Karakterisasi Dan Analisa Nutrisi Edible Film Dari Campuran Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata) Dengan Tepung Tapioka, Kitosan Dan Gliserin

(1)

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN

1. Perhitungan hasil analisa kadar nutrisi edible film dari ekstrak daun sirsak 1.1 Penentuan kadar air

�������� =�2− �1

�0 � 100 %

Dimana : W0 = Berat sampel

W1 = Berat sesudah perlakuan W2 = Berat sebelum perlakuan Dik : Berat cawan = 38.5529 g

Berat sampel = 2.0668 g

Berat sebelum perlakuan = 40.6197 g Berat sesudah perlakuan = 40.0704 g Dit : % kadar air

Jawab: Kadar air = �2−�1

��

100%

= 40.6197−40.0704

2.0668

100% = 0.5493

2.0668

100%

= 26.58 %


(2)

1.2 Penentuan Kadar Abu

�������� =�1�0−�2 � 100 %

Dimana : W0 = Berat sampel

W1 = Berat sesudah perlakuan W2 = Berat cawan kosong Dik : Berat cawan = 26.7578 g

Berat sampel = 2.2109 g

Berat sebelum perlakuan = 28.9687 g Berat sesudah perlakuan = 26.7644 g Dit : % kadar abu

Jawab: Kadar abu = �1−�2

��

100%

= 26.7644−26.7578

2.2109

100%

= 0.0066

2.2109

100%

= 0.30 %


(3)

1.3 Penentuan Kadar Protein

������������ =(�1− �2) ��� 0.014 ��.���.�

� � 100 %

Dimana : W = Berat sampel

V1 = Volume HCl 0.01 N yang dipergunakan untuk peniteran V2 = Volume HCl yang digunakan untuk pentiteran blanko N = Normalitas HCl

fk = faktor konversi fp = faktor pengenceran Dik : W = 2.1649 g

V1 = 2.10 ml V2 = 0.00 ml N = 0.1092 fk = 6.25 fp = 100/25 Dit : % kadar protein Jawab:

������������= (�1− �2) ��� 0.014 ��.���.�

� � 100 %

= (2.10−0.00) � 0.1092 � 0.014 � 6.25 �100/25

2.1649 � 100 %

=

0.080262

2.1649

100% = 3.71%


(4)

1.4 Penentuan kadar lemak

����������=�1− �2

� � 100 %

Dimana : W = Berat sampel

W1 = Berat sesudah diekstraksi W2 = Berat sebelum diekstraksi Dik : W = 3.4176 g

W1= 120.4290 g W2=120.3600 g Dit : % Kadar lemak

Jawab: Kadar lemak = �1−�2

100%

= 120.4290−120.3600

3.4176

100%

= 0.069

3.4176

100%

= 2.02 %


(5)

1.5 Penentuan kadar karbohidrat

����������ℎ����� = 100 %−% (�������+�����+���+���) Dik : Protein = 3.71%

Lemak = 2.02 % Abu = 0.30 % Air = 26.58 %

Dit : % Kadar karbohidrat Jawab :

����������ℎ����� = 100 %−% (�������+�����+���+���) = 100 %−% (3.71 + 2.02 + 0.30 + 26.58) = 100 % - 32.61 %


(6)

Lampiran B. GAMBAR PENELITIAN

Gambar a. Edible Film Variasi I terdiri dari 2 g tapioka, 1 g kitosan, 2 mL gliserin dan 10 mL daun sirsak

Gambar b. Edible Film Variasi 2 terdiri dari 2.5 g tapioka, 1 g kitosan, 2 mL gliserin dan 10 mL daun sirsak


(7)

Gambar c. Edible Film Variasi 3 terdiri dari 3 g tapioka, 1 g kitosan, 2 mL gliserin dan 10 mL daun sirsak

Gambar d. Edible Film Variasi 4 terdiri dari 3.5 g tapioka, 1 g kitosan, 2 mL gliserin dan 10 mL daun sirsak


(8)

Gambar e. Edible Film Variasi 5 dan merupakan edible film yang paling bagus hasilnya terdiri dari 4 g tapioka, 1 g kitosan, 2 mL gliserin dan 10 mL daun sirsak


(9)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Astika.A.2013.Khasiat Selangit Manggis & Sirsak Tumpas Beragam penyakit.Yogyakarta.Araska

Bardant, T. dan Dewi, C.2007.Kemasan yang Dapat dimakan. http: // Buletin Puspitek. co.id. Diakses pada tanggal 06 November 2010.

Bourtoom,T.2008.Edible Films and Coating, Characteritics and Properties. department of Material Product Technology, Songkhala

Dachriyanus,Dr.2004.Analisis Struktur Senyawa Organik Senyawa Spektroskopi.Padang.Andalas University Press.

Gontard,N.,Guilbert,S.,dan Cuq,J.L.1993.Water and Glyserol as Plasticizer Affect Mechanical and Water Barrier Properties at an Edible Wheat Gluten Film. USU : J. Food Science.

Herliana.E.STP.2011.Khasiat dan Manfaat Daun Sirsak Menumpas Kanker.Jakarta:Tim Mata Elang Media.

Hui,Y.H.2006.Handbook of food Science,Technology, and Enggineering Volume I.CRC Press.USA

Jimmy.2013. Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Mangga (Mangifera indica L) Skripsi. Medan: Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.

Julianti,E. dan Nurminah,M.2007.Buku Ajar Teknologi Pengemasan.http: //

Kaban,J.2009.Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Di Hasilkan. Pidato Pengukuhan Guru Besar.Medan:FMIPA USU.

Krochta,J.M.1994.Edible Coating and Film to Improve Food Quality.Lancaster: Technomis Publisher.Co.Inc.

Manskaya,S.M.,1968.Geochemistry of Organic Substance.Moscow: A.V.USSR.

Mashitha,Z.2012. Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Ekstrak Wortel(Daucus carota L) Dengan Tepung Tapioka, Tepung Terigu dan Gliserin. Skripsi. Medan:

Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.


(11)

Minner,C. S.1953. Glyserol. New York : Reinhold Publishing Corporation.

Muharsini,S.,2006. Uji Keefektifan Biji Sirsak (Annona muricata) dan Akar Tuba (Derris eliptica)Terhadap Larva Chrysoma bezziana Secara In Vitro.Jurnal: Balai Penelitian Veteriner.Bogor

Prihatman,K.2000.Ketela pohon/singkong(Manihot utilissima Pohl).diakses tanggal 6 Februari 2009

Radi.J.1996.Sirsak budidaya dan pemanfaatannya.Yogyakarta.Kanisius Robert,G.A.F.1992.Chitin Chemistry.London: The Macmillan Press

Sagala,S.T.Rizki.2013.Karakterisasi Pembuatan Edible Film Dari Campuran Tepung Rumput Laut (Eucheuma sp.) Kitosan dan Gliserin.Skripsi.Medan : Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.

Sediaoetama,A.D.1989.Ilmu Gizi. Jilid I.Jakarta:Penerbit Dian Rakyat.

Stevens,M.P. 2000.Kimia Polimer. Cetakan Pertama. Jakarta : Pradnya Paramita Sudarmadji,S.1992.Analisa Bahan Makanan dan pertanian. Jakarta : Erlangga. Sugita.P.2009.Kitosan : Sumber biomaterial masa depan. Bogor : IPB Press Sunarjono,H.2008.Berkebun 21 jenis tanaman buah.Jakarta:Penerbit Swadaya.

Trubus Info Kit.2012.Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik.Redaksi Trubus Vol 8. Jakarta.PT.Trubus Swadaya.

Ulpa,D.R.2011. Pembuatan Edible Film Dari Campuran Kanji, Ekstrak Pepaya (Carica papaya L) dan Gliserin Sebagai Bahan Pengemas. Skripsi. Medan:

Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.

Wahyu.M.K.2008.Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Edible Film.Bandung. UNPAD Press

Wijaya,M.,2012. Ekstraksi Annonaceous acetogenin dari daun sirsak, Annona muricata, sebagai senyawa bioaktif antikanker.Skripsi:Departemen Teknologi Bioproses Universitas Indonesia

Winarno,F.G.1992.Pengantar teknologi Pangan.Jakarta:PT. Gramedia.

Wirjosentono,B.1995. Perkembangan Polimer di Indonesia.Orasi Ilmia Lustrum 6. Medan : Universitas Sumatera Utara.


(12)

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

− Hotplate Gallenkamp

− Oven Gallenkamp

− Neraca analitis Mettler Toledo

− Gelas beaker Pyrex

− Labu takar Permacolor

− Gelas ukur Pyrex

− Thermometer YZ

− Spatula − Pipet tetes − Botol reagen − Botol aquadest − Magnetik stirrer

− Alat Torse Tokyo testing Machine

− SEM (Scanning Electron Microscopy) − Spektrofotometer FT-IR

− Plat akrilik − Jangka sorong 3.1.2 Bahan

− Daun Sirsak − Kitosan

− Tepung tapioka Sanghee

− Gliserin p.a E-Merck

− Aquadest


(13)

3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Pengambilan Sampel

Sampel berupa daun sirsak yang diperoleh dihalaman rumah di jalan STM , buah Sirsak memiliki nama latin Annona muricata.

3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.2.2.1 Pembuatan larutan CH3COOH 1%

Dipipet 1 mL larutan CH3COOHglasial kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 mL. diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda.

3.2.2.2 Pembuatan larutan kitosan 2%

Ditimbang 1 g kitosan kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker. Ditambahkan 50 mL larutan CH3COOH 1% . Didiamkan selama ± 1 jam hingga seluruh kitosan larut.

3.2.3 Cara Kerja 3.2.3.1 Preparasi Sampel

− Disiapkan 10 lembar daun sirsak

− Daun direbus dalam keadaan disobek-sobek − Direbus dalam 600 mL air

− Direbus dalam panci tertutup selama 25 menit atau hingga air rebusan tersisa sepertiga bagian

− Disaring air rebusan daun sirsak tersebut

3.2.3.2 Pembuatan Edible Film 3.2.3.2.1 Variasi I

Sebanyak 2 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 32 mL aquadest. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate pada suhu ±65oC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% dan 2 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan


(14)

mengental. Campuran dituang ke plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±35oC selama ± 2 hari

3.2.3.2.2 Variasi II

Sebanyak 2,5 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 31,5 mL aquadest. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate pada suhu ±65oC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% dan 2 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan mengental. Campuran dituang ke plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±35oC selama ± 2 hari

3.2.3.2.3 Variasi III

Sebanyak 3 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 31 mL aquadest. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate pada suhu ±65oC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% dan 2 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan mengental. Campuran dituang ke plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±35oC selama ± 2 hari

3.2.3.2.4 Variasi IV

Sebanyak 3,5 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 30.5 mL aquadest. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate pada suhu ±65oC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% dan 2 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan mengental. Campuran dituang ke plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±35oC selama ± 2 hari

3.2.3.2.5 Variasi V

Sebanyak 4 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 30 mL aquadest. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan diatas hotplate pada suhu ±65oC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% dan 2 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan mengental. Campuran dituang ke plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ±35oC selama ± 2 hari


(15)

3.2.3 Pengukuran Kuat Tarik dan Kemuluran

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Kekuatan tarik suatu bahan didefinisikan sebagai besarnya beban maksimum (Emaks) yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal (A0).

σ =

Fmaks

A0 Keterangan :

σ = kekuatan tarik bahan ( ����mm2 )

F = tegangan maksimum ( kgf ) A0 = luas penampang ( mm2 )

Disamping bersama kekuatan tarik ( σ ) sifat mekanik bahan juga diamati dari sifat kemulurannya ( ɛ ) yang didefinisikan sebagai :

ɛ

=

It

I0

I0

X 100%

=

������

I0

X 100

Keterangan: ɛ = Kemuluran (%)

I0 = Panjang specimen mula-mula (mm)


(16)

3.2.4 Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy)

SEM (Scanning Electron Microscopy) adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada specimen interaksi berkas electron dengan specimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas electron, sinar x, electron sekunder, absorbansi electron.

Dalam hal ini, dilihat dari permukaan dari pencampuran tepung tapioca dengan ekstrak daun sirsak, kitosan dan gliserin. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau lapisan yang tebalnya sekitar 20µm dari permukaan sampel.

3.2.5 Analisa FT – IR (Fourier Transform Infra Red)

Analisa FT-IR Fourier Transform Infra Red merupakan analisa terhadap interaksi senyawa-senyawa yang terkandung dalam edible film berupa uluran atau lekukan dalam grafik.

3.2.6 Penentuan Kadar Nutrisi

3.2.6.1. Pengukuran ketebalan edible film

Dilakukan pengukuran ketebalan edible film dari edible dengan menggunakan jangka sorong pada empat sisi yang berbeda kemudian dihitung ketebalan rata – rata edible.

3.2.6.2. Penentuan kadar air

Edible film ditimbang sebanyak 1-2 g dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050 C selama 3 jam. Didinginkan di dalam desikator. Kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

��������= �����������

����������� � 100 %


(17)

3.2.6.3. Penentuan kadar abu

Edible film ditimbang sebanyak 2-3 g dalam sebuah cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Dikeringkan di dalam oven. Diabukan di dalam tanur pengabuan pada suhu maksimum 5500 C selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator. Kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

�������� = ��������

����������� � 100 %

(SNI 01-2891-1992) 3.2.6.4. Penentuan kadar lemak

Edible film ditimbang sebanyak 1-2 g, dimasukkan kedalam selongsong kertas yang dialasi dengan kertas. Dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 800 C selama lebih kurang 1 jam. Kemudian dimasukkan kedalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu alas yang telah berisi batu didih. Diekstraksi dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam. Disuling heksana dan dikeringkan ekstrak lemak dalam oven pada suhu 1050 C. dinginkan dan timbang hingga bobot tetap.

����������= ����������

����������� � 100 %

(SNI 01-2891-1992)

3.2.6.5. Penentuan kadar protein

Edible film ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml. tambahkan 2 g selenium dan 25 ml H2SO4(p). dipanaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam). Dibiarkan dingin, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda. Dipipet 5 ml NaOH(aq) 40 % dan 1-2 tetes indikator campuran. Disuling selama lebih kurang 10 menit. Ditampung NH3(g) di dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan borat 2 % yang telah dicampur indikator. Bilas ujung pendingin dengan aquadest. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N.

������������ =(�1− �2) ��� 0.014 ��.���.�

� � 100 %


(18)

3.2.6.6. Penentuan Kadar Karbohidrat (by difference)

Penentuan karbohidrat (termasuk kadar serat) secara by difference dihitung sebagai 100 % dikurangi kadar air, abu, protein, dan lemak.

����������ℎ����� = 100 %−% (�������+�����+���+���) (Winarno F.G., 1992)

3.3 Bagan Penelitian 3.3.1 Preparasi Sampel

Disiapkan 10 lembar daun sirsak

Daun direbus dalam keadaan disobek-sobek

Direbus dalam 600 mL air

Direbus dalam panci tertutup selama 25 menit atau hingga air rebusan tersisa sepertiga bagian

Disaring air rebusan daun sirsak tersebut

Daun Sirsak


(19)

3.3.2 Pembuatan Edible Film 3.3.2.1 Variasi I

Ditimbang sebanyak 2 g

Dimasukkan kedalam gelas beaker

Ditambahkan 32 mL aquadest

Dipanaskan diatas hotplate (± 650C)

Ditambahkan 10 g ekstrak daun sirsak Ditambahkan larutan kitosan 2% (� �⁄ )

Ditambahkan 2 mL gliserin

Diaduk hingga homogen dan mengental

Dituang ke plat akrilik dan diratakan Dikeringkan didalam oven (±35oC)

catatan: dilakukan hal yang sama untuk tepung tapioka 2.5 ; 3 ; 3.5 ; 4 gram Tepung Tapioka

Edible Film

Larutan Putih


(20)

3.3.3 Pengujian Edible Film

Edible Film

Uji SEM Uji FT-IR Kuat Tarik dan

Kemuluran Pengukuran

Ketebalan

Kadar Karbohidrat Kadar Protein

Kadar Lemak Kadar Abu


(21)

3.3.3.1 Analisa kadar nutrisi Edible Film

3.3.3.1.1 Penentuan kadar abu edible film dari daun sirsak variable V

2 g edible film

Dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000 C selama 3 jam hingga diperoleh abu berwarna keputih-putihan

Abu

Diulangi sampai diperoleh berat konstan Dihitung kadar abunya

Didinginkan dalam desikator Ditimbang


(22)

3.3.3.1.2 Penentuan kadar lemak edible film dari daun sirsak variable V

2 g edible film

Dimasukkan ke dalam gelas beaker

Lemak

Ditambahkan 30 ml HCl(aq) 25% dan 20 ml aquadest serta beberapa butir batu didih

Dibungkus dengan paper thimbal

Disaring dalam keadaan panas dan cuci dengan aquadest panas hingga tidak bereaksi asam lagi

Ditutup gelas beaker dengan kaca arloji dan dididihkan selama 15 menit

Dimasukkan kedalam alat soxhlet

Dikeringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100-1050 C

Diekstraksi dengan larutan heksana selama 2-3 jam pada suhu ± 800C

Didestilasi larutan heksana dari ekstrak lemak pada suhu 100-1050C

Didinginkan di dalam desikator Ditimbang sampai berat konstan Dihitung kadar lemaknya


(23)

3.3.3.1.3 Penentuan kadar protein edible film dari daun sirsak variable V 2 g edible film

Dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml

Larutan jernih kehijau-hijauan

Dibilas ujung pendingin dengan aquadest Didestilasi selama lebih kurang 10 menit Ditunggu sampai larutan dingin

Ditambahkan 50 ml NaOH(aq) 40%

Ditambahkan 2 g campuran selenium dan 25 ml H2SO4(p)

Dipipet 50 ml larutan yang telah diencerkan dan dimasukkan ke dalam alat destilasi

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest

Dipanaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan

Ditampung destilat di dalam 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur dengan indikator

Dititrasi dengan larutan HCl(aq) 0,1 N Destilat dalam asam borat 2%

Larutan ungu

Hasil


(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil penelitian edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin yang telah dilakukan diperoleh karakteristik sebagai berikut :

Table 4.1. Hasil data pencarian komposisi terbaik edible film dari ekstrak daun sirsak

No Air (ml)

Tapioka (g)

Kitosan (g)

Gliserin (ml)

Sampel (ml)

Keterangan

1 32 2 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara, • Permukaan licin, namun

• Edible mudah sekali robek

2 31.5 2.5 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara,namun tak sebanyak Var I • Permukaan licin, namun

• Edible tidak terlalu mudah robek jika dibandingkan dengan Var I

3 31 3 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara,namun tak sebanyak Var II • Permukaan licin dan halus

• Tingkat elastisitasnya lebih baik dari Var II (tidak mudah robek)

4 30.5 3.5 1 2 10 • Tidak terlalu banyak terdapat gelembung udara seperti Var III • Permukaan licin dan halus,

• Tingkat elastisitasnya lebih baik dari Var III (tidak mudah robek)

5 30 4 1 2 10 • Tidak terlalu banyak terdapat gelembung udara • Permukaan licin dan halus


(25)

Table 4.2. Hasil analisa karakteristik edible film dari ekstrak daun sirsak

No Jenis Kuat tarik

(KgF/mm2)

Kemuluran (%)

Ketebalan (mm)

1 Variasi I 0.555 19.85 0.042

2 Variasi II 0.166 14.09 0.040

3 Variasi III 0.740 16.52 0.036

4 Variasi IV 0.708 20.51 0.040

5 Variasi V 0.468 37.36 0.032

4.1.1. Hasil analisa kuat tarik edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin

Penentuan kadar kuat tarik dan mulur edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin dapat dihitung sebagai berikut:

Kuat tarik

=

�����

��

=

����

��

Kemuluran

=

������

�� x100 %

=

It−I0

I0 X 100%

Sebagai contoh penentuan kuat tarik edible dan kemuluran edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin pada lampiran I.

Perlakuan I :

Load : 0.14 KgF

Stroke : 21.84 mm/menit

Panjang sampel mula-mula (l0) : 110 mm


(26)

Lebar sampel : 6,0 mm A0 = Lebar sampel x tebal sampel

= 6.0 mm x 0.042 mm = 0.252 mm2

Kuat tarik = 0.14

0.252

= 0.555 KgF/mm2 Kemuluran = 21.84

110

x 100 %

= 19.85%

Hasil analisa kuat tarik dan kemuluran untuk perulangan sampel berikutnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.3 Hasil analisa kadar nutrisi edible film dari ekstrak daun sirsak

No Parameter Hasil Metode

1 Kadar Air 26.58% Gravimetri

2 Kadar Abu 0.30% Gravimetri

3 Kadar Protein 3.71 % Kjeldhal

4 Kadar Lemak 2.02% Gravimetri


(27)

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Kuat Tarik dan kemuluran

Kuat tarik merupakan sifat mekanik yang berhubungan dengan sifat kimia film.Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film hinggaterputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat mekanis yang penting dari edible film. Kuat tarik yang terlalu kecil mengindikasikan bahwa film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah. Pengukuran kuat tarik edible film dilakukan dengan menggunakan Tensile Strength dan Elongasi Tester

(Sagala,2013)

Berdasarkan hasil pengukuran kuat tarik, didapatkan perbandingan hasil kuat tarik yang dapat disimpulkan bahwa edible film dari campuran ekstrak daun sirsak dengan penambahan 4 g tepung tapioka, kitosan 2% dan 2 mL gliserin didapatkan hasil yang paling baik diantara edible film yang lainnya. Hal ini disebabkan karena komposisi yang tepat pada campuran ini sehingga proses pencampuran lebih stabil dan permukaan film yang dihasilkan lebih merata dan halus sehingga edible yang dihasilkan tidak mudah robek atau patah.

4.2.2 Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy)

Analisa ini dilakukan dengan alat yang biasa disebut dengan mikroskopi kamera. Mikroskop Pemindai Elektron (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang gambar permukaan sampel dipindai dengan menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam pola pemindai pixel. Mikroskop Pemindai Elektron (SEM) adalah microscope yang menggunakan hamburan elektron dalam membentuk bayangan.

Elektron berinteraksi dengan atom-atom yang membentuk sampel menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan sampel, komposisi dan sifat-sifat lain seperti konduktivitas listrik.Alat ini memiliki banyak keuntungannya jika dibandingkan dengan menggunakan mikroskop cahaya. SEM menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi, yang maksudnya adalah pada jarak yang sangat dekat tetap dapat menghasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecahkan gambar. Persiapan sampel relatif mudah. Kombinasi dari perbesaran kedalaman jarak focus, resolusi yang bagus, dan persiapan yang mudah, membuat SEM merupakan satu dari alat-alat yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian saat ini


(28)

Hasil SEM pada edible film , akan memperlihatkan permukaan pada edible film tersebut. Bila hasil pada permukaan tersebut rata atau bergelombang, tergantung pada bahan- bahan penyusun edible film tercampur merata atau tidak, hal ini tergantung pada matriks, bahan pengisi dan pemlastis tercampur dengan baik sehingga dihasilkan permukaan film yang baik, berikut adalah hasil scanning electron microscopy dari edible film yang terbaik yaitu pada variasi V, dengan pembesaran 250x , 500x, 1000x, dan 2000x

Gambar 4.1. Dengan pembesaran 250 x Gambar 4.2 Dengan pembesaran 500 x


(29)

4.2.3 Analisa FT-IR

Tabel 4.4 Hasil Analisa FT-IR

Sampel O-H

(cm-1)

C-O

(cm-1)

C=C

(cm-1)

C-H

(cm-1)

Edible film 3279.91 (lebar, kuat)

1019.29 (tajam, kuat) 1244.52 (lemah)

1558.91 (lemah) 1642.80 (lemah)

2931.34 (lemah) 2887.95 (lemah)

Dari hasil pengukuran spectrum IR pada Lampiran C Halaman 52 menunjukkan pada peak 3279.91 cm-1 yang memperlihatkan peak yang lebar dan kuat yang menunjukkan adanya gugus O-H pada edible film(Dachriyanus,2004).

Pada peak 1019.29 cm-1 yang memperlihatkan peak yang tajam dan kuat dan juga memperlihatkan peak yang lemah pada 1244.52 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus C-O pada edible film(Dachriyanus,2004).

Pada peak 1558.91 cm-1 dan 1642.80 cm-1 yang memperlihatkan peak yang lemah yang menunjukkan adanya gugus C=C pada edible film(Dachriyanus,2004).

Pada peak adalah 2931.34 cm-1 dan 2887.95 cm-1 yang memperlihatkan peak yang lemah. yang menunjukkan adanya gugus C-H pada edible film(Dachriyanus,2004).

Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan adanya interaksi antara glukosa, kitosan dan gliserin dalam pembuatan edible film.


(30)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pembuatan edible film dengan menggunakan 4 g tepung tapioka, 30 mL aquadest, kitosan 2%, 2 mL gliserin dan 10 gr ekstrak daun sirsak menunjukkan hasil yang paling baik diantara variasi lainnya.

2.

Karakterisasi dari edible film yang dihasilkan, diperoleh hasil edible yang terbaik pada variasi V yaitu pada campuran 4 g tepung tapioka, kitosan 2%, 2 mL gliserin dan 10 gr ekstrak daun sirsak dengan hasil ketebalan 0.032 mm , kuat tarik sebesar 0.468 KgF/mm2, dan kemuluran 37.36% . Dari hasil SEM dapat dilihat permukaan film yang rata, rapat, halus dan juga berpori-pori kecil. Dari hasil FT-IR menunjukkan panjang gelombang bahwa gugus O-H pada edible film adalah 3279.91 cm-1 yang memperlihatkan peak yang lebar dan kuat. Untuk gugus C-O pada edible film adalah 1019.29 cm-1 yang memperlihatkan peak yang tajam dan kuat dan juga memperlihatkan garis yang lemah pada spectrum 1244.52 cm-1.

3. Kadar nutrisi dari edible film variasi V didapatkan hasil kadar air 26.58%, kadar abu 0.30%, kadar protein 3.71%, kadar lemak 2.02% dan kadar karbohidrat 67.39%

5.2. Saran

Disarankan agar peneliti selanjutnya melanjutkan penelitian ini dengan melakukan analisa thermal, permeabilitas O2 dan CO2, migrasi uap air, uji biodegradable serta analisa kimia terhadap edible film untuk melihat kemungkinan pengaplikasian edible film sebagai bahan pengemas makanan.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sirsak (Annona muricata)

Sirsak (Annona muricata) Bukanlah tumbuhan asli Indonesia, namun iklim tropis yang dimiliki Indonesia menjadikan sirsak dapat tumbuh dan berkembang di berbagai provinsi di Indonesia. Secara komersial sirsak diolah menjadi panganan seperti jus, sari buah, sirup ,selai dan dodol. Buah sirsak mengandung zat-zat atau senyawa yang dapat memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh manusia(Astika.A.,2013).

Seiring berjalannya waktu serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka tanaman sirsak saat ini sudah terbukti merupakan tanaman multiguna. Tidak hanya buahnya yang bermanfaat dan enak dikonsumsi, tetapi daun sirsak pun berkhasiat sebagai obat. Sudah dilaporkan bahwa peneliti-peneliti di Amerika Serikat telah menemukan senyawa acetogenin pada daun sirsak yang berfungsi 10.000 kali lipat dari pada obat kanker yaitu Adriamycin. Senyawa ini mampu menghambat produksi energy ATP didalam sel kanker. Sehingga efeknya terjadi pembelahan sel kanker akan terganggu(Herliana,2011).


(32)

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Sirsak

Tanaman sirsak termasuk tanaman tahunan dengan sistematika sebagai berikut Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Famili : Annonaceae Genus : Annona

Species : Annona muricata

Pohon buah sirsak ini memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan diameter batang 10-30 cm. Daunnya berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap. Bunganya merupakan bunga tunggal dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk.Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting dan pohon. Buahnya merupakan buah sejati berganda yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buahnya memiliki duri sisik halus. Apabila telah tua daging buah berwarna putih, lembek dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman. Bijinya berwarna coklat agak kehitaman dan keras(Radi.J.,1997).

2.1.2 Kandungan

Senyawa aktif yang terdapat didalam tanaman buah sirsak yaitu

• Akarnya mengandung alkaloid, saponin, steroid atau triterpenoid dan asetogenin.

• Buahnya mengandung protein, lemak, hidratarang, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B dan vitamin C.

• Daun dan batang mengandung tanin, fitosterol, ca-oksalat dan alkaloid murisine. Daun mengandung turunan senyawa sesquiterpen seperti β-elemene, isocaryophyllene, β-caryophyllene, α-humulene, γ-muurolene, OC-selinene, α -muurolene, germacrene A, dan β-cadinene(Trubus 2012).


(33)

2.1.3 Khasiat

Khasiat daun sirsak adalah mampu mencegah semua kanker dan tumor, bahkan sudah terkena kanker pun dapat diobati dengan daun sirsak. Proses pengobatannya mirip kemo tapi lebih bagus daripada kemo. Proses kemoterapi mungkin masih menyisakan sisa-sisa kankernya, tapi daun sirsak mampu membabat habis.

Penelitian telah membuktikan daun sirsak dan buahnya ini bisa :

• Daun sirsak mampu mematikan sel kanker dan tumor secara efektif, terutama sel kanker :prostat, pancreas, dan paru-paru. Dapat menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut rontok, seperti yang terjadi pada kemoterapi.

• Daun sirsak melindungi pada system kekebalan tubuh serta mencegah dari infeksi yang dapat mematikan. Energi meningkat serta penampilan fisik membaik.

• Secara efektif zat dalam daun sirsak dapat memilih target dan membunuh sel jahatdari 12 tipe kanker yang berbeda, diantaranya kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru dan pancreas.

• Dayakerjanya 10.000 x lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan Adriamycin dan kemoterapi yang biasa digunakan.

• Tidak seperti kemoterapi, daun sirsak ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel jahat dan tidak akan membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.

Selain dikenal sebagai ramuan herbal yang mampu mencegah perkembangan sel kanker, disamping itu, daun dengan permukaan halus itu juga memiliki manfaat melancarkan peredaran darah dan mengobati darah tinggi atau hipertensi.

Daun sirsak tidak kalah dengan pengobatan modern. Manfaatnya untuk kesehatan semakin dirasakan ketika olahan daun sirsak dikonsumsi secara teratur. Terlebih kandungan alami yang ada pada daunnya berupa kalium atau potassium berperan mengatur tekanan darah.

Sama dengan bahan alami lainnya yang berperan untuk kesehatan, daun sirsak memiliki kandungan antioksidan untuk melawan radikal bebas. Anti oksidan itu diketahui memiliki manfaat melenturkan dan melebarkan pembuluh darah serta menurunkan tekanan


(34)

darah. Penggunaan alami daun sirsak untuk menormalkan tekanan darah tinggi sudah dilakukan banyak orang.

Manfaat dan efek samping dari suplemen herbal daun sirsak, saat ini masih terus dipelajari dan diuji. Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas dan potensi efek yang positif. Disisi lain sirsak kadang-kadang dapat menyebabkan kantuk atau relaksasi(Astika.A.,2013).

2.1.4 Daun sirsak sebagai Penghancur Kanker

Annona acetogenins atau yang dikenal dengan acetogenins merupakan kumpulan senyawa aktif didalam daun sirsak yang berpotensi sebagai senyawa sitotoksik bermanfaat bagi kesehatan. Sejak berabad-abad silam, daun sirsak dan bagian pohon sirsak lainnya telah dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.

Acetogenins adalah kumpulan senyawa aktif yang memiliki aktivitas sitotoksik didalam tubuh dengan cara menghambat transport ATP atau energy yang digunakan oleh sel kanker untuk berkembangbiak. Senyawa sitotoksik sendiri adalah senyawa yang dapat bersifat toksik maupun sebagai obat untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker dan sel tumor yang ada dalam tubuh.

Keunggulan acetogenins adalah sebagai berikut :

1. Acetogenins hanya akan membunuh sel kanker yang ada didalam tubuh, sedangkan sel normal tidak akan diserang dan akan tetap hidup.

2. Acetogenins dalam daun sirsak dapat membunuh sel kanker 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan Adriamycin (obat kemoterapi).

3. Kemoterapi dapat menimbulkan efek rasa mual, berat badan turun, rambut rontok, sedangkan acetogenins tidak.

4. Acetogenins dapat melindungi system kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang mematikan.

5. Pasien yang melakukan pengobatan menggunakan acetogenins akan merasa lebih kuat dan lebih sehat selama proses perawatan dan penyembuhan, serta memiliki penampilan fisik yang baik(Zuhud, Ervizal A.M.,2010).


(35)

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh wijaya(2006) dilakukan dimulai dari mengekstraksi daun sirsak yang telah kering dan diblender dengan etanol 95% yang menghasilkan fraksi etanol,selanjutnya difraksinasi menggunakan pelarut air dan diklorometan dengan perbandingan volume sebesar 1:1 menghasilkan fraksi air dan diklorometana.Fraksinasi kedua menggunakan pelarut heksana dan methanol 90% dengan perbandingan volume sebesar 1:1 menghasilkan fraksi heksana dan fraksi methanol. Fraksi ini semuanya dikonsentrasikan dengan menguapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator, kecuali fraksi air. Semua perlakuan dilakukan pada suhu ruang karena annonaceous acetogenin dapat rusak pada suhu diatas 60oC. (Wijaya, Monica 2006)

2.2 Kitosan

gambar 2.2 struktur kitosan

Kitosan merupakan produk yang dihasilkan dari kulit hewan crustacea yang didapatkan dengan destilasi kitin .Kitosan merupakan polisakarida kationik dengan massa molecular yang besar, kemampuan membentuk lapisan film yang baik serta aktivitas antimikroba. Kitosan merupakan kopolimer β-(1,4)-2-asetamido D-glukosa. Kitosan mampu membentuk pelapis (coating) semipermeable yang tahan terhadap pertukaran atmosfer, menunda pemasakan dan mengurangi laju transpirasi di dalam buah dan makanan(Bourtoom,2008).

Dibidang industri, kitin dan kitosan berperan antara lain sebagai koagulan polielektrolit pengolahan limbah cair, pengikat dan penyerap ion logam, mikroorganisme, mikroalga, pewarna, residu pestisida, lemak, tanin, PCB (poliklorinasibifenil), mineral dan asam organik, media kromatografi afinitas, gel dan pertukaran ion, penyalut berbagai serat alami dan sintetik, pembentuk film dan membrane yang mudah terurai, meningkatkan kualitas kertas, pulp dan membrane mudah terurai. Sementara pada bidang pertanian dan


(36)

pangan, kitin dan kitosan digunakan antara lain untuk pencampur ransum pakan ternak, antimikrob, anti jamur, serat bahan pangan, penstabil pembentuk gel, pembentuk tekstur, pengental dan pengemulsi produk olahan pangan, pembawa zat aditif makan, flavor, zat gizi, pestisida, herbisidda, virusida tanaman, dan deasidifikasi buah-buahan, sayuran dan penjernih sari buah(Sugita,P.2009).

Kitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3encer, H3PO4 0.5% dan CH3COOH 1% tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Dalam kondisi asam berair, gugus amino (-NH2) kitosan akan menangkap H+ dari lingkungannya, sehingga gugus amino nya terprotonasi menjadi –NH3+ . Gugus –NH3+ inilah yang menyebabkan kitosan bertindak sebagai garam, sehingga dapat larut dalam air, analog dengan pelarutan garam dapur dalam air(Sugita,P.2009).

Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta memiliki kegunaan yang beragam, antara lain sebagai perekat, aditif untuk kertas dan tekstil, penjernihan air minum, serta untuk mempercepat penyembuhan luka, dan memperbaiki sifat pengikatan warna, kitosan merupakan pengkelat yang kuat untuk ion logam transisi. Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dan membentuk kompleks kitosan dengan logam.


(37)

Tabel 2.1. Aplikasi dan fungsi kitosan di berbagai bidang

Bidang aplikasi Fungsi

I. Pengolahan limbah - Bahan koagulasi/flokulasi untuk limbah cair

- Penghilangan ion-ion metal dari limbah cair

II. Pertanian - Dapat menurunkan kadar asam sayur, buah dan ekstrak kopi

- Sebagai pupuk

- Bahan antimikrobakterial III. Industri tekstil - Serat tekstil

- Meningkatkan ketahanan warna IV. Bioteknologi - Bahan-bahan imobilisasi enzim V. Klarifikasi / Penjernihan

• Limbah industri pangan

• Industri sari buah

• Pengolahan minum beralkohol

• Penjernihan air minum

• Penjernihan kolam renang

• Penjernihan zat warna

• Penjernihan tannin

- Koagulasi/flokulasi - Flokulan pektin/protein - Flokulan protein/mikroba - Koagulasi

- Flokulan mikroba - Pembentuk kompleks - Pembentuk kompleks

VI. Kosmetik - Bahan untuk rambut dan kulit VII. Biomedis - Mempercepat penyembuhan luka

- Menurunkan kadar kolesterol VIII. Fotografi - Melindungi film dari kerusakan

(Robert,1992).


(38)

Gambar 2.3 Rumus molekul Gliserin

Gliserol (atau gliserin, gliserin) adalah senyawa poliol sederhana, tidak berwarna, tidak berbau, dan cairan kental yang banyak digunakan dalam formulasi farmasi. Gliserol memiliki tiga gugus hidroksil yang menyebabkan kelarutannya dalam air dan sifat higroskopisnya.

Gliserin adalah cairan kental yang berwarna dan memiliki rasa manis. Cairan ini memiliki titik didih tinggi dan membeku untuk pasta. Penggunaan Gliserin paling umum adalah dalam sabun dan produk kecantikan lainnya seperti lotion. Gliserin juga terdapat dalam bentuk nitrogliserin yaitu bahan untuk menciptakan dinamit.

Cairan ini sangat populer dalam produk kecantikan karena merupakan humectant dan menyerap ambient air yang berguna membantu menjaga kelembaban. Tidak hanya itu, gliserin digunakan dalam proses pembuatan sabun, dan produk sampingan. Produsen sabun banyak mengekstrak gliserin selama proses pembuatan sabun dan cadangan untuk digunakan dalam produk yang lebih mahal. Beberapa jumlah tetap setiap bar dari sabun, dan tambahan dapat ditambahkan untuk menghasilkan hasil yang jelas dan kualitas pelembab ekstra. Ekstra juga meningkatkan aspek pembersihan sabun.

Gliserin dapat dilarutkan dengan mudah menjadi alkohol dan air, tetapi tidak menjadi minyak.Senyawa kimia murni disebut Gliserol,yang menunjukkan bahwa itu adalah alkohol.

Faktanya gliserol mudah menyerap air dari udara sekitarnya berarti gliserin yang higroskopis. Jika beberapa adalah untuk dibiarkan di tempat terbuka, maka akan menyerap air dari udara sekitarnya hingga cairan itu akhirnya air 20%. Sejumlah kecil ditempatkan pada lidah akan menyebabkan terik, karena dehidrasi. Ketika produk kecantikan yang mengandung senyawa ini digunakan pada kulit yang baik pelembap, dapat membantu menjaga kelembaban yang masuk.

Gliserin yang merupakan produk samping dari industri oleokimia yang memiliki sifat higroskopis, larut dalam air dan alkohol, tidak berwarna, tidak berbau dan memiliki rasa


(39)

manis. Gliserin banyak digunakan untuk farmasi, bahan makanan, kosmetik, emulsifier dan minyak pelumas. Adapun kegunaan gliserin adalah sebagai berikut :

a. Farmasi

Gliserin banyak digunakan sebagai salep, obat batuk, pembuatan multi vitamin, vaksin, obat infeksi, stimulan jantung, antiseptik, pencuci mulut, pasta gigi.

b. Bahan makanan

Gliserin digunakan sebagai ekstrak buah seperti vanili, kopi, koumarin. Gliserin juga digunakan untuk minuman berkarbonat, pembuatan keju, permen jeli.

c. Kosmetik

Gliserin yang memiliki sifat tidak beracun tidak menyebabkan iritasi dan tidak berwarna digunakan untuk pelembut dan pelembab kulit, krem kulit, sabun, pembersih wajah. Gliserin juga digunakan sebagai pelarut parfum, pewarna dan pembersih kendaraan (Minner, 1953). 2.4 Tepung Tapioka

Singkong (Manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti industri makanan, farmasi, tekstil dan lain-lain. Industri makanan dari singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk, timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan singkong, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka


(40)

Klasifikasi singkong adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Species : Manihot utilisima (Prihatman,2000)

Tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Salah satu contohnya yaitu digunakan dalam pembuatan edible film yang berfungsi sebagai matriks. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun (kain), juga dapat digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih.

Tabel 2.2 Daftar komposisi nutrisi tepung tapioka No Kandungan zat Kadar zat

1 Air 9 gram

2 Kalori 363 kal

3 Protein 1.1 gram

4 Lemak 0.5 gram

5 Karbohidrat 88.2 gram

6 Kalsium 84 mg

7 Phospor 125 mg

8 Besi 1.0 mg

9 Vitamin B1 0.4 mg


(41)

Edible film didefinisikan sebagai suatu material berbentuk lapisan tipis yang dapat dikonsumsi dan dapat digunakan sebagai penghalang kelembaban, oksigen dan gerakan zat terlarut pada makanan. Edible film dapat digunakan untuk lapisan pembungkus makanan yang atau dapat ditempatkan sebagai lapisan antara komponen makanan (Giulbert, 1986).

Edible film telah banyak menerima banyak perhatian pada beberapa tahun belakangan ini karena keuntungannya yang lebih besar dibandingkan dengan plastik sintetik. Keuntungannya yang paling utama adalah bahwa edible film dapat ikut dimakan bersama dengan produk makanan yang dikemas.

Edible film dapat berfungsi sebagai agen pembawa antimikroba dan antioksidan. dalam aplikasi yang sama edible film juga dapat digunakan di permukaan makanan untuk mengontrol laju difusi zat pengawet dari permukaan ke bagian dalam makanan.

Fungsi dari edible film sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Edible film yang terbuat dari lipida dan juga film dua lapis (bilayer) ataupun campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumnya baik digunakan sebagai penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan edible film yang tebuat dari protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat hidrofobik(Hui,2006).

Metode pembuatan edible film yang sering digunakan yaitu metode casting, yaitu dengan mendispersikan bahan baku edible film, pengaturan pH larutan, pemanasan larutan, pencetakan, pengeringan, dan pelepasan dari cetakan. Tidak ada metode standart dalam pembuatan edible film sehingga dapat dihasilkan film dengan fungsi dan karakteristik fisikokimia yang diinginkan akan berbeda. Namun pada umumnya dilakukan penambahan hidrokoloid untuk membentuk struktur film yang tidak mudah hancur dan plasticizer untuk meningkatkan elastisitas(Wahyu,2008).

2.5.1. Sifat-sifat edible film

Sifat fisik film meliputi sifat mekanik dan penghambatan. Sifat mekanik menunjukkan kemampuan kekuatan film dalam menahan kerusakan bahan selama


(42)

pengolahan, sedangkan sifat penghambatan menunjukkan kemampuan film melindungi produk yang dikemas dengan menggunakan film tersebut.

Beberapa sifat film meliputi kekuatan renggang putus, ketebalan, pemanjangan, laju transmisi uap air, dan kelarutan film.

1. Ketebalan edible film

Ketebalan film merupakan sifat fisik yang dipengaruhi oleh konsentrasi padatan terlarut dalam larutan film. Ketebalan film akan mempengaruhi laju transmisi uap air, gas dan senyawa volatile.

2. Perpanjangan edible film atau elongasi

Perpanjangan edible film atau elongasi merupakan kemampuan perpanjangan bahan saat diberikan gaya tarik. Nilai elongasi edible film menunjukkan kemampuan rentangnya.

3. Peregangan edible film atau tensile strength

Peregangan edible film merupakan kemampuan bahan dalam menahan tekanan yang diberikan saat bahan tersebut berada dalam regangan maksimumnya. Kekuatan peregangan menggambarkan tekanan maksimum yang dapat diterima oleh bahan atau sampel.

4. Kelarutan film

Persen kelarutan edible film adalah persen berat kering dari film yang terlarut setelah dicelupkan di dalam air selama 24 jam.

5. Laju transmisi uap air

Laju transmisi uap air merupakan jumlah uap air yang hilang per satuan waktu dibagi dengan luas area film. Oleh karena itu salah satu fungsi edible film adalah untuk menahan migrasi uap air maka permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah mungkin(Gontard, 1993).

2.6. Karakterisasi Edible Film

2.6.1. Fourier Transform Infrared (FTIR)

Spektrofotometer inframerah pada umumnya digunakan untuk menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik dan mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya.


(43)

Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektromagnetik yang berbeda. Radiasi inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2.5-50 µm atau bilangan gelombang 4000-200 cm-1 . Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda ini sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik(Sagala,2013).

FTIR telah membawa tingkat keserbagunaan yang lebih besar ke penelitian-penelitian struktur polimer. Karena spektrum-spektrum bisa di-scan, disimpan, dan ditransformasikan dalam hitungan detik, teknik ini memudahkan penelitian reaksi-reaksi polimer seperti degradasi atau ikat silang. Persyaratan-persyaratan ukuran sampel yang sangat kecil mempermudah kopling instrument FTIR dengan suatu mikroskop untuk analisis bagian-bagian sampel polimer yang sangat terlokalisasi. Dan kemampuan untuk substraksi digital memungkinkan seseorang untuk melahirkan spektrum-spektrum lainnya yang tersembunyi(Steven, 2001).

2.6.2. Scanning Elektron Microcopy (SEM)

Mikroskop electron adalah sebuah mikroskop yang dapat melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali. Mikroskop ini menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop electron menggunakan jauh lebih banyak energy dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya(Sagala,2013).

SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar x, elektron sekunder, absorbs elektron.

Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan yang diperoleh merupakan gambar tofografi dengan segala tonjolan, lekukan, dan lubang permukaan(Wirjosentono, 1996).


(44)

Prinsip dasar dari SEM adalah electron. Didalam SEM, digunakan sinyal electron BSEs (Backscaterred Electrons) dan Ses (Secondary Electrons). Yang membedakan topografi dan specimen permukan dipengaruhi oleh keluarnya intensitas sinyal electron yang dikumpulkan berdasarkan gelombang-gelombang pemindaian(Sagala,2013).

2.7. Analisa kadar nutrisi edible film 2.7.1. Kadar air

Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, dan hal ini merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengentalan dan pengeringan. Pengurangan air disamping bertujuan mengawetkan juga untuk mengurangi besar dan berat bahan pangan(Winarno, 1980).

2.7.2. Kadar abu

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya.

Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu antara lain: a. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan.

Misalnya pada proses penggilingan gandum diharapkan dapat dipisahkan antara bagian endosperm dengan kulit/katul dan lembaganya. Apabila masih banyak kulit atau lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi.

b. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan.

Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintetis.

c. Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain.

Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000 C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.


(45)

Sampel yang akan diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam bahannya. Bahan yang mempunyai kadar air yang tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan lebih dahulu. Temperatur pengabuan harus diperhatikan sungguh-sungguh karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi. Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar anatar 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit( Sudarmadji, 1992).

2.7.3. Kadar lemak

Lemak adalah sekelompok ikatatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen, (H), dan oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam pelarut lemak, seperti petrolueum benzene, eter. Lemak di dalam bahan makanan yang memegang peranan penting ialah disebut lemak netral atau trigliserida yang molekulnya terdiri atas satu molekul gliserol dan tiga asam lemak.

Lemak dalam bahan makanan ditentukan dengan metode ekstraksi beruntun di dalam alat soxhlet, mempergunakan ekstrans pelarut lemak, seperti petroleum benzene atau eter. Bahan makanan yang akan ditentukan kadar lemaknya, dipotong-potong setelah dipisahkan dari bagian yang tidak dimakan seperti kulit dan lainnya. Bahan makanan kemudian dihaluskan atau dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam alat soxhlet untuk diekstraksi. Ekstraksi dilakukan berturut-turut beberapa jam dengan dipanaskan. Setelah diperkirakan selesai, cairan ekstrans diuapkan dan residu yang tertinggal ditimbang dengan teliti. Persentase lemak (residu) terhadap berat jumlah asal bahan makanan yang diolah dapat dihitung dan kadar lemak bahan makanan tersebut dinyatakan dalam gram persen(Sediaoetama, 1985).

2.7.4. Kadar protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lain (lemak dan karbohidrat). Protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi.

Penentuan jumlah protein dalam bahan makanan umumnya dilakukan berdasarkan penerpaan empiris, yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan. penentuan protein berdasarkan jumlah N menunjukkan protein kasar karena selain protein juga terikut senyawaan N bukan protein misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit,


(46)

asam amino, amida, purin, pirimidin. Penentuan cara ini yang paling terkenal adalah cara Kjeldhal. Analisa protein metode Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi.

1. Tahap destruksi

Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4.

Reaksi : (C,H,N,O,S)n + H2SO4(p) → (NH4)2SO4 + SO2↑ + CO2↑ + H2O↑ Hijau Bening

2. Tahap destilasi

Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebih, diberi indikator tashiro. Destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia terdestilasi sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa.

Reaksi : (NH4)2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2NH4OH Hijau Bening

NH4OH → NH3(g) + H2O(l) NH3(g) → NH3(l)

2NH3(l) + 4H3BO4→ (NH4)2B4O7 + 5H2O Larutan Biru → Larutan Hijau 3. Tahap titrasi

Apabila penampung destilat digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N


(47)

dengan indikator tashiro. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari hijau menjadi ungu.

Reaksi : (NH4)2B4O7 + 2HCl → 2NH4Cl + H2B4O7 + 5H2O Larutan Hijau → Larutan Ungu (Sudarmadji, 1992).

2.7.5. Kadar karbohidrat

Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memeperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan makana. Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga disebut Carbohydrate by Difference.

Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan, sebagai berikut:

% karbohidrat = 100 % - % ( protein + lemak + abu + air )

Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan dalam bahan makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan(Winarno, 1992).

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensasi polimer-polimernya yang tebentuk.(Sudarmadji, 1992). Dalam bahan-bahan pangan nabati, karbohidrat merupakan komponen yang relatif tinggi kadarnya. Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin, pati, selulosa, hemiselulosa, pektin, dan beberapa karbohidrat yang lain. Unsure-unsur yang membentuk karbohidrat hanya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), kadang-kadang juga nitrogen (N) (Winarno, 1980).


(48)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengemasan makanan merupakan suatu proses pembungkusan makanan dengan bahan pengemas yang sesuai. Bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain kertas, kaca, plastik ,dan logam. Tetapi penggunaan material sintetis tersebut akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan temperatur.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan lingkungan sekitar, merupakan hal yang mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang dapat terdegradasi secara alami. Cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat, Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap biopolimer yang berasal dari bahan pangan alami, yaitu bahan yang tersusun dari komponen lemak, protein, karbohidrat atau gabungan dari ketiga unsur tersebut adalah edible film.

Edible film adalah salah satu jenis kemasan yang ramah lingkungan bahkan bisa langsung ikut dikonsumsi bersama pangan yang dikemasnya karena terbuat dari bagian bahan pangan alami tertentu.edible film berperan sebagai lapisan yang dapat didegradasi oleh bakteri dan terbuat dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Selain itu edible film memberikan perlindungan yang unik dengan mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari bahan pangan yang dikemas, hal tersebut merupakan karakteristik yang tidak didapatkan pada kemasan konvensional

Berdasarkan penelitian Dwi Rafiaah Ulpa(2011) yg berjudul “Pembuatan Edible Film Dari Campuran Kanji, Ekstrak Pepaya (Carica papaya L) dan Gliserin Sebagai Bahan Pengemas” menghasilkan permukaan edible yang lentur dengan uji kuat tarik sebesar 0,02 KgF/mm2, kemuluran 24% dan permukaan pori-pori rapat.


(49)

Menurut Zoraya Mashithah(2012) yang berjudul “Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Ekstrak Wortel(Daucus carota L) Dengan Tepung Tapioka, Tepung Terigu dan Gliserin” menghasilkan permukaan edible dengan perbandingan 5 g tepung tapioka dan 5 g tepung terigu yang optimal dibuktikan dari uji kuat tarik 0,1028 KgF/mm2 kemuluran 39,83%, dan permukaan halus, berpori-pori kecil, rapat dan kompatibel.

Menurut Jimmy(2013) yang berjudul “ Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Mangga (Mangifera indica L)” menghasilkan permukaan edible film yag lebih optimal dengan menggunakan 6 g tepung tapioca yang dibuktikan dari uji tarik sebesar 0,2285 KgF/mm2, kemuluran 48,91% dan swelling 6,42% dan permukaan yg sedikit berserat.

Pati menjadi sumber karbohidrat yang paling penting dalam makanan dan ditemukan dalam sereal gandum, kentang, padi, biji-bijian serta jenis-jenis sayuran lainnya. Dua unsur utamanya adalah amilosa (15-20%) yang mempunyai struktur heliks tanpa cabang dan amilopektin (80-85%) yang terdiri dari rantai bercabang yang tersusun dari 24-30 residu glukosa(Mayes P.A.,2003).

Kitosan merupakan biopolymer alami terutama sebagai penyusun cangkang udang-udangan ,serangga serta penyusun dinding sel ragi dan jamur. Kemampuan kitosan untuk mengikat logam dihubungkan dengan kadar nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya. Kitosan mempunyai potensi untuk digunakan pada berbagai industri seperti industri makanan(Manskaya S.M.,1968).

Pemakaian kata gliserol dan gliserin sering membuat orang bingung. Gliserol dan gliserin adalah sama, tetapi pemakaian kata gliserol biasa dipakai jika kemurnian rendah sedangkan pemakaian kata gliserin dipakai untuk kemurnian yang tinggi. Tetapi secara umum, gliserin merupakan nama dagang dari gliserol

Berdasarkan penelitian Muharsini(2006) yang berjudul “Uji Keefektifan Biji Sirsak (Annona muricata) dan Akar Tuba (Derris eliptica)Terhadap Larva Chrysoma bezziana

Secara In Vitro” menyatakan bahwa Tanaman sirsak banyak tumbuh di Indonesia dan dikenal dapat digunakan sebagai insektisida botanis, karena senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman sirsak adalah senyawa Asetogenin. Senyawa Asetogenin dari suku annonacea dilaporkan mempunyai toksisitas yang cukup efektif terhadap serangga.


(50)

Berdasarkan penelitian Wijaya (2012) yang berjudul “Ekstraksi Annonaceous acetogenin dari daun sirsak, Annona muricata, sebagai senyawa bioaktif antikanker” menyatakan bahwa senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak atau Annona muricata telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker, Penelitian bertujuan untuk mendapatkan ekstrak yang kaya akan annonaceous acetogenin melalui maserasi daun sirsak yang sudah kering dengan pelarut etanol 95%, fraksinasi, dan kolom kromatografi. Senyawa annonaceous acetogenin yang terbukti larut dalam fraksi metanol 90% (Fraksi F005) dari tahapan fraksinasi dianalisis dengan LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy) dengan adanya senyawa yang berat molekulnya 612 dan BST (Brine Shrimp Lethality Test) dengan nilai LC50 (Lethal Concentration) di bawah 1000 ppm. Dari kolom kromatografi terhadap fraksi F005 didapatkan 12 botol di antara 15 botol yang terbukti mengandung annonaceous acetogenin dari analisis TLC (Thin Layer Chromatography).

Sirsak (Annona muricata) diketahui bisa mencegah dan juga ampuh untuk mengobati beberapa jenis kanker. Untuk sirsak sendiri telah diteliti dapat mengobati kanker usus besar (colon), kanker paru-paru, kanker pankreas, kanker prostat dan juga kanker payudara. Bagian sirsak yang bermanfaat untuk kanker yaitu batang, daun dan juga buahnya(Astika,A.,2013). Oleh karena itu dengan menggunakan ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan dan gliserin peneliti berharap edible yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan pengemas makanan yang ramah lingkungan dengan penggunaan daun sirsak yang kaya akan manfaat dan gizi sebagai bahan dasar pembuatan edible film.

1.2 Permasalahan

Bagaimana hasil dan karakterisasi serta kadar nutrisi edible film dengan penambahan ekstrak daun sirsak, kitosan ,tapioka dan gliserin.

1.3 Pembatasan Masalah

1. Sampel daun sirsak yang digunakan berasal dari Jalan STM 2. Kitosan yang digunakan diperoleh dari Surabaya.

3. Tepung tapioca merk Sanghee yang digunakan berasal dari pasar inpres titi kuning 4. Gliserin yang digunakan merek E-Merck berasal dari laboratorium Biokimia

FMIPA USU,Medan

5. CH3COOH 1% yang digunakan merek E-Merck berasal dari laboratorium Biokimia FMIPA USU, Medan


(51)

6. Tepung tapioka yang ditambahkan adalah sebanyak 10 g , kitosan yang ditambahkan adalah sebanyak 2%, gliserin yang ditambahkan adalah sebanyak 2 mL.

7. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (ketebalan, pemanjangan film /

elongation dan kuat regang putus / tensile strength) dan sifat fisik (analisa Scanning Electron Microscope / SEM dan analisa Spectroscopy Fourier Transform Infra Red / FT-IR)

8. Analisa kadar nutrisi yang dilakukan adalah analisa kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik dari edible film yang dihasilkan

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan ekstrak daun sirsak terhadap edible film yang dihasilkan

3. Untuk mengetahui kadar nutrisi dari edible film yang dihasilkan

1.5 Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan pengemas makanan yang ramah lingkungan dengan penggunaan daun sirsak yang kaya akan manfaat dan gizi sebagai bahan dasar pembuatan edible film.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan langkah-langkah sebagai berikut :

− Edible film dibuat dengan melarutkan tepung tapioka kedalam gelas beaker yang berisi aquadest pada suhu 65oC, diaduk hingga homogen, ditambahkan larutan kitosan 2% pada saat campuran homogen diikuti dengan penambahan gliserin, kemudian diaduk hingga mengental, dicetak diatas plat plastik, dikeringkan didalam oven pada suhu± 30oC selama ± 2 hari

− Edible film yang dihasilkan dilakukan pengukuran ketebalan menggunakan jangka sorong


(52)

− Edible film yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian kuat tarik dan kemuluran menggunakan alat Torsee’s Electronic System Tokyo Testing Machine

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa SEM dengan penentuan secara mikroskopi

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa FT-IR dengan penentuan secara spektroskopi

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa penentuan kadar air dilakukan dengan metode pengeringan di dalam oven, pada suhu 1030 C-1050 C

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa penentuan kadar abu dilakukan dengan metode pembakaran di dalam tanur pada suhu 6000 C.

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa penentuan kadar protein dilakukan dengan metode kjeldhal, yang melalui tiga tahap, yaitu tahap destruksi, destilasi dan titrasi.

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa Penentuan kadar lemak dilakukan dengan metode soxlet

− Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan menghitung selisih antara 100% dengan jumlah persentase kadar air, abu, protein, dan lemak.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA USU dan Laboratorium Penelitian FMIPA USU Medan. Laboratorium Geologi kuartener Bandung, Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dan Laboratorium Baristan Medan


(53)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian karakterisasi dan analisa nutrisi dari edible film dari campuran ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan tepung tapioka, kitosan dan gliserin. Pembuatan edible diawali dengan mencampurkan tepung tapioka dengan variasi 2; 2.5; 3; 3.5 dan 4 gram, kitosan dengan komposisi tetap 2%, dan ekstrak daun sirsak dengan komposisi tetap 10 gram, dipanaskan, ditambahkan dengan gliserin sebanyak 2 mL, dan diaduk kembali hingga homogen. Setelah homogen dicetak diatas plat akrilik, dan dikeringkan didalam oven dengan suhu konstan 35oC selama ± 2hari. Karakterisasi edible film ditentukan dengan pengukuran ketebalan, sifat-sifat mekanik, analisa kadar nutrisi, morfologi dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy), dan interaksi diantara senyawa-senyawa dengan menggunakan FT-IR(Fourier Transform Infra Red). Hasil optimal dari karakterisasi meliputi hasil ketebalan 0.032 mm , kuat tarik sebesar 0.468 KgF/mm2, dan kemuluran 37.36% . Kadar nutrisi dari edible film didapatkan hasil kadar air 26.58%, kadar abu 0.30%, kadar protein 3.71%, kadar lemak 2.02% dan kadar karbohidrat 67.39%. Dari hasil SEM dapat dilihat permukaan film yang rata, rapat, halus dan juga berpori-pori kecil. Dari hasil FT-IR menunjukkan panjang gelombang bahwa gugus O-H pada edible film adalah 3279.91cm-1 yang memperlihatkan peak yang lebar dan kuat. Untuk gugus C-O pada edible film adalah 1019.29 cm-1 yang memperlihatkan peak yang tajam dan kuat dan juga memperlihatkan peak yang lemah pada spectrum 1244.52 cm-1. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan adanya interaksi antara glukosa, kitosan dan gliserin dalam pembuatan edible film.


(54)

CHARACTERIZATION AND NUTRITIONAL ANALYSIS OF EDIBLE FILM FROM MIXED EXTRACT LEAVES OF THE SOURSOP (Annona muricata) WITH TAPIOCA

FLOUR, CHITOSAN AND GLYCERIN.

ABSTRACT

The research has done the characterization and nutrient analysis of edible film from mixed extract leaves of the soursop (Annona muricata) with tapioca flour, chitosan and glycerin. Making edible initiated by mixing starch with variations 2; 2.5; 3; 3.5 and 4 grams, chitosan with 2% fixed composition, and soursop leaf extract with 10 grams of fixed composition, is heated, add the glycerin as much as 2 mL, and stirred back up homogeneous. After homogeneous poured on acrylic plate, and dried in an oven at a constant temperature of 35o C for ± 2 days. Characterization of edible film was determined by measuring the thickness, mechanical properties, analysis of nutrient levels, morphology by using SEM (Scanning Electron Microscopy), and interactions between the compounds by using FT-IR (Fourier Transform Infra Red). Optimal results include the results of the characterization of 0.032 mm thickness, tensile strength of 0468 kgf/mm2, and 37.36% elongation. Levels of nutrients of edible film showed 26.58% moisture content, ash content 0:30%, 3.71% protein content, fat content 2:02% and 67.39% carbohydrate content. SEM of results can be seen the film surface is flat, tight, smooth and small pores. From the FT-IR results showed that the wavelength of the O-H group on edible film is 3279.91 cm-1, which shows that the peak width and strong. For the C-O group on edible film is 1019.29 cm-1 which showed a sharp and strong peak and also showed a weak peak at 1244.52 cm-1 spectrum. This result showed the interaction between glukosa, chitosan and glycerin in the manufacture of edible film.


(55)

KARAKTERISASI DAN ANALISA NUTRISI EDIBLE FILM DARI

CAMPURAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (

Annona muricata

) DENGAN

TEPUNG TAPIOKA, KITOSAN DAN GLISERIN

SKRIPSI

ORIZA IRAWAN 110822010

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(56)

KARAKTERISASI DAN ANALISA NUTRISI EDIBLE FILM DARI CAMPURAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata) DENGAN TEPUNG TAPIOKA,

KITOSAN DAN GLISERIN

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ORIZA IRAWAN 110822010

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(57)

PERSETUJUAN

Judul : KARAKTERISASI DAN ANALISA NUTRISI EDIBLE FILM DARI CAMPURAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata) DENGAN TEPUNG TAPIOKA, KITOSAN DAN GLISERIN

Kategori : SKRIPSI

Nama : ORIZA IRAWAN

Nomor Induk Mahasiswa : 110822010

Program Studi : EKSTENSI KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disetujui di

Medan, Oktober 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

(DR.Rumondang Bulan,M.S)

NIP.195408301985032001 NIP.195512181987012001 (Dra.Emma Zaidar,M.Si)

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(DR.Rumondang Bulan,M.S) NIP.195408301985032001


(58)

PERNYATAAN

KARAKTERISASI DAN ANALISA KADAR NUTRISI EDIBLE FILM DARI CAMPURAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata) DENGAN TEPUNG

TAPIOKA, KITOSAN DAN GLISERIN

SKRIPSI

Saya mengakui skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2013

Oriza Irawan 110822010


(59)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT , Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dan berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah di tetapkan

Tujuan disusunnya skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Di Universitas Sumatera Utara . Adapula judul dari tugas akhir ini adalah “ Karakterisasi dan analisa kadar nutrisi edible film dari campuran ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan tepung tapioka, kitosan dan gliserin”

Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini terutama kepada :

1. Secara khusus kepada Papa (Ir.Irwan) dan Mama (Tetty Repelitawaty) tercinta yang selalu mendukung dan membantu penulis dengan doa yang ikhlas, semangat dan materi sehingga akhirnya saya dapat menyelesikan pendidikan saya di kimia Ekstensi dan juga adik-adik saya Azmi Aziz Irawan dan Fathur Rahman Irawan.

2. Ibu Dra.Emma Zaidar,M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan meluangkan waktu untuk penulis dan membimbing sampai penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU dan selaku dosen pembimbing II yang telah banyak mengarahkan penulis dan membimbing sampai penyelesaian skripsi ini

4. Kepada teman-teman Asisten Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA USU yang telah membantu penulis selama penelitian ini berlangsung


(60)

5. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya stambuk 2011 Ekstensi Kimia FMIPA USU, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dan juga kerabat lainnya yang telah membantu sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(61)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian karakterisasi dan analisa nutrisi dari edible film dari campuran ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan tepung tapioka, kitosan dan gliserin. Pembuatan edible diawali dengan mencampurkan tepung tapioka dengan variasi 2; 2.5; 3; 3.5 dan 4 gram, kitosan dengan komposisi tetap 2%, dan ekstrak daun sirsak dengan komposisi tetap 10 gram, dipanaskan, ditambahkan dengan gliserin sebanyak 2 mL, dan diaduk kembali hingga homogen. Setelah homogen dicetak diatas plat akrilik, dan dikeringkan didalam oven dengan suhu konstan 35oC selama ± 2hari. Karakterisasi edible film ditentukan dengan pengukuran ketebalan, sifat-sifat mekanik, analisa kadar nutrisi, morfologi dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy), dan interaksi diantara senyawa-senyawa dengan menggunakan FT-IR(Fourier Transform Infra Red). Hasil optimal dari karakterisasi meliputi hasil ketebalan 0.032 mm , kuat tarik sebesar 0.468 KgF/mm2, dan kemuluran 37.36% . Kadar nutrisi dari edible film didapatkan hasil kadar air 26.58%, kadar abu 0.30%, kadar protein 3.71%, kadar lemak 2.02% dan kadar karbohidrat 67.39%. Dari hasil SEM dapat dilihat permukaan film yang rata, rapat, halus dan juga berpori-pori kecil. Dari hasil FT-IR menunjukkan panjang gelombang bahwa gugus O-H pada edible film adalah 3279.91cm-1 yang memperlihatkan peak yang lebar dan kuat. Untuk gugus C-O pada edible film adalah 1019.29 cm-1 yang memperlihatkan peak yang tajam dan kuat dan juga memperlihatkan peak yang lemah pada spectrum 1244.52 cm-1. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan adanya interaksi antara glukosa, kitosan dan gliserin dalam pembuatan edible film.


(62)

CHARACTERIZATION AND NUTRITIONAL ANALYSIS OF EDIBLE FILM FROM MIXED EXTRACT LEAVES OF THE SOURSOP (Annona muricata) WITH TAPIOCA

FLOUR, CHITOSAN AND GLYCERIN.

ABSTRACT

The research has done the characterization and nutrient analysis of edible film from mixed extract leaves of the soursop (Annona muricata) with tapioca flour, chitosan and glycerin. Making edible initiated by mixing starch with variations 2; 2.5; 3; 3.5 and 4 grams, chitosan with 2% fixed composition, and soursop leaf extract with 10 grams of fixed composition, is heated, add the glycerin as much as 2 mL, and stirred back up homogeneous. After homogeneous poured on acrylic plate, and dried in an oven at a constant temperature of 35o C for ± 2 days. Characterization of edible film was determined by measuring the thickness, mechanical properties, analysis of nutrient levels, morphology by using SEM (Scanning Electron Microscopy), and interactions between the compounds by using FT-IR (Fourier Transform Infra Red). Optimal results include the results of the characterization of 0.032 mm thickness, tensile strength of 0468 kgf/mm2, and 37.36% elongation. Levels of nutrients of edible film showed 26.58% moisture content, ash content 0:30%, 3.71% protein content, fat content 2:02% and 67.39% carbohydrate content. SEM of results can be seen the film surface is flat, tight, smooth and small pores. From the FT-IR results showed that the wavelength of the O-H group on edible film is 3279.91 cm-1, which shows that the peak width and strong. For the C-O group on edible film is 1019.29 cm-1 which showed a sharp and strong peak and also showed a weak peak at 1244.52 cm-1 spectrum. This result showed the interaction between glukosa, chitosan and glycerin in the manufacture of edible film.


(63)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Lokasi Penelitian 5

BAB 2 : Tinjauan Pustaka 6

2.1 Sirsak (Annona muricata) 6

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Sirsak 7

2.1.2 Kandungan 7

2.1.3 Khasiat 8

2.1.4 Daun Sirsak Sebagai Penghancur Kanker 9

2.2 Kitosan 10

2.3 Gliserin 12

2.4 Tepung Tapioka 14

2.5 Edible Film 15

2.5.1 Sifat-sifat Edible Film 16

2.6 Karakterisasi Edible film 17

2.6.1 Fourier Transform Infrared 17 2.6.2 Scanning Elektron Microscopy 18 2.7 Analisa Kadar nutrisi Edible film 19

2.7.1 Analisa Kadar Air 19

2.7.2 Analisa Kadar Abu 19

2.7.3 Analisa Kadar Lemak 20

2.7.4 Analisa Kadar Protein 20

2.7.5 Analisa Kadar Karbohidrat 22

BAB 3 : BAHAN DAN METODE 23

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1 Alat 23

3.1.2 Bahan 23

3.2 Prosedur Penelitian 24


(64)

3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 24 3.2.2.1 Pembuatan Larutan CH3COOH 1% 24 3.2.2.2 Pembuatan Larutan Kitosan 2% 24

3.2.3 Cara Kerja 24

3.2.3.1 Preparasi Sampel 24

3.2.3.2 Pembuatan Edible Film 24 3.2.3 Pengukuran Kuat Tarik dan Kemuluran 26 3.2.4 Analisa Scanning Mikroskop Elektron 27 3.2.5 Analisa Fourier Transform Infra Red 27

3.2.6 Penentuan Kadar Nutrisi 27

3.2.6.1 Pengukuran Ketebalan Edible Film 27 3.2.6.2 Penentuan Kadar Air 27 3.2.6.3 Penentuan Kadar Abu 28 3.2.6.4 Penentuan Kadar Lemak 28 3.2.6.5 Penentuan Kadar Protein 28 3.2.6.6 Penentuan Kadar Karbohidrat 29

3.3. Bagan Penelitian 29

3.3.1 Preparasi Sampel 29

3.3.2 Pembuatan Edible Film 30

3.3.3 Pengujian Edible Film 31

3.3.3.1 Analisa Kadar Nutrisi 32

3.3.3.1.1 Penentuan Kadar abu 32 3.3.3.1.2 Penentuan Kadar Lemak 33 3.3.3.1.3 Penentuan Kadar Protein 34

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Hasil 35

4.1.1 Hasil Analisa Kuat Tarik dan Kemuluran Edible Film 36 4.1.2 Hasil Analisa dan perhitungan Kadar Nutrisi Edible Film 37

4.2 Pembahasan Penelitian 38

4.2.1 Kuat Tarik dan Kemuluran 38 4.2.2 Analisa Scanning Mikroskop Elektron 38 4.2.3 Analisa Fourier Transform Infra Red 40

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(65)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Aplikasi dan Fungsi Kitosan di berbagai bidang 12 Tabel 2.2 Daftar Komposisi Nutrisi Tepung Tapioka 15 Tabel 4.1 Hasil Data Pencarian Komposisi Terbaik Edible Film Dari Ekstrak

Daun Sirsak 35

Tabel 4.2 Hasil Analisa Karakteristik Edible Film Dari Ekstrak Daun Sirsak 36 Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Nutrisi Edible Film Dari Ekstrak Daun Sirsak 37


(66)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Buah dan Daun Sirsak 6

Gambar 2.2 Struktur Kitosan 10

Gambar 2.3 Rumus Molekul Gliserin 12

Gambar 2.4 Tepung Tapioka 14

Gambar 4.1 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 250 x 39 Gambar 4.2 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 500 x 39 Gambar 4.3 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 1000 x 39 Gambar 4.4 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 2000 x 39


(67)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan Lampiran B Gambar Penelitian

Lampiran C Spektrum FT-IR Edible Film


(1)

CHARACTERIZATION AND NUTRITIONAL ANALYSIS OF EDIBLE FILM FROM MIXED EXTRACT LEAVES OF THE SOURSOP (Annona muricata) WITH TAPIOCA

FLOUR, CHITOSAN AND GLYCERIN.

ABSTRACT

The research has done the characterization and nutrient analysis of edible film from mixed extract leaves of the soursop (Annona muricata) with tapioca flour, chitosan and glycerin. Making edible initiated by mixing starch with variations 2; 2.5; 3; 3.5 and 4 grams, chitosan with 2% fixed composition, and soursop leaf extract with 10 grams of fixed composition, is heated, add the glycerin as much as 2 mL, and stirred back up homogeneous. After homogeneous poured on acrylic plate, and dried in an oven at a constant temperature of 35o C for ± 2 days. Characterization of edible film was determined by measuring the thickness, mechanical properties, analysis of nutrient levels, morphology by using SEM (Scanning Electron Microscopy), and interactions between the compounds by using FT-IR (Fourier Transform Infra Red). Optimal results include the results of the characterization of 0.032 mm thickness, tensile strength of 0468 kgf/mm2, and 37.36% elongation. Levels of nutrients of edible film showed 26.58% moisture content, ash content 0:30%, 3.71% protein content, fat content 2:02% and 67.39% carbohydrate content. SEM of results can be seen the film surface is flat, tight, smooth and small pores. From the FT-IR results showed that the wavelength of the O-H group on edible film is 3279.91 cm-1, which shows that the peak width and strong. For the C-O group on edible film is 1019.29 cm-1 which showed a sharp and strong peak and also showed a weak peak at 1244.52 cm-1 spectrum. This result showed the interaction between glukosa, chitosan and glycerin in the manufacture of edible film.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Lokasi Penelitian 5

BAB 2 : Tinjauan Pustaka 6

2.1 Sirsak (Annona muricata) 6

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Sirsak 7

2.1.2 Kandungan 7

2.1.3 Khasiat 8

2.1.4 Daun Sirsak Sebagai Penghancur Kanker 9

2.2 Kitosan 10

2.3 Gliserin 12

2.4 Tepung Tapioka 14

2.5 Edible Film 15

2.5.1 Sifat-sifat Edible Film 16

2.6 Karakterisasi Edible film 17

2.6.1 Fourier Transform Infrared 17

2.6.2 Scanning Elektron Microscopy 18

2.7 Analisa Kadar nutrisi Edible film 19

2.7.1 Analisa Kadar Air 19

2.7.2 Analisa Kadar Abu 19

2.7.3 Analisa Kadar Lemak 20

2.7.4 Analisa Kadar Protein 20

2.7.5 Analisa Kadar Karbohidrat 22

BAB 3 : BAHAN DAN METODE 23

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1 Alat 23

3.1.2 Bahan 23

3.2 Prosedur Penelitian 24


(3)

3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 24 3.2.2.1 Pembuatan Larutan CH3COOH 1% 24

3.2.2.2 Pembuatan Larutan Kitosan 2% 24

3.2.3 Cara Kerja 24

3.2.3.1 Preparasi Sampel 24

3.2.3.2 Pembuatan Edible Film 24

3.2.3 Pengukuran Kuat Tarik dan Kemuluran 26 3.2.4 Analisa Scanning Mikroskop Elektron 27 3.2.5 Analisa Fourier Transform Infra Red 27

3.2.6 Penentuan Kadar Nutrisi 27

3.2.6.1 Pengukuran Ketebalan Edible Film 27

3.2.6.2 Penentuan Kadar Air 27

3.2.6.3 Penentuan Kadar Abu 28

3.2.6.4 Penentuan Kadar Lemak 28

3.2.6.5 Penentuan Kadar Protein 28

3.2.6.6 Penentuan Kadar Karbohidrat 29

3.3. Bagan Penelitian 29

3.3.1 Preparasi Sampel 29

3.3.2 Pembuatan Edible Film 30

3.3.3 Pengujian Edible Film 31

3.3.3.1 Analisa Kadar Nutrisi 32

3.3.3.1.1 Penentuan Kadar abu 32

3.3.3.1.2 Penentuan Kadar Lemak 33

3.3.3.1.3 Penentuan Kadar Protein 34

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Hasil 35

4.1.1 Hasil Analisa Kuat Tarik dan Kemuluran Edible Film 36 4.1.2 Hasil Analisa dan perhitungan Kadar Nutrisi Edible Film 37

4.2 Pembahasan Penelitian 38

4.2.1 Kuat Tarik dan Kemuluran 38

4.2.2 Analisa Scanning Mikroskop Elektron 38 4.2.3 Analisa Fourier Transform Infra Red 40

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Aplikasi dan Fungsi Kitosan di berbagai bidang 12 Tabel 2.2 Daftar Komposisi Nutrisi Tepung Tapioka 15 Tabel 4.1 Hasil Data Pencarian Komposisi Terbaik Edible Film Dari Ekstrak

Daun Sirsak 35

Tabel 4.2 Hasil Analisa Karakteristik Edible Film Dari Ekstrak Daun Sirsak 36 Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Nutrisi Edible Film Dari Ekstrak Daun Sirsak 37


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Buah dan Daun Sirsak 6

Gambar 2.2 Struktur Kitosan 10

Gambar 2.3 Rumus Molekul Gliserin 12

Gambar 2.4 Tepung Tapioka 14

Gambar 4.1 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 250 x 39 Gambar 4.2 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 500 x 39 Gambar 4.3 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 1000 x 39 Gambar 4.4 Hasil Uji SEM dari Edible Film dengan pembesaran 2000 x 39


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan Lampiran B Gambar Penelitian

Lampiran C Spektrum FT-IR Edible Film