Teori Representasi Media Chris Barker

20

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Teori Representasi Media Chris Barker

Representasi merupakan kajian utama dalam studi budaya Cultural studies. Representasi sendiri dimaknai sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan dan direpresentasikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita didalam pemaknaan tertentu. Unsur utama studi budaya dapat dipahami sebagai praktik pemaknaan representasi yang menghendaki penyelidikan tentang cara yang dihasilkannya makna pada beragam konteks. Representasi melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan program televisi. 1 Representasi itu terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru untuk diproduksi dalam dunia, berbagai macam subyektivitas untuk dieksplor, dan dimensi baru makna yang tidak pernah menutup sistem kekuasaan yang sedang beroperasi. Representasi juga merupakan tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Representasi adalah proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologi dan abstrak mendapat bentuk abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melihat sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Representasi berasal 1 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, New Delhi:Sage,2004, h. 8. 21 dari kata dasar dalam bahasa inggris represent yang bermakna stand for, artinya atau juga act as a delegate for yang berarti bertindak sebagai pelambang atas sesuatu. Representasi juga dapat diartikan sebagai proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda. Dalam pembicaraan kita representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media terutama media massa terhadap segala aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. 2 Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Konsep representasi sendiri dilihat sebagai sebuah produk dari proses representasi tidak hanya melibatkan bagaiman identitas budaya disajikan atau atau lebih tepatnya dikonstruksikan didalam sebuah teks tapi juga dikonstruksikan didalam proses produksi dan resepsi oleh masyarakat yang mengkomsusmsi nilai-nilai budaya yang direpresentasikan tadi. Seperti yang dikatakan Chris Barker sebagai berikut: “Citra, bunyi, objek, dan aktivitas pada dasarnya merupakan sistem tanda yang memaknai dengan sistem yang sama dengan bahasa, sehingga kita dapat menunjukannya sebagai teks budaya. Makna diproduksi dalam interaksi antara teks dan pembacanya, sehingga momen konsumsi juga merupakan momen produksi yang penuh makna. 3 ” Representasi mengacu pada sebuah proses konstruksi didalam tiap medium khususnya dalam media massa aspek-aspek realitas seperti orang, tempat, obyek-obyek tertentu, kejadian-kejadian, identitas kultural, dan konsep abstrak lainnya. Representasi dapat hadir dalam sebuah audio-visual. 2 Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, bandung:kencana,2008, 34. 3 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, New Delhi:Sage,2004, h. 11. 22 Inti kajian representasi memfokuskan kepada isu-isu mengenai bagaimana cara representasi itu dibentuk sehingga menjadi sesuatu yang keliatan alami. Jika sampai pada tahap ini, maka representasi itu dikatakan berhasil dibangun dan dipercayai masyarakat sebagai sebuah normalitas alami yang tidak perlu dipertanyakan kembali karena sudah dianggap sebuah kewajaran. Dalam sebuah representasi terdapat sebuah sistem yang disebut sistem representasi, yang artinya pembangunan sebuah konsep representasi selalu identik dengan nilai-nilai ideologis yang melatar belakanginya, bagaimana ideology-ideologi itu dibentuk dalam sebuah kerangka seperti sistem posisi dalam representasi tentang gender.

B. Semiotika