Ulat Jengkal Chrysodeixis orichalcea L Lepidoptera : Noctuidea Kutu Daun Aphis brassicae L. Homoptera : Aphidoidae

kemudian berwarna coklat tua. Ngengat H. armígera memiliki sayap depan berwarna coklat dengan satu bintik hitam pada sayap tersebut, Sayap belakangnya memiliki tepi berwarna hitam, sedangkan pangkal sayap tersebut berwarna putih kecoklatan. Ngengat jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina karena pola bercak pirang tua merah pada ngengat betina. Pada ngengat jantan terdapat pola bercak yang berwarna kehijauan pada ujung sayapnya Herlinda, 2005 Daur hidup H. armigera dari telur hingga imago meletakkan telur 50-52 hari. Lama hidup ngengat berkisar antara 2-18 hari dengan rata-rata 11,2 hari. Suhu yang lebih tinggi akan mempercepat metabolisme yang akhimya dapat mempercepat perkembangan Herlinda, 2005.

2.1.5 Ulat Jengkal Chrysodeixis orichalcea L Lepidoptera : Noctuidea

Klasifikasi dari ulat jengkal Kalshoven, 1981 yaitu sebagai barikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Chrysodeixis Spesies : Chrysodeixis orichalcea L. Imago berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan pada sayap d epan menyerupai huruf “Y”. Telurnya kecil berwarna agak putih dimana diletakkan secara tunggal diatas daun Rukmana, 2004. Telur menetas setelah 3-10 hari. Larva yang baru menetas mulai memakan daun pada bagian bawahnya, kemudian akan bergerak ke bagian dalam tanaman dan mulai memakan daun yang muda maupun tunas yang masih muda Pracaya, 1999. Larva berwarna hijau dengan garis-garis putih disisinya. Ciri khas larva ini bila berjalan seperti menjengkal. Pupa dibentuk pada bagian bawah daun. Daur hidup C. orichalcea dari telur sampai imago berlangsung selama 18- 24 hari Rukmana, 2004. Ukuran tubuh ulat jengkal agak besar dan panjang tubuh ulat dewasa mencapai 4 cm. Stadium larva terdiri atas lima instar, umur larva berlangsung selama 14-19 hari dengan rerata 16,2 hari. Gejala serangan yang disebabkan oleh larva C. orichalcea adalah larva akan merusak dan memakan daun, sehingga daun yang diserang menjadi berlubang-lubang, mulai dari tepi daun bagian atas atau bawah Permadi dan Sastrosiswojo, 1993.

2.1.6 Kutu Daun Aphis brassicae L. Homoptera : Aphidoidae

Klasifikasi dari kutu daun Kalshoven, 1981 adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Homoptera Famili : Aphidoidae Genus : Aphis Spesies : Aphis brassicae L. Panjang telur Kutu daun berukuran 0,7 mm dan tebal 0,15 mm, berwarna hijau muda atau hijau kuning diliputi semacam tepung berlilin, namun setelah beberapa hari berubah menjadi hitam mengkilat. Kutu daun yang baru menetas tidak mempunyai sayap dan berwarna hijau. Panjang aphis berkisar 1,8 — 2,3 mm. Kutu daun hidup berkelompok di bawah daun dan daur hidup aphis 40 sampai 50 hari Pracaya, 1999. Tingkat kesuburan dari satu betina kutu daun bisa menghasilkan 40 nimpha. Periode nimpha berlangsung selama 7 — 1 2 hari. Kutu daun menyerang tanaman kubis dengan menusukkan alat mulut yang runcing dan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan krop berbintik-bintik tampak kotor. Kutu daun lebih memilih untuk makan pada sisi bawah daun atau pada sisi bawah daun dekat titik tumbuh.

2.2 Musuh Alami yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis

Ekosistem pertanian tanaman pangan umumnya bersifat kurang stabil yang dicirikan oleh diversitas struktur komunitas yang rendah. Susunan jala makanan food web pada ekosistem ini bersifat sederhana sehingga populasi suatu jenis organisme khususnya yang berstatus hama berada dalam keadaan tidak seimbang, bahkan dapat mengalami eksplosi. Biodiversitas ekosistem tanaman pangan dapat dipertahankan pada taraf tinggi dengan cara memanipulasi lingkungan, sehingga tercipta kondisi yang menguntungkan bagi spesies-spesies untuk saling berinteraksi dalam ekosistem. Musuh alami sebagai salah satu komponen ekosistem berperan penting dalam proses interaksi intra dan inter spesies. Tingkat pemangsaannya berubah- ubah menurut kepadatan populasi hama, maka musuh alami digolongkan ke dalam faktor ekosistem yang tergantung kepadatan density dependent factors.