PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN DIVIDEND

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014 – 2016

Diajukan Oleh:

Nama Mahasiswa : Dwi Noviana

  No. Mahasiswa

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I. JAKARTA 2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014 – 2016

  1. Merupakan hasil karya sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain atau dibuatkan oleh orang lain.

  2. Disusun dengan mengacu kepada norma-norma etika penelitian.

  3. Jika pernyataan saya ini ternyata tidak benar, saya bersedia dicabut gelar kesarjanaan saya oleh Ketua STIE Y.A.I.

  Jakarta, 16 Agustus 2017

  Dwi noviana NIM.2013031261

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

  Nama

  : Dwi Noviana

  NIM

  Program Studi

  : S1 Akuntansi

  Mata Kuliah Pokok

  : Akuntansi Keuangan

  Judul Skripsi

  : PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN

DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014- 2016

  Telah disetujui dan diterima baik oleh Pembimbing Skripsi, guna diujikan didepan Tim Penguji Ujian Skripsi Program Studi S1 Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I

  Jakarta, 16 Agustus 2017

  Mengetahui,

  Pembimbing

  Ketua STIE Y.A.I

  (Henni Handari,S.E.,M.M.,Ak.) (Dr.Reschiwati,S.E.,M.M.,Ak.,CA.,)

TANDA LULUS UJIAN SKRIPSI

  Nama

  : Dwi Noviana

  NIM

  Program Studi

  : S1 Akuntansi

  Judul Skripsi

  : PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN

  DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAA PERTAMBANGAN YANG

  TERDAFTAR

  DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2014- 2016

  Telah diuji dan dinyatakan lulus oleh Tim Penguji Ujian Skripsi, sehingga telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi S1 Akuntansi Sekolah Ilmu Ekonomi Y.A.I.

  Jakarta, September 2017

  Tim Penguji :

  Ketua Penguji

  Anggota Penguji I

  Anggota Penguji II

PENGARUH LABA PER SAHAM DAN DEVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016 ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah laba per saham dan deviden per saham berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016.

  Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. Sampel penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016 dengan menggunakan metode purposive sampling. Terdapat 8 perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai sample penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel penelitian yang digunakan adalah laba per saham dan deviden per saham. Uji yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan menggunakan fixed effect model dan menggunakan aplikasi program EViews 8.0.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel laba per saham secara parsial berpengaruh terhadap harga saham dan dividen per saham secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel laba per saham dan dividen per saham berpengaruh terhadap harga saham.

  Kata kunci: laba per saham, deviden per saham, harga saham

THE EFFECT OF EARNINGS PER SHARE AND DIVIDEND PER SHARE TO STOCK PRICE IN MINING COMPANY THAT LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2014-2016 PERIOD ABSTRACT

  This study aims to empirically examine whether earnings per share and dividend per share that affect the stock price of the mining company listed in Indonesia stock exchange in 2014-2016 period.

  The research uses secondary data. The sample of this research the mining company listed in Indonesia Stock Exchange in 2014-2016 period by using purposive sampling method. There are 8 companies that fulfill the criteria as research sample. This research used quantitative methods. Research variable being used are earnings per share and dividend per share. The hypothesis test used is logistic regression analysis with fixed effect model and using application program EViews 8.0.

  The results from this research showed that the variables earnings per share partially were effect on the stock price and dividend per share partially were not effect on the stock price. Simultaneously, the results of this research showed that the variables earnings per share and dividend per share were effect on stock price.

  Keywords: Earnings Per Share, Dividend Per Share and Stock Price.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, shalawat serta salam dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena dengan kekuasaan dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

  dengan judul “PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN DIVIDEND PER SHARE TE RHADAP HARGA SAHAM”

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak berupa moril maupun materil, maka dari itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan dan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

  1. Bapak Dr. H. Julius Sjukur, selaku Ketua Yayasan Administrasi Indonesia.

  2. Ibu Dr. Reschiwati, S.E., M.M., Ak., CA., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

  Ekonomi Y.A.I.

  3. Ibu Wiwik Pratiwi, S.E., M.M., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

  SekolahTinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I.

  4. Ibu Henni Handari, S.E., M.M., Ak. selaku dosen pembimbing materi yang

  telah bersedia meluangkan waktu dan perhatian dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah membekali penulis dengan ilmu

  yang bermanfaat selama penulis menjalani pendidikan, dan petugas perpustakaan serta staff administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I.

  6. Kedua orang tuaku, Bapak Suharto dan Ibu Ermawati, yang senantiasa selalu

  memberi dukungan, baik doa maupun financial dan melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis, menyemangati penulis hingga memberi dukungan, baik doa maupun financial dan melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis, menyemangati penulis hingga

  

  7. Untuk Ahmad Rinaldi atas semangat dan doanya.

  8. Teman-temanku Rachmawati, Ayu, Paul, Juha, Anin, Mitha, Rachma, Indah,

  indra, Siwi dan Seluruh keluarga akun 2013 terima kasih untuk seluruh kasih sayang, do’a, canda tawa, dan semangat yang selalu diberikan kepada saya.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan dan kurang sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan dan memperbaiki skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Jakarta, 16 Agustus 2017

  Dwi Noviana

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pada dasarnya harga saham selalu mengalami perubahan setiap hari, bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar serta pengabungan usaha (Yongki dan Siti, 2009).

  Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama peneliti ialah harga saham pada sektor petambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Perusahaan sektor pertambangan merupakan sektor usaha

  yang

  Mempunyai kinerja yang cukup signifikan selama tahun 2007 hingga tahun 2010,hal ini disebabkan naiknya harga komoditas hasil tambang dan meningkat nya jumlah permintaan hasil pertambangan di pasar internasional.

  Pada tahun 2007, kinerja ekspor sektor pertambangan mencapai US21,6 miliar atau tumbuh 17,2 dengan pangsa pasar 23,2. Pertumbuhan nilai ekspor pertambangan ini didukung oleh ekspor nikel(tumbuh 76,8), batubara (12,8) dan tembaga (11,4). Tingginya harga komoditas tambang telah menjadi pendorong meningkatnya ekspor sektor pertambangan. Dari sisi volume, ekspor pertambangan pada tahun 2007 juga mengalami kenaikan 7,8 atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor pertambangan ini terjadi pada komoditas nikel (tumbuh 103,7), aluminium (65,5) dan batubara (7,9).

  Dengan pertumbuhan kinerja sektor yang mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan pula keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan hal ini dapat menjadi faktor pendorong meningkatnya minat investor di pasar modal sehingga dapat meningkatkan jumlah permintaaan saham perusahaan pertambangan. Kenaikan harga komoditas ini, kemudian membuat harga saham-saham batubara mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Saham BUMI menjadi primadona pasar. Saham BUMI yang pada awal tahun 2003 masih diperdagangkan di level Rp 25, pada pertengahan tahun 2008 sempat menikmati level tertinggi di Rp 8750 (Sunarsip, dalam Priantinah dan Prabandaru, 2012).

  Namun hal tersebut tidak bertahan lama, kinerja sektor pertambangan di

  Indonesia tahun 2013 mengalami tekanan berat. Hal ini seiring dengan harga komoditas pertambangan di pasar internasional yang tengah turun. Menurut Ketua KEN Chairul Tandjung, turunnya harga komoditas pertambangan disebabkan permintaan terhadap komoditas pertambangan yang diperkirakan masih akan Indonesia tahun 2013 mengalami tekanan berat. Hal ini seiring dengan harga komoditas pertambangan di pasar internasional yang tengah turun. Menurut Ketua KEN Chairul Tandjung, turunnya harga komoditas pertambangan disebabkan permintaan terhadap komoditas pertambangan yang diperkirakan masih akan

  

  Indeks harga saham di sektor pertambangan sebenarnya masih menguat sepanjang kuartal pertama dan mulai menurun pada April dan Mei. Indeks harga saham di sektor pertambangan ini bahkan sempat naik ke level 2804,1 pada Februari. Akan tetapi, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 6,6 persen (MoM) pada April dan sebesar 19,9 persen (MoM) pada Mei. Sehingga, dari awal tahun hingga Oktober 2012 indeks harga saham di sektor pertambangan turun sebesar 29,2 persen. Menurunnya harga saham perusahaan pada sektor pertambangan tersebut tidak terlepas dari penurunan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional. Sejak awal tahun 2012, komoditas pertambangan seperti aluminium, nikel, dan timah putih menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Misalnya, harga nikel dari harga rata-rata 20.450 dolar AS per ton pada Februari 2012 turun menjadi 15.658 dolar AS per ton pada Agustus 2012. Sedangkan, harga timah putih dari harga rata-rata sebesar 2.057dolar AS per ton Februari 2012 turun menjadi 1.814 dolar AS per ton Agustus 2012. Pada semester pertama 2012, pertumbuhan PDB sektor pertambangan masih menunjukkan peningkatan. Hingga pertengahan tahun, sektor pertambangan berhasil mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 2,9 persen. Namun, pada pertengahan ke dua tahun, pertumbuhan sektor pertambangan diperkirakan akan menurun sehingga sektor pertambangan diperkirakan hanya tumbuh 2,2 persen pada tahun 2012. (kickdahlan.wordpress.com. diakses 30 Oktober 2014).

  Harga saham tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya adalah Dividen per share dan Earning per share. Dividen per share (DPS) adalah perbandingan antara dividen yang akan dibayarkan perusahaan dengan jumlah lembar saham (Maryati, 2012:4). Informasi mengenai dividen per share sangat diperlukan untuk mengetahui berapa besar keuntungan setiap lembar saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004:443) yang dimaksud dengan Earning per Share (EPS) atau laba per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. Laba per lembar saham dapat memberikan informasi bagi investor untuk untuk mengetahui perkembangan dari perusahaan. EPS juga merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan suatu manajemen dalam hal mencapai keuntungan bagi para pemegang saham. Serta EPS menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya atau gambaran mengenai sejumlah rupiah yang akan diperoleh oleh investor dari setiap jumlah saham yang dimilikinya. Oleh karena itu, dengan mengetahui Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya.

  Gallagher dan Andrew (2003:462) dalam Intan (2009:20) mengartikan dividen yaitu “dividends are the cash payment that corporations make to their common stockholders.” Stice et al (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.”. Dalam Bird in the Hand Theory menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan oleh rasio pembayaran dividen tunai yang tinggi, karena investor menganggap dividen tunai sebagai hal yang kurang berisiko dari pada Gallagher dan Andrew (2003:462) dalam Intan (2009:20) mengartikan dividen yaitu “dividends are the cash payment that corporations make to their common stockholders.” Stice et al (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.”. Dalam Bird in the Hand Theory menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan oleh rasio pembayaran dividen tunai yang tinggi, karena investor menganggap dividen tunai sebagai hal yang kurang berisiko dari pada

  Kedua indikator ini dipilih karena ingin mengetahui apakah DPS dan EPS memiliki pengaruh atau tidak terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Peneliti memilih sampel perusahaan sektor pertambangan karena secara empiris prediksi turun atau naiknya harga saham dikarenakan pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan serta faktor- faktor lain yang berpengaruh langsung terhadap harga saham perusahaan tersebut.

  Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham yaitu untuk mendapatkan capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisih lebih harga saham pada saat menjual dan membeli saham. Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagaian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu berharap mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana.

  Perusahaan yang biasa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. yang Jika laba bersih Perusahaan yang biasa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. yang Jika laba bersih

  Dividend Per Share dapat didefinisikan sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya di suatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung akan naik.

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh DPS dan EPS terhadap harga saham diantaranya telah diteliti oleh Rhandhy Ichsan Salma Taqwa (2013) pengaruh informasi laba, kebijakan dividend dan profabilitas terhadap harga saham pada perusahaan terdaftar dibursa efek indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Earning per share mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Dividen per share tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Return on equity tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Priatinah Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh DPS dan EPS terhadap harga saham diantaranya telah diteliti oleh Rhandhy Ichsan Salma Taqwa (2013) pengaruh informasi laba, kebijakan dividend dan profabilitas terhadap harga saham pada perusahaan terdaftar dibursa efek indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Earning per share mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Dividen per share tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Return on equity tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Priatinah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka

  penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014 - 2016”.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, penulis mencoba mengidentifikasikan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan. Adapun yang menjadi pokok pembahasan masalah pada penelitian ini adalah

  1. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah.

  2. Perusahaan yang biasa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat.

  3. Adanya kenaikan rasio earning per share pada beberapa perusahaan sektor pertambangan akan tetapi kenaikan earning per share diikuti dengan penurunan harga saham perseroan tersebut seperti pada PT. Baramulti Suksessarana Tbk pada tahun 2015, PT. Indo Tambangraya

  Megah Tbk pada tahun 2016.

  4. Adanya kenaikan pada rasio dividend per share pada beberapa perusahaan sektor pertambangan akan tetapi, kenaikan dividend per share perusahaan diikuti dengan turunnya harga saham seperti pada PT. Adaro Energy Tbk pada tahun 2015, PT. Resource Alam Indonesia Tbk pada tahun 2015, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2016.

C. Pembatasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah agar fokus pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu : Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah Earnings per

  Share , Devidend per Share dan Harga Saham. Perusahaan yang akan dianalisa terbatas hanya pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun untuk data yang akan diteliti yaitu data yang diperoleh pada perusahaan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2014 - 2016

D. Perumusan Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pengaruh Variabel Earning per Share (EPS) terhadap Harga saham perusahaan sektor pertambangan secara parsial.

  2. Bagaimanakah pengaruh Variabel Dividend Per Share (DPS) terhadap Harga saham perusahaan sektor pertambangan secara parsial.

  3. Bagaimanakah pengaruh Variabel Earning per Share (EPS) dan Dividend Per Share(DPS) terhadap Harga saham perusahaan sektor pertambangan secara simultan.

E. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan permasalahan yang ingin penulis kaji, maka tujuan penelitian yang ingin penulis capai adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan secara parsial.

  2. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan secara parsial.

  3. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Earning per Share(EPS) dan Dividend Per Share(DPS) terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan secara simultan.

F. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam hal :

  1. Aspek teoritis

  Peneliti mengharapkan pengembangan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi dan mengkaji ilmu, juga memperoleh gambaran langsung bagaimana pengaruh earning per share dan dividend per share terhadap harga saham. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi agar peneliti selanjutnya bisa mengembangkan kembali tentang pengaruh earning per share, dividend per share terhadap harga saham. Dan bisa menjadi acuan untuk melanjutkan penelitian selanjutnya yang lebih baik .

  2. Aspek praktis

  a) Bagi peneliti

  untuk manambah wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh DPS dan EPS terhadap Harga Saham.

  b) Bagi calon investor

  sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atas suatu investasi yang tepat sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko atas investasi dananya.

  c) Bagi manajemen perusahaan

  sebagai bahan masukan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya mengenai dividen dan laba bersih.

  d) Bagi pihak lain

  sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Earning per share

1. Pengertian earning per share

  Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, karena hal itu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Earnings Per Share. Earnings Per Share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat dalam struktur modal, laba bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan jumlah yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa. Makin tinggi nilai Earnings Per Share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya.

  Earning Per Share merupakan salah satu indikator analisa yang dilakukan oleh para pengguna laporan. Menurut Bringham dan Houston (2010:26) menyatakan bahwa “Earning Per Share is the best income available to common stock dividend by the number of shares of common stock outstanding .”

  Menurut Irham Fahmi (2012:70) mengemukakan bahwa Earning Per Share adalah “Keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham untuk

  Tiap lembar saham yang dipegangnya.” Rasio Earning per Share merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang merupakan ikhtisar dari data informasi akuntansi yang berisi informasi yang bermanfaat. Earning per Share adalah angka yang merupakan salah satu indikator tentang nilai perusahaan.

  Angka Earnings Per Share dihitung sebagai laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Untuk mencari EPS menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:154) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

  Laba bersih setelah bunga dan pajak

  EPS =

  Jumlah saham yang beredar

2. Kegunaan Earning Per Share

  Pada dasarnya, investor dalam menilai sebuah investasi melihat Earning per Share (EPS) yang diperoleh oleh perusahaan. Sebab EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut kondisi dan kinerjanya dalam keadaan baik sehingga mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi kepada para stockholder. Keadaan ini juga memicu terjadinya peningkatan harga saham perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan apabila perusahaan berhasil meningkatkan atau menghasilkan EPS yang baik maka akan memberikan manfaat terhadap pertumbuhan perusahaan, sebab harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan dan perusahaan akan mendapatkan sumber pendanan yang memadai dari penerbitan saham. Selain bagi perusahaan, EPS yang tinggi juga akan menguntungkan investor, sebab mereka akan mendapatkan keuntungan tiap lembar saham yang dimilikinya (Damayanti dan Anantawikrama Tungga Atmadja, 2014).

3. Hubungan Earning Per Share Terhadap Harga Saham

  Menurut Tandelilin (2001:233), bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena dapat menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya permintaan akan saham.

  Menurut Stice dan Skousen (2005:647), terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, karena investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya permintaan akan saham.

  Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Darmadji dan Fakhruddin:2012). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Darmadji dan Fakhruddin:2012). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka

B. Saham

1. Pengertian Saham

  Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Termasuk juga hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut husnan (2004:303), menyebutkan bahwa “sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.

  Pengertian lainnya, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.”

  Maka, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham adalah juga pemilik sebagian perusahaan tersebut.

2. Jenis-jenis Saham

  Jenis-jenis saham menurut Hanafi ialah:

  1) Blue Chip Stock (saham unggulan) adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.

  2) Growth Stock adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.

  3) Defensif Stock (saham-saham defensive) adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar.

  4) Cyclical Stock adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.

  5) Seasonal Stock adalah saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan hiburan.

  6) Speculative Stock adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:7) saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham. Yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior

  atau akhir terhadap pembagian dividend dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak – hak istimewa). Karakteristik saham biasa yang lainnya ialah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Sedangkan saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik golongan antara obligasi dan saham biasa, karena menghasilkan pendapatan tetap (seperti Bunga obligasi).

3. Harga Saham

  Menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.

  Pada pasar yang efisien, harga saham berubah berdasarkan informasi yang ada. Dalam persaingan pasar seperti di Bursa Efek Indonesia interaksi yang terjadi antara pembeli dan penjual menghasilkan harga pada tingkat keseimbangan (equilibrium price) atau yang biasa disebut juga dengan istilah market value. Harga pasar saham yang aktif diperdagangkan dapat dilihat di surat kabar. Harga penutupan (closing price) menunjukkan harga pasar saham (market value) pada akhir hari diperdagangkan. Menurut teori Miller dan Modigliani perubahan harga saham dapat dilihat di sekitar tanggal ex-dividend, yang menyatakan Pada pasar yang efisien, harga saham berubah berdasarkan informasi yang ada. Dalam persaingan pasar seperti di Bursa Efek Indonesia interaksi yang terjadi antara pembeli dan penjual menghasilkan harga pada tingkat keseimbangan (equilibrium price) atau yang biasa disebut juga dengan istilah market value. Harga pasar saham yang aktif diperdagangkan dapat dilihat di surat kabar. Harga penutupan (closing price) menunjukkan harga pasar saham (market value) pada akhir hari diperdagangkan. Menurut teori Miller dan Modigliani perubahan harga saham dapat dilihat di sekitar tanggal ex-dividend, yang menyatakan

4. Analisis Harga Saham

  Para analis investasi biasanya menggunakan dua metode analisis yaitu analisis fundamental dan analisis eteknikal. Kedua metode ini digunakan secara terpisah maupun sekaligus dalam menilai atau menganalisis saham.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:149) analisis fundamental merupakan:

  “Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi mikro ekonomi suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”.

  Dan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:160) analisis teknikal adalah :

  “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari

5. Keuntungan pembelian saham

  Ekspetasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam 2 (dua) yaitu, pembagian dividend dan kenaikan harga saham (capital gain).

  Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham.Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari deviden itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham. Sedangkan capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli.Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham.

6. Resiko Pembelian Saham

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:10), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss.

  1) Tidak mendapat dividen

  Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian.Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

  2) Capital Loss

  Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli.Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).

  Disamping risiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu :

  a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,

  Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau di likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua asset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

  b. Saham di-delist dari bursa

  Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

  c. Saham dihentikan sementara (suspensi) Disamping dua risiko diatas, risiko lain yang juga “menggangu” para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di – suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga saham

  Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah.Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah : Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah.Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah :

  b) Pertumbuhan aktiva tahunan.

  c) Likuiditas.

  d) Nilai Kekayaan Total.

  e) Penjualan.

  Sementara itu, faktor eksternalnya adalah :

  a) Kebijakan Pemerintah dan dampaknya.

  b) Pergerakan suku bunga.

  c) Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang.

  d) Rumor dan Sentimen Pasar.

  e) Penggabungan Usaha (business combination).

C. Dividend Per Share

1. Pengertian Devidend per Share (DPS)

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:140) menyatakan: “dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan yang

  didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen itu sendiri dalam bentuk tunai (cash dividend) ataupun dividen saham (stock dividen). “

  Sedangkan menurut Arthur dan kawan-kawan (2000) kebijakan dividen perusahaan meliputi dua komponen dasar, yaitu :

  1) Rasio Pembayaran Dividen.

  Rasio pembayaran dividen menunjukkan jumlah dividen yang dibayarkan terhadap pendapatan perusahaan. Contohnya: jika dividen Rasio pembayaran dividen menunjukkan jumlah dividen yang dibayarkan terhadap pendapatan perusahaan. Contohnya: jika dividen

  

  2) Stabilitas Dividen Sepanjang Waktu

  Stabilitas dividen sama pentingnya pada investor dengan jumlah dividen yang diterima. DPS menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan pada para pemegang saham biasa. DPS didapat dari rumus :

  Deviden Tunai DPS =

  Jumlah saham yang beredar

  Perusahaan yang Dividend Per Share lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih mudah diminati investor, karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya, yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga perlu memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu menetapkan kebijakan dividen yang berkaitan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan dalam perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.

2. Hubungan Dividen Per Share (DPS) Dengan Harga Saham

  Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan dan pemegang saham akan mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Salah satu kebijakan di perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah mengenai kebijakan

  dividen. Menurut Brigham dan Houston (2006: 76) kandungan informasi atau persinyalan yang terdapat didalam pengumuman dividen akan memberikan sinyal bagi investor mengenai perubahan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fama dalam Einde (2008: 101) menyimpulkan bahwa rata-rata harga saham meningkat setelah pembagian dividen. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen dapat meningkatkan harga sahamnya. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen saham atau dividen tunai. Dividen tunai merupakan salah satu dividen yang dibagikan oleh perusahaan.

D. Deviden

1. Pengertian Deviden

  Gallagher dan Andrew mengartikan dividen yaitu “dividends are the cash payment that corporations make to their common stockholders.”

  Stice et al (2004:902) menyatakan bahwa:

  “dividen adalah

  pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing- masing pemilik.”

  Ada beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung pada posisi dan kemampun perusahaan yang bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Bringham dan Houston (2004:95).

a. Dividen Kas atau Dividen Tunai (cash dividend)

  Yaitu suatu dividen yang dibayarkan dengan uang tunai, atau lebih kerapkali terjadi, dengan cek yang segera dapat ditukarkan dengan uang tunai. Ini adalah cara yang bisaa mengenai pembayaran dividen.

b. Stock Dividend (Dividen Saham)

  Yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham. Bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran Stock Dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adannya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.

c. Dividen Likuidasi (liquidating dividend)

  Yaitu suatu dividen yang dibayarkan dari aktiva, kepada para pemilik suatu perseroan yang dibubarkan, atau kepada para kreditur suatu maskapai yang dilikuidir, atau dalam keadaan bangkrut, atau kepada para ahli waris suatu warisan yang sedang diselesaikan. Pembayaran seperti itu dapat terjadi apabila suatu perusahaan jatuh bangkrut atau apabila manajemen memutuskan untuk menjual aktiva perusahaan dan hasilnya didistribusikan kepada para pemegang saham.

d. Scrip Dividend

  Yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (Scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waktu tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam Scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang Scrip.

e. Property Dividend (dividen barang)

  Yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property Dividen yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan.

  DPS (Dividend pr share): merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar.

2. Kebijakan dividen

  Menurut Martono dan Agus :

  “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir periode akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”

  Sedangkan menurut Sutrisno “Kebijakan dividen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan Sedangkan menurut Sutrisno “Kebijakan dividen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan

  Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan di bagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen menentukan pendanaan.

  Rasio ini menunjukan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham bisaa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan di perusahaan (Jullie dan Meily, 2011).

3. Teori kebijakan dividen

  Menurut Mahmud (2012:362-374) ada beberapa teori kebijakan dividen yaitu :

  1) Teori Irrelevansi Dividen

  Miller dan Modligani (1961) mengemukakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan terhadap nilai perusahaan. Kenaikan nilai sebuah perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari asset perusahaan.

  2) Teori Relevansi Dividen

  Argument ketidakrelevanan kebijakan dividen mengasumsikan pasar yang sempurna dan efisien. Jika pasar tidak sempurna, maka kebijaka dividen akan relevan. Argumen yang menyatakan kebijakan dividen relevan berangkat dari asumsi ketidaksempurnaan pasar. Di satu sisi, argument tersebut mengatakan bahwa perusahaan perlu membayar dividen yang tinggi. Di sisi lain, argument tersebut mengatakan sebaliknya, yaitu perusahaan perlu membayar dividen yang rendah.

  3) Bird in Hand Theory

  Bird in the hand theory dikemukakan oleh Gordon (dalam Weston dan Brigham, 1985) bahwa pendapatan dividen (a bird in the hand) mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal (a bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal.

  4) Teori Perbedaan Pajak

  Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika

  5) Teori Signaling Hypothesis

  Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “sinyal“ kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.

  6) Teori Clientele Effect

  Menurut Argumen ini, kebijakan dividen seharusnya ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan Capital Gain. Sebaliknya, kelompok investor investor dengan pajak yang rendah akan memilih dividen.

4. Bentuk pembayaran dividen