SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos).

(1)

KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN

DI SURAT KABAR JAWA POS

(Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan di surat kabar Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

FEBRITHA HERGIANA 0643010245

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JAWA TIMUR 2010


(2)

Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di Surat Kabar Jawa Pos) Disusun Oleh :

FEBRITHA HERGIANA 0643010245

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 2 September 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

Juwito, S.Sos, M.Si Juwito, S.Sos,M.Si NPT. 3 6704 95 0036 1 NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Sekertaris

Ir.H.Didiek Tranggono, M.Si NIP. 19581225 19900 1001

3. Anggota

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 94 0036 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(3)

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia serta rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS” (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak diSurat Kabar Jawa Pos)

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu yang penulis miliki serta kekuranganya pengalaman dalam membuat skripsi. Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan dari Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat mahasiswa dalam menempuh pendidikan Prorgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional ”Jawa Timur.”

Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, baik materiil dan sprituil. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN ”Veteran” Jatim

2. Ibu Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Keluarga tercinta, Papa dan Mama, dan kedua Adikku Tia dan Fani yang turut membantu baik dukungan maupun materiel pada penulis.


(4)

v

menemani begadang dalam pengerjaan skripsi ini

6. Teman seperjuangan selama pengerjaan skripsi Rina, Rizka and Neela and I.W.B.W.U. . . thank’z for everything

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun dalam segi penyusunannya. Untuk itu, penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua, Amin.

Surabaya, September 2010


(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….xiii

ABSTRAKSI ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah………. ... 10

1.3 Tujuan Penelitian…..…. ... 10

1.4 Manfaat Penelitian….…. ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Landasan Teori………. 12

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 12


(6)

2.1.5 Sikap………. 22

2.1.6 Pemberitaan Makelar Kasus Pajak…………... 25

2.1.7 Makelar Kasus... 28

2.1.8 Pajak………..…... 29

2.1.9 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)………... 34

2.2 Kerangka Berpikir……….... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41

3.1.1 Sikap Masyarakat terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos... 41

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel... 49

3.2.1 Populasi ... 49

3.2.2 Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel……... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50

3.4 Metode Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Surat Kabar... 53

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya... 53


(7)

4.1.2.1 Sejarah Berdirinya Jawa Pos... 55

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos ... 57

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden ... 59

4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden ... 59

4.2.1.2 Usia Responden... 60

4.2.1.3 Pendidikan Responden ... 61

4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 61

4.2.2 Aspek Kognitif ... 62

4.2.2.1 Pengetahuan Responden tentang tentang Berita Makelar Kasus Pajak ... 62

4.2.2.2 Pengetahuan Responden tentang Markus Pajak Mendapat Fee (uang jasa) dari Kasus Pajak yang Ditangani... 64

4.2.2.3 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Tidak Hanya Berasal Dari Aparat Pajak ... 65

4.2.2.4 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Merugikan Uang Negara ... 66

4.2.3 Aspek Afektif ... 67

4.2.3.1 Pendapat Responden tentang Kekhawatiran Para Wajib Pajak Pasca Pemberitaan Makelar Kasus Pajak di Surabaya ... 68


(8)

ix

Markus-Markus Pajak Lainnya yang Masih Ada... 70

4.2.3.4 Pendapat Responden tentang Timbulnya Rasa Aman Setelah Aparat Kepolisian Melakukan Penangkapan terhadap Para Oknum Markus Pajak... 72

4.2.4 Aspek Konatif ... 73

4.2.4.1 Sikap Responden Jika Mendapati Markus Pajak akan Dilaporkan Ke Aparat Kepolisian ... 73

4.2.4.2 Sikap Responden akan Mendukung Para Penyidik Kepolisian untuk Segera Menangkap Markus Pajak yang Masih Ada ... 75

4.2.4.3 Sikap Responden Untuk Berhati-Hati Saat Pembayaran di Kantor Pajak... 76

4.2.5 Kategorisasi Peraspek ... 77

4.2.6 Kategorisasi Secara Umum ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(9)

Halaman

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2 Usia Responden ... 60

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 61

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden ... 62

Tabel 4.5 Pengetahuan Responden tentang Berita Makelar Kasus Pajak ….. 63

Tabel 4.6 Pengetahuan Responden tentang Markus Pajak Mendapat Fee (uang jasa) dari Kasus Pajak yang Ditangani ……… 64

Tabel 4.7 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Tidak Hanya Berasal dari Aparat Pajak ………. 65

Tabel 4.8 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Merugikan Uang Negara ……… 66

Tabel 4.9 Pendapat Responden tentang Kekhawatiran Para Wajib Pajak Pasca Pemberitaan Makelar Kasus Pajak …... 68

Tabel 4.10 Pendapat Responden tentang Perasaan Marah atas Uang Pajak yang Digunakan Pribadi oleh Para Markus Pajak ……… 69

Tabel 4.11 Pendapat Responden tentang Kewaspadaan terhadap Markus-Markus Pajak Lainnya yang Masih Ada ……… 71

Tabel 4.12 Pendapat Responden tentang Timbulnya Rasa Aman setelah Aparat Kepolisian Melakukan Penangkapan terhadap Para Oknum Markus Pajak ………. . 72 Tabel 4.13 Sikap Responden Jika Mendapati Markus Pajak akan


(10)

xi

yang Masih Ada ………. 75

Tabel 4.15 Sikap Responden untuk Berhati-hati Saat Pembayaran Pajak di Kantor Pajak ……….. 76

Tabel 4.16 Aspek Kognitif ……….. 77

Tabel 4.17 Aspek Afektif ……… 78

Tabel 4.18 Aspek Konatif ……… 79


(11)

Halaman Gambar 1 Model Teori S-O-R ……… 36 Gambar 2 Kerangka Berpikir ………. 40


(12)

Lampiran 2 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Kognitif …………. 90 Lampiran 3 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Afektif ……… 93 Lampiran 4 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Konatif ……… 96 Lampiran 5 Tabel Perolehan Total Sikap ………. 100


(13)

FEBRITHA HERGIANA, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos)

Penelitian ini didasarkan atas fenomena tentang adanya makelar kasus pajak di tubuh Mabes POLRI yang melibatkan salah satu pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan. Salah satu alat bukti yang disita dari Gayus Tambunan adalah uang dalam rekening sebear 25 M, menurut PPATK uang dalam rekening tersebut kebanyakan berasal dari wajib pajak. Tujuan penelitian ini yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di Surat Kabar Jawa Pos.

Teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu teori Stimulus-Organism-Respon untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca mereka membaca berita mengenai Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos. Stimulus yaitu pesan yang disampaikan dapat berupa tanda dan lambang. Organism adalah diri komunikan sebagai penerima pesan. Selanjutnya Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuesioner menggunakan random sampling, yakni pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut yaitu masyarakat Surabaya. Jumlah responden dalam penelitian ini sebesar 100 responden.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung mempunyai sikap positif yang berarti masyarakat menolak adanya markus pajak, dan berharap aparat kepolisian segera menuntaskan kasus tersebut dan menangkap para markus pajak agar tidak menimbulkan keresahan dimasyarakat.

Kata Kunci : Sikap, Masyarakat Surabaya, Makelar Kasus Pajak, Gayus Tambunan


(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khalayak yang bersifat masal dibutuhkan media. Media yang dapat mengkoordinir semua itu adalah media massa. Menurut Effendi (1993:82) “media massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan dalam jarak yang jauh”.

Media massa dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media penyampai pesan seperti televisi dan radio sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Namun pemberitaan disurat kabar juga punya kelebihan yaitu mampu merekam atau dapat didokumentasikan, tidak demikian dengan televisi atau radio yang begitu dilihat, didengar, begitu juga hilang dari pendengaran dan penglihatan khalayak karena sifatnya yang sekilas (Effendy,2005:156). Sementara media cetak bisa dibaca kapan saja, walaupun tergantung pada periodisasi waktu terbit.


(15)

Media cetak sekarang ini berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik pada para pembacanya, tentunya dengan memberikan berita yang akurat dan cepat. Kesemuanya itu, seperti gambar, headline, dan tentunya isi pemberitaan haruslah menarik, karena dengan begitu akan mempengaruhi orang untuk membacanya. Karena isi berita media cetak yang memberi informasi, mempengaruhi sikap masyarakat, tentunya hal ini juga berpengaruh pada masyarakat pembaca itu sendiri, baik sikap, perilaku, dan hal-hal lainnya. Termasuk dalam hal mempengaruhi kesenangan dan ketidaksenangan pembaca terhadap situasi yang ada.

Media cetak surat kabar mempunyai kelebihan lain selain mampu untuk membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting, yaitu memungkinkan penyampaian pesan secara serempak dalam waktu yang singkat dan bersamaan kepada para pembacanya yang bersifat anonym, heterogen, dan secara fisik berjauhan. Kelebihan lain yang dimiliki oleh media cetak yang tidak dimiliki oleh media massa elektronik adalah media massa termasuk surat kabar yang memberikan kesempatan berfikir dan berefleksi kepada pembacanya yang justru pada kesempatan untuk berefleksi itulah letak kesanggupan manusia berfikir dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Surat kabar mampu memberi informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa kemana-mana, terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan. Sekarang diperkirakan ada 45 orang penduduk Indonesia minimal ada satu orang yang berlangganan surat kabar (Cangara, 2003:127). Dengan demikian dapat


(16)

dikatakan surat kabar sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Dengan kelebihan surat kabar tersebut, maka surat kabar dianggap lebih efektif dalam menyampaikan berbagai macam informasi. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca.

Informasi yang mengandung berita tersebut diproduksi dan didistribusikan oleh pers yang mengandung peran ganda sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai pengembang antara komunikator dan komunikan untuk membangun dan mencerdaskan melalui informasi yang dibacanya. Informasi yang disajikan pada surat kabar melalui proses pesan –pesan yang dilakukan wartawan dan redaktur sehingga menjadi informasi akurat. Dalam konteks komunikasi wartawan dan redaktur disebut sebagai gate keeping.

Berita pada hakikatnya merupakan laporan tentang peristiwa penting yang dituliskan media kepada khalayak, berita masih baru dan dipublikasikan. Peristiwa tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan di media massa secara periodik (Muslimin, 2006:6).

Sebagai salah satu bentuk media massa, surat kabar juga dapat membawa dampak bagi masyarakat baik berupa persepsi atau sikap. Disini peneliti ingin mengetahui efek pemberitaan surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa terhadap sikap masyarakat setelah membaca surat kabar mengenai kejadian/fenomena tertentu.


(17)

Salah satu fenomena beritanya adalah berita makelar kasus pajak Gayus Tambunan yang saat ini sering menjadi berita utama (headline) dimedia massa. Berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik gencar dengan pemberitaan makelar kasus pajak Gayus. Pemberitaan ini muncul sejak pertengahan bulan Maret 2010 sampai penelitian ini dilakukan, setelah melalui pemeriksaan makin banyak aparat Polri, Jaksa, Hakim dan pegawai Ditjen Pajak yang terlibat dalam kasus tersebut.

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan seorang pegawai Ditjen Pajak GT (Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. (Jawa Pos,19 Maret 2010)

Pada 7 Oktober 2009, jaksa menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) dengan tersangka Gayus. Dia disangka dengan pasal tindak pidana korupsi, pencucian uang (money laundering), dan penggelapan. Menurut analisis jaksa, Gayus seorang PNS pada Ditjen Pajak yang memiliki rekening Rp 25 Miliar di Bank Panin. Itu dasar diberikannya tiga sangkaan. Namun, setelah dipelajari, dalam berkas perkara diketahui pemilik uang adalah Andi Kosasih (AK), pengusaha property dari Batam. Andi dan Gayus bersepakat bekerja sama mencari tanah untuk pembangunan ruko di Jakarta Utara. Total biaya USD 6 juta. Mereka membuat perjanjian tertulis pada 25 Mei 2008. dan itu diserahkan secara tunai dalam enam tahap. Total yang yang sudah diserahkan USD 2.810.000.


(18)

Namun, jaksa mencurigai adanya dana Rp 395 juta dari pihak ketiga, yakni PT Mega Karya Garmindo (MKG), untuk pengurusan pajak. Uang masuk dalam dua tahap melalui rekening BCA. Selain itu, PT tersebut sudah bubar. Kemudian jaksa meminta agar uang Rp 395 juta disita dan ini masuk dalam penggelapan. Dalam sidang di PN tangerang, jaksa memberikan tuntutan hukuman pidana satu tahun. Alasannya, uang tersebut belum dinikmati dan masih ada dalam rekening. Tapi, majelis hakim memvonis bebas Gayus. (Jawa Pos,23 Maret 2010)

Anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang juga Kepala Pusat Penelusuran dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein mengatakan, uang di rekening Gayus Tambunan Rp 25 M tidak semua dimiliki Andi Kosasih. Yunus mengatakan, uang dalam rekening tersebut kebanyakan berasal dari wajib pajak. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

Terbongkarnya adanya makelar kasus pajak di tubuh Ditjen Pajak yang dilakukan salah satu pegawainya Gayus Tambunan. Hal ini menjadikan pukulan telak dalam penegakan hukum di negeri ini. Sejumlah reaksi kekecewaan masyarakat pun muncul di situs jejaring social Facebook, “Gerakan 1.000.000 Facebooker dukung boikot bayar pajak untuk keadilan”. Jejaring ini mewakili kekecewaan dan ungkapan emosional masyarakat Indonesia. Rakyat berharap agar pajak yang mereka bayarkan dapat dikelola dengan benar sehingga mampu mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Namun, sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Pajak yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan malah digunakan sendiri oleh aparat pajak. (http://www.inilah.com)


(19)

Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Widijiantoro menilai, terungkapnya adanya makelar kasus pajak dapat memicu krisis kepercayaan masyarakat, sehingga mereka enggan bayar pajak. Menurut dia, sikap masyarakat seperi itu sebenarnya bentuk dari keinginan dan harapan agar aparatur Negara khususnya yang mengelola keuangan Negara dapat menunjukkan kredibilitasnya. Saat ini, seharusnya ada upaya untuk mengembalikan kepercayaan publik karena krisis kepercayaan itu. Apabila krisis kepercayaan masyarakat semakin meluas, bisa menjadi ancaman serius, bukan hanya di sektor pajak, tetapi juga sektor lainnya termasuk perbankan. (http://erabaru.net/era-baru/11999)

Menurut ketua DPP Partai Amanat Nasional Bara Hasibuan mengatakan “Publik pantas kecewa atas skandal pajak yang melibatkan Gayus Tambunan serta aparat hukum lainnya. Dalam kasus ini, sebagai pembayar pajak kita punya hak dan posisi kuat untuk menuntut pemerintah agar melakukan investigasi secara komprehensif disamping juga memonitor jalannya investigasi. Namun, kita harus memisahkan persoalan antara pelanggaran hukum oleh aparat Ditjen Pajak dan kewajiban kita sebagai warga Negara. Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban secara hukum, tetapi pajak juga adalah salah satu kontributor utama dalam pembiayaan program pemerintah”.(http://www.antaranews.com)

Peran surat kabar dalam menyampaikan pemberitaan makelar kasus pajak ini sangatlah penting, karena berita ini dapat mempengaruhi sikap masyarakat. Makelar kasus itu sendiri adalah seseorang yang menjadi perantara suatu perkara atas dasar imbalan dari seseorang yang mengalami suatu hal persoalan atau berperkara. Makelar kasus berbeda dengan mafia pajak, mafia pajak adalah suatu


(20)

organisasi yang sejajar dengan badan-badan pemerintahan resmi, mereka bertujuan untuk menguasai dan mengendalikan segala kegiatan politik dan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi menarik untuk diangkat dalam penelitian ini yaitu ketika realitas sosial yang disampaikan melalui media cetak bisa mempengaruhi sikap masyarakat.

Hal ini menarik untuk diteliti karena media massa juga terdapat efek yaitu pembentukan dan perubahan sikap pada masyarakat. Dimana terdapat 3 komponen sikap yaitu kognitif (pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang pemberitaan makelar kasus pajak), afektif (tentang apa yang dirasakan masyarakat terhadap makelar kasus pajak), dan konatif (kecenderungan berperilaku masyarakat terhadap makelar kasus pajak)

Berdasarkan konteks diatas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan penting. Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrument untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat.

Gencarnya pemberitaan tentang makelar kasus pajak maka peneliti memilih surat harian Jawa Pos sebagai medianya. Jawa Pos adalah surat kabar


(21)

harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos itu sendiri merupakan media atau sarana penyampai informasi yang menyajikan berita-berita umum. Jawa Pos sendiri terbit dengan tiga seksi utama:

 Jawa Pos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis, Jawa Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.

 Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik), Deteksi (halaman untuk remaja, salah satunya berisi polling harian), hiburan, kesehatan, teknologi, dan rubric-rubrik “ringan” lainnya serta rubrik mingguan.

 Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak bola dan balap (Formula 1 dan moto GP). Seksi ini juga berisi iklan baris.  Deteksi, berisi berita tentang kehidupan remaja, mulai dari otomotif, style,

techno, movie hingga anime. Terdiri dari 3 halaman yang disisipkan pada bagian Metropolis. Hinggan kini detEksi Jawa Pos aktif mengadakan event seperti DetEksi Basketball League, dan Mading Championship. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Pos)

Melalui surat kabar Jawa Pos peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak Gayus Tambunan. Penelitian ini menggunakan Teori SOR singkatan dari stimulus, organism, response. Stimulus sendiri berarti pesan, komunikator memberikan pesan kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan menyampaikan pesan, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan, dimengerti dan


(22)

menerima pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan sikap kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Faktor peneliti memilih masyarakat Surabaya sebagai objek penelitian karena Surabaya sebagai pembaca Jawa Pos terbanyak. Menurut survey AC Nielsen tahun 2009, secara nasional Koran Jawa Pos beroplah 370 ribu eksemplar dan 60 % pangsanya diserap di Surabaya. Jumlah pembaca Jawa Pos diseluruh Indonesia diperkirakan mencapai angka hampir 3 juta orang, sementara pembaca Jawa Pos di Surabaya 1,4 juta orang. Maka sebagian besar tidak dipungkiri sebagian besar masyarakat Surabaya membaca pemberitaan makelar kasus pajak pada surat kabar Jawa Pos. (www.radarbanten/mod.php?mod)

Peneliti memilih lokasi penelitian ini kepada masyarakat Surabaya, khususnya masyarakat Surabaya yang membaca surat kabar Jawa Pos. Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 20 tahun ke atas, karena usia tersebut dapat dikatakan usia produktif dan individu telah dianggap dewasa sehingga dapat mempertanggung jawabkan pernyataanya. Pemilihan untuk masyarakat Surabaya karena Surabaya juga merupakan ibukota propinsi dan kota metropolis dimana terdapat banyak fasilitas-fasilitas sosial dan ekonomi, seperti pusat perbelanjaan dan pusat perkantoran sehingga masyarakat Surabaya memiliki tanggapan yang beragam atas berita yang mereka baca dari surat kabar.


(23)

Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti Sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap masyarakat terhadap makelar kasus pajak ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan, penerapan teori-teori penelitian di bidang


(24)

ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan berkaitan denagn kajian masalah sikap masyarakat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak penerbit Jawa Pos, mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan makelar kasus pajak.


(25)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk penyampaian informasi. Surat kabar merupakan media komunikasi dalam bentuk tercetak yang mempunyai ciri massal yaitu ditujukan kepada sejumlah orang yang relatif amat banyak dan diterbitkan berdasarkan periodisasi tertentu.

Definisi dari surat kabar yaitu “Media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah memperoleh berita dari sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada para pembacanya”. (Ensiklopedia, 1991:431)

Surat kabar terbit secara harian dan berfungsi untuk menyajikan informasi tentang kejadian sehari-hari. Surat kabar terbit setiap pagi atau pun sore, tergantung dari perusahaan penerbitnya.

Fungsi yang paling menonjol dari surat kabar adalah memberikan informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Selain itu, menurut (Ardianto & Erdinaya, 2005:106) menjelaskan bahwa untuk menyerap isi surat kabar, pembaca dituntut untuk bisa membaca serta memiliki kemampuan


(26)

intelektualitas tertentu. Khalayaknya yang buta huruf tidak dapat menerima pesan surat kabar. Bagi mereka yang berpendidikan rendah pun mungkin akan kesulitan membaca surat kabar, karena banyak istilah dari berbagai bidang yang tidak dapat mereka pahami.

2.1.2 Definisi Berita

Menurut Wiliam S. Maulsby (Mondry, 2009:133) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca di surat kabar tertentu. Sedangkan M.Lyle Spencer (Mondry, 2009:132), dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

Dengan definisi tersebut, dapatlah diketahui bahwa syarat berita harus:  Merupakan fakta, bukan karangan (fiksi) atau dibuat;

 Kalaupun itu pendapat atau ide, bukanlah dari wartawan atau reporter yang menulisnya, tetapi pendapat atau ide orang lain;

 Informasi itu harus ditulis dengan cara yang sudah ditentukan;  Disebar melalui media massa secepatnya.

Untuk bisa diputuskan apakah berita tersebut pantas diberitakan, maka ada beberapa kriteria umum nilai berita (news value) yang biasanya digunakan jurnalis dan editor. Kriteria umum nilai berita terbagi atas : (Sumadiria, 2005:80)


(27)

a. Keluarbiasaan (unusualness)

Kalangan praktisi jurnalis sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut.

b. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua apa yang baru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden, merupakan berita.

c. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media yang melaporkannya.

d. Aktual (timeliness)

Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.


(28)

e. Kedekatan (proximity)

Kedekatan mengandung dua arti yaitu geografis dan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran-perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

f. Informasi (information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak pernah habis.

h. Orang penting (prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting atau orang-orang ternama. Pesohor, selebritis, figure publik. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menjelaskan, nama menciptakan berita (name makes news).

i. Ketertarikan manusiawi (human interest)

Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu


(29)

masyarakat, tetapi lebih menimbulkan getaran pada suasana haru, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Cerita human interest, lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran.

j. Kejutan (surpising)

Kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan ini menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga mneyangkut binatang dan perubahan yang terjadi di pada lingkungan alam, benda-benda mati.

2.1.3 Jenis Berita

Berita berdasarkan jenisnya dibagi dalam tiga kelompok yaitu elementary meliputi straight news, dept news repot, dan comprehensive news report. Berita intermediate meliputi interpretative news report dan feature story report. Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada dept reporting, investigative reporting, dan editorial writing, Rivers ( 1994:6-7).

1. Straight News Report

Laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita yang disajikan memiliki nilai objektif, sesuai dengan fakta-fakta yang ada serta mengandung unsur berita what, when, where, why, dan how (5 W + 1 H).

2. Depth News Report

Reporter menghimpun informasi dengan fakta sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan


(30)

informasi, bukan opini reporter yang dimasukkan melainkan fakta-fakta yang nyata.

3. Comprehensive News

Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Beritanya menyeluruh dan merupakan jawaban atas kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Berita menyeluruh menggabungkan berbagai serpihan fakta yang ada untuk dibangun dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya dapat terlihat dengan jelas.

4. Interpretative news

Memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan masih berbicara pada fakta dan bukan opini. Sumber informasi bisa diperoleh dari nara sumber yang mungkin hanya memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wartawan. Berita interpretative bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari suatu peristiwa.

5. Feature Story

Dalam laporan, reporter menyajikan informasi penting untuk para pembaca. Sedangkan dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.


(31)

6. Depth reporting

Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan untuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar.

7. Investigative reporting

Laporan jurnalistik yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretative. Berita jenis ini memuat biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Wartawan dalam melakukan investigative reporting melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaanya sering ilegal dan tidak etis.

8. Editorial writing

Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial merupakan penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. Penulis editorial bisa merupakan wartawan senior di media yang bersangkutan.

2.1.4 Surat Kabar

Pengertian surat kabar menurut Kurniawan Junaedi yang dijelaskan dalam ensiklopedia pers Indonesia diuraikan sebagai berikut :

a. Aktual

Permasalahan atau peristiwa yang diberitakan merupakan hal yang baru terjadi dan menarik serta masih ramai dibicarakan oleh orang.


(32)

b. Periodesitas

Surat kabar diterbitkan secara teratur dan terus menerus, baik harian mingguan dan tengah mingguan.

c. Universalitas

Surat kabar memberikan informasi atau berita tentang segala aspek kehidupan manusia, surat kabar ditujukan kepada publik pembacanya tanpa memandang derajat maupun golongan.

a. Obyektifitas

Informasi atau berita yang disajikan haruslah sesuai dengan fakta atau kejadian yang benar-benar terjadi.

b. Afinitas

Unsur ketergantungan merupakan salah satu usaha surat kabar dalam menjalin hubungan dengan pembacanya. Surat kabar memberikan informasi sedangkan pembacanya mempunyai kebutuhan akan informasi.

Disamping itu surat kabar memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berita merupakan unsur utama yang dominan

Surat kabar harus memenuhi kaidah jurnalistik, diantaranya aktual, akurat, obyektif, faktual, jujur, efektif, jelas, terang dan santun. Masyarakat dalam mencari atau membeli surat kabar didorong karena kebutuhan informasi. Motivasi yang paling signifikan untuk membaca surat kabar adalah informasi yang disebut news atau berita.


(33)

2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa

Ruang tersebut adalah halaman-halaman surat kabar. Ruang berjumlah empat halaman tetapi dapat mencapai 100 halaman tergantunga pada permintaan masyarakat.

3. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” relatif lebih lama.

Khalayak dapat dengan mudah untuk membaca ulang berita pada surat kabar. Bahkan dengan teknik kliping yang canggih kita dapat membaca ulang edisi beberapa tahun silam.

4. Umpan balik relatif lebih lamban

Umpan balik dalam proses komunikasi bermedia bersifat tertunda. Umpan balik pada surat kabar harian bisa dibaca oleh khalayak paling cepat satu hari setelah pesan berita diterima khalayak.

5. Kesegaran (immediately) relatif lamban

Pesan yang disampaikan melalui surat kabar tidak bisa segera atau tidak bisa langsung cepat diterima oleh khalayak.

6. Dalam hal kenyataan (realism) relatif kurang kredibel

Surat kabar dalam menuliskan berita terkadang tidak sesuai dengan aslinya. Adanya berita-berita sensasi dan penulisan yang menegangkan masih dapat ditemukan.

7. Ditentukan oleh jalur distribusi

Surat kabar diterima oleh pelanggan atau pembeli melalui melalui proses distribusi termasuk pengemasan.


(34)

1. Informasi

Surat kabar yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran. Khalayak tertarik dengan surat kabar yang banyak mengandung informasinya.

2. Mendidik

Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuan.

3. Menghibur

Surat kabar juga memiliki fungsi menghibur. Isi surat kabar yang bersifat hiburan antara lain cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang, karikatur, mengandung minat insani dan tajuk rencana.

4. Mempengaruhi

Fungsi surat kabar secara implicit (langsung) terdapat dalam berita, sedangkan secara explicit (tidak langsung) terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Surat kabar mempunyai sisi idiil dimana ia mempunyai tugas menyebarkan informasi ke masyarakat dan sisi lain sebagai institusi bisnis realitas surat kabar sebagai suatu industri yang mempunyai motif mencari keuntungan. Dalam penelitian ini surat kabar digunakan sebagai salah satu media massa untuk mempromosikan dan memberikan informasi, hal ini karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki antara lain :

a. Surat kabar dapat menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal).


(35)

c. Konsumen dalam memandang surat kabar memilih hal-hal aktual segera diketahui khalayak pembacanya.

d. Pengiklan dapat bebas memilih pasar mana dalam cakupan geografis yang mana diprioritaskan.

2.1.5 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2007:40)

Menurut Sherif dan Sherif (1956:489), sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. (Rakhmat, 2007:40)

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul dari reaksi individu. Reaksi yang terjadi sangat eveluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positive dan negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001:40)


(36)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikian, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat, 2001:42)

Pada hakekatnya, sikap adalah merupakan suatu interalisasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada 3 yaitu :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.


(37)

Apabila dikatakan dengan tujuan komunikasi, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau content) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan. b. Dampak afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa

yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak konatif (behavioral) merupakan dampak yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat dipahami, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005:219).

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative, jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek (Effendy, 1993:6).


(38)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan, apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan ‘gagal’ maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, negative, atau netral dengan melihat jumlah skor yakni yang dilihat dalam komponen kognitif dengan sangat tidak tahu (STT), tidak tahu (TT), tahu (T), dan sangat tahu (ST) dan komponen afektif dan konatif sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.6 Pemberitaan Makelar Kasus Pajak

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya Makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Yaitu temuan tentang kasus pajak yang diduga uangnya dibagi-bagi antara penyidik di Korps Bhayangkara. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak GT (Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. Saat masih menjabat, Susno meminta anak buahnya di Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim untuk menuntaskan kasus itu. Tapi sebelum kasus tersebut rampung, Susno keburu di-non-job-kan. Dia lengser dari Kabareskrim diganti rekan seangkatannya, Komjen Ito Sumardi. Kasus tersebut tak dilanjutkan. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)


(39)

Menurut Susno, kasus duit sitaan pajak Rp 25 miliar itu tidak dituntaskan. Sejumlah Perwira dan Penyidik di Mabes Polri malah diduga kecipratan duit haram tersebut. Uang Rp 25 miliar tersebut, sebelumnya telah dibekukan karena telah masuk dalam proses pengadilan. Namun, uang tersebut oleh penyidik dicairkan karena ada seorang pengusaha AK (Andi Kosasih) yang mengaku sebagai pemilik uang tersebut. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Sudah ada tujuh tersangka dalam kasus ini. Seorang terangka baru, Alif Kuntjoro, ditahan kemaren. “Dia yang disuruh Gayus memberikan hadiah motor gede ke Kompol Arafat. Enam tersangka lainnya, yaitu GT (Gayus Tambunan), AK (Andi Kosasih), HH (Haposan Hutagalung), A (Kompol Arafat), S (AKP Sri Sumartini), dan L (Lambertus). (Jawa Pos, Minggu 4 April 2010)

Berdasarkan data dari Pusat pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), tercatat Rp 25 miliar yang dilaporkan ke penyidik Polri. Namun, penyidik hanya menyatakan Rp 395 juta yang terkait tindak pidana. Sementara sisanya, sekitar Rp 24,6 miliar tidak terbukti. (Jawa Pos, 26 Maret 2010)

Menurut Direktur KITSDA Ditjen Pajak Bambang Basuki memaparkan, sepanjang karirnya di Ditjen Pajak, Gayus memang banyak menangani kasus keberatan maupun banding oleh wajib pajak (WP) badan atau perusahaan. “Yang ditangani GT (Gayus Tambunan) memang yang besar-besar,” ujarnya. Sejak awal 2007 hingga pertengahan 2007, Gayus bertugas di subdirektorat banding hingga sekarang. Bambang menyatakan, saat berperkara dengan WP di pengadilan, Gayus memenangkan penolakan Ditjen Pajak atas keberatan yang di ajukan WP. “Diantara 17 proses keberatan pajak yang ditangani, 15 kasus ditolak pengadilan.


(40)

Artinya, Ditjen Pajak menang,” jelasnya. Namun, saat Gayus menangani kasus banding mulai pertengahan 2007 hingga awal 2010, hasilnya mengejutkan. Diantara 51 kasus banding, 40 kasus dikabulkan pengadilan. Artinya, 40 kali Ditjen Pajak kalah. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

Setelah melalui penyidikan, Polri segera melakukan pemanggilan kepada Andi Kosasih dan Gayus Tambunan untuk diperiksa. Andi Kosasih mengaku bahwa dirinya dan Gayus bersepakat mengaku Rp 24,6 miliar itu untuk beli ruko, uang itu kemudian bebas perkara dan bisa dibuka blokirnya pada 26 November 2009. Andi Kosasih menerima Rp 1,9 miliar dari uang tersebut (Jawa Pos,27 Maret 2010). Di tempat yang berbeda, Gayus pun juga mengakui adanya skema pembagian uang setelah dana dicairkan. Termasuk, rencana pemberian fee kepada jaksa dan penyidik serta atasan penyidik. (Jawa Pos, 6 April 2010)

Hasil dari eksaminasi yang ditindaklanjuti oleh pemeriksaan fungsional jajaran pengawasan Kejagung telah menjatuhkan sanksi pada dua jaksa senior yang terlibat dalam penanganan perkara Gayus, Cirus Sinaga dan Poltak Manulang. Yakni, pembebasan dari jabatan struktural. Cirus adalah ketua tim jaksa peneliti perkara Gayus yang kini menjabat asisten pidana khusus (Aspidus) Kejati Jateng. Sedangkan Poltak Manulang saat penanganan perkara Gayus menjabat direktur pra penuntutan pidana umum dan kini dicopot dari posisi Kejati Maluku. (Jawa Pos, 16 April 2010)

Penyidikan tentang makelar kasus pajak ini tetap berjalan sampai penelitian ini dilakukan. Tim independent pun telah menemukan titik terang dari kesaksian para tersangka, Kapolri Bambang Hendarso Danuari menyebut lima


(41)

kelompok pajak yakni, Kepolisian, Hakim dan Pengadilan, Kejaksaan, Aparat Pajak dan Makelar kasus.

Kepolisian, resmi tersangka: Kompol M. Arafat Enanie dan AKP Sri Sumartini. Diperiksa Propam: Kombes Eko Budi AKBP Mardiyani, Kombes Pambudi Pamungkas, Brigjen Radja Erizman, Brigjen Edmond Ilyas. Status dua orang lagi segera ditingkatkan menjadi tersangka.

Hakim dan Pengadilan, Muhtad Asnun, mantan ketua PN Tangerang, sudah dinonpalukan oleh MA. Panitera M. Ikat yangantarkan Gayus menyuap hakim, diperiksa. Bukti sudah cukup untuk menaikkan keduanya sebagai tersangka.

Kejaksaan, empat jaksa peneliti kasus Gayus, yakni Cirus Sinaga, Fadil Regan, Ika Savitri, dan Eka Kurnia, diperiksa sebagai saksi. Bukti cukup dinanti untuk menaikkan status para jaksa itu sebagai tersangka.

Aparat pajak, tersangka adalah Gayus Tambunan dan Alif Kuncoro. Mantan atasan Gayus, Matuli Pandapotan Manurung, yang sudah dicopot dari Kasi Pengurangan dan Pemberatan Ditjen Pajak, segera jadi tersangka.

Makelar kasus, para tersangkanya adalah Andi Kosasih, Haposan Hutagalung, dan Lambertus P. Ama. Andi berperan sebagai pengusaha yang mengklaim memiliki uang Gayus, Haposan mengatur scenario, dan Lambertus menjadi notaries surat-surat palsu. (Jawa Pos, 28 April)


(42)

2.1.7 Makelar Kasus

Menurut kamus Bahasa Indonesia online, makelar adalah perantara perdagangan (antara pembeli dan penjual); orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli atas dasar komisi. Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara. Maka dapat disimpulkan definisi mekelar kasus adalah seseorang yang menjadi perantara suatu hal atau perkara atas dasar imbal balik jasa berdasarkan komisi dari seseorang dan atau badan hukum yang tengah mengalami suatu hal persoalan atau kondisi atau tengah berperkara. (http//www.makelarkasutrustdhenata.com)

Makelar, dalam pengertian sederhana, adalah orang yang pekerjaannya menjadi perantara dalam melakukan transaksi, penjualan maupun pembelian, untuk orang yang menyuruhnya (majikan). Makelar diangkat oleh pemerintah dan sebelum menjalankan pekerjaannya disumpah oleh pengadilan negeri tempat ia berdomisili. Inti sumpahnya adalah bahwa ia akan menunaikan tugas dan kewajibannya dengan jujur. Kasus adalah peristiwa atau perkara yang menjadi urusan hukum. (Ensiklopedia, 1991:230)

2.1.8 Pajak

Menurut Prof. Dr. Rohmat Soemitro SH, dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan merumuskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen


(43)

prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.(Rahayu & Suhayati, 2009:1)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU no.28 tahun 2007 Pasal 1 angka 1)

Menurut S.I. Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada saja timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Siti, 2009:1)

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

 Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.


(44)

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan Negara) dan fungsi regularend (pengatur). (Siti, 2009:3)

a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluran baik rutin maupun pengembangan. Sebagai sumber keunangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak penghasilan (PPh), pajak Pertahanan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Fungsi Regulared (pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah daam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:

 Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).


(45)

 Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan:dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

 Tarif pajak ekspor sebesar 0%:dimaksudkan agar pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.

 Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain-lain:dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).

 Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi:dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi Indonesia.

 Pemberlakuan tax holiday:dimksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.

Badan usaha atau individu dalam kegiatan usaha dan pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa wajib untuk membayar pajak. Sesuai dengan system Self Assessment maka wajib pajak (individu atau badan usaha) mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau


(46)

kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). .(Rahayu dan Suhayati, 2009:185)

Sesuai dengan Pasal 4 UU Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 dijelaskan bahwa yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. (http://cybermed.cbn.net.id)

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan usaha menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Yang dimaksud orang pribadi yang wajib memiliki NPWP itu adalah :

Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

 Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (http://dimaz.web.id)

Sesuai dengan Pasal 2 KEP-161/PJ./2001 dijelaskan bahwa :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajip Pajak Badan, wajip mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama 1 (satu ) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melaksanakan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang


(47)

jumlahnya telah melebihi Penghasilan TIdak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lambat akhir bulan berikutnya. (http://cybermed.cbn.net.id)

2.1.9 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar, kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberi tanda, lambang maupun tanda, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu


(48)

komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkannya.

Unsur-unsur dari model ini adalah :

1. Pesan (stimulus) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang

2. Komunikan (organisme) merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. (Effendi, 2003:255)

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek. Perhatian adalah sejumlah stimulus yang diterima komunikan melalui salah satu indera maka yang lain akan terabaikan, pengertian adalah penafsiran suatu stimulus yang


(49)

diterima komunikan tergantung bagaimana stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan, sedangkan penerimaan adalah penciptaan dari stimulus yang diterima komunikan berupa sikap yang berubah atas suatu pesan yang diterima. Maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar ini model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “Pemberitaan Gayus Tambunan di harian Jawa Pos”. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahap berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya, komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesedian diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. (Effendy, 2003:256)


(50)

2.2 Kerangka Berpikir

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya Makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Yaitu temuan tentang kasus pajak yang diduga uangnya dibagi-bagi antara penyidik di Korps Bhayangkara. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak GT (Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. Saat masih menjabat, Susno meminta anak buahnya di Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim untuk menuntaskan kasus itu. Tapi sebelum kasus tersebut rampung, Susno keburu di-non-job-kan. Dia lengser dari Kabareskrim diganti rekan seangkatannya, Komjen Ito Sumardi. Kasus tersebut tak dilanjutkan. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Menurut Susno, kasus duit sitaan pajak Rp 25 miliar itu tidak dituntaskan. Sejumlah Perwira dan Penyidik di Mabes Polri malah diduga kecipratan duit haram tersebut. Uang Rp 25 miliar tersebut, sebelumnya telah dibekukan karena telah masuk dalam proses pengadilan. Namun, uang tersebut oleh penyidik dicairkan karena ada seorang pengusaha AK (Andi Kosasih) yang mengaku sebagai pemilik uang tersebut. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Berdasarkan data dari Pusat pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), tercatat Rp 25 miliar yang dilaporkan ke penyidik Polri. Namun, penyidik hanya menyatakan Rp 395 juta yang terkait tindak pidana. Sementara sisanya, sekitar Rp 24,6 miliar tidak terbukti (Jawa Pos, 26 Maret 2010).


(51)

Penyidikan tentang makelar kasus pajak ini tetap berjalan sampai penelitian ini dilakukan. Tim independent pun telah menemukan titik terang dari kesaksian para tersangka, Kapolri Bambang Hendarso Danuari menyebut lima kelompok pajak yakni, Kepolisian, Hakim dan Pengadilan, Kejaksaan, Aparat Pajak dan Makelar kasus.

Makelar kasus, para tersangkanya adalah Andi Kosasih, Haposan Hutagalung, dan Lambertus P. Ama. Andi berperan sebagai pengusaha yang mengklaim memiliki uang Gayus, Haposan mengatur scenario, dan Lambertus menjadi notaries surat-surat palsu. (Jawa Pos, 28 April 2010)

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup pembahasan adalah sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar, adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut:

Surabaya sebagai salah satu kota terbesar kedua di Indonesia dengan masyarakat yang multi etnis (heterogen) dengan berbagai karakteristik yang berpotensial dengan gaya hidup yang cukup luas dan banyak aktivitas yang dilakukan dalam bersosialisasi. Surabaya terpilih dalam penilitian ini karena berdekatan dengan media penelitiannya yaitu surat kabar Jawa Pos yang berpusat di Surabaya. Dengan adanya kedekatan dengan obyek penelitian akan memudahkan peneliti untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan


(52)

gambar, kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberi tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan, mengerti dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkannya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos, karena stimuli, maka akan diterima pesan bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut.


(53)

Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Markus Pajak Pasca

Pemberitaan Gayus Tambunan di Surat

Kabar Jawa Pos

a. Efek Kognitif b. Efek Afektif c. Efek Konatif Masyarakat

Surabaya sebagai khalayak pembaca

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Stimulus

Berita mengenai “Gayus Tambunan” di Surat Kabar Jawa

Pos

Gambar 2 :Bagan kerangka berpikir Sikap masyarakat terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode diskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang terjadi pada masyarakat Surabaya untuk menjadi objek penelitian, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun variabel tertentu. (Bungin, 2001:48)

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos. Untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

3.1.1 Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Pemberitaan Makelar Kasus Pajak di Surat Kabar Jawa Pos

Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyanangkan, tidak menyenangkan, atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah kumpulan obyek. Sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan


(55)

bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rahmat,2001:39)

Sikap masyarakat setelah membaca berita makelar kasus pajak merupakan bentuk dari kecenderungan berfikir, merasa dan bertindak menghadapi obyek, situasi berupa pemberitaan tersebut di surat kabar Jawa Pos.

Pada penelitian ini sikap dibagi menjadi tiga hal yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Variasi sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif yang meliputi :

1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau pemahaman informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap. Dalam hal ini objek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat kabar, yaitu:

a. Pengetahuan responden tentang berita makelar kasus pajak

b. Pengetahuan responden bahwa para markus pajak ini mendapat fee(uang jasa) dari kasus pajak yang ditangani

c. Pengetahuan responden bahwa para makelar kasus pajak tidak hanya berasal dari aparat pajak

d. Pengetahuan responden bahwa para makelar kasus pajak merugikan uang negara

Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

 Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16


(56)

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 4 x 1 = 4

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

= 16 – 4

4

= 12

4

= 3

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : a. Aspek kognitif negative yaitu 3 – 5

b. Aspek kognitif netral yaitu 6 – 8 c. Aspek kognitif positif yaitu 9 – 16

2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir, ketakutan, dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap. Dalam hal ini obyek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat Kabar:

a. Adanya kekhawatiran para wajib pajak pasca pemberitaan makelar kasus pajak

b. Perasaan marah atas uang pajak yang digunakan untuk pribadi oleh para markus

c. Kewaspadaan terhadap markus-markus pajak lainnya yang masih ada


(57)

d. TImbul aman setelah aparat Kepolisian melakukan penangkapan terhadap para markus pajak

Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

 Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 4 x 1 = 4

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

= 16 – 4

4

= 12

4

= 3

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : b. Aspek kognitif negative yaitu 3 – 5

b. Aspek kognitif netral yaitu 6 – 8 c. Aspek kognitif positif yaitu 9 – 16

3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku seseorang mengenai obyek sikap. Dalam hal ini obyek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat kabar:

a. Jika mendapati makelar kasus pajak akan dilaporkan ke aparat Kepolisian


(58)

b. Mendukung aparat kepolisian untuk segera menangkap para markus-markus pajak yang masih ada

c. Berhati-hati saat pembayaran pajak di kantor pajak Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

 Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 3 x 4 = 12

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 3 x 1 = 3

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

= 12 – 3

4

= 9

4

= 2,25 = 2

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : c. Aspek kognitif negative yaitu 2 – 3

b. Aspek kognitif netral yaitu 4 – 5 c. Aspek kognitif positif yaitu 6 – 12

Hal tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang lebih operasional. Pernyataan yang operasional inilah yang akan menjadi komponen skala pengukuran (Singarimbun, 1989:134). Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan yang menyatakan hal-hal positif yaitu kalimat dari


(59)

pernyataan tersebut mendukung atau memihak. Pernyataan positif ini disebut pernyataan favorable. Selain itu, pernyataan tersebut juga terdiri dari hal-hal negative yaitu hal-hal yang bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek yang diungkap. Pernyataan yang negative ini disebut unfavorable. (Anwar,1997;161)

Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos diukur dengan alternative pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif dan konatif yang dinyatakan dalam jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersikap mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar,2007;161). Pemberian skor pada pernyataan komponen kognitif adalah sebagai berikut:

 Sangat tidak tahu (STT) : diberi skor 1  Tidak tahu (TT) : diberi skor 2  Tahu (T) : diberi skor 3  Sangat tahu (ST) : diberi skor 4 Sedangkan pada komponen afektif dan konatif :

 Sangat tidak setuju (STS) : diberi skor 1  Tidak setuju (TS) : diberi skor 2  Setuju (S) : diberi skor 3  Sangat setuju (SS) : diberi skor 4


(60)

Adapun pilihan jawaban pernyataan digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undeciaded), alasannya menurut Hadi (1986;20) sebagai berikut:

1. Kategori undeciaded memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban ditengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Maka selanjutnya, diberikan batasan-batasan dalam menentukan dalam menentukan lebar interval dari pernyataan diatas yang akan dijawab yaitu positif, negative, atau netral dengan menggunakan rumus :

Interval = Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Interval : berdasarkan dari tiap tingkatan


(61)

pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara skor terendah dengan jumlah item

Pertanyaan

Maka interval penelitiannya ini adalah : Range = (11x4) – (11x1)

4 = 44 - 11

4 = 33

4

= 8,25 = 8 Jadi, penetuan kategorinya adalah sebagai berikut :

a. Sikap negative dengan skor yang diperoleh 8 – 15 b. Sikap netral dengan skor yang diperoleh 16 – 23 c. Sikap positif dengan skor yang diperoleh 24 - 44

Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap masyarakat Surabaya, dapat diketahui melalui sikap yang dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Sikap negative, jika responden tidak mendukung adanya pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar

b. Sikap netral, jika responden tidak menentukan pilihan atau tidak mengambil keputusan terhadap pemberitaan makelar kasus pajak

c. Sikap positif, jika responden mendukung adanya pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar


(62)

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diteliti. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya yang telah bekerja dan usianya 20 tahun ke atas. Alasan peneliti adalah karena masyarakat yang memiliki usianya 20 tahun ke atas adalah masyarakat dewasa yang memungkinkan untuk memahami suatu pemberitaan. Jumlah populasi masyarakat Surabaya yang telah bekerja yang usianya 20 tahun ke atas adalah 697.732 (Sumber:BPS (Badan Pusat Statistik), Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 2007)

3.2.2 Sampel dan Tehnik Penarikan

Sample adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Tehnik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. (Sugiyono,2001:61)

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sample digunakan rumus Yamane sebagi berikut (Krisyantono,2007:160) :

N

n =


(63)

Keterangan : N = Populasi N = Jumlah sample

D = presisi (derajat ketelitian 0,1)

N

n =

N (d²)+1

697.732 n =

697.732 (0,1²)+1

697.732 n =

6978,32

= 99,98 = 100 sampel

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dengan cara mengumpulkan data dari para responden dengan menyebarkan daftar kuesioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar kuesioner. Dalam penyebaran kuesioner ke responden didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan dengan alasan apabila dalam kuesioner yang diajukan terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden dapat dijelaskan oleh peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah persepsi dan


(64)

jawaban yang ada adalah valid. Sementara data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang dan data dari lembaga pemerintahan.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian di analisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap:

a. Editing atau seleksi angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisis yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam table, data-data yang dapat

dihubungkan dengan pengurangan terhadap variable-variabel yang ada. (Rahmat,2002:134

Data yang dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

F

P = X 100

N

Keterangan :


(65)

F = frekuensi responden N = jumlah responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam table agar mudah dibaca dan interpretasikan, maka proses ini disebut tabulasi.


(66)

4.1 Gambaran Umum Surat Kabar

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya

Bataviase Nouvelie adalah surat kabar pertama di Indonesia yang terbit pada bulan Agustus 1744 namun dua tahun kemudian ditutup tepatnya pada tahun 1746, setelah itu dalam perkembangannya, terbit sebuah surat kabar dengan nama De Oost Pos pada tahun 1835. sejak surat kabar De Oost Pos terbit kemudian diikuti terbitnya surat kabar lainnya bernama De Nieuws Bode yang dipimpin oleh J.J. Nosse pada tahun 1861 dengan masih tetap menggunakan bahasa Belanda.

Surat kabar yang terbit pertama kali di Surabaya adalah Soerobojosce Courant pada tahun 1831, yang diikuti dengan diterbitkannya surat kabar yang bernama Soerobaiasch Adverientieblad bulan Maret 1836. Kemudian pada tahun 1861 terbit surat kabar Thimes Nieuw Advertieblad yang dipimpin oleh M. Weber, tetapi pada tahun 1909 berganti nama menjadi Soerobaiasch Niuewblad. Dalam perkembangannya, surat kabar ini kemudian bergabung dengan Soerabaiasch Handleblad, yang sebelum tahun 1865 bernama De Oost Post.

Surat kabar berbahasa Melayu pertama di Surabaya adalah “Surat Kabar bahasa Melajoe” yang terbit pada tahun 1856, setelah itu baru muncul Bintang Timoer, pada tahun 1862, “Bintang Soerabaia” pada tahun 1861, “Celebes Courant” pada tahun 1881, “Thahaja Moelia” pada tahun 1883, “Pemberita Bahroe” pada tahun 1890 dan “Primbon Soerabaia” pada tahun 1990.


(67)

Sebelum masa kemerdekaan, pers yang ada di Surabaya telah digunakan oleh pemerintah penjajah guna kepentingan koonialismenya. Pada jaman colonial Belanda, ada tiga jenis pers yang beredar yaitu, Pers Belanda, Pers Nasional dan Pers Tionghoa – Melayu. Pers Belanda lebih menyuarakan kepentingan penjajah dan pengamanan modal yang dimiliki olehnya. Pers Nasional selalu menyuaraka jiwa kemerdekaan Indonesia. Sedangkan Pers Tionghoa – Melayu mewakili golongan Tionghoa berkembang dengan terus menerus meningkatkan modal, namun juga lebih condong ke pihak Nasional.

Dalam era tahun 1910 – 1920, kota Surabaya memiliki Pers Nasional yang dikelola oleh Syarikat Islam dan komunis. Namun, pada tahun 1914 – 1923 muncul harian “Oentoesan Hindia” oleh Handel My yang berbentuk perseroan terbatas dan diterbitkan di penerbitan Setjia Oesaha, yang bersuarakan aliran Islam dan kebangsaan. Sedangkan pada tahun 1925 muncul “Mingguan Proletar” yang menyuarakan paham komunisme dan proletarisme.

Pada tahun 1929 terbit surat kabar “Sin Tit Po” di bawah pimpinan Liem Koen Hian adalah aktivis Cina yang menyokong kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut menempatkannya dalam kedudukan berlawanan dengan Koran-koran China lainnya di Indonesia yang masih terkait pada nasionalisme China atau yang merupakan pendukung pemerintah colonial Belanda.

Situasi dan kondisi menjadi berbalik ketika pemerintah Jepang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942 – 1945. Pada masa pendudukan Jepang ini hamper semua pers nasional tidak boleh terbit dan dipaksa berintegrasi dalam barisan propaganda militerisme Jepang. Kantor berita Indonesia “Antara” masuk dalam


(1)

Responden pun mengetahui tentang aparat dari instansi lainnya pun turut terlibat dalam kasus tersebut.

Tabel 4.17 Aspek Afektif

NO. Kategori Jawaban F %

1. Positif 100 100%

2. Netral 0 0%

3. Negatif 0 0%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel di atas aspek afektif positif mendominasi dengan 100% atau 100 responden. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan responden terhadap markus pajak selalu waspada namun tidak menutup kemungkinan perasaan khawatir respoden pasca pemberitaan makelar kasus pajak. Karena masih banyak markus-markus lain yang belum tertangkap.

Tabel 4.18 Aspek Konatif

NO. Kategori Jawaban F %

1. Positif 100 100%

2. Netral 0 0%

3. Negatif 0 0%

Jumlah 100 100%

Berdaarkan tabel di atas, 100% atau 100 responden berada pada kategori aspek konatif positif. Hal ini berarti responden bersikap menolak akan segala hal yang berkaitan dengan markus pajak, namun responden juga turut membantu kepolisian jika mengetahui adanya markus, mendukung aparat kepolisian untuk


(2)

79

menangkap para markus-markus pajak dan selalu waspada dan hati-hati saat melakukan pembayaran pajak.

4.2.6 Kategorisasi Aspek Secara Umum

Aspek pada penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu aspek Kognitif, aspek Afektif, dan aspek Konatif. Dalam penelitian ini responden diberikan masing-masing 4 pertanyaan untuk kognitif dan afektif serta 3 pertanyaan untuk aspek konatif. Ketiga aspek ini masing-masing dikategorikan dalam 3 tingkatan yaitu negative, netral, dan positif. Data selengkapnya tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 4.19 Komulatif

NO. Kategori Jawaban F %

1. Positif 100 100%

2. Netral 0 0%

3. Negatif 0 0%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa aspek secara umum responden dalam menyikapi pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar adalah positif yaitu sebesar 100% atau 100 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden sangat mengetahui dan memahami perkembangan berita makelar kasus pajak di surat kabar. Responden mendukung adanya pemberitaan mengenai markus pajak dengan begitu masyarakat dapat mengetahui sejauh mana tindakan pemerintah dalam menangani peristiwa seperti ini. Selain itu, masyarakat dapat waspada terhadap para oknum-oknum yang mungkin terlibat dalam markus pajak.


(3)

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian Sikap Masayarakat Surabaya terhadap pemberitaan Makelara Kasus Pajak di Surat Kabar Jawa Pos adalah positif, artinya bahwa responden sangat mengetahui dan memahami perkembangan berita makelar kasus pajak di surat kabar sebagai keterbukaan dalam menyampaikan informasi dan fungsi dari per situ sendiri sabagai kontol social. Responden mendukung adanya pemberitaan mengenai makelar kasus pajak dengan begitu masyarakat dapat mengetahui sejauh mana tindakan pemerintah dalam menangani peristiwa seperti ini. Peristiwa seperti ini juga tidak terjadi sekali saja, namun sudah banyak kasus serupa yang hingga merugikan Negara. Maka masyarakat sebaiknya lebih waspada terhadap para oknum-oknum yang mungkin terlibat dalam markus pajak.

5.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos adalah :

1. Media massa sebagai salah satu sumber informasi, pendidikan, dan hiburan yang diharapkan mampu memberikan tayangan serta informasi yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat pembacanya.


(4)

81

2. Dari data dan uraian skripsi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi aparat pajak dan instansi pemerintahan lainnya dalam membahas masalah makelar-makelar kasus yang sering ada dalam instansi pemerintahan.


(5)

Karya

Azwar, Saifuddin, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jogjakarta: Pustaka Utama Grafity

Bungin, Burhan, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Cangara, Hafied, 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Effendy, Onong Uchjana, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 15, 1991. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka Ensiklopedia Indonesia Jilid 3.1982. Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve

Kasali, Rhenald, 2000. Manajemen Public Relation. Jakarta: Pustaka Utama Grafity.

Kriyantono, Rachmat, 2006. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana McQuail, Dennis, 2005. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga

Mondry, 2009. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Muda, Iskandar, 2003. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Pareno, Sam Abede, 2002. Manajemen Berita. Surabaya: Papyrus

Rakhmat, Jalaluddin, 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Rakhmat, Jalaluddin, 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Resmi, Siti.2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Wiryanto, 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo


(6)

83

Romli, ASM, 2003. Jurnalistik Terapa. Jakarta: Basic Press Sugiyono, 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suhayati, Rahayu, 2009. Perpajakan. Bandung: Graha Ilmu

Sumadiria, AS Haris, 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Wiryanto, 2001. Teori Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Non Buku :

http://www.antaranews.com

http://cybermed.cbn.net.id/cbptrl/cybernews/detail.aspx?x=Tax+Consultation&y= cybernews

http://dahlaniskan1951.wordpress.com/tag/ceo-jawapos/ http://dimaz.id/info/npwp-manfaatnya

http://erabaru.net/era-baru/11999http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Pos http://www.inilah.com


Dokumen yang terkait

KASUS MAFIA PAJAK GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN DALAMPEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO KASUS MAFIA PAJAK GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Berita Kasus Mafia Pajak Gayus Hal

0 2 18

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Sedot Pulsa Dengan Modus Konten” Di Surat Kabar Jawa Pos).

0 0 105

PEMBINGKAIAN KASUS GAYUS TAMBUNAN PERGI KE BALI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS.

0 0 89

SIKAP GURU DI SURABAYA TENTANG UJIAN NASIONAL MELALUI PEMBERITAAN DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Sikap Guru Di Surabaya Tentang Ujian Nasional Melalui Pemberitaan Di Surat Kabar Jawa Pos).

0 0 89

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak Di Surat Kabar).

0 0 78

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyara

0 0 16

SIKAP GURU DI SURABAYA TENTANG UJIAN NASIONAL MELALUI PEMBERITAAN DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Sikap Guru Di Surabaya Tentang Ujian Nasional Melalui Pemberitaan Di Surat Kabar Jawa Pos)

0 0 27

DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan di surat kabar Jawa Pos) SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

0 0 24

PEMBINGKAIAN KASUS GAYUS TAMBUNAN PERGI KE BALI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS SKRIPSI

0 0 24

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Sedot Pulsa Dengan Modus Konten” Di Surat Kabar Jawa Pos) SKRIPS

0 0 31