Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match terhadap Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD N Kalinegoro 5 Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Model Make A Match

  Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994 dalam Miftaul Huda, M.Pd (2013:251). Tujuan dari strategi ini antra lain, pendalaman materi, penggalian materi dan edutainment. Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan model pembelajaran Make A

  Match

  . Beberapa persiapannya antara lain: a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari kedalam kartu pertanyaan.

  b.

  Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat kedalam kartu jawaban.

  c.

  Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal. (membuat aturan bersama-sama siswa) d.

  Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran prestasi.

  Pada dasarnya, model pembelajaran ini melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator. Model pembelajaran Make A Match ini cocok diterapkan dalam segala jenis mata pelajaran dan semua jenjang pendidikan.

  Langkah-langkah penerapan model Make A Match sebagai berikut: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

  b.

  Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

  c.

  Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. e.

  Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

  f.

  Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

  g.

  Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

  Dari langkah-langkah tersebut yang harus disediakan guru adalah kartu soal dan kartu jawaban. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model

  Make A Match

  ini menuntut siswa untuk dapat aktif dalam mencari pasangan kartu dalam suasana yang menyenangkan dan penuh dengan persaingan. Model pembelajaran Make A Match memiliki kelebihan, yaitu: a.

  Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik, b.

  Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarindan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, d.

  Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu.

  Adapun kelemahan model pembelajaran Make A Match, yaitu sebagai berikut: a.

  Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang, b.

  Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya, c.

  Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan, d.

  Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu, e.

  Menggunakan model ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

2.1.2 Hakikat Hasil Belajar

  Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Ahmad Susanto (2013:5) yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru mrnrtapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

  Macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitf), ketrampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Menurut Bloom (1979:89) dalam Ahmad Susanto (2013:6) pemahaman konsep (aspek kognitif) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa benar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

  Usman dan Setiawati (1993:77) dalam Ahmad Susanto (2013:9) mengemukakan bahwa ketrampilan proses (aspek psikomotor) merupakan ketrampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Ketrampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya. Menurut Lange dalam Anzwar (1998:3) dalam Ahmad Susanto (2013:10) sikap (aspek afektif) tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.

  Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, yaitu: a.

  Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

  b.

  Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan model mengajar yang digunakan, dan keberhasilan siswa dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes. Ada macam teknik tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes tes praktik/perbuatan. Sedangkan teknik non tes meliputi penugasan, produk, dan portopolio.

  Dalam pembuatan alat ukur, hendaknya kita juga membuat kisi-kisi yang berupa matriks pemetaan soal yang menggambarkan berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar (KD), indikator, dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah penilaian karena kisi-kisi dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi meliputi : a.

  Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) b. c.

  Proses berfikir (C1-C6) d. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi) e. Bentuk instrumen soal

2.1.3 Mata Pelajaran IPA

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin

  ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social science

  (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya scuence sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi (Jujun Suriasumantri dalam Trianto, 2012).

  IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Salah satu disiplin ilmu yang dikembangakan di SD adalah mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA diberikan kepada para peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI di tingkat SD, sesuai dengan kurikulum yang dibakukan pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2004, serta lebih disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Suplemen Kurikulum 2006. Proses belajar mengajar yang berlangsung di SD termasuk mata pelajaran IPA harus mengacu pada kurikulum 2006.

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Selain hal tersebut di atas, mata pelajaran IPA dapat dijadikan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dari menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

  Menurut Kurikulum 2006, sesuai Permendikbud No 22 Th 2006 Mata

  Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e.

  Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f.

  Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan g.

  Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2.1.4 Sintak Model Make A Match

  Langkah-langkah penerapan model Make A Match sebagai berikut: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

  b.

  Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

  c.

  Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

  d.

  Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

  e.

  Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. f.

  Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

  g.

  Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Esti Parwanti (2012) yang Dengan berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

  Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Materi Sumber Daya Alam Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Kertosari Kabupaten Temanggung

  ”, menunjukkan bahwa penggunaan media gambar pada pembelajaran Make A Match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kertosari kabupaten Temanggung Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 65.28 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok kontrol sebesar 55.28 dengan besarnya nilai t adalah 3,432 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002, karena besarnya t hitung 3,432 dengan probabilitas signifikasi 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar untuk pembelajaran yang di awal proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan media gambar, dengan pembelajaran yang konvensional (ceramah).

  Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Inus (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Pokok Operasi Hitung Pecahan Dengan Model Make-A Match Bagi Siswa Kelas V Sd Negeri Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012

  ” Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model Make-A Match dimana siswa melakukan pembelajaran dengan sambil bermain kartu atau memasangkan kartu soal dan jawaban, sedangkan cara analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif yaitu untuk mengambarkan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan PBM. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis atau mengevaluasi pencapaian siswa terhadap hasil akhir PBM (proses belajar mengajar). Indikator kinerja dalam penelitian ini diharapkan 80 % dari jumlah keseluruhan 37 siswa mencapai nilai diatas KKM 65. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran Make-A Match sangat baik digunakan oleh guru pada saat proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, karena dengan model pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas pada hasil evaluasi siklus I 70 % siswa tuntas atau dengan jumlah 26 siswa, dan siklus II 89 % atau 33 siswa tuntas. Sesuai dengan data temuan hasil analisis peningkatan hasil prestasi belajar siswa, terlihat bahwa penelitian telah dilaksanakan dengan baik karena semakin sedikit jumlah siswa yang nilai matematikanya dibawah KKM.

  Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian di atas hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran dan pengaruh dari model yang akan digunakan. Penelitian ini terfokus pada hasil belajar siswa. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan model Make A Match dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian di atas mendukung penelitian ini.

2.3 Kerangka Pikir

  Penggunaan model pembelajaran dengan model Make A Match diharapkan dapat membantu kesulitan siswa dalam menyerap materi pembelajaran karena pembelajaran ini didesain lebih menyenangkan dari pada pembelajaran konvensioanal pada umumnya. Dalam pembelajaran ini, siswa lebih aktif karena mereka membangun pengalaman dengan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang yang berupa kartu soal atau kartu jawaban daan juga berdiskusi dengan beberapa variasi.

  Sebagai seorang pendidik hendaknya kita mempunyai kreatifitas yang lebih dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang akan kita lakukan. Banyak model, pendekatan, model, ataupun model yang dapat membantu terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat kepada siswa. Salah satu model yang dapat kita gunakan adalah model Make A Match. Dengan model pembelajaran tersebut, guru dapat mengetahui pengaruh hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Dari kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : terdapat pengaruh signifikan pada hasil belajar IPA dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match terhadap siswa kelas V SD N Kalinegoro 5 Semester II Tahun 2014/2015.

  a. artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Ho : pembelajaran Make A Match ditinjau dari hasil belajar IPA kelas V SD semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

  b. artinya terdapat pengaruh yang signifikan model Ha : pembelajaran Make A Maatch ditinjau dari hasil belajar IPA kelas V SD semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Mangunsari 05 Kec Sidomukti Salatiga Tahun 2013/2014

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Se

0 0 19

BAB III METODE PENELITAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

0 0 77