Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar sebagai Media Massa

Surat kabar menurut Sutisna 2003 : 289 merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau luas dan massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya. Munculnya media surat kabar dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Kata Massa dalam kaitannya dengan Media Massa mempunyai makna : Banyak orang dalam jumlah relatif besar. Heterogen, berada tidak dalam satu tempat. Anonim, tidak saling mengenal, tidak terlembagakan, dan perhatiannya terikat pada satu pesan, yaitu Pesan dari Medium yang sama, memberikan arus balik secara tunda.

2.1.2 Pengertian Berita

Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott News Survey Journalism, menyatakan bahwa : 15 “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca” Sedangkan menurut Mitcel. V. Charnley, menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas” Muda, 2003 : 22 Dja’far H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik sebagai berikut : “Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan terpilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan” Assegaff, 1982 : 24 Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini actual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. Muda, 2003 : 22. Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut Muda, 2003 : 29-39 1. Timeliness Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pembaca atau pemirsa. 2. Proximity Proximity artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan terkait yang lainnya. 3. Prominence Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula. 4. Consequence Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik. 5. Conflict Conflict konflik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan. 6. Development Development pembangunan merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. 7. Weather Weather cuaca di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu. 8. Sport Berita olah raga sudah lama daya tariknya. 9. Human Interest Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.

2.1.3 Jenis Berita

Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news berita berat, soft news berita ringan, dan investigative report laporan penyelidikan. Ketiga kategori tersebut akan dapat mewadahi apa yang telah diuraikan diatas tentang cara memilih materi berita. Penbedaan terhadap tiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara penggalian data. Muda, 2005 : 40-42. 1. Hard News Hard News adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan. Reporter yang pandai bahkan seringkali menginformasikan berita tersebut lebih awal sebelum kebijakan tersebut diturunkan. Tentu dengan mengetengahkan sumber-sumber yang dapat meyakinkan pemirsa. Misalnya tentang adanya isu pergantian pejabat atau adanya kenaikan harga. Hard news juga termasuk kejadian international, keadaan masyarakat, masalah ekonomi, kriminal, kerusakan lingkungan, maupun berita tentang berita ilmu pengetahuan. 2. Soft News Soft News sering juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pembacanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitik beratkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pembaca. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga menimbulkan simpati. Obyeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat, atau apa saja yang dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggigit majikannya, atau masyarakat kecil mendapatkan lotere milyaran rupiah. Bagi surat kabar, berita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan diantara berita-berita berat yang diberitakan pada awal sajian. Secara psikologis, pembaca yang mendapatkan sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa tegang terus karena itu perlu interval. Iklan di dalam berita juga sesungguhnya juga punya fungsi yang sama selain fungsi promosi produk. 3. Investigative Report Investigative Report disebut juga laporan penyelidikan, investigasi adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya. Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya pun tidak mudah. Seseorang reporter untuk dapat melakukan tugas ini harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam mendapatkan jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka. Berita penyelidikan untuk media televisi akan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan berita yang sama untuk media cetak. Televisi membutuhkan gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun teknologi elektronika kini memungkinkan untuk dapat mengaburkan wajah orang yang akan diwawancarai agar dapat terhindar dari kemungkinan bahaya atas apa yang ia sampaikan dalam wawancara televisi.

2.1.4 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa

Khalayak surat kabar sangat heterogen, karena semuanya hendak dijangkau, kecuali anak-anak. Sekitar 98 pembaca surat kabar selalu membaca berita di halaman pertama, namun hanya 58 persen yang juga membaca artikel-artikel lainnya. Namun topik berita biasanya lebih penting daripada nomor halaman, karena yang dicari tiap pembaca juga berlainan. Usia, pendidikan, jenis kelamin, dan status sosio-ekonomi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang hendak dibaca, demikian hasil penellitian Wilbur Schramm dan David Manning. Secara umum, pembaca muda menyukai artikel-artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah-masalah umum. Pembaca dewasa lebih banyak membaca berita ketimbang pembaca muda yang lebih tertarik dengan gambar-gambar atau fotonya saja. Mereka yang berpendidikan cenderung mencari informasi, sedangkan yang kurang berpendidikan lebih suka dengan artikel-artikel hiburan. Jumlah surat kabar yang dibaca juga berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Pembaca pria biasanya lebih serius menyimak berita ketimbang pembaca wanita. Mereka yang status sosio-ekonominya lebih tinggi cenderung lebih banyak membaca berita, artikel olahraga, dan masalah-masalah sosial. Meskipun demikian, mereka sama senangnya menyimak gambar dan foto seperti kalangan yang statusnya lebih rendah.

2.1.5 Opini

Istilah opinion yang kita terjemahkan menjadi opini diartikan Cutlip dan Center sebagai pengungkapan suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan. Effendy, 2003 : 86. Opini adalah penjelmaan dari pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal atau kejadian yang telah diterima sebagai pikiran umum. Opini itu bersifat relatif artinya bisa benar dan dapat juga tidak benar sama sekali, akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran. Oleh karena itu orang menyebut dengan berbagai istilah antara lain pendapat umum atau anggapan umum. Opini juga berarti persatuan pendapat yang harus didukung oleh sejumlah orang dengan menyatakan persetujuan atau tidak terhadap gagasan suatu kejadian yang bersifat rasional. Sebagian besar opini publik masih kelihatan dalam bentuk perasaan emosional dan mudah berubah dari sangat setuju menjadi sangat tidak setuju. Sunarjo, 1997 : 31, 35, 86. Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul dengan interpretasi sosial dan menimbulkan perasaan, pikiran, dan minatnya kepada sesuatu yang terjadi. Untuk mengetahui opini individu terhadap objek, dapat dilihat dari unsur pembentuk opininya. Setiap opini membentuk 3 unsur, yaitu : 1. Kepercayaan berkaitan dengan unsur kognitif Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak, berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan, informasi terbaru, dan persepsi yang berkesinambungan di sekitar. 2. Nilai Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta, kebencian, hasrat, dan ketakutan tentang bagaimana orang lain menilai sesuatu dan apakah intensitas penilaiannya lemah atau kuat. 3. Pengharapan Mengandung citra seseorang mengenai bagaimana keadaannya setelah tindakan dilakukan. Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan saat ini, dan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang jika melakukan suatu tindakan tertentu. William dan Clive, 1994 : 14. Secara sederhana, opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan sikap individu terhadap suatu rangsangan yang diberikan, kemudian timbul respon dan setelah itu mengalami sebuah proses yang disebut opini. Untuk itu sebuah opini perlu dikaji, dipahami, dan dipergunakan dengan baik karena memiliki kekuatan tersendiri. Opini juga merupakan masukan bagi lembaga media dan dapat dijadikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya. Opini sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun secara operasional opini memiliki arah, yaitu : 1. Positif, jika individu memberikan penilaian setuju. 2. Netral, jika individu tak memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju. 3. Negatif, jika individu memberikan penilaian tidak setuju. Effendy, 1993 : 85. Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa opini ialah suatu ekspresi tentang sikap atau kecenderungan seseorang untuk memberikan penilaian positif atau negatif terhadap permasalahan tertentu dan kemudian bisa menimbulkan efek yang berkesinambungan bagi khalayak.

2.1.6 Berita Berlakunya Perda Antirokok di Jawa Pos

Jawa pos selain sebagai salah satu surat kabar yang menyajikan berita tentang dimulainya pemberlakuan perda antirokok di Surabaya, juga mengupas fakta dan realitas yang bertolak yang ada dibalik proses pemberlakuan perda yang mulai dijalankan 22 Oktober 2009 lalu. Dalam pemberitaan disebutkan, dinkes memperkirakan kesiapan masyarakat metropolis dalam mengimplementasikan perda tersebut masih 70 persen. Tapi, bisa jadi kurang dari perkiraan itu. Menurut Esty, angka 70 persen itu terkait dengan penyediaan smoking room di kawasan terbatas merokok. Selama setahun sejak perda antirokok disahkan, dinkes menyatakan sudah melakukan sosialisasi secara optimal. Pengenalan kepada masyarakat itu dilakukan melalui bantuan LSM yang concern pada masalah kesehatan. Kenyataannya, penyediaan infrastruktur ruangan khusus merokok, baik di instansi pemerintah maupun swasta, hingga kini masih minim. Plt Kepala Satpol PP Arief Boediarto mengatakan akan bersosialisasi terlebih dahulu dalam menindak pelanggar perda antirokok. Arief menjelaskan, berdasar koordinasi dengan dinas kesehatan dinkes selama enam bulan pertama, pemkot cuma menegur mereka yang merokok di tempat yang dilarang. Enam bulan setelah sosialisasi, Arief berjanji memperketat penegakan perda. Sanksi administratif dan pidana mulai diberlakukan. Seperti termuat dalam perda, pelanggar dapat dikenai denda maksimal 50 juta rupiah atau pidana kurungan maksimal tiga bulan. Arief berharap pengawasan secara bertahap, mulai teguran sampai sanksi, bisa memberikan efek jera bagi pelanggar perda antirokok. Sehingga, masyarakat tidak perlu diawasi untuk tidak merokok di sembarang tempat. Dan pada intinya, mereka ingin melindungi perokok pasif dan menekan perokok pemula. Jawa Pos Edisi 22 Oktober 2009.

2.1.7 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Teori masuk ke dalam salah satu teori komunikasi sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, dan konasi. Effendy, 1993 : 253. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses komunikasi. McQuail, 1991 : 234. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah : 1. Pesan stimulusmessage. Merupakan rangsangan yang disampaikan komunikator kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambing. 2. Komunikan organism. 3. Efek response. Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses komunikasi. Efek dari perubahan sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif. Effendy, 1993 : 254. Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting, yaitu : 1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut : RESPONSE ORGANISM :  PERHATIAN  PENGERTIAN  PENERIMAAN STIMULUS Gambar 2.1 Teori S-O-R Gambar di atas menunjukkan hubungan teori ini dengan penelitian, dimana rangsangan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa berita yang disajikan dengan tema perda antirokok mulai berlaku di Surabaya, kemudian mendapat perhatian, pengertian, dan penerimaan dari masyarakat yaitu masyarakat Surabaya. Setelah itu timbul respon dari masyarakat berupa opini.

2.2 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KONFLIK KEBUN BINATANG SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Konflik Pengelolahan dan Kepemilikan Lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) di Harian Jawa Pos).

3 5 129

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos).

0 0 99

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman).

0 1 134

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos).

4 20 83

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos).

1 2 96

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

0 0 20

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos)

0 0 15

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos)

0 0 24

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KONFLIK KEBUN BINATANG SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Konflik Pengelolahan dan Kepemilikan Lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) di Harian Jawa Pos)

1 1 16