tentang kehidupan kaum lansia,
latar belakang terjadinya koreika shakai serta gejala-gejala dan penyebab terjadinya koreika shakai di Jepang.
9
1.4.1 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Menjadi tua bagi setiap manusia adalah suatu fase kehidupan yang tidak bisa dihindari dan tidak terjadi secara drastis. Menua merupakan gejala universal
yang terjadi pada setiap orang. Pada fase ini, kekuatan fisik dan psikis menurun, sehingga perlindungan dan perawatan dari pihak lain dibutuhkan untuk membantu
menjalankan aktifitas sehari-hari. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran dan kelemahan seseorang baik terhadap dirinya, maupun saat berhubungan
dengan orang lain. Penuaan datang pada setiap orang dengan kecepatan yang berbeda.
Naganuma 2006 mengatakan bahwa seseorang dikatakan menua saat ia merasa dirinya menjadi tua hlm. 25. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa istilah tua atau
lanjut usia lansia merupakan batasan yang ambigu. Menurutnya, untuk mengungkapkan usia lanjut “kita mengatakan tua dengan istilah oita untuk diri
sendiri, dan mengatakan ia telah menjadi tua dengan istilah roujin atau rougo bila ditujukan pada orang lain. Istilah rounen, chuukounen dan koureisha lebih formal
dan kuno dibanding istilah otoshiyori, shirubaa shinia dan erudaa yang memberikan kesan kedekatan hubungan pada penggunanya”.
Istilah koureisha yang bermakna usia lanjut secara resmi digunakan oleh pemerintah pada tahun 1996 dalam keputusan “Kourei Shakai Seisaku Taikou”
Pokok Kebijakan Masyarakat Lansia sebagai pengganti istilah chouju ‘berumur panjang’ dalam Chouju Shakai Seisaku Taiko Pokok Kebijakan Masyarakat
Berumur Panjang yang ditetapkan pada tahun 1986. Dalam perkembangan
10
selanjutnya, istilah koreika shakai ‘masyarakat lansia’ lebih sering digunakan untuk orang-orang yang berumur panjang dengan nuansa yang lebih kompleks.
Kekompleksan makna tersebut meliputi perawatan dan perlindungan untuk mereka serta kekhawatiran akan beratnya beban yang harus ditanggung dalam
menjalankan penjagaan dan perlindungan terhadap penduduk lansia di atas 65 tahun yang harus dipikul oleh masyarakat di sekitarnya.
Beberapa ahli demografi membagi usia lanjut ke dalam dua golongan, yaitu golongan usia lanjut pertama yang terdiri atas usia 65-74 tahun, dan usia lanjut
kedua terdiri atas usia 75 tahun ke atas. Dalam beberapa buku laporan tahunan tentang lansia Kourei Shakai Hakusho 2004-2006 yang diterbitkan pemerintah
Jepang, usia penduduk lansia dibedakan ke dalam 3 kelompok. Kelompok tersebut adalah lansia berusia 65-74 tahun, usia 75-84 tahun dan usia 85 tahun ke
atas. Dari kedua pengelompokkan tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk lanjut usia merujuk pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun. Berbagai
perbaikan kehidupan di segala bidang, perubahan pola kehidupan, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu kedokteran, memberi
sumbangan yang besar dalam memperpanjang usia rata-rata hidup manusia dan meningkatkan kualitas hidupnya baik secara fisik maupun psikis. Orang yang
hidup pada abad 21 hidup lebih lama dibanding dengan orang yang hidup pada abad-abad sebelumnya. Oleh karena itu, penduduk yang berusia di atas 65 tahun
berkembang dengan pesat dalam setiap tahunnya.Hal ini ini lah yang menjadi fenomena di jepang yang mana dapat membuat tingkat produktifitas kaum muda
tidak berkembang karena ada nya kaum lansia yang masih produktif.
11
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat 1976:1 berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak ke dalam
bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari
penelitian ini. Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan fenomenologi dan juga teori pendekatan sosiologi untuk meneliti tentang koreika
shakai Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia
menkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain
kuswarno, 2009 : 2. Penulis menggunakan teori ini untuk melihat bagaimana sejarah berkembangnya koreika shakai di jepang.
Penulis juga menggunakan pendekatan penelitian sosiologis, karena dalam pendekatan ini mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial,
konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial dan sebagainya dudung Abdurrahman, 1999:11. Menurut Weber dalam Dudung
Abdurrahman 1999:11 tujuan penelitian ini adalah memahami arti subjektif dan perilaku sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya. Penulis
menggunakan pendekatan ini adalah untuk mengetahui latar belakang, kehidupan serta dampak koreika shakai di jepang.
12
1.5 TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini, sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembahasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya koreika shakai.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh fenomena koreika
shakai. terhadap kehidupan sosial masyarakat Jepang.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, hasilnya diharapkan memberi manfaat bagi pihak-pihak tertentu, antara lain :
1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Koreika shakai. 2.
Bagi para pembaca, khususnya para pembelajar bahasa Jepang diharapkan dapat menambah informasi tentang fenomena kaum lansia
di jepang di Jepang yaitu Koreika shakai. 3.
Bagi para pembaca, penelitian ini juga dapat dijadikan sumber ide dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
Koreika shakailebih jauh.
13
1.6 METODE PENELITIAN
Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam melakukan penelitian, sangant diperlukan metode-metode untuk menunjang
keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca. Untuk itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif.
Menurut Koentjaraningrat 1976:30, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian
diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada. Selain itu untuk pengumpulan data penulisan menggunakan metode
penelitian kepustakaan Library research. Menurut Nasution 1996 : 14, metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca
referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan
skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti
meliputi : masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran. Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survey book
dilakukan diberbagai perpustakaan. Data juga didapat melalui Internet yang berhubungan mengenai pola hidup yang diterapkan orang Jepang, kebudayaan
yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari, serta semua yang berkaitan dengan umur ditinjau dari pola hidup yang ada di Jepang.
14
Selanjutnya, penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Program Studi
Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai informasi dari situs-situs internet yang
membahas tentang masalah Koreika shakai untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini.
15
BAB II FENOMENA KOREIKA SHAKAI
2.1 Pengertian Koreika Shakai