Karakterisasi dan Uji Aktivitas Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Sisik Ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) dan Gliserin Untuk Pembungkus Sosis
BAB 1
PENDAHULAN
1.1.
Latar Belakang
Pangan yang bersumber dari hasil ternak termasuk produk pangan yang cepat
mengalami kerusakan. Salah satu cara untuk memperkecil faktor penyebab
kerusakan pangan adalah dengan metode pengemasan. Pengemasan pangan saat
ini adalah menggunakan kemasan plastik yang banyak menimbulkan masalah
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh mikroba, teknologi bahan kemasan ramah
lingkungan saat ini terus dikembangkan menggunakan edible packaging yang
mudah diuraikan oleh mikroba yang ada pada lingkungan (biodegradable). Edible
film adalah suatu lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan. Salah
satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible
packaging). Keuntungan dari edible packaging adalah dapat langsung dimakan
serta aman bagi lingkungan. Edible film dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu pelapis (edible coating) dan berupa lembaran (edible film). Fungsi dari
edible film sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas,
mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan
karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. (Hui,2006).
Sosis merupakan suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak
hewan, ternak dan rempah, serta bahan bahan laut. Sosis umumnya dibungkus
dalam suatu pembungkus berupa plastik yang banyak menimbulkan masalah
lingkungan salah satunya membutuhkan ratusan tahun untuk terurai secara alami
dan bahan-bahan yang terkandung pada plastik dapat membahayakan kesehatan.
Ada beberapa cara untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu pengembangan
plastik yang bersifat biodegradable seperti edible film yaitu lapisan tipis yang
mampu melapisi bahan pangan dan aman dikonsumsi.
Edible film dapat dibuat dari karbohidrat atau bahan yang tidak berbahaya
untuk dikonsumsi yakni bahan-bahan yang dapat dimakan untuk mengantisipasi
13
agar lebih mudah terdegradasi dibandingkan material polimer. Selain itu dalam
kemasan edible film dapat ditambahkan bahan baku seperti antimikroba. Kemasan
antimikroba adalah sistem kemasan yang mampu menghambat atau mengurangi
pertumbuhan bakteri pada permukaan makanan. Dalam hal ini kitosan sebagai
biopolimer dan D-glukosamin yang dihasilkan dari deasetilasi kitin dengan
menggunakan alkali kuat. Kitosan sebagai antibakteri memiliki sifat dengan
protein membran sel (Sugita,2009). Bahan tambah lain yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dari edible film mampu menambah kualitas dari film, karena
semakin baik komposisi film maka semakin baik kualitasnya. Sisik ikan sebagai
bahan pengisi memiliki sifat fisik kimia yang baik untuk kesehatan seperti protein,
karbohidrat, lemak dan komponen terbanyaknya adalah kolagen. (Yogaswari,
2009).
Selama ini penelitian mengenai edible film telah banyak dilakukan. Pada
penelitian Puji (2013) yang meneliti pemanfaatan mikrokristal selulosa limbah
tandan kelapa muda sebagai bahan pengisi dalam film layak makan, pati tapioka
dengan gliserol sebagai plastisizer menghasilkan edible film yang transparan dan
fleksibel. Sedangkan pada penelitian wini (2013) karakterisasi edible film dari
poliblen pati sukun menunjukkan hasil terbaik pada edible film dengan
penambahan kitosan memberikan kualitas edible film yang lebih kuat dan
ketahanan air yang cenderung lebih meningkat dengan perbandingan 6:4.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
memanfaatkan sisik ikan gurami sebagai bahan pengisi pada edible film dengan
kitosan sebagai antmikroba serta dengan penambahan sumber karbohidrat dari
tepung tapioka dan gliserin sebagai plastisizer dalam pembuatan edible film.
Untuk mendapatkan pembungkus makanan layak makan dan menambah nilai
mutu makanan, khususnya pada sosis.
13
1.2.
Perumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakterisasi dari edilble film yang dibuat dari campuran
tepung tapioka, kitosan, sisik ikan gurami (oshpronemus gouramy)
meliputi kuat tarik, ketebalan, keregangan, analisa SEM, analisa FT-IR
2. Apakah edible film yang dihasilkan dapat bersifat sebagai antioksidan dan
antibakteri.
3. Apakah edible film yang dihasilkan efektif untuk pembungkus sosis
1.3.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Sisik ikan diperoleh dari pedagang ikan di pasar Pancing, Belawan
2. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (ketebalan, kemuluran.
keregangan) dan sifat fisik (analisa scanning electron microscope / SEM
dan analisa Spectroscopy Fourier Transform Infra Red / FT-IR)
3. Analisa sifat edible film sebagai antibakteri dan antioksidan serta
pembungkus sosis
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui karakterisasi dari edible film yang meliputi kuat tarik,
ketebalan, keregangan serta analisa dari SEM dan FT-IR
2. Untuk mengetahui sifat edible film sebagai antioksidan dan sebagai
antibakteri
3. Untuk mengetahui efektivitas edible film sebagai pembungkus sosis.
14
15
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan edible film sebagai bahan pengemas makanan yang bersifat
sebagai antibakteri dan antioksidan
2. Memberikan
informasi
tentang
pengembangan
ilmu
khususnya
pemanfaatan edible film.
1.6.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biokimia dan Polimer Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.
Pengujian sifat
mekanik edible film di laboratorium Teknik Kimia USU. Penentuan gugus fungsi
pada edible film ditentukan dengan spektroskopi FTIR di laboratorium anorganik
UGM. Analisa morfologi edible film dengan mikroskopi di laboratorium
penelitian FMIPA USU.
Uji antibakteri dengan metode Kirby Baurer dan
Standart Plate Count di laboraturium Mikrobiologi USU.
1.7.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium, adapun langkahlangkah analisisnya sebagai berikut :
1. Serbuk
sisik
ikan
gurami
diperoleh
dengan
merendam
sampel
menggunakan NaOH 0,1 M selama 3 hari lalu dikeringkan dan dihaluskan
lalu diayak untuk memperoleh sisik ikan yang halus.
2. Edible film dibuat dengan mencampurkan serbuk sisik ikan, tepung
tapioka dan akuades, kemudian diaduk sambil dipanaskan hingga
homogen, ditambahkan dengan larutan kitosan dan asam asetat 1% diaduk
kembali kemudian ditambahkan gliserin dan diaduk kembali. Setelah
homogen dicetak diatas plat akrilik kemudian dimasukkan kedalam oven
pada suhu 40oC selama ± 48 jam (2 hari), untuk hasil tersebut diuji
tarik/ketebalan/keregangan, SEM, FT-IR, antioksidan dan antibakteri.
3. Analisa SEM edible film ditentukan dengan analisa mikroskopi.
15
4. Analisa FT-IR edible filmditentukan dengan analisa spektroskopi.
5. Uji Kuat tarik edible film ditentukan dengan menggunakan alat Torsee’s
Electrinic system Tokyo testing machine.
6. Pengujian sifat edible film sebagai antioksidan
7. Pengujian sifat edible film sebagai antimikroba terhadap bakteri Eschercia
coli dan Staphylococcus aureus
16
PENDAHULAN
1.1.
Latar Belakang
Pangan yang bersumber dari hasil ternak termasuk produk pangan yang cepat
mengalami kerusakan. Salah satu cara untuk memperkecil faktor penyebab
kerusakan pangan adalah dengan metode pengemasan. Pengemasan pangan saat
ini adalah menggunakan kemasan plastik yang banyak menimbulkan masalah
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh mikroba, teknologi bahan kemasan ramah
lingkungan saat ini terus dikembangkan menggunakan edible packaging yang
mudah diuraikan oleh mikroba yang ada pada lingkungan (biodegradable). Edible
film adalah suatu lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan. Salah
satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible
packaging). Keuntungan dari edible packaging adalah dapat langsung dimakan
serta aman bagi lingkungan. Edible film dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu pelapis (edible coating) dan berupa lembaran (edible film). Fungsi dari
edible film sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas,
mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan
karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. (Hui,2006).
Sosis merupakan suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak
hewan, ternak dan rempah, serta bahan bahan laut. Sosis umumnya dibungkus
dalam suatu pembungkus berupa plastik yang banyak menimbulkan masalah
lingkungan salah satunya membutuhkan ratusan tahun untuk terurai secara alami
dan bahan-bahan yang terkandung pada plastik dapat membahayakan kesehatan.
Ada beberapa cara untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu pengembangan
plastik yang bersifat biodegradable seperti edible film yaitu lapisan tipis yang
mampu melapisi bahan pangan dan aman dikonsumsi.
Edible film dapat dibuat dari karbohidrat atau bahan yang tidak berbahaya
untuk dikonsumsi yakni bahan-bahan yang dapat dimakan untuk mengantisipasi
13
agar lebih mudah terdegradasi dibandingkan material polimer. Selain itu dalam
kemasan edible film dapat ditambahkan bahan baku seperti antimikroba. Kemasan
antimikroba adalah sistem kemasan yang mampu menghambat atau mengurangi
pertumbuhan bakteri pada permukaan makanan. Dalam hal ini kitosan sebagai
biopolimer dan D-glukosamin yang dihasilkan dari deasetilasi kitin dengan
menggunakan alkali kuat. Kitosan sebagai antibakteri memiliki sifat dengan
protein membran sel (Sugita,2009). Bahan tambah lain yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dari edible film mampu menambah kualitas dari film, karena
semakin baik komposisi film maka semakin baik kualitasnya. Sisik ikan sebagai
bahan pengisi memiliki sifat fisik kimia yang baik untuk kesehatan seperti protein,
karbohidrat, lemak dan komponen terbanyaknya adalah kolagen. (Yogaswari,
2009).
Selama ini penelitian mengenai edible film telah banyak dilakukan. Pada
penelitian Puji (2013) yang meneliti pemanfaatan mikrokristal selulosa limbah
tandan kelapa muda sebagai bahan pengisi dalam film layak makan, pati tapioka
dengan gliserol sebagai plastisizer menghasilkan edible film yang transparan dan
fleksibel. Sedangkan pada penelitian wini (2013) karakterisasi edible film dari
poliblen pati sukun menunjukkan hasil terbaik pada edible film dengan
penambahan kitosan memberikan kualitas edible film yang lebih kuat dan
ketahanan air yang cenderung lebih meningkat dengan perbandingan 6:4.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
memanfaatkan sisik ikan gurami sebagai bahan pengisi pada edible film dengan
kitosan sebagai antmikroba serta dengan penambahan sumber karbohidrat dari
tepung tapioka dan gliserin sebagai plastisizer dalam pembuatan edible film.
Untuk mendapatkan pembungkus makanan layak makan dan menambah nilai
mutu makanan, khususnya pada sosis.
13
1.2.
Perumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakterisasi dari edilble film yang dibuat dari campuran
tepung tapioka, kitosan, sisik ikan gurami (oshpronemus gouramy)
meliputi kuat tarik, ketebalan, keregangan, analisa SEM, analisa FT-IR
2. Apakah edible film yang dihasilkan dapat bersifat sebagai antioksidan dan
antibakteri.
3. Apakah edible film yang dihasilkan efektif untuk pembungkus sosis
1.3.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Sisik ikan diperoleh dari pedagang ikan di pasar Pancing, Belawan
2. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (ketebalan, kemuluran.
keregangan) dan sifat fisik (analisa scanning electron microscope / SEM
dan analisa Spectroscopy Fourier Transform Infra Red / FT-IR)
3. Analisa sifat edible film sebagai antibakteri dan antioksidan serta
pembungkus sosis
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui karakterisasi dari edible film yang meliputi kuat tarik,
ketebalan, keregangan serta analisa dari SEM dan FT-IR
2. Untuk mengetahui sifat edible film sebagai antioksidan dan sebagai
antibakteri
3. Untuk mengetahui efektivitas edible film sebagai pembungkus sosis.
14
15
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan edible film sebagai bahan pengemas makanan yang bersifat
sebagai antibakteri dan antioksidan
2. Memberikan
informasi
tentang
pengembangan
ilmu
khususnya
pemanfaatan edible film.
1.6.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biokimia dan Polimer Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.
Pengujian sifat
mekanik edible film di laboratorium Teknik Kimia USU. Penentuan gugus fungsi
pada edible film ditentukan dengan spektroskopi FTIR di laboratorium anorganik
UGM. Analisa morfologi edible film dengan mikroskopi di laboratorium
penelitian FMIPA USU.
Uji antibakteri dengan metode Kirby Baurer dan
Standart Plate Count di laboraturium Mikrobiologi USU.
1.7.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium, adapun langkahlangkah analisisnya sebagai berikut :
1. Serbuk
sisik
ikan
gurami
diperoleh
dengan
merendam
sampel
menggunakan NaOH 0,1 M selama 3 hari lalu dikeringkan dan dihaluskan
lalu diayak untuk memperoleh sisik ikan yang halus.
2. Edible film dibuat dengan mencampurkan serbuk sisik ikan, tepung
tapioka dan akuades, kemudian diaduk sambil dipanaskan hingga
homogen, ditambahkan dengan larutan kitosan dan asam asetat 1% diaduk
kembali kemudian ditambahkan gliserin dan diaduk kembali. Setelah
homogen dicetak diatas plat akrilik kemudian dimasukkan kedalam oven
pada suhu 40oC selama ± 48 jam (2 hari), untuk hasil tersebut diuji
tarik/ketebalan/keregangan, SEM, FT-IR, antioksidan dan antibakteri.
3. Analisa SEM edible film ditentukan dengan analisa mikroskopi.
15
4. Analisa FT-IR edible filmditentukan dengan analisa spektroskopi.
5. Uji Kuat tarik edible film ditentukan dengan menggunakan alat Torsee’s
Electrinic system Tokyo testing machine.
6. Pengujian sifat edible film sebagai antioksidan
7. Pengujian sifat edible film sebagai antimikroba terhadap bakteri Eschercia
coli dan Staphylococcus aureus
16