Latar Belakang Masalah LUCIA APRILIA ANGGRIANI F3609047

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan saat ini yang sangat pesat membuat persaingan di dunia perbankan juga semakin ketat. Bukti dari semakin pesatnya perkembangan perbankan dengan adanya persebaran berbagai bank di setiap kabupaten, baik berupa bank konvensional, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Kredit Kecamatan, maupun Bank Kredit Daerah. Bank-bank tersebut saling bersaing untuk mendapatkan nasabah dan keuntungan yang tinggi dengan melakukan inovasi-inovasi pada produk mereka agar menarik bagi nasabah. Bukti lain dari perkembangan perbankan yaitu semakin banyaknya masyarakat yang menginginkan untuk bertransaksi di perusahaan perbankan, diantaranya dalam hal permintaan kredit, baik kredit modal kerja, investasi atau kredit konsumtif. Mereka juga memilih menyalurkan dana pada produk tabungan maupun deposito. Menurut UU No 10 tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau dalam bentuk lainnya dalam rangka memenuhi taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut produk perbankan dapat diklasifikasikan menjadi dua produk yaitu produk berupa simpanan dan berupa pinjaman atau biasa kita commit to user 2 sebut dengan kredit. Produk simpanan terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Sedangkan produk pinjaman atau kredit di bagi menjadi 2 sesuai penggunaannya yaitu produk produktif dan produk konsumtif. Bank merupakan suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran Subagyo dkk, 1997:44. Penyaluran kredit merupakan bisnis utama bank, sehingga bagian terbesar dari asset bank berupa kredit, begitu juga haknya pendapatan bank yang sebagian besar diperoleh dari bunga kredit. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan utama perbankan adalah didapat dari selisih bunga pinjaman dan simpanan. Hal ini menyebabkan kredit menjadi sangat penting bagi sebuah bank. Kualitas kredit yang baik akan membantu bank dalam upayanya meningkatkan keuntungan. Kredit mempunyai peranan penting untuk membiayai kegiatan perekonomian agar pertumbuhan ekonomi meningkat. Kebijakan pemerintah yang ditempuh di bidang perkreditan diarahkan untuk membiayai sektor- sektor yang mempunyai produktifitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat dicapai dengan lebih efisien. Peranan kredit yang diberikan oleh perbankan di dalam pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun pengaruhnya dalam mendorong commit to user 3 munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu kredit perbankan daat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan. Secara garis besar, peranan atau fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut : kredit dapat meningkatkan utility daya guna dari modaluang, kredit meningkatkan utility daya guna suatu barang, kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, kredit sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Melihat arti pentingnya kredit, maka berikut adalah data kucuran kredit di Indonesia : Tabel I.1 Data Kucuran Kredit di Indonesia Periode Kredit yang dikucurkan Juli 2010 Rp. 1.597,98 triliun Juli 2011 Rp. 1.973,59 triliun Sumber : http:keuangan.kontan.co.idnewskucuran-kredit-perbankan- tumbuh-2351-1 Dari tabel I.1 di atas dapat dilihat bahwa guyuran kredit perbankan di Indonesia masih kencang dibuktikan dengan adanya kenaikan di tiap tahunnya. Per akhir Juli 2011, industri perbankan telah mengalami kenaikan 23,51 dibandingkan Juli 2010. commit to user 4 Kucuran kredit itu meliputi kredit berdenominasi rupiah senilai Rp. 1.664,26 triliun dan kredit valuta asing setara Rp. 309,33 triliun. Kredit modal kerja berkontribusi paling besar, yakni Rp. 950,04 triliun atau 48,15 total kredit dengan pertumbuhan 25,32. Adapun posisi kedua ditempati konsumsi yang tumbuh 21,85 menjadi Rp. 610,11 triliun. Jumlah ini setara 30,91 total kredit. Sedangkan kredit investasi tumbuh 21,88 menjadi Rp. 413,450 triliun. Hingga Juli lalu, lima bank yang membukukan penyaluran kredit terbesar adalah Bank BRI senilai Rp. 267,134 triliun dengan pertumbuhan 17,89, diikuti Bank Mandiri Rp. 243,823 triliun 25,02, Bank BCA Rp. 160,793 triliun 19,39, Bank BNI Rp. 148,811 triliun 23,08 dan Bank CIMB Niaga Rp. 113,672 triliun 28,10. Melihat kenyataan banyaknya kredit yang dikucurkan tiap bank maka tidak menutup kemungkinan bahwa bank-bank tersebut pasti akan mengalami kredit yang bermasalah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya demi memperoleh keuntungan yang besar, banyak penyaluran kredit yang tidak melakukan penilaian dengan baik dengan calon debitur sehingga menimbulkan masalah dalam pembayarannya. Dan pada akhirnya akan menyebabkan angka kredit macet non performing loan yang tinggi. Bank harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pemberian pinjaman kepada calon debitur. Selain itu dari eksternal, yaitu dari pihak debitur yang kurang mampu mematuhi commit to user 5 perjanjian permohonan kredit yang telah disepakati dengan pihak bank, adanya faktor ekonomi atau mungkin karena faktor musibah. Membicarakan kredit macet menjadi sesuatu yang absurdketinggalan jaman dalam dunia perbankan. Namun demikian apabila tidak ditangani secara benar, maka akan mengganggu performance dan kinerja bank itu sendiri. Kredit macet juga akan menghambat bagi perkembangan perekonomian pada umumnya. Permasalahan klasik yang sering dihadapi oleh lembaga perbankan saat ini meningkatnya Non Performing Loan . Salah satunya adalah akibat menurunnya tingkat ekonomi masyarakat dan lesunya keinginan berinvestasi serta masih belum stabilnya perekonomian nasional dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Disamping itu adanya tuntutan kepada perbankan untuk segera menurunkan angka NPL sesuai yang ditetapkan Bank Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perbankan. Semakin meningkatnya angka NPL atau kredit bermasalah akan berpengaruh pada pola penanganan kredit oleh pihak bank atau pemberi kredit. Berdasarkan kolektibilitas Bank Indonesia, kredit bermasalah dibedakan menjadi kredit dalam perhatian khusus, kredit yang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Pada tahap awal biasanya penanganan kredit bermasalah ditangani sendiri oleh pihak bank atau kreditur tapi apabila penanganan tersebut dirasa tidak membawa hasil maka pihak bank atau kreditur dapat menempuh jalur hukum yaitu melalui Pengadilan Negeri atau Kantor Pelayanan Kekayaan Negara. commit to user 6 Keberadaan PT. BPR Solobaru Permai Sukoharjo sendiri sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan perbankan dan membantu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan manfaat yang besar baik dalam hal penghimpunan dana dari masyarakat maupun penyaluran dana kepada masyarakat. Adanya PT. BPR Solobaru Permai diharapkan dapat berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah pedesaan. Semakin maraknya kredit perbankan pada akhir-akhir ini maka penulis ingin mengupas masalah dalam hal perkreditan mengenai prosedur pemberian kredit di PT. BPR Solobaru Permai Sukoharjo. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi secara lengkap kepada masyarakat agar lebih mengerti mengenai cara-cara pengajuan kredit. Selain itu, dengan melihat adanya kasus kredit macet di perbankan, khususnya di daerah Sukoharjo, maka penulis ingin menguraikan masalah dan cara penyelesaian kredit macet khususnya di PT. BPR Solobaru Permai Sukoharjo agar masyarakat lebih dapat mengerti dan sedapat mungkin menghindari hal tersebut. Begitu juga bagi pihak bank agar dijadikan himbauan dalam mengurangi permasalahan kredit macet. Dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul tugas akhir ini “PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BPR SOLOBARU PERMAI SUKOHARJO”. commit to user 7

B. Rumusan Masalah