mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Terhadap perlukaan yang dialaminya atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan
tindakan invasive, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul Supartini, 2004.
c. Masa prasekolah 3 sampai 6 tahun
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan,
yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,
sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak
kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.
Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama
dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua Supartini, 2004.
d. Masa Sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut
Universitas Sumatera Utara
mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak
sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan
memegang sesuatu dengan erat Supartini, 2004.
e. Masa Remaja 12 sampai 18 tahun
Anak usia remaja mepersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit
membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul
terhadap pembatasan aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas
kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan isolasi. Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respon
anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan menolak kehadiran orang lain Supartini,2004.
2.1.4 Konsep Tumbuh Kembang Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi 0-1 tahun usia
Universitas Sumatera Utara
bermaintoddler 1-2,5 tahun, pra sekolah 2,5-5, usia sekolah 5-11 tahun hingga remaja 11-18 tahun Hidayat, 2009.
Aspek tumbuh kembang pada anak menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Pertumbuhan pada
masa anak sangat bervariasai sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki, sedangkan aspek
perkembangan pada anak bersifat kualitatif yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh Nursalam, Susilaningrum Utami, 2005.
2.1.5 Prinsip-prinsip Keperawatan
Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Di antara prinsip
dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah: Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini
mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja
tetapi kemampuan dan kematangannya. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai
individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi
kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain Hidayat, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip keperawatan anak yang Ketiga yaitu pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan,
bukan hanya mengobati anak yang sakit. Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat
bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral etik dan aspek hukum legal. Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat
bagi anak dan remaja sebagai mahluk bio-psiko-sosial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan
keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak Hidayat, 2009.
2.2 Konsep Lingkungan Terapeutik
Lingkungan terapeutik merupakan aspek penting dalam penyembuhan, lingkungan terapeutik dapat digambarkan sebagai keseluruhan lingkungan baik
fisik maupun non-fisik yang diciptakan untuk membantu proses pemulihan. Lingkungan terapeutik diberikan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah
yang mungkin telah menghambat proses penyembuhan Abbas Ghazali, 2011. Dalam model yang dimodifikasi lingkungan terapeutik terdiri dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Unsur lingkungan yang diidentifikasi sebelumnya tidak hanya memberikan kontribusi terhadap
Universitas Sumatera Utara
penyembuhan tetapi juga membantu pasien anak untuk mengatasi rasa sakit dan agresi. Hal ini disetujui oleh National Association of childrens Hospital and
Related Institution NACHRI di mana ia mengungkapkan bahwa lingkungan
fisik merupakan pengaturan kesehatan yang mempengaruhi perawatan klinis, hasil fisologis, psikososial, dan keamanan pasien anak Oberlin, 2008 dalam Ghazali
Abbas, 2011. Lingkungan terapeutik dipengaruhi oleh faktor internal seperti:
keselamatan, warna atau desain ruangan, karya seni dan terapi musik, dan faktor eksternal seperti: peran alam dan penciptaan terapi bermain di taman rumah sakit
serta komunikasi terapeutik perawat itu sendiri Ghazali Abbas, 2011.
1. Lingkungan Internal
Elemen-elemen lingkungan
internal yang menuju terciptanya sebuah lingkungan yang terapeutik termasuk keselamatan, desain ruangan, karya seni,
pencahayaan, suasana dan terapi musik Ghazali Abbas, 2011. a.
Intervensi yang dilakukan perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi seperti persiapan dalam hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan
perpisahan, mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh, memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan perkembangan, memberi
kesempatan untuk bermain dan meminimalkan manfaat hospitalisasi Ghazali Abbas, 2011.
b. Keselamatan: peristiwa yang mempengaruhi keselamatan pasien sering
terlihat dengan peningkatan substansial dalam durasi mereka tinggal di rumah sakit. Terkait dengan keselamatan yaitu dengan mempertimbangkan
Universitas Sumatera Utara
ergonomis untuk pasien anak yang tidak sama dengan orang dewasa Ghazali Abbas, 2011.
c. Desain Ruangan: aspek dari desain ruangan yang sering diabaikan adalah
warna dinding dan tampilan gambar didinding rumah sakit karena warna dan tampilan gambar di dinding dapat diartikan sebagai penyembuhan
yang kuat. Warna yang direkomendasikan untuk penyembuhan adalah warna hijau, karena hijau mewakili keseimbangan, harmoni, pertumbuhan,
penyembuhan dan cinta. Tampilan gambar di dinding juga dapat meningkatkan relaksasi serta kesenangan pada anak. Hal tersebut akhirnya
dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak dan keluarga Biley, 1996.
d. Terapi seni: merupakan proses kreatif pembuatan seni untuk meyakinkan
anak bahwa tindakan medis dengan tindakan pembuatan seni dapat menyembuhkan dan meningkatkan kualitas anak mengurangi stres,
mencegah terjadinya trauma dan untuk memfasilitasi relaksasi. Ketika anak-anak merasa tidak cukup baik atau tidak dapat mengunjungi ruang
bermain maka terapi seni individu dapat diberikan oleh seorang perawat Nessbitt Haussmann, 2008.
e. Suasana pencahayaan: jendela dengan pencahayaan dan tampilan luar juga
penting terhadap penyembuhan anak. Cahaya terang merupakan terapi yang efektif digunakan untuk mengurangi depresi, dimana anak yang
dirawat di ruang yang cerah akan lebih cepat sembuh dibandingkan anak
Universitas Sumatera Utara
yang tinggal di ruangan yang membosankan Nessbit Haussmann, 2008.
2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal dapat berkontribusi terhadap lingkungan terapeutik yang melibatkan alam luar ruangan anak. Peran alam seperti melihat
pemandangan sekitar rumah sakit dan tanaman yang ada atau penciptaan kebun terapi mempengaruhi terhadap proses penyembuhan. Bermain di taman yang
terletak disebuah rumah sakit bisa membantu mengurangi kecemasan pasien Ghazali Abbas, 2011. Pasien juga dapat mendengarkan suara alam seperti
suara kicauan burung yang memiliki efek positif pada psikologis anak Biley, 1996.
2.2.1 Intervensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada Anak
Sebagai salah satu anggota tim kesehatan, perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam. Untuk itu fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan
stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum dirawat dirumah sakit.
Supartini, 2004. 1.
Persiapan Hospitalisasi Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan
prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan dan
Universitas Sumatera Utara
ketidaktahuan fantasi lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu mengurangi unsur ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut.
Proses persiapan untuk hospitalisasi merupakan praktik yang umum tidak ada standar atau program universal yang dianjurkan untuk semua tempat. Proses
persiapan dapat dilakukan, dengan tur, pertunjukan boneka, dan waktu bermain dengan miniatur peralatan rumah sakit, persiapan tersebut dapat melibatkan
penggunaan buku-buku, video, atau film. Tidak ada kesepakatan yang tegas tentang waktu persiapan tersebut. Beberapa pihak berwenang menganjurkan untuk
menyiapkan anak usia 4 atau 7 tahun sekitar 1 minggu sebelumnya agar mereka dapat memahami informasi yang diberikan dan mengajukan pertanyaan. Untuk
anak-anak yang lebih besar waktu yang diperlukan lebih lama. Akan tetapi, bagi anak kecil, yang mulai berfantasi tentang apa yang mereka observasi, 1 atau 2 hari
sebelum masuk rumah sakit merupakan waktu yang tepat untuk persiapan antisipasi. Lamanya sesi persiapan tersebut harus sesuai dengan rentang perhatian
anak, semakin kecil usia anak semakin singkat program. Pendekatan yang optimal merupakan salah satu yang bersifat individual bagi masing-masing anak dan
keluarga. Tanpa memedulikan jenis program yang spesifik, semua anak, bahkan mereka yang sudah dihospitalisasi sebelumnya, memperoleh manfaat dari
pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit tersebut. Wong, 2009. Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung
pada jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima, akan tetapi, konseling prarumah sakit tidak melupakan kebutuhan akan dukungan selama
prosedur seperti pengambilan spesimen darah, uji sinar-X atau pemeriksaan fisik.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan menyebabkan kecemasan dan ketakutan yang tidak perlu selama penerimaan dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap pembentukan rasa
percaya perawat dengan anak-anak tersebut. Oleh karena itu bantuan perawat pada prosedur penerimaan merupakan hal yang sangat penting, tanpa
memedulikan seberapa baik anak tersebut dipersiapkan untuk menghadapi pengalaman hospitalisasi. Selain itu meluangkan waktu bersama anak tersebut
memberi kesempatan pada perawat untuk mengevaluasi pemahaman anak tentang prosedur yang selanjutnya Wong, 2009.
2. Mencegah atau Meminimalkan Perpisahan Tujuan keperawatan yang utama adalah mencegah perpisahan terutama
pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Banyak rumah sakit yang tidak lagi mempertimbangkan pengunjung orang tua dan menyambut kehadiran mereka
setiap saat selama hospitalisasi anak. Sebagian besar rumah sakit menerima kehadiran orang tua setiap waktu. Perawat harus menghargai sikap anak terhadap
perpisahan. Seperti dibahas sebelumnya, fase protes dan putus asa merupakan hal yang normal. Anak diperbolehkan untuk menangis, sekalipun anak menolak orang
asing, perawat harus memberikan dukungan melalui kehadiran fisik. Lingkungan yang akrab juga meningkatkan penyesuaian anak terhadap perpisahan. Jika orang
tua tidak dapat melakukan rawat gabung, mereka harus membawa barang-barang kesukaan anak dari rumah ke rumah sakit untuk bersamanya seperti selimut,
mainan, botol, peralatan makan atau pakaian, maka mereka akan merasa nyaman dan ketenangan dari barang-barang miliknya tersebut. Selain itu perawat bisa
memanipulasi peralatan medis misalnya menjepitkan mainan beruang pada
Universitas Sumatera Utara
stetoskop untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan lebih akrab bagi anak-anak Wong, 2009.
3. Meminimalkan Kehilangan Pengendalian
Perasaan kehilangan pengendalian terjadi akibat perpisahan, perubahan rutinitas, pemaksaan ketergantungan dan pemikiran magis. Meskipun beberapa
diantaranya tidak dapat dicegah tetapi sebagian besar dapat diminimalkan melalui perencanaan asuhan yang keperawatan yang bersifat individual seperti:
1 meningkatkan kebebasan bergerak yaitu anak-anak yang lebih mudah bereaksi
paling kuat terhadap segala bentuk retrinsik fisik atau imobilisasi. Faktor-faktor lingkungan juga dapat menghambat gerakan. Menempatkan anak didalam boks
bermain memang tidak menimbulkan imobilisasi dalam bentuk konkret, tetapi hal ini bisa membatasi stimulus sensorik tertentu. 2 Mempertahankan rutinitas anak,
pada hal ini aspek yang sering diabaikan dari perubahan rutinitas adalah perubahan aktivitas harian anak. Satu teknik untuk dapat meminimalkan
perubahan pada rutinitas anak adalah penstrukturan waktu, dimana pendekatan ini sesuai untu anak usia sekolah dan remaja yang mengerti konsep waktu, misalnya
minta anka untuk membuat gambar atau symbol yang mewakili aktivitas yang menyenangkan setiap hari.
Asuhan keperawatan yang dilakukan perawat selanjutnya adalah Mendorong kemandirian, peningkatan pengendalian anak yang meliputi
mempertahankan kemandirian dan konsep perawatan diri dapat menjadi satu hal yang paling menguntungkan. Meskipun perawatan diri terbatas pada usia dan
kondisi fisik anak kebanyakan anak diatas usia bayi dapat melakukan beberapa
Universitas Sumatera Utara
aktivitas dengan sedikit atau tanpa bantuan sama sekali. Jika memungkinkan aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan di rumah sakit. 4 meningkatkan pemahaman
kehilangan pengendalian dapat terjadi akibat perasaan memiliki terlalu sedikit pengaruh pada nasib seseorang. Meskipun kemampuan kognitif anak belum
semua dikuasai, semua anak rentan terhadap interpretasi yang keliru terhadap penyebab stres seperti sakit dan hospitalisasi. Persiapan antisipasi dan pemberian
informasi sangat membantu mengurangi stres dan mencegah kurangnya pemahaman Wong, 2009.
4. Mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh
Secara umum, persiapan anak-anak untuk menghadapi prosedur yang menyakitkan dapat menurunkan ketakutan mereka. Memanipulasi teknik
prosedural untuk anak-anak disetiap kelompok umur juga meminimalkan ketakutan atau cedara tubuh. Kapanpun prosedur dilakukan pada anak-anak
intervensi yang paling mendukung adalah melakukan prosedur tersebut secepat mungkin sambil mempertahankan kontak orang tua anak. Karena anak-anak kecil
mendefinisikan dengan buruk batasan tubuhnya Wong, 2009. Anak-anak yang merasa takut terhadap mutilasi bagian tubuh, penting bagi
perawat untuk berulang kali menekankan alasan prosedur tersebut dan mengevaluasi pemahaman anak Wong, 2009.
5. Memfasilitasi Aktivitas Yang Sesuai dengan Perkembangan
Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yang dihospitalisasi adalah meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak. Anak-anak yang
mengalami hospitalisasi jangka panjang atau berulang beresiko lebih besar
Universitas Sumatera Utara
mengalami keterlambatan perkembangan atau regresi. Dalam hal ini perawat bisa melakukan beberapa hal seperti jika pasien berusia remaja maka perawat bisa
menganjurkan tempat aktivitas dengan pasien yang lebih kecil. Perawat yang memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
yang sesuai dengan tingkat perkembangan akan lebih menormalkan lingkungan anak dan membantu mengurangi gangguan pada perkembangan anak yang terus
menerus Wong, 2009. Perawat dapat menganjurkan anak-anak untuki menyelesaikan tugas
sekolah mereka secepat mungkin bergantung kondisi yang mengizinkan, membantu mereka membuat jadwal dan menjamin waktu yang baik untuk belajar,
dan membantu keluarga mengkoordinasikan layanan pendidikan rumah sakit dengan sekolah anak mereka Wong, 2009.
6. Memberi Kesempatan untuk Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk menatalaksana stres. Karena sakit dan hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dank arena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai koping dalam menghadapi stress tersebut. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan sosial
anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak terhenti pada saat anak-anak skit atau di rumah sakit. Sebaliknya bermain di rumah sakit
banyak memberikan banyak manfaat seperti minta orang tua untuk memberikan kotak sepatu pada anak untuk dikaitkan di tempat tidur untuk mencegah agar
Universitas Sumatera Utara
barang-barang kecil tidak terselip dalam sprei. Di semua fasilitas rumah sakit, tidak ada ruangan lain yang mengurangi stres akibat hospitalisasi kecuali ruang
bermain Wong, 2009. 7.
Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi Anak Meskipun hospitalisasi biasanya menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi
hospitalisasi juga dapat bermanfaat Wong, 2009. 1.
Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara memberi kesempatan orang tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi anak
terhadap stressor yang dihadapi selama dalam perawatan di rumah sakit. 2.
Hospitalisasi dapat dijadikan media belajar untuk orang tua. Untuk itu perawat dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
penyakit anak, terapi yang didapat, dan prosedur tindakan keperawatn yang dilakukan, tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya.
3. Untuk meningkatkan kemapuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri.
4. Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya sesama pasien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah Supartini, 2004.
Universitas Sumatera Utara
B B
A A
B B
3 3
K K
E E
R R
A A
N N
G G
K K
A A
K K
O O
N N
S S
E E
P P
3 3
. .
1 1
K K
e e
r r
a a
n n
g g
k k
a a
K K
o o
n n
s s
e e
p p
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan. Riyanto, 2011. Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:
S S
k k
e e
m m
a a
3 3
. .
1 1
K K
e e
r r
a a
n n
g g
k k
a a
K K
o o
n n
s s
e e
p p
P P
e e
n n
e e
r r
a a
p p
a a
n n
L L
i i
n n
g g
k k
u u
n n
g g
a a
n n
T T
e e
r r
a a
p p
e e
u u
t t
i i
k k
O O
l l
e e
h h
P P
e e
r r
a a
w w
a a
t t
U U
n n
t t
u u
k k
M M
e e
m m
i i
n n
i i
m m
a a
l l
k k
a a
n n
R R
e e
a a
k k
s s
i i
H H
o o
s s
p p
i i
t t
a a
l l
i i
s s
a a
s s
i i
N N
e e
g g
a a
t t
i i
f f
p p
a a
d d
a a
A A
n n
a a
k k
D D
i i
R R
u u
a a
n n
g g
R R
a a
w w
a a
t t
A A
n n
a a
k k
H H
i i
j j
i i
r r
I I
s s
m m
a a
i i
l l
R R
u u
m m
a a
h h
S S
a a
k k
i i
t t
U U
m m
u u
m m
H H
a a
j j
i i
M M
e e
d d
a a
n n
. .
Penerapan lingkungan terapeutik oleh perawat untuk meminimalkan reaksi
hospitalisasi negatif pada anak dengan cara:
- Persiapan hospitalisasi - Meminimalkan perpisahan
-Meminimalkan kehilangan kendali - Meminimalkan ketakutan atau cedera
tubuh
- Memfasilitasi aktivitas sesuai dengan perkembangan
- Memberi kesempatan bermain - Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Wong, 2009. Baik
Buruk
Universitas Sumatera Utara
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara operasional di lapangan, yang bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang akan diteliti serta untuk pengembangan instrumen Riyanto, 2011.
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil
Ukur 1
Penerapan Lingkungan
Terapeutik Oleh
Perawat Penerapan
didefinisikan sebagai kegiatan atau
tindakan yang dilaksanakan perawat
yang digambarkan sebagai keseluruhan
lingkungan baik fisik maupun non-fisik
yang diciptakan untuk membantu
proses pemulihan di ruang anak Hijir
Ismail Rumah Sakit Umum Haji Medan
untuk meminimalkan reaksi hospitalisasi
negatif dengan cara - persiapan
hospitalisasi - meminimalkan
Kuesioner dengan
jumlah 20 pertanyaan
Ordinal Baik :
11 - 20 Buruk:
0 - 10
Universitas Sumatera Utara
perpisahan - meminimalkan
kehilangan kendali - meminimalkan
ketakutan cedera tubuh
- memfasilitasi aktivitas pada anak
sesuai perkembangan - memberi
kesempatan untuk bermain
- memaksimalkan hospitalisasi
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain deskriptif yaitu untuk menggambarkan penerapan lingkungan terapeutik oleh perawat untuk meminimalkan reaksi
hospitalisasi negatif pada anak di ruang rawat anak Hijir Ismail Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan menggunakan kuesioner.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.2 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan Riyanto, 2011. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perawat yang ada di ruang rawat anak Hijir Ismail Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan jumlah populasi 21 orang.
4.2.3 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah non-random sampling dengan menggunakan sampel jenuh yang merupakan teknik pengambilan sampel yang semua jumlah populasi
dijadikan sampel dengan alasan jumlah populasi yang relatif kecil Setiadi, 2007. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat
anak Hijir Ismail Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjumlah 21 orang.
Universitas Sumatera Utara