3. Disiplin diri
Disiplin dapat dibangun dalam diri anak melalui banyak cara, salah satunya melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari di sekolah. Disiplin diajarkan kepada
anak agar anak memahami aturan dan tepat waktu. Disiplin dapat diajarkan dengan cara misalnya, membiasakan anak untuk meletakkan sepatunya di rak
sepatu, dan membiasakan anak untuk merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai digunakan.
4. Kejujuran
Kejujuran perlu dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Sikap jujur dapat ditanamkan dalam diri anak melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari.
Kejujuran diajarkan kepada anak dengan tujuan agar anak mampu berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan berani mengakui kesalahannya.
Kejujuran dapat diajarkan dengan cara misalnya, ketika anak melakukan kesalahan atau berbuat salah, guru dapat mengajak anak tersebut untuk
berbicara berdua guru bertanya dengan cara yang lembut kepada anak agar si anak mau mengakui kesalahannya.
5. Tanggung jawab
Rasa tanggung jawab dapat dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Salah satunya melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari, misalnya anak dibiasakan
bertanggung jawab atas barang miliknya. Salah satu bentuk tanggung jawab anak terhadap barang miliknya adalah merapikan kembali mainannya setelah
selesai digunakan.
6. Bersikap sopan dan berbahasa yang santun
Hal yang paling penting ketika anak berada dalam lingkungan sosialnya adalah anak mampu bersikap sopan dan berbahasa yang santun agar mereka
bisa diterima di lingkungannya. Sikap sopan dan bahasa yang santun dapat dibangun dalam diri anak melalui contoh perilaku yang ditunjukaan oleh orang
dewasa yang ada di sekitar mereka, salah satunya dari pendidik di sekolah. Pendidik harus selalu menunjukkan sikap sayang dan berkata lembut kepada
anak, agar si anak pun dapat memiliki rasa sayang dan bicara dengan bahasa yang baik.
Strategi Pembiasaan Perilaku Moral Cara terbaik untuk anak belajar adalah melalui bermain. Dalam upaya
pengambangan moral pada anak usia dini, pendidik dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan menggunakan strategi belajar yang
bervariasi. Beberapa strategi pengembangan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu :
• Memberi anak kesempatan untuk sharing tentang perasaan dalam
lingkungan yang nyaman dan aman •
Mengajarkan hal-hal yang realistik dapat dimengerti oleh anak •
Memberi kesempatan anak untuk berlatih belajar kooperatif dan berbagi tanggung jawab
• Mengundang teman yang berbeda budaya, mengembangkan rasa
nasionalisme •
Mengembangkan aturan kelas bersama •
Memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapat, bereksperimen dalam belajar
• Memberi contoh sikapperilaku yang baik: keingintahuan, toleransi dll
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK
403
Perkembangan Sikap Beragama Anak 4-6 Tahun Makna sikap beragama memiliki arti yang sangat luas dan bermuara ke arah
hal-hal yang mulia sebagai perwujudan manusia sebagai mahluk ciptaanNYA. Sikap beragama merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah
terhadap setiap perilaku anak dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya. Sikap
beragama merupakan suatu hal yang sangat penting yang diperlukan, karena spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, moral dan rasa memiliki,
memberi arah dan arti pada kehidupan. Sikap beragama merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada
kekuatan diri manusia dan suatu kesadaran yang menghubungkan manusia langsung kepada sang maha pencipta Hal ini dapat dimengerti anak dengan
adanya rasa kagum atas ciptaan Allah dan gejala alam yang dapat dirasakan dan dialaminya, seperti adanya angin, hujan, matahari yang selalu terbit dan
terbenam.
Pendidikan agama mempunyai suatu landasan pokok, yaitu penanaman iman pada diri anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Tugas
utama dari orang tuaorang dewasa terhadap anak dalam menanamkan keimanan kepada anak perlu berhati-hati baik dalam contoh hiasan, tulisan
maupun perbuatan. Penanaman kemampuan pada anak- anak bertujuan agar dalam jiwa anak berangsur-angsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan
dan agama.
Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yaitu keyakinan
dan tata cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada usia 0-2 tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang
tua, anak-anak kecil memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya mel.alui pola peniruan. Walaupun anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan tersebut,
ia menirukan apa yang dilihatnya dan belajar menentukan pola hidupnya untuk yang baik atau yang buruk. Konsepsi anak kecil tentang Allah sebagian
besar ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua terhadap Allah.
Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa Al-Kitab datangnya dari Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan Allah
mencintai dan memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat diandalkan dan perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus
diajarkan berulang-ulang dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini. Cerita-cerita Al-Kitab harus selalu disebut sebagai kebenaran
dan diajarkan dari Al-Kitab yang terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. Mungkin ia tidak mengerti maksud tindakan-tindakan
tersebut, tetapi ia meniru apa yang dilihat dan akhirnya hidupnya ikut teladan orang-orang yang ditirunya, hal ini sering kali menyangkut perasaan anak
kepada Tuhannya.
Pada usia 4-6 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar mencintai orang-orang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti
sepenuhnya tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia dapat merasakan rasa terima kasih, cinta, dan penghormatan serta
mengungkapkan perasaan- perasaan itu. Pujian dan do’a anak usia ini harus
404
PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK
diutarakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan hendaknya mengungkapkan perasaannya sendiri. Hidup do’anya itu hendaknya
menuntun dia untuk menaikkan ucapan syukur maupun permintaan do’a kepada bapa di surga. Dengan mudah guru dapat mempengaruhi anak pada
usia ini. Ia percaya segala sesuatu yang diucapkan kepadanya Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan guru terbatas juga walaupun mereka
telah hidup lebih lama dari dia.
Usia 6-8 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah banyak.
Anak memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pengertiannya sendiri dalam kebaktian sekolah minggu, kebaktian anak-anak,
dan pekan rohani anak. Anak usia ini senang mendengar cerita. Akan tetapi, karena hidup ini sekarang menjadi kenyataan maka setelah mendengar cerita
itu ia akan bertanya, ”Apa itu sesungguhnya benar?”. Cerita sinterklas dan lain sebagainya dipertanyakan dan kemudian ditolak karena cerita-cerita Al-Kitab
diceritakan dan dibumbui hal-hal yang tidak benar, maka cerita-cerita itu pun akan ditolaknya. Berdusta pada usia 8 tahun diangga lebih serius daripada
berkata bohong pada usia 4 tahun. Nilai keagamaan yang dikenalkan pada anak usia 4-6 tahun, adalah Kedamaian, Kebahagiaan, dan Mencintai mahluk
ciptaa Tuhan.
Pengembangan nilai agama pada anak usia dini dapat dilakukan melaui pemodelan modelling, anak belajar melalui imitasi. Bermain Peran role
playing, yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu yang biasanya bukan peran dirinya di suatu
tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang
selama ini dilakukan. Simulasi simulation adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Balikan
Penampilan performance feedback adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing, bentuknya dapat berupa
reward, reinforcement, kritik dan dorongan. Contoh Pengembangan Nilai Moral dan Agama
1. Nama Permainan : ”GILIRANMU ...
GILIRANKU...”
Sasaran : Anak usia 4-5 Tahun
Tujuan : Membiasakan anak untuk menunggu giliran
Media : tali pita dan kue
Evaluasi : anak mampu menunggu giliran dan belajar
sabar ketika menunggu giliran
Deskripsi Kegiatan: Ibu guru membagikan kue, setiap anak mendapat satu potong. Secara
bergiliran anak menerima kue dari bu guru. Ibu guru mengurutkan anak berdasarkan posisi mereka misalnya berjajar ke belakang. Ingatkan anak
untuk tidak saling berebutan atau saling mendahului. Selalu katakan “semua pasti dapat .... dan kita dapat makan bersama”
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK
405
Kiat Keberhasilan: Biasakan anak untuk belajar melakukan kegiatan seperti ini disemua
kesempatan, dimana saja, kapan saja dan siapa saja harus antri.
2. Nama Kegiatan : “MARI BERDOA BERSAMA”