OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos).

(1)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP

PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS

TUGU PAHLAWAN

(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

Oleh :

RANI YANUARIA POERNOMO 0643010109

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan

Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos) Oleh :

RANI YANUARIA POERNOMO NPM : 0643010109

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14-Juni-2011

Menyetujui,

Pembimbing Tim Penguji:

1. Ketua

Juwito, S.Sos, MSi Juwito, S.Sos, MSi NPT. 347049500361 NPT. 347049500361

2. Sekretaris

            Drs.Sumardjijati, M.Si

NIP. 196203231993092001 3. Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 196412251993092001

Mengetahui, Dekan


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu dan kurangnya pengalaman Penulis dalam penyusunan skripsi. Meskipun demikian, dalam penyusunan skripsi ini Penulis telah mendapatkan bimbingan Bapak Juwito, S.Sos, Msi. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Om Totot, yang selalu membantu penulis dalam membimbing, menyelesaikan


(4)

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa-nya selama ini.

6. Untuk semua pihak yang mendukung baik semangat maupun doa-nya yang Peneliti tidak dapat sebutkan satu per satu.

Demikian atas segala bantuan, baik moril maupun materiil yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa ini semua masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun.

Surabaya, Desember 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR BAGAN... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 9

2.1.1. Media Komunikasi Massa... 9

2.1.2. Surat Kabar ... 11

2.1.2.1. Ciri-ciri Surat Kabar... 12

2.1.3. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa... 12

2.1.4 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial... 13

2.1.5 Berita……… 14

2.1.5.1. Jenis-jenis Berita ... 17

2.2 Pengertian Masyarakat ... 16

2.3 Opini ... 18

2.4 Teori S – O - R ... 22


(6)

BAB III . METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional ... 30

3.2 Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan 32 3.3 Jenis Penelitian... 33

3.4 Pengukuran Variabel... 33

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 36

3.5.1 Populasi ... 37

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.7 Metode Analisis Data... 39

3.8 Teknik Analisis Data……… 40

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Surat Kabar ... 41

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar Di Surabaya... 41

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 44

4.1.2.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 44

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos ... 45

4.1.2.3 Sebaran dan Profil Jawa Pos ... 47

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 47

4.2.1 Identitas Responden ... 47

4.2.2 Pertanyaan Tentang Media... 52

4.2.2.1 Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu ... 52

4.2.2.2 Frekuensi Membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos ... 53


(7)

4.2.3 Opini ... 53 4.3 Arah opini Masyarakat Surabaya (positif, netral, negatif)

tentang Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

Di Jawa Pos ... 63

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... ………. 48

2. Tabel 2 Jenis Kelamin... ………. 49

3. Tabel 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan... ………. 50

4. Tabel 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ... ………. 51

5. Tabel 5 Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu…. 52 6. Tabel 6 Frekuensi Membaca Berita Tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos ... 53

7. Tabel 7 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan ... ………. 54

8. Tabel 8 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah... 55

9. Tabel 9 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan ... 57

10. Tabel 10 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan merupakan solusi untuk membuka pagar teralis yang disebelah barat, timur dan selatan……….. ... ... 58


(9)

11. Tabel 11 Opini Responden Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan menjadi terekspos di Masyarakat... 59 12. Tabel 12 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok

Pembatas Tugu Pahlawan akan membuat banyak ruang terbuka hijau (taman) di Surabaya... 61 13. Tabel 13 Opini Responden terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok

Pembatas Tugu Pahlawan membuat Masyarakat tahu tentang fungsi tembok pembatas tersebut... 62 14. Tabel 14 Arah Opini Masyarakat Surabaya (positif, netral, negatif) tentang

Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di


(10)

DAFTAR BAGAN

Halaman 1. Gambar 2.1. Bagan Teori S-O-R ... 27 2. Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Masyarakat Terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Quesioner 2. Lampiran 2 : Kliping Berita


(12)

ABSTRAKSI

Rani Yanuaria Poernomo, OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R. Dimana Stimulus disini adalah berupa Pesan, yaitu pesan tentang pemberitaan terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Organism adalah Komunikan dimana masyarakat Surabaya sebagai komunikan nya. Respon adalah Efek, dimana merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan Opini, yaitu Opini Positif, Netral dan Negatif.

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif Kuantitatif. Dengan menggunakan Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive (Purposive Sampling) dikarenakan Surabaya dipilih menjadi lokasi penelitian karena Surabaya bersifat heterogen, baik penduduk asli maupun pendatang yang tinggal di Surabaya. Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peniliti yang akan dijadikan sampel.

Data yang dianalisis adalah hasil jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden yang terpilih. Dengan pertanyaan seputar opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden bersikap netral terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan Opini netral tersebut menyatakan bahwa bila tembok pembatas tersebut dibongkar dengan alasan karena terkesan tertutup, tidak apa-apa. Bila tidak dibongkar juga tidak apa-apa, dikarenakan dari pada mengeluarkan dana untuk biaya pembongkaran, lebih baik digunakan untuk melestarikan lingkungan di dalam halaman monument itu sendiri.

Kata Kunci : Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan masyarakat adalah kebutuhan akan informasi. Pada umumnya masyarakat selalu mencari informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui. Manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya ataupun di tempat lain, melalui informasi yang diperolehnya. Selain itu dengan informasi manusia dapat memperluas pengetahuannya sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat.

Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam masyarakat modern. Menurut Mc Quail dalam Winarso, bahwa peran media massa sebagai Window on event dan experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak “melihat” apa yang terjadi diluar sana. Selain itu, media massa sebagai “filter” atau “gatekeeper” yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media massa senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content lain berdasarkan standar para pengelolanya. Khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui. Dan mendapat perhatian. (Winarso, 2005 : 54).

Media massa memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar, sebagaimana


(14)

diungkapkan oleh Djuroto (2002:11) bahwa : “Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur dan bisa terbit setiap hari atau seminggu sekali.”

Situasi yang begitu kompetitif dalam perkembangan media massa membuat media cetak dan elektronik berupaya untuk menarik perhatian. Pada media cetak seperti surat kabar, informasi yang disampaikan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Kelebihan pertama yaitu informasi yang disampaikan surat kabar hasil liputan terbaru. Hal ini dimungkinkan karena surat kabar terbit setiap hari (harian), berbeda dengan majalah atau tabloid yang terbit setiap minggu atau setiap bulan. Sehingga dengan demikian perkembangan berita dapat segera diperoleh. Kedua, berita dapat disampaikan secara detail tanpa kehilangan pembaca. Informasi disajikan dalam bentuk tulisan yang sangat mudah dipahami sehingga berita atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti. Ketiga, harga surat kabar relatif lebih murah dibandingkan media massa lainnya sehingga bisa dibaca oleh berbagai lapisan ekonomi masyarakat. (Siregar, 1999 : 52).

Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Beberapa kelebihan lainnya dari surat kabar diantaranya, yaitu bisa disimpan lebih lama atau dapat diulang dan jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk bisa memahami isi dan pesan.


(15)

Dengan kelebihan surat kabar tersebut, maka surat kabar dianggap lebih efektif dalam menyampaikan berbagai informasi. Informasi yang disajikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keingintahuan pembaca yang semakin tinggi. Surat kabar diharuskan memberikan informasi yang benar dan aktual untuk masyarakat, yang nantinya dapat dijadikan masukan utnuk mengetahui peristiwa yang terjadi dan digunakan untuk kepentingan masyarakat tentang segala hal dan realitas sosial yang terjadi di lingkungan

Surat kabar berbeda dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyampaian informasi ke masyarakat. Informasi lewat media elektronik seperti radio dan televisi lebih bisa menyiarkan informasi dalam waktu beberapa menit setelah informasi tersebut ditemukan, dan surat kabar harus menuggu beberapa jam disampaikan kepada masyarakat. Namun surat kabar mempunyai metode sendiri untuk menarik perhatian masyarakat dengan versi cerita yang lebih mendalam, surat kabar berani untuk tampil berbeda dengan berita yang ekslusif yang sulit dikalahkan media elektronik.

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media khususnya surat kabar (Sumandiria, 2005 : 86).


(16)

Berita yang disajikan media merupakan refleksi dari realitas. Ada fakta “riil” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Berita harus bersifat obyektif, dengan menyingkirkan opini serta pandangan subyektif dari pembuat berita. Media disini murni dilihat sebagai sarana yang netral di dalam menginformasikan sebuah peristiwa. Apabila ada berita yang menyebutkan kelompok-kelompok tertentu atau menggambarkan realitas dengan citra tertentu, maka gambaran itu merupakan hasil dari sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk mengemukakan pendapatnya. (Eriyanto, 2005 : 22).

Berita-berita di media massa cetak cenderung memiliki kemampuan untuk mengulang pesan bagi khalayak lebih tinggi dibandingkan dengan media elektronik (The Medium’s Revier Ability Of The Messages). Selain itu media cetak juga memiliki kemampuan untuk “keep-mobile” (The medium’s portability), yaitu media tersebut bisa dibawa kemana-mana sehingga memiliki porability yang lebih tinggi.

Surat kabar Jawa Pos adalah media atau sarana penyampaian informasi yang menyajikan berita-berita umum. Berita-berita umum itu meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa-peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dna Indonesia Timur, juga menyajikan berita-berita internasional. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi keinginan masyarakat akan informasi yang dibutuhkan, disamping keinginan Jawa Pos unutk memberikan kepuasan informasi kepada pembaca. Sehingga tidak mengherankan apabila kita melihat


(17)

halaman Jawa Pos dipenuhi satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai sudut pandang.

Dari beragam berita yang disajikan oleh surat kabar Jawa Pos, salah satunya berita pembongkaran tembok pembatas yang sering dimuat. Hingga saat ini pula berita tersebut masih menjadi pro dan kontra. Banyak tokoh dan pemerintah kota yang setuju dengan pembongkaran tersebut dengan harapan agar Tugu Pahlawan dapat menjadi kawasan yang lebih hidup, tidak menghambat kebebasan masyarakat untuk berkunjung kesana, serta menjadikan Tugu Pahlawan icon yang sebenarnya dari Surabaya (seperti hal nya Monas icon dari Jakarta). Salah satu pihak yang bersuara keras terhadap pembongkaran tembok pembatas itu adalah Prof John Silas, Pakar Tata Kota ITS. Dia menganggap tembok tersebut seolah menjadi jurang pemisah. Ada juga pendapat yang lain dari Ir. Sugeng Gunadi MLA, Mantan Ketua Tim Perancang tembok dan bangunan pendukung di Tugu Pahlawan, “Tembok itu tidak asal dibangun, ada filosofi dan fungsi saat dibangun. Kalau dibongkar begitu saja bisa timbul ketimpangan terhadap bangunan yang ada.” Menurut beliau, buka terlebih dahulu pagar teralis yang ada di pintu barat, timur, dan selatan. Itu yang menjadikan pemisah, bukan temboknya. Kalau itu dibiarkan terbuka, beliau yakin akan banyak pengunjung. Kalau masih sepi bisa dibicarakan opsi pembongkaran tembok tersebut. Fungsi utama dari tembok pembatas itu adalah sebagai pengaman atau pelindung untuk monumen itu sendiri dan efektifnya untuk meredam suara yang ditimbulkan dari luar areal monumen. Diketahui bahwa lokasi disekitar Tugu Pahlawan sangat ramai oleh lalu lintas, dan banyak PKL (pedagang kaki lima) yang berjualan


(18)

disekitar areal monumen. Tembok ini sendiri dibangun pada tahun 1991, atas ide dari Ir. Sugeng Gunadi MLA dan diresmikan pada tahun 1998. Dan salah satu kelebihan dari monumen Tugu Pahlawan ini adalah banyak tanaman langka yang berada di dalamnya, areal yang ada di taman Tugu pahlawan berbeda dengan taman-taman kota lainnya. Untuk itu diharapkan generasi muda dan masyarakat tidak hanya berkepentingan untuk berkunjung sekedar menikmati saja, tetapi dapat juga mengetahui sejarah Tugu Pahlawan dan mengerti tentang arti dari perjuangan itu sendiri. Disini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana opini masyarakat Surabaya tentang pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Opini atau pendapat pada dasarnya merupakan hasil dari sikap individu, yaitu suatu pernyataan sikap dalam bentuk kata-kata. (Blake & Harodsen, 2005 : 81). Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal dari opini-opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan kelompok itu. Pengaruh yang dimaksud tersebut bisa berasal dari luar (media massa, opinion leader) maupun dari dalam individu tersebut (stereotipe, persepsi).

Dalam penelitian ini dipilihnya surat kabar Jawa Pos karena surat kabar tersebut merupakan surat kabar harian di Jawa Timur yang memiliki jangkauan yang luas dan sudah dikenal oleh masyarakat Surabaya. Dan dipilihnya masyarakat Surabaya sebagai subyek penelitian ini, dikarenakan banyaknya masyarakat dan tokoh Surabaya yang menyoroti berita tersebut dan setuju


(19)

mengenai pembongkaran tembok pembatas. Seperti Bambang Sulistomo putra dari Bung Tomo, beliau menilai bahwa tembok yang mengelilingi tugu bersejarah tersebut bisa mengurangi makna heroisme arek-arek Suroboyo dalam pertempuran melawan tentara Inggris dan Sekutu. Walikota Surabaya Tri Rismaharini secara pribadi juga berpendapat “Memang (kompleks Tugu Pahlawan) sebaiknya terbuka”. Tapi Suhardi, Ketua Bidang Informasi & Komunikasi DHD (Dewan Harian Daerah) 45 Jatim juga berpendapat, kalau memang tembok pembatas tersebut harus dibongkar Hardy tidak keberatan, Tapi pembongkaran tidak bisa dilakukan begitu saja. Mana yang harus dibongkar dan mana yang dipertahankan harus jelas. Sedangkan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas karena dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap dan pandangan yang lebih realitas terhadap lingkungan. (Mappiare, 2004 : 9). Selain itu mampu memberikan alasan yang bisa dijadikan data peneliti. Tercatat masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun keatas sebesar 1.905.619 (Sumber : BPS Surabaya, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mengangkat permasalahan masyarakat tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos”.


(20)

8

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi. Khususnya pada bidang pemberitaan (news), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahkan referensi penelitian komunikasi selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Memberikan bahan masukan bagi pihak yang berkaitan yaitu Pemkot Surabaya, maupun masyarakat sekitar yang berkaitan dengan berita Tugu Pahlawan.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Media Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2003:79), komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertujukan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi gagasan dan sikap kepada komunikasi yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantar komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamenta adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah


(22)

kontak pribadi dengan yang diulangi ribuan kali secara serentak (Effendy, 2003:80).

Seseorang yang menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83):

a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah

komunikan yang besar dalam komunikasi massa denga keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserempakkan artinya keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersbut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komumikator-komunikan bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komuniaktor. Sifat non pribadi ini timbul disebabkan karena teknologi dari penyebaran masal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum.


(23)

2.1.2 Surat Kabar

Menurut Junaedhi (1992:257), surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala : bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum.

Menurut Effendy, (2003:149), idealisme yang melekat pada pers dijabarkan oleh pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan control sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta posotif dari masyarakat itu sendiri.

Sementara (Sumadiria, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.


(24)

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana yang menyenangkan sekalugus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Media, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

2.1.2.1. Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya, kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media cetak adalah dalam pengertian sempit, yakni ada tiga yang dapat juga dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar. Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, mengatakan tiga ciri surat kabar, yaitu :

1. Publisitas

Bahwa surat kabar diperuntuan untuk umum, karena berita, tajuk, rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. 2. Universalitas

Bahwa surat kabar harus memuat aneka berita dari kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.


(25)

3. Aktualitas

Kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan. (1994:154)

2.1.3 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran (media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang diberi kode oleh sumber (encode), disalurkan melalui sebuah saluran dan diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan penerima (Winarso, 2005:18-20).

Jadi pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya samap seperti bentuk-bentuk komunikasi yang laen, yaitu memiliki unsur-unsur komunikasi seperti sumber pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan balik dan konteks. Namun, beberpa hal yang membedakannya terutama adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara professional menggunakan media massa didalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.


(26)

Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampaian pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan missal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan sebanyak-banyaknya oleh pemirsa. Oleh karena itu kehadiran surat kabar telah menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

2.1.4 Surat Kabar sebagai Kontrol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang dirancanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian


(27)

kelompok. (Susanto, 2000:115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri. 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(Susanto, 2000:116)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 2005:149).

2.1.5 Berita

Berita adalah sebuah laporan yang berisi opini yang sangat penting dan berkaitan mengenai suatu fakta yang mengandung minat bagi sejumlah penduduk (Effendy, 1993:67).

Ciri hakiki berita adalah sebagai laporan dibandingkan dengan laporan lainnya adalah bahwa berita merupakan laporan yang sangat cepat mengenai kepentingan umum.

Menurut Frank Luther Mott dalam bukunya “New Survey Jurnalism” dinyatakan bahwa ada 8 konsep berita yaitu :


(28)

1. Berita sebagai laporan tercepat

Konsep berita ini menitik beratkan pada segi baru terjadinya berita sebagai faktor terpenting dari sebuah berita. Akan tetapi dengan adanya radio dan televisi yang menayangkan dan menyiarkan berita. Sehingga faktor ini menjadi relatif.

2. Berita sebagai rekaman

Berita yang tercetak pada surat kabar merupakan bahan dokumentasi sehingga sering menjadi catatan sejarah yang sangat berharga.

3. Berita sebagai fakta obyektif

Sebuah berita harus faktual dan obyektif, tetapi nilai obyektif untuk suatu fakta sangat menmbingungkan karena tidaklah mungkin obyektivitas bisa menjadi mutlak.

4. Berita sebagai interpretasi

Dalam penyajian berita diperlukan kepandaian dan kejujuran sehingga timbul lah faktor prasangka terhadap suatu soal atau seseorang.

5. Berita sebagai sensasi

Disini terdapat unsur subyektif yakni bahwa suatu yang mengejutkan dan yang menggetarkan atau mengharukan bagi pembaca yang satu dengan yang lain.


(29)

6. Berita sebagai minat insani

Menariknya suatu berita karena pentingnya peristiwa yang terjadi tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani sehingga menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin dan sebagainya.

7. Berita sebagai ramalan

Pada umumnya yang diharapkan pada berita adalah kejadian pada saat ini dan ramalan yang masuk akal mengenai masa depan, sehingga banyak berita yang menampilkan kejadian yang telah terjadi berikut dengan analisisnya mengenai dampak berikutnya dari kejadian ini.

8. Berita sebagai ramalan

Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar jumlahnya semakin banyak. Ilustrasi pada halaman surat kabar sifatnya semata-mata hibutan yang mengandung berita, banyak kejadian yang ditampilkan dalam bentuk gambar karena lebih efektif daripada diterangkan dengan kata-kata.

2.1.5.1. Jenis-jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli dalam buku Jurnalistik Praktis, antara lain :

a. Straight news : berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.


(30)

b. Depth news : berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah sautu permukaan.

c. Investigation news : berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

d. Interpretative news : berita yang dikembangkan dengna pendapat atau

penilaian penulisannya atau reporter.

e. Opinion news : berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat

para cendikiawan, tokoh ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya. (2008:8)

Berita dimuat hanya apabila memiliki News Value (nilai berita), yang bisa menarik perhatian pembaca. Nilai berita biasanya melekat atau ada di berbagai unsur, antara lain :

a. Waktu

Mengandung pengertian, bahwa semakin dekat dan cepat pemberitaan suatu kejadian atau peristiwa dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian disbanding dengan waktu lampau atau berita yang sudah basi.

b. Unsur Kedekatan (nearness)

Kedekatan disini, merupakan letak tempat atau kejadian dengan pembaca, dengan kedekatan keperluan atau kepentingan pembaca.


(31)

c. Unsur Humor

Suatu kejadian atau hal-hal yang bersifat lucu, humor, jenaka, kocak, biasanya disenangi dan menarik perhatian orang atau pembaca.

d. Unsur Aneh

Segala sesuatu atau hal yang tidak lazim dan berbeda dengan kebiasaan, mempunyai nilai berita yang tinggi.

e. Unsur Pornografi (sex)

Hal-hal yang berbau pornografi, sex, cabul, biasanya menarik perhatian pembaca.

f. Unsur Pertentangan (conflict)

Suatu hal atau kejadian yang mengandung konflik atau pertentangan akan menarik perhatian.

g. Unsur Luas Akibat (impact)

Unsur luas akibat akan muncul, ,makala terjadi aksi atau tindakan dari pihak tertentu, dimana akibatnya akan mempengaruhi atau menyangkut kepentingan umum atau khalayak.

h. Unsur Penting (important)

Peristiwa yang terjadi atau informasi yang dimuat merupakan hal-hal yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat, dan juga mengandung niali yang penting, maka jelas akan menarik perhatian pembaca.


(32)

i. Unsur Perubahan (change)

Perubahan yang akan mempengaruhi berbagai sector kehidupan orang banyak, maka menjadi penting nilainya.

j. Unsur yang Menyentuh Perasaan (human interest)

Unsure human interest yaitu suatu peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyentuh perasaan atau hati manusia. (Widodo, 1997:21-25)

2.2. Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dsb. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.


(33)

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

1. Berangotakan minimal dua orang. 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

(http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia,13 April 2009 pukul 10.19)


(34)

2.3 Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turun membentuk citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas tiga komponen-kepercayaan, nilai, dan pengharapan (Rahmat, 2006:10).

Menurut Kasali, (2003:19). Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditaksirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oelh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini menggabungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya tanggapan terhadap suatu obyek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan reaksi acak terhadap segala sesuatu yang diperhitungkan, melainkan tertanam dalam sistem koheren kepercayaan, nilai dan pengharapan yang pantas (Rahmat, 2006:16).

Menurut Leonard W. Doob, dalam buku yang berjudul Public Opinion and Propaganda yang diterbitkan pada tahun 1984, pengertian opini publik adalah sikap orang-orang mengenai suatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.


(35)

Dengan demikian maka opini publik itu berhubungan erat dengan sikap manusia yaitu sikap secara pribadi maupun sebagai anggota kelompok yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang ataupun sikap kelompoknya, karena itu sikapnya ditentukan oleh pengalamannya dan dalam kelompoknya itu pula.

Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khas bila :

a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik diberi nilai “baik” oleh masyarakat luas.

b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang yang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk memecahkan persoalan.

Dengan demikian maka dalam penilaian kompeten tidaknya atau mampu memenuhi syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas harus ditinjau pada, fakta, nilai, opini publik, kompetensi.

Dan dengan sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri-sendiri.

Opini adalah cara individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, individu menyadari adanya kehadiran


(36)

suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan stimulus tersebut dalam definisi ini mengandung makna yaitu :

1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang sesungguhnya terjadi sampai pada alat indera kita. Unutk membuat sesuatu agar lebih bermakna diperlukan adanya keterlibatan aktif dan akitifitas indrawi yang berhubungan dengan pengamatan interpretasi.

2. Sensori-sensori itu membutuhkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi. Suatu opini publik dianggap atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khusus bila :

a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik dalam nilai “baik” oleh masyarakat luas. b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana

suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesempatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk pemecahan persoalan.

c. Dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini merupakan masukan bagi badan penerbitan media


(37)

massa cetak dapat pula dijadikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.

Secara sederhana opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami, dan dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah yaitu seperti di bawah ini :

1. Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendy, 1990 : 85).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

2.4 Teori S-O-R

Teori S – O – R sebagai peringatan dari Stimulus – Organism – Response, ini semula berasal dari psikolog. Kalau kemudian menjadi teori


(38)

komunikasi, tidak mengherankan karena obyek material dari psikolog. Ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. (Effendy, 2003:15).

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesucian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat dirubah. Hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi seperti yang semula, jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : (Effendy, 1993 : 154).

a. Pesan (Stimulus – S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism – O), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.


(39)

c. Efek (Response – R), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan opini yaitu : opini negatif, netral dan positif (Effendy, 2003:118).

Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas nya adalah konsep yang kompleks, yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifetasi dari keadaan internal organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu tehadap peristiwa stimulus. Menurut Stimulus-Response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar dibawah sebagai berikut : (Effendy 1993 : 255)

Stimulus Organism :

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Gambar 2.1 : Teori S – O - R Respon


(40)

2.5 Kerangka Berpikir

Pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan mengundang pro dan kontra dari sejumlah masyarakat serta pemerintah Surabaya. Pemberitaan pembongkaran tembok pembatas tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah studi deskriptif untuk mengetahui opini masyarakat. Sebab opini merupakan salah satu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat efek dan salah satu jenisnya adalah opini atau pendapat.

Opini masyarakat nantinya akan dikelompokkan menjadi tiga, yakni opini positif, opini netral dan opini negatif (Effendy, 2002:61). Masyarakat yang menjadi khalayak penelitian pada penelitian ini adalah penduduk yang telah berusia minimal 17 tahun dengan asumsi bahwa pada usia tersebut telah memiliki kematangan emosional, sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Khususnya berkaitan dengan permasalahan politik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Negatif Netral Positif OPINI Masyarakat Surabaya (usia 17 tahun keatas) Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas

Tugu Pahlawan di Surat Kabar Jawa Pos


(41)

29

Gambar dan kerangka berpikir diatas memberikan penjelasan bahwa pemberitaan tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos, kemudian komunikan (masyarakat Surabaya) membaca berita tersebut yang selanjutnya menimbulkan opini positif, netral dan negatif.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Yang dimaksud definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 17 tahun keatas terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

Dalam penelitian ini, hubungan antara variabel tidak dibicarakan oleh peneliti karena dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu opini. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini masyarakat Surabaya terhadap pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos.

Opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi


(43)

yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Sedangkan secara operasional opini dapat dikategorisasikan menjadi 3 (tiga) bagian :

a. Positif : Adalah opini yang mendukung atau memberikan pernyataan yang setuju terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

b. Netral : Adalah opini yang memberikan pernyataan kurang setuju atau tidak berpendapat terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

c. Negatif : Adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan pernyataan tidak setuju terhadap berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di surat kabar Jawa Pos.

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode survei dalam melakukan pengumpulan data dengan kuesioner sebagai instrumen. Jenis survei dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti.

Dalam survei, proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen


(44)

utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.

3.2. Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan Pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan menjadi pro dan kontra antara masyarakat dan pemerintah kota Surabaya. Karena banyaknya tokoh pemerintah kota yang setuju dengan pembongkaran tersebut dengan harapan agar Tugu Pahlawan dapat menjadi kawasan yang lebih hidup, tidak menghambat kebebasan masyarakat untuk berkunjung kesana, serta menjadikan Tugu Pahlawan icon yang sebenarnya dari kota Surabaya (seperti hal nya Monas icon dari Jakarta).

Tembok tersebut tidak asal dibangun, ada filosofi dan fungsi saat dibangun. Kalau dibongkar begitu saja, bisa timbul ketimpangan terhadap bangunan yang ada. Ada delapan fungsi dari tembok pembatas tersebut, diantaranya menjadi pemisah antara museum terbuka dan museum tertutup, menjadi tempat dilukisnya relief, meredam kebisingan lalu lintas, menjadi tabir agar pengunjung bisa melihat indahnya museum bukan keruwetan lalu lintas, berfungsi sebagai penghijauan, menjadikan tugu lebih sakral karena tidak semua orang bisa masuk dan lebih hormat di dalamnya. Dan banyak manfaat lain dari tembok tersebut sebagai pengaman atau pelindung untuk monumen itu sendiri.

Dari sisi keamanan juga untuk menghindari PKL atau masyarakat yang akan menganggu aktifitas di monumen tersebut. Tembok pembatas


(45)

yang dibangun pada tahun 1991 dan diresmikan tahun 1998, mempunyai fungsi yang efektif dari pakar yang mengidekan tentang pembangunan tembok tersebut.

3.3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

3.4 Pengukuran Variabel

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model Skala Likert (Hasan, 2002 : 72) dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrument, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang kemudian harus di jawab oleh responden. Pengukuran ini menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban “Ragu-ragu” (undecided) ditiadakan, alasannya, menurut Hadi (1986 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

b. Tersedianya jawaban tengah menimbulkan multi interpretable ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ketengah (central


(46)

tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring responden.

Pada tahap selanjutnya, 4 kategori jawaban diatas akan diberi skor sesuai dengan jawaban yang harus dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian bobot skor sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) : skor 4 2. Setuju (S) : skor 3 3. Tidak Setuju (TS) : skor 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Pengukuran opini masyarakat Surabaya tentang berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media massa surat kabar dapat ditunjukkan melalui total skor dari keseluruhan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Asumsi pembagian 4 macam jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan adalah:

1. Sangat setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat benar.

2. Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang benar. 3. Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang tidak


(47)

4. Sangat Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat tidak benar.

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari setiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pertanyaannya tersebut untuk masing-masing responden. Selanjutnya, tiap-tiap indikator untuk opini diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian jawaban yang telah dipilih dari skor dan di total. Total skor dari setiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu negatif, netral, dan positif. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Range : Berdasarkan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan


(48)

Masing-masing jumlah item dalam kuesioner untuk topik pembicaraan adalah 10, sehingga skor tertinggi diperoleh dari skor pernyataan tertinggi dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 4 x 7 = 28. Skor terendah diperoleh dari skor pernyataan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 7 = 28.

Dengan demikian formulasi R (Range) adalah : R (range) = 28 – 7 / 3 = 7

Sehingga R (Range) berikut tingkatan yang didapatkan : Opini Negatif : dengan skor antara 7 sampai dengan 13 Opini Netral : dengan skor antara 14 sampai dengan 21 Opini Positif : dengan skor antara 22 sampai dengan 28

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap – tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi yang akan diteliti adalah seluruh masyarakat penduduk Surabaya, (yang memiliki kartu identitas menetap atau menetap sementara di kota Surabaya) dan berusia 17 tahun ke atas sebesar 1.546.881 (Sumber : BPS Surabaya, 2009). Pada usia 17 tahun, seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun ketrampilan dalam menganalisis sesuatu dan ditunjang


(49)

dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. (Dariyo, 2004:66). Sedangkan pada usia 56 tahun, rata-rata orang sudah mengalami masa pensiun, sehingga sudah berkurang melakukan aktifitas berkendaraan.

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Sampling Purposive (Purposive Sampling) adalah teknik penentuan sampel yang tidak menggunakan teori probability yaitu tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur untuk menjadi sampel, sedangkan Purposive Sampling adalah pemilihan berdasarkan dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel antara lain:

1. Pernah membaca berita tentang pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos sebanyak 5 edisi.

2. Pernah melewati Tugu Pahlawan.

3. Berusia diatas 17 tahun sampai 56 tahun. 4. Bertempat tinggal di Surabaya.

Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane dibawah ini :


(50)

38

1 Nd

N

n 2

 

Keterangan :

N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian 0,1)

1.546.881 n =

1.546.881 (0.1)2 + 1 1.546.881

n = = 99.99 = 100 orang 15.468,82

Berdasarkan hasil perhitungan pada rumus Yamane tersebut diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 100 orang responden yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang telah terpilih dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penulis memperoleh data dengan menggunakan metode pengumpulan data dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Teknik pengumpulan data tersebut, adalah

1. Questioner

Yaitu dengan cara menyebarkan secara tertulis kepada responden yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan


(51)

questioner tertutup, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah diberi pilihan jawaban yang pasti. Jadi responden tinggal memilih jawaban yang disediakan. 2. Studi Kepustakaan

Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku literature, yang digunakan untuk memberikan gambaran pada latar belakang masalah serta mengutip teori-teori yang digunakan memecahkan permasalahan dalam penelitian penting.

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.

Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk

mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh adalah data valid. 

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan


(52)

40

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada. (Rakhmat, 2002 :134) 

 

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini untuk opini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil questioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh akan dilakukan secara kuantitatif. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

F

P = × 100 % N

Keterangan :

P = presentase responden F = frekuensi responden N = jumlah responden

Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh presentase yang diinginkan dalam kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpresentasikan.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Surat Kabar

4.1.1. Perkembangan Surat Kabar di Surabaya

Surat kabar pertama di Indonesia adalah Batavia Nouvelies, terbit pada bulan Agustus 1744 namun ditutup 1746, setelah itu pada perkembangannya, selanjutnya muncul surat kabar yang bernama De Oost Post pada tahun 1835, diikuti kemudian oleh terbitnya surat kabar lain

bernama De Nieuws Bode, yang dipimpin oleh J.J Nose pada tahun 1861,

kedua massa ini menggunakan bahasa Belanda.

Adapun surat kabar pertama yang pertama terbit di Surabaya

adalah Soerabojosce Courant pada tahun 1831, setelah itu pada bulan

maret 1836 diterbitkan surat kabar yang bernama Soerabaiasch Adverientieblad. Tahun 1861 diterbitkan surat kabar yang bernama Thimes Nieuw Advertieblad pimpinan M. Weber, yang di tahun 1909 berganti nama menjadi Soerabaiasch Niuewblad. Surat kabar ini bergabung dengan Soerabaiasch Handleblad, yang sebelum tahun 1865 bernama De Oost Post.

Surat kabar bahasa melayu pertama di Surabaya adalah “Surat Kabar Bahasa Melajoe” yang terbit pada tahun 1856, setelah itu baru muncul Bintang Timoer, pada tahun 1862, “Bintang Soerabaia” pada tahun 1861, “Celebes Courant” pada tahun 1881, “ Thahaja Moelia” pada tahun


(54)

1883, “Pemberita Bahroe” pada tahun 1890 dan “Primbon Soerabaia” pada tahun 1990.

Pada massa sebelum kemerdekaan, pers yang ada di Surabaya telah digunakan oleh pemerintah penjajah guna kepentingan kolonoalismenya. Pada jaman kolonial Belanda, ada tiga jenis pers yang beredar yaitu, Pers Belanda, Pers Nasional dan Pers Tionghoa - Melayu. Pers Belanda lebih menyarakan kepentingan penjajah dan pengamanan modal yang dimiliki olehnya. Belanda dengan Pers Nasional yang selalu menyuarkan jiwa kemerdekaan. Sedang Pers Tionghoa - Melayu mewakili golongan Tionghoa untuk selalu meningkatkan modal, namun juga lebih condong ke pihak nasional.

Pada tahun 1910-1920, Surabaya memiliki Pers Nasioanal yang dikelola Syarikat Islam dan Komunis. Pada tahun 1914-1923 muncul harian “Oentosan Hindia” oleh Handel My yang berbentuk perseroan terbatas dan diterbitkan di penerbitan Setija Oesaha, yang berusarakan aliran Islam dan kebangsaan. Pada tahun 1925 muncul “Mingguan Proletar” yang menyuarakan paham komunisme dan proletarisme.

Pada tahun 1929 terbit surat kabar “Sin Tit Po” dibawah pimpinan Liem Koen Hian adalah aktivis Cina yang menyokong kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut menempatkannya dalam kedudukan berlawanan dengan koran-koran Cina lainnya di Indonesia yang masih terkait pada nasionalisme Cina atau yang merupakan pendukung pemerintah kolonial Belanda. Keadaan menjadi berbalik mana kala pemerintah Jepang


(55)

berkuasa di Indonesia. Pada massa militerisme Jepang ini (1942-1945), hampir semua pers nasional tidak boleh terbit, dan dipaksa untuk berintegrasi dalam barisan propaganda militerisme Jepang. Kantor berita Indonesia “Antara” masuk dalam “Domei”. Sedang di Surabaya hanya ada satu harian yaitu “Soera Asia”. Namun jiwa nasionalisme dan patriotisme tidak mati. Soera Rakjat yang semula di Surabaya akhirnya harus menguasai ke Mojokerto sejak penduduk Jepang di Surabaya.

Akan tetapi pada tangal 1 September 1945, terjadi pengambilalihan kantor berita “Domei” cabang Surabay oleh para wartawan republik yang selanjutnya mendirikan kantor berita nasional yang bernama “Indonesia” dibawah pimpinan R. M. Bintarti Mashud Sosrojudho. Selanjutnya juga hadir surat kabar seperti “Pewarta Soerabaia”, “Terompet Masyarakat”, “Perdamaian”. Ketiga surat kabar ini pada tahun 1948 merupakan surat kabar terbesar di Surabaya. Dimana untuk “Pewarta Soerabaia”, lebih memantapkan diri sebagai koran dagang di Surabaya.

Dari kalimat sejarah surat kabar di atas, dapat diketahui bahwa sebenarnya, di Surabaya telah sejak lama ada media yang dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan dan dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu. Dan dari situ, keberadaan media baik milik pemerintah colonial, milik Tionghoa - Melayu, ataupun milik pribumi gunakan sesuatu dengan kepentingan dari pemiliknya. Selain itu pemegang kekuasaan negara juga menentukan dari hidup matinya media.


(56)

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Surat Kabar Harian Jawa Pos 4.1.2.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Harian Jawa Pos

Sangat menarik mengikuti perkembangan surat kabar Jawa Pos dari mulai berdirinya sampai sekarang, sebab banyak sekali dinamika yang terjadi didalamnya.

Jawa Pos didirikan pertama kali tanggal 1 Juli 1949, yang pendirinya adalah The Chung Sen (Soeseno Tedjo) seorang WNI keturunan kelahiran Bangka. Pada saat ini Jawa Pos dikenal dengan nama PT. Jawa Pos Concern, Ltd. Jawa Pos juga dikenal sebagai harian Melayu-Tionghoa di Surabaya.

Pimpinan redaksi Jawa Pos yang pertama adalah Goh Thing Hok, mulai tahun 1949-1952 dan sejak tahun 1953-1981 adalah Thio Oen Sin. Keduanya dikenal sebagai orang-orang republic yang tidak pernah goyah pendiriannya. Pada perkembangannya The Chung Sen mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1950-an, sebab Jawa Pos memiliki tiga penerbitan sekaligus yaitu : pada tahun 1952. The Chung Sen menerbitkan Koran berbahasa Indonesia dengan nama Jawa Post. Kemudian pada tahun 1954 The Chung Sen juga membeli harian berbahasa Belanda “De Vyere Pers” milik Vitgeners Maatscha di jalan Kaliasin 25 Surabaya. Namun akhirnya dilarang terbit oleh pemerintah RI dengan adanya Trikora, kemudian diganti harian berbahasa Inggris “Indonesia Daily News”.


(57)

impian juga dilarang terbit karena pecahnya pemberontakan G 30 S/PKI. Dengan demikian The Chung Sen tinggal memiliki satu surat kabar yaitu Jawa Pos.

Nama surat kabar ini sering mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1949-1951 bernama Jawa Post dan yang terakhir menjadi Jawa Pos, sampai sekarang. Pada sekitar tahun 1982, Jawa Pos mengalami kemunduran jumlah oplahnya terus menurun yaitu tinggal 76700 eksemplar tiap hari. Pelanggan di Surabaya tinggal 2000 orang, peredaran di Malang tinggal 350 ekslempar, dan yang mengurus loper koran hanya tinggal 40 orang saja. Kondisi The Chung Sen pun sudah semakin tua. Dan didorong keinginannya untuk menjual Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan berita Tempo. Karena dengan pertimbangannya PT. Grafiti Pers tersebut belum memiliki penerbitan surat kabar, sehingga Jawa Pos tidak dinomorduakan, The Chung Sen juga berpesan agar kejayaan yang dulu dapat tercapai kembali.

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos

Mulai tanggal 1 April 1982 Jawa pos dikelola PT. Grafiti Pers yang merupakan induk majalah Tempo, Direktur Utamanya adalah Drs. Erik Samola,SH yang menjadi direktur Utama PT. Jawa Pos, untuk mencapai kesuksesan Jawa Pos seperti masa lalu tidaklah mudah, kemudian Erik menunjuk bapak Dahlan Iskandar untuk menjadi pimpinan redaksi. Pada waktu itu beliau masih menjabat sebagai kepala biro majalah Tempo


(58)

Surabaya. Dibawah pimpinan Bapak Dahlan Iskandar, Jawa Pos mengalami banyak perubahan. Pada tanggal 5 April 1982 Bapak Dahlan Iskandar mengadakan gebrakan-gebrakan yang dimuali dengan adanya

perubahan headline yang terdapat pada halaman pertama, pemunculan

feature pada halaman dua, rubrik pembaca, artikel, karikatur, rubrik

kampus seminggu sekali. Sehingga dapat menambah nilai lebih terhadap performance maupun isi harian Jawa Pos.

Kemudian pada tahun 1984 Jawa Pos juga memberikan gebrakan-gebrakan dalam bidang pemasaran koran, di bawah pimpinan Bapak Imam Suroso yaitu dengan membayar pedagang eceran untuk menjajakan koran dan juga menerjunkan sales door to door. Setelah itu dikembangkan pula teknik foto bewarna dan pengiriman wartawan ke luar negeri hingga seperti sekarang.

Dengan demikian pada tanggal tersebut di atas merupakan tonggak sejarah Jawa Pos. Kemudian pada perkembangan selanjutnya pada tanggal 19 Mei 1985 berdasarkan akte notaries Liem Swihua, SH nomor 3 pasal 1, menyatakan merubah PT. Jawa Pos Concern, Ltd menjadi PT. Jawa Pos. Saham-saham yang semula dimiliki oleh The Chung Sen, maka sehubungan dengan peraturan Menteri Penerangan nomor 01/Pre/MenPen/1984, khususnya SIUP tentang pemilikian saham, maka 20% dari saham perusahaan tersebut dimiliki leh para wartawan serta karyawannya. Perubahan lain yang dilakukan adalah pada bagian percetakan, agar lebih leluasa dan mempunyai kesempatan untuk


(59)

menerima order komersial dari perusahaan maka bagian percetakan tidak dijadikan satu melainkan terpisah dengan nama PT. Percetakan Jawa Pos. kebijksanaan lain yang diluncurkan adalah dengan adanya perekrutan karyawan-karyawan muda karena disinyalir lebih gesit dalam melaksanakan tugas, sedangkan yang senior diangkat menjadi kepala-kepala biro, sehingga Jawa Pos lebih berkembang.

4.1.2.3 Sebaran dan Profil Jawa Pos

Pembaca Jawa Pos yang paling banyak berada di wilayah Surabaya yaitu sebesar 40% sedangkan 25% berada di wilayah Jawa Timur, selain di wilayah Surabaya 10% pembaca Jawa Pos ada di Jawa Tengah dan sisanya 25% tersebar di wilayah Indonesia yang lain seperti Jakarta, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Irian Jaya dan kota-kota lainnya. Sedangkan dari segi usia pembaca Jawa Pos adalah 60% berumur 17-35 tahun, 20 % berumur 35 tahun keatas, 5% dibawah usia 17 tahun sedangkan sisanya adalah 45 tahun keatas. (Sumber : Meja Redaksi Jawa Pos)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi: usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Selengkapnya tertera pada tabel berikut:


(60)

Tabel 1

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia (n=100)

No. Usia Jumlah Presentase (%)

1 17 – 27 tahun 64 64

2 28 – 38 tahun 27 27

3 39 – 49 tahun 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 1

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berusia17 hingga 27 tahun dengan jumlah sebanyak 64 orang atau sebesar 64 %. Selanjutnya juga terdapat responden yang berusia 28 hingga 38 tahun dengan jumlah sebanyak 27 % dan sisanya adalah responden yang berusia 38 hingga 49 tahun dengan jumlah sebanyak 9 %.

Banyaknya responden yang berusia 17 hingga 27 tahun dapat disebabkan karena pada usia tersebut adalah usia dimana kedewasaan sudah terjadi, hal inlah yang menjadi keinginan dari responden untuk selalu mendapatkan pengetahuan. Selain itu pada usia ini merupakan usia yang paling produktif pada manusia. Pada usia ini telah memiliki kemampuan berpikir yang lebih sempurna, tingkat pemahaman dan ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungannya, tentang keadaan sekitar dan apa yang saat ini sedang terjadi dan bagaimana pencegahannya.


(61)

Tabel 2

Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=100)

No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 79 79

2 Perempuan 21 21

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 2

Dari tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin dari responden sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 79 orang atau sebesar 79 %, sedangkan responden perempuan berjumlah 21 orang atau sebesar 21 %. Perbedaan antara responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki dan perempuan sangatlah tinggi, jumlah tersebut cukup dapat mempengaruhi penilaian responden terhadap pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan di media surat kabar Jawa Pos.

Hal ini dikarenakan pembaca laki-laki memiliki frekuensi terpaan yang lebih tinggi dalam mengkonsumsi surat kabar Jawa Pos, khususnya dalam membaca berita tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan dibandingkan perempuan. Laki-laki juga cenderung lebih mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan, berbeda dengan perempuan yang lebih banyak menggunakan perasaannya (feeling) dalam menilai sesuatu.


(62)

Tabel 3

Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=100)

No. Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 12 12

2 PNS 25 25

3 Swasta 54 54

4 Lain-lain 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini bekerja sebagai karyawan swasta dengan jumlah 54 atau sebesar 54 % responden. Banyaknya responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dikarenakan pada saat penyebaran kuesioner, peneliti sedang berada di salah satu perusahaan swasta di Surabaya.

Sedangkan yang lainnya adalah responden yang bekerja sebagai PNS dengan jumlah sebanyak 25 orang atau sebesar 25 %. Responden yang berkerja sebagai mahasiswa sebanyak 12 orang atau sebesar 12 %. Dan sisanya lain sebanyak 9 orang atau sebesar 9 %, pekerjaan lain-lain disini memiliki profesi yang beragam, diantaranya SPG (sales promotion girl), cleaning service dan satpam.


(63)

Tabel 4

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan (n=100)

No. Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 SMU 37 37

2 Diploma ( D1/D3 ) 11 11

3 S1 52 52

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 4

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki pendidikan SMU dengan jumlah sebanyak 37 atau 37 % responden, sedangkan yang memiliki pendidikan S1 berjumlah 52 orang atau sebesar 52 %. Dan sisanya adalah yang berpendidikan terakhir Diploma (D1/D3) dengan jumlah sebanyak 11 orang atau sebesar 11 %.

Seperti halnya usia, tingkat pendidikan juga akan berpengaruh terhadap cara pandang dan pola pikir seseorang. Dan dalam hal ini mayoritas responden memiliki pendidikan akhir sarjana, dimana pada tingkatan tersebut seseorang sudah dapat menentukan dan menilai sesuatu berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan. Walaupun belum tentu juga seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibanding orang lain memiliki cara berpikir yang lebih baik. Ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi, antara lain faktor individu itu sendiri, pengalaman serta lingkungan.


(64)

4.2.2 Pertanyaan Tentang Media

4.2.2.1. Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu Minggu Tabel 5

Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu (n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 <3 kali 57 57

2 4 kali 33 33

3 >6 kali 10 10

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.6

Sesuai dengan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa 57 orang atau sebesar 57 % banyaknya responden yang menjawab kurang dari 3 kali dalam membaca surat kabar. Dikarenakan, biasanya mereka hanya akan membeli koran apabila ada waktu luang atau jika hanya ingin membaca saja. Sedangkan 33 orang atau sebesar 33 % responden yang membaca Jawa Pos 4 kali dalam satu minggu, mereka adalah responden yang membeli koran secara eceran.

Dan untuk sisanya 10 orang atau sebesar 10 % responden membaca Jawa Pos sebanyak 6 kali dalam satu minggu. Hal ini dikarenakan responden berlangganan harian ini dan membaca Jawa Pos secara rutin.


(65)

4.2.2.2. Frekuensi Membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos

Tabel 6

Frekuensi Membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 1 kali 28 28

2 2 kali 33 33

3 > 3 kali 49 49

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.7

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 % atau 49 orang pernah membaca berita tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan sebanyak lebih dari 5 kali. Dikarenakan berita pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan sering dijadikan headline metropolis di harian surat kabar Jawa Pos. Membuat responden yang membaca penasaran akan kelanjutan dari permasalahan tersebut.

Untuk 33 % atau sebanyak 33 orang pernah membaca sebanyak 2 kali, dikarenakan permasalahan pembongkaran tembok tersebut masih simpang siur, apakah jadi dibongkar atau tidak.

Dan untuk sisanya, 28 % atau sebanyak 28 orang pernah membaca berita tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan sebanyak 1 kali.


(66)

Dikarenakan menurut responden, permasalahan yang ada di pemberitaan tersebut hanya untuk kalangan pemerintah kota Surabaya saja.

4.2.3. Opini

1. Opini Responden terhadap pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

Tabel 7

Opini Responden terhadap pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Setuju 18 18

2 Setuju 16 16

3 Tidak Setuju 48 48

4 Sangat Tidak Setuju 18 18

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.8

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 48 orang atau sebesar 48 % responden menjawab tidak setuju atas pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan. Salah satu alasan responden tidak setuju atas pembongkaran tembok pembatas tersebut yaitu, dikarenakan akan ada dampak buruk dan sebaiknya mencari alternatif lain selain melakukan pembongkaran tembok pembatas tersebut.

Sedangkan 18 orang atau sebesar 18 % responden menyatakan sangat setuju. Dikarenakan alasan mereka, dengan tidak adanya tembok pembatas Tugu Pahlawan akan mendekatkan Tugu Pahlawan dengan


(67)

masyarakat. Dan akan semakin banyak kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan.

Untuk sisanya, 18 orang atau sebesar 18 % menjawab sangat tidak setuju, karena untuk membongkar tembok pembatas tersebut juga diperlukan dana yang besar. Dan pada saat awal tembok pembatas Tugu Pahlawan tersebut dibangun, pastinya tembok pembatas tersebut mempunyai fungsi tersendiri.

Sebanyak 16 orang atau sebesar 16 % menjawab setuju bila tembok pembatas Tugu Pahlawan dibongkar karena responden beranggapan bahwa adanya tembok pembatas tersebut, dapat mengurangi nilai historis dari Tugu Pahlawan itu sendiri.

2. Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah

Tabel 8

Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Setuju 13 13

2 Setuju 7 7

3 Tidak Setuju 56 56

4 Sangat Tidak Setuju 22 22

Jumlah 100 100


(68)

Menurut tabel 7 diatas sebanyak 56 orang atau sebesar 56 % responden yang menyatakan tidak setuju dengan pertanyaan tentang tembok pembatas Tugu Pahlawan sebagai jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah. Dengan alasan yang paling sering diutarakan oleh responden yaitu, menurut mereka terlalu berlebihan, karena keberadaan tembok tersebut hanya mengurangi nilai historisnya saja. Padahal, terdapat banyak fungsi tersendiri dari tembok pembatas tersebut.

Sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju ada 22 orang atau sebesar 22 %, karena tidak ada hubungannya sebuah tembok menjadi jurang pemisah untuk mengetahui sejarah. Semua itu tergantung kepada tingkat pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu.

Untuk sisanya 13 orang atau sebesar 13 % menjawab sangat setuju, dikarenakan tembok pembatas tersebut menghalangi pendangan masyarakat sehingga malas untuk mengunjungi Tugu Pahlawan. Tembok mengesankan benteng atau rumah, tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalamnya. Sedangkan belajar sejarah, juga penting bagi generasi muda jaman sekarang. Karena kurangnya pengetahuan sejarah, membuat generasi muda sekarang kurang akan menghargai betapa pentingnya sejarah.

Dan lainnya 7 orang atau sebesar 7 % menjawab setuju, karena menurut masyarakat Surabaya Tugu Pahlawan adalah icon dari kota Surabaya. Sehingga dengan adanya tembok pembatas tersebut membuat


(69)

masyarakat Surabaya tidak dapat mengetahui sejarah monumen tersebut secara luas.

3. Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan

Tabel 9

Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan membuat minimnya jumlah kunjungan masyarakat ke Tugu Pahlawan

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Setuju 21 21

2 Setuju 38 38

3 Tidak Setuju 28 28

4 Sangat Tidak Setuju 12 12

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.10

Berdasarkan tabel 8 diatas 38 orang atau sebesar 38 % responden menjawab setuju, dengan salah satu alasan dari mereka yaitu, dengan adanya tembok pembatas secara tidak langsung mengindikasikan bahwa area tersebut bukan area untuk umum. Tetapi selain tembok pembatas tersebut, keberadaan PKL di sekitar Tugu Pahlawan juga menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan akses ke Tugu Pahlawan.

Sedangkan yang menyatakan tidak setuju ada 28 orang atau sebesar 28 % responden yang mengatakan Tugu Pahlawan mempunyai daya tarik


(70)

sendiri untuk menarik minat masyarakat datang untuk mengunjungi ataupun ingin mengetahui sejarah masa lalu.

Sisanya 21 orang atau sebesar 21 % responden yang menjawab sangat setuju dikarenakan, masyarakat malas mengunjungi Tugu Pahlawan karena harus membayar tiket masuk untuk bisa mengunjunginya.

Dan 12 orang atau 12 % responden menjawab sangat tidak setuju, responden beralasan minimnya jumlah pengunjung ke Tugu Pahlawan bukan dikarenakan adanya tembok pembatas tersebut melainkan itu hanya pemikiran sesaat. Faktanya masih ada pengunjung yang masuk.

4. Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan merupakan solusi untuk membuka pagar teralis yang disebelah barat, timur dan selatan

Tabel 10

Opini Responden terhadap pemberitaan Tembok Pembatas Tugu Pahlawan merupakan solusi untuk membuka pagar teralis

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Setuju 40 40

2 Setuju 54 54

3 Tidak Setuju 6 6

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.11

Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat (54 %) responden menjawab setuju. Banyak alasan dari responden salah satu alasan yang dominan yaitu, bisa menghemat biaya pembongkaran dan dapat digunakan


(71)

Sebanyak 40 orang atau sebesar 40 % responden menyatakan sangat setuju, dikarenakan tembok pembatas tersebut bukanlah alasan masyarakat untuk tidak mengunjungi monumen Tugu Pahlawan. Sehingga disaranakan untuk mencari jalan keluar lain agar masyarakat tertarik untuk mengunjungi Tugu Pahlawan dan tidak merasa kesulitan untuk berkunjung.

Untuk sisanya 6 orang atau sebesar 6 % responden yang menjawab tidak setuju, dikarenakan Tugu Pahlawan merupakan kebanggaan masyarakat Surabaya, seharusnya monumen tersebut terbuka untuk umum sama seperti Taman Bungkul yang tanpa tembok. Sehingga masyarakat dapat bebas berkunjung tanpa harus mengeluarkan uang untuk membayar tiket masuk.

5. Opini Responden terhadap pemberitaan pembongkaran tembok

pembatas Tugu Pahlawan membuat monument Tugu Pahlawan menjadi terekspos di masyarakat

Tabel 11

Opini Responden tentang monument Tugu Pahlawan yang terekspos di masyarakat

(n=100)

No. Jawaban Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Setuju 26 26

2 Setuju 59 59

3 Tidak Setuju 12 12

4 Sangat Tidak Setuju 3 3

Jumlah 100 100


(72)

Berdasarkan tabel 11 diatas, menunjukkan bahwa 26 % atau sebanyak 26 orang menjawab sangat setuju. Mereka berpendapat bahwa, tanpa adanya pemberitaan pembongkaran tembok pembatas tersebut masyarakat tidak akan pernah tahu polemik yang terjadi di Tugu Pahlawan.

Sebanyak 59 % atau sebanyak 59 orang menjawab setuju. Dan berpendapat, tanpa adanya pemberitaan pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan, masyarakat yang belum pernah tahu lebih banyak Tugu Pahlawan sekarang menjadi tahu.

Untuk sisanya 12 % atau sebanyak 12 orang menyatakan tidak setuju, menurut mereka sebelum ada pemberitaan tentang pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan tersebut, masyarakat juga sudah mengenal Tugu Pahlawan.

Dan 3 % atau sebanyak 3 orang menjawab sangat tidak setuju, dikarenakan yang terekspos adalah permasalahan tembok pembatas bukan monumennya.


(1)

66

2.Bagi Masyarakat, hendaknya masyarakat lebih aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuannya tentang perkembangan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Maka dari pengetahuan yang mereka dapatkan, nantinya bisa membuat masyarakat lebih tahu dan tanggap akan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi saat itu.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Televisi Siaran, Teori, dan Praktek. Bandung: CV Mandar Maju

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu Teori, dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ke-III, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2000. Metodologi Polling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jefkins, Frank. 2000. Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

McQuail, Dennis, 2004. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga.

Nazir, Mohammad 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Widodo, 1997, Menulis Berita & Surat Kabar & Majalah, Surabaya Indah.

Non buku:


(3)

Lampiran 1

KUESIONER

A. Identitas Responden

1. Usia :

2. Jenis Kelamin :

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan Terakhir :

B. Pertanyaan Tentang Media

5. Apa Anda pernah membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos ?

a. Pernah ( lanjutkan ke pertanyaan berikutnya ) b. Tidak pernah ( stop, terima kasih )

6. Frekuensi Membaca Surat Kabar Jawa Pos dalam satu minggu ? a. < 3 kali b. 4 kali c. > 6 kali

7. Berapa kali anda membaca berita tentang Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos ?


(4)

C. Opini

8. Apakah pendapat Anda terhadap pemberitaan tentang ”Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan” yang sering diulas di surat kabar Jawa Pos ?

a. Sangat Setuju b. Setuju

a. Tidak Setuju

b. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ...

9. Apakah Anda setuju, atas pemberitaan tentang pembongkaran tembok pembatas tersebut, menjadi jurang pemisah antara masyarakat untuk mengetahui sejarah?

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ………

10. Pendapat Anda tentang pemberitaan bahwa pembongkaran tembok pembatas tersebut dapat mempengaruhi minimnya jumlah pengunjung


(5)

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ………

11. Bagaimana pendapat Anda tentang pemberitaan bahwa pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan, merupakan solusi untuk membuka pagar teralis yang di sebelah barat, timur dan selatan akan meningkatkan minat dari masyarakat Surabaya untuk berkunjung ke Tugu Pahlawan ?

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ………...

12. Bagaimana pendapat Anda bahwa pemberitaan pembongkaran tembok pembatas tersebut, membuat monument Tugu Pahlawan menjadi terekspos di masyarakat?

a. Sangat Setuju b. Setuju


(6)

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ………...

13. Apakah pendapat Anda atas pemberitaan bahwa pembongkaran tembok pembatas Tugu Pahlawan akan menambah banyaknya ruang terbuka hijau (taman) di wilayah Surabaya ?

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Alasan : ………

14. Apakah pendapat Anda setuju, bahwa adanya pemberitaan pembongkaran tembok pembatas tersebut masyarakat jadi tahu tentang fungsi utama tembok pembatas itu sendiri bagi monument Tugu Pahlawan ?

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju


Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos).

0 0 99

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos).

0 1 93

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS).

0 1 150

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos).

0 0 80

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)

0 1 26

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBONGKARAN TEMBOK PEMBATAS TUGU PAHLAWAN (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembongkaran Tembok Pembatas Tugu Pahlawan di Jawa Pos)

0 0 20

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos)

0 0 15

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos)

0 0 24

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos)

0 0 24