OBSERVASI MANAJEMEN KURIKULUM DI SD TRID

OBSERVASI MANAJEMEN KURIKULUM DI SD TRIDAYA TUNAS BANGSA KOTA CIMAHI MATA KULIAH MANAJEMEN KURIKULUM

  Dosen Pengampu:

  Dr. Dinn Wahyudin, M.Pd Dr. Laksmi Dewi, M.Pd

  Oleh:

NINA INDRIANI 1602648 JURUSAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG 2017

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjunan kita semua, Nabi Muhammad SAW.

  Makalah yang berjudul “Observasi Manajemen Kurikulum di Sekolah Dasar Tridaya Tunas Bangsa di Kota Cimahi” di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum.

  Makalah ini terdiri dari 4 Bab. Bab I mengenai pendahuluan, di dalamnya dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Bab II kajian teori, Bab III pembahasan dan analisis hasil observasi dan bab terakhir yakni bab IV mengenai kesimpulan dan saran.

  Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh daru kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk penelitian kedepannya. Kami berharap, makalah ini dapat berguna, khususnya bagi kami dan umumya bagi semua insan pendidikan.

  Bandung, Maret 2017

  Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran dan strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehinggakurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap adlam memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini.

  Pendidikan merupakan kegiatan seseorang atau kelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau kelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan, dan dapat pula berupa kegiatan pendidikan seperti bimbingan, pengajaran dan latihan (Dinn Wahyudin, 2008: 25).

  Perkembangan yang terkait dengan IPTEK, masyarakat, berbangsa, dan bernegara, maupun isu-isu yang terkait di dalam dan diluar negeri merupakan tantangan yang harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal ini Kementrian Pendidikan harus mampu dengan cepat menjawab tantangan- tantangan tersebut untuk direalisasikan dalam program pendidikan wilayah kerjanya. Banyak aspek pembaruan dalam bidang pendidikan yang berpengaruh terhadap kurikulum, seperti program percepatan pembelajaran, kurikulum muatan lokal, desentralisasi, pelaksanaan remedial dan pengayaan, Manajemen Berbasis Sekolah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

  Salah satu aspek yang dapat memengaruhi keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersangkutan (Rusman, 2011: 2). Pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga dan pembantu pimpinan yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.

  Konsep manajemen kurikulum secara umum merupakan bagian dari manajemen pendidikan. Menurut Prof Oemar Hamalik (2012: 78-79) manajemen pendidikan sebagai suatu proses ata system pengelolaan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:

  1) Program kurikulum yang meliputi aspek administrasi kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan;

  2) Program ketenaga ketenagaan;

  3) Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan;

  4) Program pembiayaan;

  5) Program hubungan dengan masyarakat.

  Lebih pesifiknya lagi manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Rusman, 2011: 3). Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam menegelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kenijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.

  Menurut Dinn Wahyudin (2014: 2) dalam dimensi pengembangan kurikulum, manajemen kurikulum (curriculum management) berkenaan dengan distribusi dan ketersedian dokumen kurikulum di sekolah, sosialisasi Menurut Dinn Wahyudin (2014: 2) dalam dimensi pengembangan kurikulum, manajemen kurikulum (curriculum management) berkenaan dengan distribusi dan ketersedian dokumen kurikulum di sekolah, sosialisasi

  Nickels, McHugh, dan McHugh (1977) menulis bahwa “management” merupakan “the process used to accomplish organizational goals through planning, organizing, directing, and controlling people and other organizational resources.” Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan, dan pengendalian orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.

  Manajemen kurikulum dalam era otonomi daerah menuntut upaya yang lebih berorientasi pada kebutuhan dengan terlebih dahulu menganalisis lingkungan ekternal dan internal (Wahyudin, 2014: 6). Analisis lingkungan internal organisasi tingkat mikro penyelenggara (pengelola) kurikulum maupun lingkungan eksternal (stakeholders) tenaga kependidikan diperlukan suatu perumusan yang mendalam. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan kurikulum menghasilkan suatu perubahan-perubahan yang strategis sebagai dampak implementasi kurikulum yang akhirnya evaluasi dan pengendalian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjut kurikulum menghasilkan suatu outcome yang dapat diukur secara kuantitas maupun kualitas (degree of effectiveness).

  Manajemen kurikulum yang baik di suatu lembaga pendidikan atau sekolah tentunya harus memenuhi standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya dan merupakan kriteria minimal tentang seluruh sistem pendidikan di negara Indonesia. Adanya delapan standar pendidikan yang harus dikembangkan di setiap lembaga pendidikan pendidikan yaitu: 1) Standar Kompetensi Lulusan, 2) Standar Isi, 3) Standar Proses, 4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6)

  Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan Pendidikan, 8) Standar Penilaian Pendidikan.

  Kedelapan standar tersebut merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan atau sekolah. Untuk mengetahui adanya kesesuaian kedelapan standar tersebut dalam ranah teoritis dengan proses implementasinya di suatu lembaga penididikan atau sekolah dalam ranah praktis, maka disini penulis melakukan observasi terhadap manajemen kedelapan standar tersebut kemudian melihat adakah kesesuaian antara teori dengan imlpementasinya di lapangan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis merumuskan satu masalah. Secara umum masalah yang dikaji adalah masalah yang berkaitan dengan ke delapan standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan, apakah proses pengimplementasiannya di lapangan secara praktis sampai kepada membandingkan antara teori ideal yang seharusnya dengan implementasi yang sebenarnya.

  Namun dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan dianalisis, mengingat begitu luasnya delapan standar nasional tersebut dan waktu observasi yang sangat terbatas, maka penulis hanya mengkaji mengenai standar proses, standar isi, standar tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasana.

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan masalah dari makalah ini adalah mengacu pada masalah yang dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari obeservasi ini adalah untuk mengetahui apakah delapan standar pendidikan nasional sudah terimplementasikan dengan baik sampai kepada prosedur apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki proses tersebut dan untuk menganalisis lebih mendalam kesesuaian antara teori yang seharusnya dengan proses pengimplementasiannya di lapangan.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. MANAJEMEN

  Pengertian manajemen menurut Kathryn M Bartol dan David C Martin (1995: 121) adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisas dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama, yaitu merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan. Sementara itu menurut Stoner (1995: 64) manajemen adalah proses perencanaan, pengoragnisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

  Menurut Siagian dalam Atmodiwirio (2005: 5) manajemen adalah kemampuan atau keterampilan seseorang untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain. Manejemen kaitannya dengan kurikulum berarti suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian kurikulum.

  Dalam konteks pendidikan, menurut Djaman Satori (1980: 46) menejemen pendidikan merupakan “keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber-sumber personal dan material yang tersedia dan sesuai untk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu menurut Hadari Namawi (1992: 121) mengemukakan bahwa “manajemen pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orag untuk Dalam konteks pendidikan, menurut Djaman Satori (1980: 46) menejemen pendidikan merupakan “keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber-sumber personal dan material yang tersedia dan sesuai untk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu menurut Hadari Namawi (1992: 121) mengemukakan bahwa “manajemen pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orag untuk

  Menurut G.R Terry terdapat empat fungsi manajemen, yakni (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian);(3) actuating (pelaksanaan) dan (4) controlling (pengawasan). Sedangkan menurut Henry Fayol menyebutkan lima fungsi manajemen itu meliputi, (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) commanding (pengaturan); (4) coordinating (pengkoordinasian) dan (5) controlling (pengawasan). Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen yang mencakup: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) staffing (penentuan staff); (4) directing (pengarahan); dan (5) controlling (pengawasan).

B. KURIKULUM

  Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa (Hamalik, 2012: 10). Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuluer tersebut, sekolahlembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa untuk melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa.

  Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities, and experiences which pupils have under the direction of school, whether in the classroom or not.

  Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas, melainkan mencakup juga kegiatan diluar kelas. Pandangan modern menjelaskan bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler ada pemisahan yang tegas (Wahyudin, 2014: 6).

  Semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam kurikulum. Kendatipun pandangan tersebut diterima, namun pada umumnya guru-guru tetap berpandangan, bahwa kegiatan- kegiatan dalam kelas saja yang termasuk kurikulum, sedangkan kegiatan di luar kelas dari segi nilai edukatif yang diberikan oleh kurikulum itu.

  Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya (Sukmadinata, 2010: 4). Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno seperti yag telah dijelaskan di awal, dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai saat sekarang, yaitu kurikulum sebagai “… a racecourse of subject matter to be mastered”(Robert S. Zais, 1976: 7). Banyak orang tua bahkan guru-guru, jikalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata pelajaran, lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari yang pada awalnya menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Caswel dan Champbel dalam buku mereka yang terkenal yaitu Curriculum Development (1935) menyebutkan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiment children have under guidance of teacher (1935: 12). Demikian juga dengan Doris Lee dan Muray Lee (1940: 12) yang menyatakan kurkulum sebagai: “… those experiences of the child which the school in any way utilizes or attempts to influence”. Perubahan penekanan pada pengalaman ini jelas ditegaskan juga oleh Ronald C. Doll, yaitu

  The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and course to all the experience which are offered to learners under the auspices or direction of the school. (Doll, 1974: 22).

  Definisi Doll tidak hanya menekankan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tetapi juga menekankan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang telah sangat sempit beralih kepada konsep yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa yang diarahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman Definisi Doll tidak hanya menekankan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tetapi juga menekankan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang telah sangat sempit beralih kepada konsep yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa yang diarahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman

  Berkaitan dengan konsep kurikulum yang dikemukakan oleh Doll, Mauritz Johnson mengajukan keberatan terhadap terhadap konsep kurikulum yang snagat luas yang dikatakan oleh Doll. Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya mengajarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Jhonson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, termasuk ke dalam pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Menurut Johnson kurikulum adalah … a structured series of intended learning outcomes (Jhonson, 1967: 130).

  Namun demikian, terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Mauritz Johnson, beberapa ahli memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang dari mereka adalah Mac Donald. Menurut Mac Donald (1965: 3), sistem persekolahan terdiri terbentuk atas 4 subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan professional yang diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan k.egiatan yang menungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (instruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

  Namun menurut Hilda Taba (1962: 18) ia mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat diatas. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan Namun menurut Hilda Taba (1962: 18) ia mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat diatas. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan

C. MANAJEMEN KURIKULUM

  Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan Konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.

  Menurut Hasan yang dikutip oleh Dinn Wahyudin, konsep manajemen kurikulum dalam arti sempit meliputi tiga fase yaitu: Fase pertama, kontruksi kurikulum diawali dengan kemantapan ide kurikulum di mana para pengembangmerumuskan jawaban terhadap masalah pendidikan bangsa. Setelah ide kurikulum dianggap cukup matangdanmemiliki kemampuan untuk menjawab tantangan yang ada, baru para pengembang mengidentifikasidan mengkaji model kurikulum mana yang paling sesuai. Fase kedua, implementasi kurikulum dengan melibatkan banyak pihak termasuk para guru, kelompok administrator pendidikan (kepala sekolah, pengawas, pejabat pendidikan lainnya). Jika dalam fase ini semua pihak melaksanakan tugasnya dengan baik, kurikulum bisa dikatakan berhasil. Fase ketiga, evaluasi kurikulum. Dalam fase kontruksi kurikulum, evaluasi merupakan proses yang membantu memberikan informasi kepada pengembang apakah yang mereka Menurut Hasan yang dikutip oleh Dinn Wahyudin, konsep manajemen kurikulum dalam arti sempit meliputi tiga fase yaitu: Fase pertama, kontruksi kurikulum diawali dengan kemantapan ide kurikulum di mana para pengembangmerumuskan jawaban terhadap masalah pendidikan bangsa. Setelah ide kurikulum dianggap cukup matangdanmemiliki kemampuan untuk menjawab tantangan yang ada, baru para pengembang mengidentifikasidan mengkaji model kurikulum mana yang paling sesuai. Fase kedua, implementasi kurikulum dengan melibatkan banyak pihak termasuk para guru, kelompok administrator pendidikan (kepala sekolah, pengawas, pejabat pendidikan lainnya). Jika dalam fase ini semua pihak melaksanakan tugasnya dengan baik, kurikulum bisa dikatakan berhasil. Fase ketiga, evaluasi kurikulum. Dalam fase kontruksi kurikulum, evaluasi merupakan proses yang membantu memberikan informasi kepada pengembang apakah yang mereka

  Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus-menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya (Rusman, 2011: 129). Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian dan koordinasi, 3) pelaksanaan, 4) pengendalian. Tita Lestari (2006: 128) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut.

  1) Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah: (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan desain kurikulum; (4) membuat rencana induk (master plan); pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

  2) Tahap Pengembangan, meliputi langkah-langkah: (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran, (2) perumusan visi, misi, dan tuuan, (3) penentuan struktur da nisi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.

  3) Tahap Implementasi, meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan

  pembelajaranRPP); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan materi); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara adan alat penilaian proses dan hasil belajar, dan (6) setting lingkungan pembelajaran.

  4) Tahap Penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.

  Pokok kegiatan utama studi manjemen kurikulum adalah meliputi bidang perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan, dan perbaikan kurikulum:

  a. Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarkan asumsi bahwa: telah tersedia informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunyan perencanaan yang tepat. Dinn Wahyudin mengatakan bahwa tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut 1) Analisis kebutuhan 2) Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis 3) Menentukan desain kurikulum 4) Membuat rencana induk (master plan) 5) Penilaian (Dinn Wahyudin, 2014: 19).

  Bentuk aplikasi perumusan filosofi manajemen kurikulum praktek di lapangan dapat dilihat dari hasil riset “A View on Teaching Philosophy in Curriculum Implementation at the Indonesia University of Education” sebagai berikut:

  Pandangan tentang Falsafah Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum di Universitas Pendidikan Indonesia”. Pembenahan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Indonesia terus dilakukan. UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), sebagai salah satu LPTK di Indonesia, tengah melakukan reformulasi pendidikan profesional guru, sebagai respon terhadap tuntutan kebutuhan guru yang lebih bermutu dan bermartabat. Studi ini memfokuskan pada kajian falsafah pembelajaran dalam implementasi kurikulum di UPI. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam implementasi kurikulum dan filosofi mengajar individu dosen sangat dipengaruhi dan terinspirasi oleh filosofi, sistem nilai, serta visi dan misi lembaga penaungnya.

  b. Manajemen pelaksanaan kurikulum berdasarkan asumsi bahwa kurikulum telah direncanakan sebelumnya dan siap dioprasionalkan.

  c. Manajemen perbaikan berdasarkan asumsi, bahwa perbaikan, kurikulum sekolah perlu diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  d. Evaluasi kurikulum berdasarkan asumsi, bahwa perbaikan, perencanaan, dan pelaksanaan kurikulum membutuhkan informasi balikan yang akurat. Dengan demikian jelaslah, bahwa perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan pengadministrasian, evaluasi dan perbaikan kurikulum d. Evaluasi kurikulum berdasarkan asumsi, bahwa perbaikan, perencanaan, dan pelaksanaan kurikulum membutuhkan informasi balikan yang akurat. Dengan demikian jelaslah, bahwa perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan pengadministrasian, evaluasi dan perbaikan kurikulum

  Bentuk pengaplikasian fungsi manajemen kurikulum dapat dilihat dari hasil riset yang berjudul “Model Penyelenggaran Pendidikan Tenaga Pendidik

  dan Kependidikan” berikut:

  Berdasarkan tahapan riset yang menggunakan metodologi Stratified Research and Development yang telah dilakukan, ternyata menunjukkan bahwa kondisi internal UPI dan penilaian dari para pengguna lulusan UPI ternyata cukup menjadikan dasar dalam mempersiapkan dan meperbaiki berbagai komponen manajemen penyelenggaraan pendidikan keguruan yang harus dilakukan UPI dikemudian hari. Beberapa aspek yang perlu diperbaiki ini diantaranya mencakup: Layanan kurikulum akademik; kehamasiswaan, sarana, ketenagaan, pembiayaan, sistem kerjasama, dan pembekalan para lulusan untuk semua jenjang dan program studi. Walaupun disi lain dari temuan baik menurut sumber data internal UPI maupun eksternal UPI (lembaga pendidikan dan kependidikan) hingga dewasa ini UPI masih dipercaya dan diharapkan mampu menghasilkan kualits lulusannya dengan lebih baik lagi. Sebagaimana dari analisis data temuan dan pembahasan dapat dikonstruksi sebuah model generik dari suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang mampu mencetak tenaga pendidik dan kependidikan oleh UPI di masa yang akan dating (Dinn Wahyudin, 2016).

  Selain itu, bentuk manajemen kurikulum di lapangan juga dapat ditelisik daru hasil penelitian “Manajemen Kurikulum dalam Pendidikan Profesi Guru (Studi Kasus Di Universitas Pendidikan Indonesia)” sebagai berikut:

  Studi ini memfokuskan pada analisis aspek yang berkaitan dengan kesiapan organisasi Hasil yang dicapai adalah manajemen universitasfakultas masih perlu redirecting dalam pendampingan kebijakan di tingkat fakultas dan prodi, sedangkan kesiapan manajemen prodijurusan masih perlu penguatan melalui formula komunikasi efektif. Studi ini menyimpulkan tidak ada korelasi antara kesiapan organisasi manajemen UPI dengan perilaku organisasi, namun demikian peran pimpinan jurusan harus lebih ditingkatkan (Dinn Wahyudin, 2016).

D. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

  Manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas keluwesan keluwesan Manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas keluwesan keluwesan

  Otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Pada

  gilirannya, kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah (sustainabilitas). Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasimenghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumberdaya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.

  Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan

  dimiliki. Dengan dimiliki. Dengan

  

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS

  Penulis melakukan observasi di sekolah swasta SD Tridaya Tunas Bangsa yang merupakan salah satu SD Swasta di Kota Cimahi. Alasan penulis tertarik untuk meneliti di sekolah dasar tersebut adalah dikarena sekolah tersebut mempunyai ciri khas dalam pengembangan kurikulumnya yaitu menggunakan sistem pendekatan individu. Sistem pendekatan individu tersebut merupakan sistem pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan, kemampuan, dan karakter siswa. Lebih detailnya kembali penulis akan menjabarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebagai berikut ini.

A. Instrumen Observasi dan Wawancara

  Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hasil observasi yang dilakukan, pada awalnya penulis menyusun terlebih dahulu kisi-kisi observasi dan wawancara guna menggali dan mengupulkan informasi terkait dengan hal-hal apa saja yang akan diobservasi dan dianalisis. Berikut adalah kisi-kisi observasi dan wawancara yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan observasi.

KISI-KISI OBSERVASI WAWANCARA MANAJEMEN KURIKULUM

  (Penyusunan Kisi-Kisi Merujuk pada Buku Manajemen Kurikulum,

  Dr. Dinn Wahyudinn, M.Pd)

  Sasaran Observasi

  A. Tahap Perencananan

  1. Analisis Kebutuhan

  2. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis

  3. Menentukan desain kurikulum

  4. Membuat rencana induk (master plan)

  B. Tahap Pengembangan

  1. Perumusan rasional atau dasar pemikiran

  2. Perumusan visi, misi dan tujuan

  3. Penentuan struktur dan isi program

  4. Pemilihan dan pengorganisasian materi

  5. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran

  6. Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar

  7. Penentuan cara mengukur hasil belajar

  C. Tahap Implementasi

  1. Penyusunan rencana dan program pembelajaran (silabus, RPP)

  2. Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)

  3. Penentuan strategi dan metode pembelajaran

  4. Penyediaan sumber, alat dan sarana pembelajaran

  5. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar

  6. Setting lingkungan pembelajaran

  D. Tahap Penilaian

  1. Penilaian konteks

  a. Memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan

  b. Kondisi actual

  c. Masalah-masalah

  d. Peluang

  2. Penilaian Input

  a. Memfokuskan pada kemampuan sistem

  b. Strategi pencapaian tujuan

  c. Implementasi design

  d. Cost benefeit dari rancangan

  3. Penilaian Proses

  a. Penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program

  4. Penilaian Produk

  a. Mengukur pencapaian proses

  b. Mengukur pencapaian akhir program

PEDOMAN OBSERVASI WAWANCARA MANAJEMEN KURIKULUM

A.1 Tahap Perencanaan

  1. Bagaimana cara merumuskan kurikulum peserta didik yang sangat beragam?

  2. Beragamnya kebutuhan peserta didik dikelompokkan atas dasar apa?

  3. Bagaimana manajer lembaga pendidikan mendesain kurikulum yang dirancang agar betul-betul mampu sampai pada ranah implementasi?

  4. Apa yang menjadi latar belakang hadirnya lembaga pendidikan ini?

  5. Bentuk desain kurikulum dirancang bertitik tolak dari hal apa?

  6. Seperti apa master plan kurikulum lembaga pendidikan ini?

  7. Master plan yang dikembangkan merujuk dari hal apa?

  8. Seperti apa target jangka pendek dan menengah dalam mencapai target jangka panjang lembaga pendidikan ini?

A.2 Tahap Pengembangan

  1. Bagaimana visi dan misi lembaga pendidikan agar kurikulum yang didesain benar-benar dapat dilaksanakan?

  2. Bagaimana cara lembaga pendidikan merumuskan struktur dan isi program merujuk dengan kurikulum yang telah dirancang?

  3. Seperti apa struktur dan isi program yang dikembangkan?

  4. Apakah lembaga pendidikan sering menjumpai kendala yang berarti dalam merumuskan struktur dan isi program merujuk pada kurikulum yang ada?

  5. Kendala apa yang sering dijumpai dalam merumuskan struktur dan isi program lembaga pendidikan?

  6. Apa yang dilakukan lembaga pendidikan dalam memilih dan mengorganisasi materi agar materi ajar dapat disampaikan secara efektif dan efisien?

  7. Menurut lembaga pendidikan, seperti apa pengorganisasian materi ajar yang menarik?

  8. Adakah kreatifitas yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar substansi materi yang disampaikan dengan cara yang berbeda (less formal)?

  9. Kegiatan pembelajaran seperti apa yang dikembangkan lembaga pendidikan agar pembelajaran tidak dinilai peserta didik “membosankan”?

  10. Bagaimana cara lembaga pendidikan mendayagunakan sumber, alat dan sarana belajar se-kreatif mungkin?

  11. Apakah ada upaya khusus dari lembaga pendidikan agar cara mengukur hasil belajar yang dinilai runyam menjadi lebih mudah?

  12. Seperti apa upaya yang dilakukan lembaga pendidikan dalam memadukan teknologi terhadap sarana, alat, dan sarana belajar yang kreatif?

  13. Program apa yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi para pengajar (guru) dan semua staff yang ada di lembaga ini?

  14. Bagaimana pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan ini?

  15. Bagaimana system pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran sampai kepada pengawasan manajemennya secara menyeluruh?

A.3 Tahap Implementasi

  1. Silabus dan RPP yang dikembangkan apakah semua merujuk pada kurikulum yang telah digariskan pemerintah atau melakukan rekayasa kurikulum sebagai upaya kreatiftas pembelajaran?

  2. Dalam menentukan kedalaman materi, bagaimana upaya yang dilakukan lembaga pendidikan?

  3. Dalam menentukan keluasan materi, bagaimana upaya yang dilakukan lembaga pendidikan?

  4. Bagaimana caranya lembaga menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi ajar dan karakteristik peserta didik?

  5. Adakah upaya-upaya khusus yang dilakukan lembaga pendidikan agar lingkungan pembelajaran benar-benar kondusif dan menyenangkan sehingga kesan yang timbul “peserta didik betah berlama-lama belajar di lembaga pendidikan”?

A.4 Tahap Penilaian

  1. Upaya menilai proses dan hasil belajar, apakah dilakukan seperti adanya saja atau memang diniatkan untuk mengukur sejauh mana progress kompetensi peserta didik?

  2. Dalam rentang waktu berapa dilakukan penilaian proses dan hasil peserta didik oleh lembaga pendidikan?

  3. Seperti apa tindak lanjut dari penilaian proses dan hasil peserta didik yang telah dilakukan?

  4. Apakah penilaian yang dilakukan mampu menjawab masalah-masalah yang dialami peserta didik?

  5. Seperti apa bentuk penilaian yang mampu mengukur kompetensi peserta didik?

  6. Seperti apa bentuk upaya yang dilakukan lembaga pendidikan pada saat terdapat peserta didik yang pencapaian hasil belajar dibawah standar yang telah ditetapkan?

  7. Apa yang telah dilakukan lembaga pendidikan untuk menghilangkan kesan bahwsanya evaluasi belajar adalah hal yang menakutkan bagi peserta didik?

  8. Menurut lembaga pendidikan, apa yang harus dilakukan agar penilaian pembelajaran menjadi tepat sasaran dan mengandung unsur manfaat bagi peserta didik?

  9. Menurut lembaga pendidikan, hal-hal apa yang penting yang harus dimiliki dalam melakukan penilaian pembelajaran?

B. Profil Sekolah

  SD Tridaya Tunas Bangsa berkedudukan di Jalan Encep Kartawirya No.157 B Kelurahan Citeureup, Kecamatan CImahi Utara, Kota CImahi, dan berada di bawah naungan Yayasan Tridaya Bangun Tunas Bangsa.

  1. Visi “Menjadi sekolah ramah anak, unggul dalam prestasi, berkarakter, cinta

  tanah air, dan berlandaskan akhlak mulia yang terdepan di Indonesia”.

  2. Misi  Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.  Memfasilitasi dan mengembangkan setiap potensi peserta didik.  Menyelenggarakan pendidikan karakter dengan menerapkan suti

  tauladan Rasulullah.  Menerapkan pembelajran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan

  bagi peserta didik.  Menumbuhkembangkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air.  Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik peserta didik.

  3. Ramah  Memfasilitasi semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik.  Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.  Menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.  Menciptakan lingkungan yang ramah dan sesuai untuk membangun

  kecerdasan emosi setiap anak.

  4. Unggul  Mengembangkan setiap potensi peserta didik.  Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif bagi peserta

  didik.  Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik peserta didik.  Meningkatkan kecerdasan spiritual dan majemuk anak.  Memberikan suplementasi pembelajaran yangberorientasi global,

  seperti penguasaan bahasa asing lain, teknologi informasi, olahraga, seni, dan kreativitas lainnya.

  5. Berkarakter  Menyelenggarakan pendidikan karakter dengan menerapkan suri

  tauladan Rasulullah pada peserta didik.

   Menyelenggarakan nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

  Gambar 1. Logo Sekolah Dasar Tridaya Tunas Bangsa

C. Struktur Organisasi

  Ketua Yayasan

  Koordinator Kepala sekolah

  Kepala Sekolah

  Wakasek

  Wakasek non

  Akademik

  Akademik

  Guru Bidang

  Guru Kelas

  PelaksanaUmu m

  Wakasek Akademik

  Asisten 1

  Asisten 2

D. Job Deskripsi

  1. Koordinator kepala sekolah

Tugas Utama Jabatan

  Mengkoordinir perencanaan, pelaksanaan, serta pengevaluasian yang dilakukan di tiap jenjang sekolah mulai dari sistem, pengembangan kompetensi guru dan staff, serta hal-hal lain yang bersifat non akademik untuk memastikan pengelolaan sekolah berjalan sesuai dengan visi dan misi sekolah Tridaya Tunas Bangsa.

  Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan supervisi program dan layanan akademik untuk mencapai standar yang telah direncanakan dan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  2) Melakukan supervisi pengembangan kompetensi kepala sekolah, guru, dan staff untuk mencapai standar yang telah direncanakan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  3) Melakukan supervisi hal-hal yag bersifat non akademik untuk mencapai standar yang telah direncanakan dan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  4) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  5) Melakukan kerjasama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan eksternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan non akademik yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  2. Kepala Sekolah

Tugas Utama Jabatan

  Merencanakan,melaksanakan, dan mengevaluasi, sistem dan proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) semua siswa, pengembangan komptensi guru dan staff, serta hal-hal lain yang bersifat non akademik untuk memastikan penegloalaan sekolah berjalan sesua dengan visi dan misi sekolah Tridaya Tunas Bangsa.

Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan supervisi kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa untuk mencapai standar yan telah direncanakan dan sesaui dengan visi dan misi sekolah.

  2) Melakukan supervisi pengembangan kompetensi guru dan staff untuk mencapai standar yang telah ditetapkan dan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  3) Melakukan supervisi hal-hal yang bersifat non akademik untuk mencapai standar yang telah direncanakan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  4) Mengembangkan kemampuan diri dan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  5) Melakukan kerjasama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan eksternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan non akademik yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  3. Guru Kelas

Tugas Utama Jabatan

  Melakukan pengelolaan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) semua siswa di kelas serta memastikan proses KBM berjalan sesuai dengan visi dan misi sekolah Tridaya Tunas Bangsa.

Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan pengelolaan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) untuk mencapai standar yang telah direncanakan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  2) Melakukan pengelolaan kelas dan siswa untuk mendukung keberhasilan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) yang sesuai dengan visi misi sekolah

  4. Asisten Guru I

Tugas Utama Jabatan

  Membantu guru kelas dalam pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa di kelas, serta melakukan pngelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) semua siswa untuk bidang studi yang menjad tanggung jawabnya serta Membantu guru kelas dalam pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa di kelas, serta melakukan pngelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) semua siswa untuk bidang studi yang menjad tanggung jawabnya serta

  Tanggung Jawab

  1) Melakukan Pengelolaan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) untuk mencapai standar yang telah direncanakan sesuai dengan visi misi sekolah.

  2) Membantu guru kelas melakukan dan mengevaluasi pengelolaan kelas dan siswa untuk mendukung keberhasilan KBM yang sesuai dengan vsi misi sekolah.

  3) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  4) Melakukan kerja sama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan ekternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan akademik sesuai dengan visi misi sekkolah Trdaya Tunas Bangsa.

  5. Asisten Guru II

Tujuan Utama Jabatan

  Membantu guru kelas danatau asisten guru I melaksanakan dan mengevaluasi Program Pengajaran Individu (PPI) siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan visi dan misi sekolah Tridaya Tunas Bangsa.

Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan pelaksanaan dan pengevaluasian PPI siswa berkebutuhan khusus untuk mencapai standar yang telah ditetapkan dan sesuai dengan visi misi sekolah Trdaya Tunas Bangsa.

  2) Membantu tim kelas melakukan dan mengevaluasi pengelolaan kelas dan ssiwa untuk mendukung keberhasilan KBM yang sesuai dengan visi misi sekolah.

  3) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  4) Melakukan kerja sama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan ekternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan non akademik yang sesuai dengan visi misi sekolah.

  6. Guru Bidang Studi

Tugas Utama Jabatan

  Melakukan pengelolaan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) semua siswa (Reguler dan PPI) untuk bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya serta memastikan proses KBM berjalan lancear sesuai dengan visi misi sekolah.

Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan Pengelolaan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) untuk mencapai standar yang telah direncanakan sesuai dengan visi misi sekolah.

  2) Melakukan dan mengevaluasi pengelolaan kelas dan siswa untuk mendukung keberhasilan KBM yang sesuai dengan visi misi sekolah.

  3) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  4) Melakukan kerja sama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan ekternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan akademik sesuai dengan visi misi sekkolah Trdaya Tunas Bangsa.

  7. Orthopedagog

Tujuan Utama Jabatan

  Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar (KBM) berjalan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Tanggung Jawab

  1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mencapai standar yang telah direncanakan dan sesuai dengan visi misi sekolah.

  2) Melakukan dan mengevaluasi pengelolaan kelas dan siswa untuk mendukung keberhasilan KBM yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  3) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  4) Melakukan kerja sama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan ekternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan akademik sesuai dengan visi misi sekkolah Trdaya Tunas Bangsa.

  8. Administrasi dan Keuangan

Tujuan Utama Jabatan

  Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem surat-menyurat dan keuangan serta hal-hal yang berkaitan dengan administrasi sekolah yang sesuai dengan visi misi sekolah.

Tanggung Jawab Utama

  1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian sistem surat- menyurat dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi sekolah yang sesuai dengan visi misi sekolah.

  2) Melakukan perencanaan, pengevaluasian, keuangan sekolah sesuai dengan visi misi sekolah.

  3) Mengembangkan kemampuan diri dengan selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang dinamis untuk meningkatkan kualitas diri dan sekolah.

  4) Melakukan kerja sama dan membina hubungan baik dengan konsumen internal dan ekternal untuk mendukung keberhasilan kegiatan akademik dan akademik sesuai dengan visi misi sekkolah Trdaya Tunas Bangsa.

E. Standar Operasional Non Akademik

  1. Kehadiran  Guru dan staff diwajibkan mengisi daftar hadir setiap harinya di tempat

  yang telah disediakan  Gurustaff yang hadir di atas pukul 07.30 wajib mengisi buku

  keterlambatan dan disetujui oleh kepala sekolah.  Guru yang tidak hadir menginformasikan tugas yang diberikan kepada

  siswa kepaa kepala sekolah dan rekan kerja di kelas masing-masing.

  2. Aturan Berpakaian  Berpakaian besih, rapi, dan sopan sesuai dengan seragam atau dress code

  yang telah dispalati sebelumnya.

   Sosialisasi dari kepala sekolah atau pihak yayasan berkaitan dengan

  mengenai aturan berpakaian, terutama untuk guru baru dilakukan secaa rutin.

F. Sarana dan Prasarana

  Sekolah Dasar Tridaya Tunas Bangsa menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut.

  1) Ruang Kelas

  2) Toilet Laki-laki dan Perempuan

  3) Kamar Mandi

  4) Area bermain (indoor dan outdoor)

  5) Dapur

  6) Laboratorium Sains

  7) Laboratorium Komputer

  11) Improvement Room

  12) UKS

  13) Kantin

  14) Ruang Guru

  15) Ruang Kepala Sekolah

  16) Ruang Administrasi

  17) Ruang Konsultasi

  18) Storage Room (Ruang Penyimpanan)

  19) Telepon

  20) Transportasi sekolah (mini bus)

  21) Jaringan Internet

  22) Alat Dokumentasi (kamera dan Handycam) Untuk standar operasional prosedur dalam memanfaatkan sarana,

  prasarana, dan fasilitas bias dilihat lebih jelasnya di bagian Lampiran.

G. Standar Operasional Prosedur Akademik

1. Nilai-nilai Islami dan Karakter

  Untuk menerapkan nilai-nilai islami dan memunculkan karakter yang baik maka dibutuhkan beberapa aspek sebagai berikut.

   Adanya penanggung jawab program agama untuk penyeragaman fiqih,

  pembiasaan beribadah, dan hafala-hafalan doasurathadist.  Adanya pelatihan guru agama yang dilaksanakan oleh pihak sekolah.  Adanya konsultan ahli di bidang agama yang dapat memberi masukan

  seputar pembiasaan, hafalan, dan hal lainnnya.  Adanya program pembiasaan yang menjadi rutinitas sehingga

  memunculkan karekater yang diinginkan tiap siswa secara bertahap sesuai dengan jenjangkelasnya.

2. Prosedur Pengajaran

  Kurikulum

  Lesson

  Unit Plan

  Lesson Plan

  Program(PP)

  (Silabus)

  1) Kalender Kademik Kalender akademik adalah jadwa kegiatan selama satu tahun yang telah ditetapkan. Kalender akademik dibuat oleh sekolah di awal tahun pelajaran dan diberikan kepada guru-guru. Kalender akademik digunakan sebagai acuan untuk membuat program pengajaran.