Kecemasan 1. Definisi Kecemasan LANDASAN TEORI

20

BAB II LANDASAN TEORI

Pada penelitian ini digunakan beberapa teori, yaitu teori tentang kecemasan, teori mengenai Eudaimonic Well-Being, teori tentang perilaku seksual berkaitan dengan perilaku seks sejenis, teori mengenai M-S-M Men who have Sex with Men, dan kemudian diakhiri dengan dinamika keseluruhan teori yang digunakan. A. Kecemasan A.1. Definisi Kecemasan Banyak definisi kecemasan yang dikemukakan oleh para ahli. Kecemasan dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal Stuart and Sundeens, 1998. Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau bersifat konfliktual Kaplan Sadock, 1997. Selain itu, Taylor 1953 mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Kecemasan bersinonim dengan rasa takut, akan tetapi kecemasan memiliki arti yang lebih luas daripada ketakutan. Freud dalam Hall, 1995 menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa rasa takut hanya terjadi terhadap sesuatu hal di luar manusia, sedangkan kecemasan dapat muncul dari luar diri individu maupun dari dalam dirinya sendiri. Kecemasan yang muncul dari dalam diri sendiri umumnya muncul karena adanya suatu konflik. Hal ini sesuai dengan Definisi kecemasan yang diungkapkan oleh Dradjat 2003, yakni suatu manifestasi berbagai masalah emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Freud dalam Hall, 1995 mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun, bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Menurut Freud dalam Brintha Ramakrishnan, 2013, kecemasan adalah konsekuensi dari pertentangan kebutuhan, terutama frustrasi yang terjadi di situasi konflik. Teori Freud juga mengatakan bahwa seseorang sebagian besar tidak menyadari sumber atau penyebab kecemasan, tetapi sebetulnya dapat diidentifikasi dengan cara melihat riwayat hidupnya. Dalam teori Freud, kecemasan yang bersumber dari konflik batin yang terkait dengan pertentangan id dan superego dapat muncul dalam wujud perasaan bersalah dan malu. Spielberg menyatakan bahwa kecemasan bisa dikarenakan dua hal, yaitu faktor situasi yang menyebabkan konflik atau faktor kepribadian yang memang cenderung pencemas dalam McDowell, 2006. Dari kedua hal tersebut, Spielberg membedakan dua jenis kecemasan, yakni state anxiety, dimana sumber kecemasannya berasal dari kondisi yang sedang dialami dan trait anxiety, yang Universitas Sumatera Utara sumber kecemasannya dari karakter pribadi. Situasi-situasi yang dimaksudkan dalam state anxiety, tidak hanya berbicara dari faktor dari luar, tetapi juga kondisi yang sedang dialami oleh seseorang berkaitan dengan suatu hal, misalnya kegagalan, tekanan, kekhawatiran, perasaan tidak aman, dan konflik-konflik. Semua ini dialami dalam tingkat yang berbeda oleh setiap individu. Dari kedua jenis tersebut, mengukur trait anxiety juga dapat dipakai untuk melihat apakah seseorang memiliki gangguan kecemasan atau tidak Spielberg, dalam McDowell, 2006. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul secara samar tanpa diketahui penyebab yang jelas sebagai suatu respon terhadap tekanan perasaan, perasaan tidak aman, perasaan bersalah dan malu akibat konflik-konflik ketegangan dalam diri individu, yang ditandai dengan adanya kekhawatiran atau rasa takut dan hal ini dialami dalam tingkatan yang berbeda-beda oleh setiap individu. A.2. Jenis-jenis Kecemasan Ada tiga jenis kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, yakni kecemasan realistis, kecemasan neurotis, dan kecemasan moral dalam Feist and Feist, 2009. Egolah yang dapat membentuk perasaan kecemasan, tetapi ketiga komponen, yakni id, ego, dan superego berperan dalam ketiga jenis konflik yang dikemukakan oleh Freud tersebut Feist and Feist, 2009. Antara ketiga kecemasan ini tidak ada perbedaan dalam segi wujudnya, yakni sama-sama tidak Universitas Sumatera Utara menyenangkan. Perbedaannya hanya terletak pada sumber penyebabnya Hall, 1995. 1. Kecemasan realistis. Kecemasan ini disebut juga sebagai kecemasan akan kenyataan yaitu suatu pengalaman perasaan akibat adanya suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya tersebut adalah setiap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. 2. Kecemasan neurotis. Kecemasan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya dari naluri-naluri. Kecemasan ini juga sering dihasilkan bila impuls id ingin ditampilkan, akan tetapi ledakannya di kontrol oleh ego. Salah satu jenis kecemasan ini adalah ketakutan yang menegangkan dan tidak irasional, yakni phobia. 3. Kecemasan moral. Kecemasan ini muncul dalam bentuk perasaan bersalah atau malu yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan mengenai bahaya dari hati nurani. Pada kecemasan ini, seseorang tidak dapat hidup leluasa dalam standar moralnya atau berlawanan terhadap suatu perilaku yang dikatakan tidak etis. Pada kasus ini ego mengingatkan terjadinya suatu kemungkinan pembalasan dari super ego. Sumber kecemasan ini adalah pertentangan yang terjadi dalam diri individu, yakni antara id dan superego. Pertentangan ini sifatnya intra-psikis, yang berarti bahwa hal ini merupakan pertentangan struktural dan tidak menyangkut paut hubungan antara dirinya dengan dunia melainkan dengan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara Selain jenis kecemasan yang diungkapkan oleh Freud, Spielberg dalam Carducci, 2009 juga membagi kecemasan dalam dua bentuk, antara lain : 1. Kecemasan sesaat state anxiety merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Reaksi ini bersifat subjektif, dirasakan dengan sadar, perasaan tegang, gelisah dan aktifnya sistem saraf otonom. Penilaian terhadap stimulus situasi yang dianggap mengancam dipengaruhi oleh sikap, kemampuan, pengalaman masa lalu dan kecemasan dasar. Kecemasan ini juga mengacu pada keadaan “sekarang dan pada saat ini.” 2. Kecemasan dasar trait anxiety merupakan ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang dalam menginterpretasikan suatu keadaan yang mengancam. Trait anxiety sifatnya bawaan dan berbeda pada tiap individu. Seseorang yang memiliki trait anxiety yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi pula dalam menanggapi suatu situasi sebagai ancaman. Kecemasan ini adalah kecemasan yang secara umum dialami oleh seseorang sepanjang hidupnya. A.3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan memiliki banyak faktor penyebab dan tidak datang dengan sendirinya. Berikut ini adalah beberapa penyebab kecemasan: 1. Kecemasan objektif, merupakan kecemasan akan bahaya sesungguhnya yang datangnya dari lingkungan atau dunia luar yang dapat mengancam diri Binder dan Kielholzt, dalam Trismiati, 2006 Universitas Sumatera Utara 2. Kecemasan hati nurani, merupakan kecemasan yang timbul apabila individu mengerjakan perbuatan yang berlawanan dengan moralitas Freud, dalam Hall, 1995. Lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan Ardnt, 1974. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan - tuntutan dari superego. Freud dalam Hall, 1995 menyatakan bahwa mengontrol arah tindakan, memilih segi - segi lingkungan ke mana ia akan memberi respon dan memutuskan insting - insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi – fungsi eksekutif ini ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan - tuntutan id, superego, dan dunia luar sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan. 3. Kecemasan neurotik, merupakan kecemasan yang berasal dari tubuh karena takut hukuman akibat telah dilakukan pemuasan insting Freud, dalam Hall, 1995. 4. Kecemasan sosial, merupakan kecemasan yang timbul bila individu takut pendapat umum atau pendapat lingkungannya mencela perbuatannya Binder dan Kielholzt, dalam Trismiati, 2006. 5. Kecemasan berbeda tingkatannya pada intensitas perilaku. Ketika seseorang melakukan suatu perilaku amoral secara berulang, maka kebahagiaan yang diperoleh dari aktivitas tersebut akan meredam rasa bersalah atau kecemasan yang dialami saat pertama kali Moeljosoedjono, Universitas Sumatera Utara 2008. Hal ini sejalan dengan teori belajar mengenai habituasi, James W. 2009, seorang psikolog menulis bahwa habituasi merupakan penurunan respontanggapan terhadap rangsanganstimulus yang diberikan, dan tidak dijumpai perubahan pada rangsangan lain selain dari rangsangan yang diberikan. A.4. Indikator Kecemasan Spielberg dalam Marteau dan Bekker, 1992 membuat dua indikator kecemasan, yakni Anxiety Present dan Anxiety Absent. Anxiety Present yakni indikator hadirnya tanda-tanda kecemasan. Adapun tanda tanda kecemasan tersebut berupa perasaan yang dialami oleh seseorang seperti: 1. Merasa resah terhadap apa yang ia lakukan 2. Stres dengan tindakannya 3. Kesal terhadap diri sendiri 4. Cemas terhadap nasib 5. Takut dengan apa yang ia lakukan dan yang akan terjadi. 6. Perasaan gugup dengan sekitarnya 7. Timbulnya perasaan gelisah 8. Bimbang dengan perilakunya 9. Kebingungan dengan pilihan 10. Khawatir terhadap konsekuensi Universitas Sumatera Utara Anxiety absent, adalah indikator yang sebaliknya, dimana kehadiran perasaan-perasaan seperti ini memperlihatkan bahwa tidak adanya kecemasan pada seseorang. Tanda-tanda tersebut adalah kebalikan dari tanda-tanda present, yaitu: 1. Ketenangan setelah melakukan sesuatu 2. Tidak adanya perasaan khawatir 3. Perasaan lega 4. Kepuasan dalam melakukan tindakan 5. Tetap merasa nyaman 6. Tetap percaya diri 7. Rileks dengan tindakannya 8. Yakin dengan pilihannya 9. Mengetahui bahwa apapun yang dilakukan adalah sesuai keinginannya 10. Hadirnya perasaan senang A.5. Jangka Waktu Kecemasan Umum Menurut DSM IV, kecemasan umumnya terjadi selama kurang dari enam bulan, yang mana jika telah terjadi lebih dari enam bulan sudah dapat dinyatakan sebagai gangguan, yakni generality anxiety disorder. Selain itu, yang membedakan kecemasan umum dengan gangguan kecemasan umum adalah pada gejalanya, yang mana pada gangguan kecemasan memiliki gejala ketakutan yang berlebihan dan intens selama berbulan-bulan yang tidak hanya menonjol pada saat tertentu saja, tetapi terus menerus. Gangguan kecemasan tidak memiliki suatu Universitas Sumatera Utara penyebab yang pasti, tetapi menimbulkan kehawatiran di segala sisi kehidupannya. Pada penelitian ini, kecemasan yang dimaksud bukanlah gangguan kecemasan, melainkan kecemasan umum yang terkait dengan suatu situasi tertentu yang menjadi sumber kecemasan.

B. Eudaimonic Well-Being