INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP FOOD CAPTURE DALAM OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY : STUDI RECEPTION ANALYSIS OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY DI KOTA SURABAYA.

(1)

INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP FOOD CAPTURE DALAM

OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY

(Studi Reception AnalysisFollowers Official Account Instagram @kulinersby di Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I. Kom)

Oleh:

HALIMATUS SA’DIYAH NIM. B06213018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Halimatus Sa’diyah, B06213018, 2017. Interpretasi Khalayak Terhadap Food

Capture Dalam Official Account Instagram @kulinersby (Studi Reception Analysis Followers Official Account Instagram @kulinersby di Kota Surabaya) Skripsi Program Studi llmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Interpretasi, Khalayak, Gaya Hidup Kulineran, Instagram

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya visualisasi gaya hidup kulineran dalam official account instagram @kulinersby. Official account instagram @kulinersby merupakan salah satu media sosial yang mengekspos informasi seputar kuliner di Kota Surabaya. Melalui pesan yang terkandung dalam official account instagram @kulinersby, followers dapat menginterpretasi pesan-pesan tersebut sesuai dengan apa yang mereka pahami dan maknai.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana khalayak kota Surabaya memahami dan memaknai melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby. Teori yang digunakan adalah Teori encoding-decoding Stuart Hall (1973) bahwa analisis resepsi khalayak terbagi menjadi tiga posisi pemaknaan, yaitu dominant hegemonic position, negotiated position dan oppositional position.

Hasil dari penelitian ini adalah interpretasi khalayak dalam memaknai food capture dalam official account instagram @kulinersby bervariasi. Khalayak yang menganggap bahwa food capture dalam official account instagram @kulinersby sebagai gaya hidup yang biasa dilakukan anak muda, sosialita dan pecinta kuliner. Mereka seringkali melakukan kegiatan makan diluar rumah (dominant hegemonic position). Namun di sisi lain khalayak memaknai bahwasanya akhir-akhir ini postingan food capture dalam official account instagram @kulinersby banyak memunculkan iklan-iklan promosi kuliner (negotiated position). Sedangkan khalayak yang memaknai bahwasanya gaya hidup kulineran dalam food capture official account instagram @kulinersby bukanlah sesuatu yang harus ditiru di kehidupan sehari-hari (Opositition).

Dari penelitian ini peneliti merekomendasikan bagi penelitian selanjutnya untuk lebih mendalami dan memfokuskan dalam segi sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi dan lain-lainya.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

BABI: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

F. Definisi Konsep Penelitian ... 16

1. Interpretasi atau Pemaknaan ... 17

2. Khalayak ... 17

3. Gaya Hidup Kulineran ... 17

4. Food Capture ... 18

5. Official Account Instagram @kulinersby ... 18

6. Reception Analysis ... 18

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 19

H. Metode Penelitian ... 20

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 20

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 23

a. Subyek Penelitian ... 23

b. Obyek Penelitian ... 24

c. Lokasi Penelitian ... 24

3. Jenis dan Sumber Data ... 26

a. Jenis Data Penelitian ... 26

b. Sumber Data Penelitian ... 27

4. Tahap-tahap Penelitian... 28

5. Teknik Pengumpulan Data ... 30

6. Teknik Analisis Data... 36

7. Teknik Pemekrisaan Keabsahan Data ... 37


(8)

BAB II : KAJIAN TEORETIS TENTANG FOOD CAPTURE DALAM

OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY ... 42

A. Media Sosial ... 42

1. Karakteristik Media Sosial ... 44

2. Jenis-jenis Media Sosial ... 45

3. Peran Media Sosial ... 46

B. Pemahaman Interpretasi Khalayak Aktif ... 48

C. Instagram Sebagai Foto ... 51

1. Fitur-fitur Dalam Instagram ... 53

2. Instagram Pada Website ... 55

3. Instagram Sebagai Media Representasi Kuliner Kota Surabaya ... 56

D. Kulineran Dipahami Sebagai Gaya Hidup ... 58

E. Food Capture Dalam Bingkai Gaya Hidup Kuliner ... 63

F. Teori Encoding/ Decoding Stuart Hall (1973) ... 65

BAB III: PENYAJIAN DATA PENELITIAN INTERPRETASI KHALAYAK MENGENAI FOOD CAPTURE DALAM OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY ... 74

A. Tinjauan Umum Tentang Kuliner di Kota Surabaya ... 74

B. Official Account Instagram @kulinersby ... 80

1. Sejarah Terbentuknya Official Account Instagram @kulinersby .. 80

2. Followers Official Account Instagram @kulinersby ... 82

3. Foto atau Gambar Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 83

4. Logo Official Account Instagram @kulinersby ... 85

C. Profil Informan ... 86

1. Profil Singkat Informan 1... 86

2. Profil Singkat Informan 2... 87

3. Profil Singkat Informan 3... 87

4. Profil Singkat Informan 4... 88

5. Profil Singkat Informan 5... 89

6. Profil Singkat Informan 6... 89

7. Profil Singkat Informan 7... 90

8. Profil Singkat Informan 8... 91

9. Profil Singkat Informan 9... 91

10.Profil Singkat Informan 10... 92

D. Deskripsi Data Penelitian ... 92

1. Pemahaman Khalayak Terntang Food Capture Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 94

2. Pemaknaan Khalayak Terntang Food Capture Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 101

BAB IV: INTERPRETASI HASIL PENELITIAN MENGENAI FOOD CAPTURE DALAM OFFICIAL ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY ... 111

A. Temuan Penelitian Tentang Melalui Food Capture Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 111 1. Pemahaman Khalayak Tentang Food Capture


(9)

Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 112

a. Kegiatan Ibu-Ibu Arisan, Sosialita, Anak Muda dan Pecinta Kuliner ... 112

b. Endorse ... 115

2. Pemaknaan Khalayak Terntang Food Capture Dalam Official Account Instagram @kulinersby ... 116

a. Eksistensi Hidup Kekinian/ Hits ... 116

b. Jasa Promosi Kuliner ... 117

c. Gaya Hidup Hedonis dan Modern ... 118

d. Referensi Resep Makanan dan Kuliner di Surabaya ... 120

e. Kehidupan Anak Rantau ... 121

B. Analsis Data Dengan Teori Stuart Hall (1973) ... 121

1. Dominant Hegemonic Position ... 126

2. Negotiated Position ... 131

3. Oppositional Position ... 134

BAB V: PENUTUP ... 136

A. Simpulan ... 136

B. Rekomendasi ... 136

Daftar Pustaka ... 138

Biodata Penulis ... 143


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Akun Instagram Kuliner di Surabaya ... 8 Tabel 1.2 Daftar Nama Informan Penelitian ... 26 Tabel 4.1 Pemaknaan Khalayak Terhadap Food Capture Dalam


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Analisa Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2016 ... 4

Gambar 2.1 Logo Instagram Versi 10.1.0 ... 51

Gambar 2.2 Tampilan Instagram Pada Smartphone ... 52

Gambar 2.3 Screenhot Tampilan Instagram Via Website ... 55

Gambar 3.1 Jenis dan Prosentase Bisnis Makanan di Surabaya ... 76

Gambar 3. 2 Penyebaran Bisnis Makanan di Surabaya ... 77


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 19 Bagan 2.1 Model Teori Encoding Decoding Stuart Hall ... 66 Bagan 4.1 Model Encoding-Decoding Stuart Hall Dengan Interpretasi


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makan adalah kebutuhan utama bagi setiap manusia. Kegiatan makan dimulai sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Makan dibutuhkan untuk memastikan tubuh sehat dan bertenaga untuk menjalani aktivitas kehidupan. Jenis-jenis makanan berkembang dari jaman ke jaman. Pada awalnya manusia makan makanan yang mentah kemudian berkembang menjadi makanan yang di bakar, direbus, diberi bumbu hingga sekarang semakin banyak variasi jenis makanan yang tak terhingga. Mulai dari cara memasaknya, cara penyajiannya, cara memakannya, proses pegawetan makanan serta komponen-komponen apa saja yang ada di dalam suatu makanan tersebut.

Makanan atau kegiatan makan dapat dilihat sebagai salah satu alat komunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari fungsi kegiatan makan sebagai tempat atau waktu untuk berkomunikasi, contohnya berkumpul di suatu restaurant selain untuk makan juga untuk berdiskusi dengan kerabat. Selain makanan sebagai obyek, makanan juga dapat dilihat sebagai simbol dan alat komunikasi verbal, misalnya cokelat yang sering dikorelasikan dengan hari valentine atau ketupat dengan lebaran.

Perkembangan kemajuan zaman menghasilkan perubahan dalam budaya makan pada masyarakat di seluruh dunia. Makan turut mengalami proses adaptasi yang bukan dianggap tradisional. Hal ini


(14)

2

disebabkan karena adanya perpindahan masyarakat, budaya teknologi dan lain sebagainya. Selain itu makanan di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing yang membedakan satu dengan lainnya. Sehingga makanan menjadi suatu budaya pada masing-masing daerah atau suatu kebudayaan. Perkembangan makanan itu sendiri saat ini telah bertambah menjadi suatu budaya atau lifestyle.

Masuknya kebudayaan dari negara asing cukup berperan dalam membangun kemajuan kuliner di Indonesia. Sehingga masyarakat lokal sendiri atau masyarakat Indonesia lebih banyak mengetahui tentang kebudayaan asing, terutama didalam dunia kuliner. Makanan yang berasal dari Negara asing banyak digemari oleh pencinta kuliner terutama masyarakat lokal, hal ini dikarenakan cita rasa yang telah disesuaikan dengan lidah orang lokal, dari sinilah lahir makanan sebagai budaya dan lifestyle1.

Bahkan akhir-akhir ini makanan yang berasal dari Negara Barat semakin eksis dan sangat populer di Negara Indonesia, sehingga semakin banyak restoran-restoran yang bermunculan bagaikan “jamur yang

tumbuh subur di kala musim hujan”.

Salah satu teknologi yang berkembang adalah teknologi komunikasi mobile, yakni sebuah alat komunikasi yang bergerak. Artinya siapa saja dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun dengan adanya jaringan komunikasi. Perangkat komunikasi yang mendukung diantaranya smartphone, laptop, tablet, PC dan lainnya. Internet sendiri

1

Robin Redmon Wright, You are What You Eat?: Television Cooking Show, Consumtion and Lifestyle Practices as Adult Learning, hlm: 404.


(15)

3

merupakan wujud perkembangan teknologi komunikasi yang semakin mempermudah masyarakat untuk memperoleh dan bertukar informasi dengan cepat.

Proses komunikasi melalui media sosial menyebabkan terjadinya pertukaran faktor-faktor budaya antar individu dengan individu lain, antar kelompok dengan kelompok lain serta antar kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Keberadaan internet sebagai wadah komunikasi akhirnya juga berpengaruh terhadap pertukaran informasi dan nilai-nilai budaya. Manusia akhirnya melakukan exchange knowledge atau pertukaran informasi sekaligus terjadi pertemuan budaya ketika proses komunikasi berlangsung2.

Pertukaran nilai budaya pada akhirnya dapat memengaruhi atau bahkan berimplikasi pada perubahan individu atau kelompok sosial. Siapapun dapat mengunggah sebuah foto atau informasi mengenai apapun dan semua orang di dunia dapat mengaksesnya. Dengan begitu pengguna internet dapat mengamati dan mempelajari budaya yang bermacam-macam.

Media sosial seolah-olah telah menjadi “sarapan pertama” di pagi

hari dan “menu terakhir” menjelang tidur bagi masyarakat Indonesia.

Beragam informasi dan notifikasi disodorkan oleh media sosial, mulai dari games, musik, foto, film, komik dan sebagainya yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, apa saja yang terjadi dimasyarakat tampaknya dapat dijadikan sebagai sebuah aplikasi

2

Rachel S. Smith dan Laurence F. Johnshon, Social Networking, The Third Place and The Evolution of Communication, 2007,hlm: 3.


(16)

4

di social media. Karenanya, social media menjadi sebuah kekuatan besar yang dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikir penontonnya, yang berakibat berbagai perubahan di masyarakat.

Kemunculan social media membuka ruang interaksi yang lebih luas bagi pengguna internet. Social media atau media sosial menjadi salah satu fitur berbasis teknologi internet yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia. Di Indonesia, 67,8% atau sebanyak 132,7 juta penduduknya merupakan pengguna aktif internet3.

Gambar 1.1

Analisa Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2016 Sumber: apjii.or.id

Kebiasaan masyarakat sudah banyak berganti akibat adanya media sosial. Bahkan kebiasaan-kebiasaan tersebut menular begitu cepat kepada individu lainnya. Media sosial sering kali dimanfaatkan oleh sebagaian masyarakat sebagai lahan pekerjaan atapun sarana penyaluran hobi. Media sosial saat ini diperoleh secara gratis dan dapat digunakan di

3


(17)

5

berbagai perangkat komunikasi yang terkoneksi dengan jaringan internet. Kini keberadaan media sosial begitu banyak dan beraneka macam misalnya saja seperti Path, Twitter, WeChat, Blackberry Messanger, WatsApp, Linkid, Ask.fm, Tumblr, Facebook, Plaktor, Line, Instagram, Imo dan lain sebagainya. Diantara media sosial tersebut yang sering diunduh melalui google playstore dan paling diminati serta sering diakses adalah media sosial instagram4.

Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh Piper Jaffray, perusahaan layanan investasi bank dan manajemen asset, menunjukkan bahwa instagram ternyata lebih populer daripada facebook dan twitter dikalangan remaja. Dalam studi tersebut sebanyak 7500 remaja diminta pendapatnya tentang jejaring sosial mana antara facebook, twitter dan instagram yang paling penting bagi mereka. Hasilnya, instagram menduduki peringkat teratas di dua jejaring sosial lainnya. Adapun facebook dan twitter masih digunakan oleh remaja untuk sekedar melihat-lihat dan menyapa teman5.

Berdasarkan survey social network sites di kota Surabaya oleh newmediafest.net menyimpulkan bahwa di Surabaya pemilik smartphone paling sering mengunjungi Instagram terbukti hampir 83,1% mengalahklan media sosial lainnya.

Instagram adala salah satu media sosial yang fenomenal di tahun 2015. Diluncurkan pada tahun 2010 sebagai media komunikasi. Instagram merupakan media berbasis foto atau gambar pada cara

4

http://www.teknosee.com/2016/05/10-aplikasi-paling-banyak-diunduh-di-play-store.html, diakses Senin, 28 Nopember 2016 pukul 17.30 WIB.

5


(18)

6

kerjanya. Sehingga sistem komunikasi pada media sosial instagram ini, dengan berbagi foto pada teman kita di media sosial instagram tersebut dan menulis pesan melalui komentar pada foto yang diunggah.

Sebagaimana data yang diperoleh dari detik.com “Jumlah

Pengguna Capai 500 juta Instagram Kalahkan Twitter”. Media sosial berbagi foto instagram ternyata lebih banyak penggunanya daripada twitter. Hingga saat ini pengguna aktif dari media sosial berbagi foto yang dikembangkan facebook tersebut telah mencapai 500 juta. Padahal pada September 2015 lalu, pengguna instagram hanya sekitar 150 juta saja6.

Saat ini hampir semua perangkat komunikasi dilengkapi dengan fitur kamera. Hal ini memudahkan seseorang untuk mengunggah foto yang sudah diambil, ke media sosial dan salah satunya adalah food capture. Trend food capture di media sosial ini berawal dari adanya blog. Banyak blog yang berisikan tentang rekomendasi tempat makan atau makanan tertentu. Tujuan awalnya untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Lambat laun keberadaan blog tidak lagi banyak diminati oleh masyarakat, hingga akhirnya beralih ke media sosial instagram.

Melalui media sosial instagram kita dapat membuat sekaligus mempublikasikan berbagai macam informasi, foto, video maupun konten lainnya sesuai apa yang kita kehendaki. Instagram mampu mengubah kondisi dan dianggap ampuh sebagai media penyambung informasi dengan hanya mengandalkan foto atau gambar untuk menarik perhatian

6

http://www.detik.com/jumlah-pengguna-capai-500-juta-instagram-kalahkan-twitter/7823, diakses Selasa, 15 Nopember 2016 pukul 14.40 WIB.


(19)

7

pengguna instagram lain, yang kemudian akan berlanjut dengan menimbulkan rasa ingin tahu mengenai informasi yang tertulis dalam keterangan foto atau gambar.

Kekuatan instagram begitu hebatnya mengubah kondisi serta begitu ampuh sebagai media penyambung informasi, padahal hanya mengandalkan foto atau gambar untuk menarik perhatian pengguna instagram lain yang kemudian akan berlanjut dengan menimbulkan rasa ingin tahu mengenai informasi yang tertulis dalam keterangan foto/gambar. Khalayak pun seakan terhipnotis dengan foto-foto yang diunggah, sehingga dengan senang hati mendatangi tempat dimana mereka dapat memperoleh makanan atau minuman yang fotonya terpampang dalam akun instagram @kulinersby, untuk merasakan langsung apa yang digambarkan lewat foto tanpa khawatir merasa kecewa jika ternyata makanan atau minuman yang dicoba tidak sesuai bayangan atau harapan.

Berbicara mengenai gambar atau foto tidak terlepas dari berbagai macam representasi yang dibawanya. Representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap segala aspek realitas kenyataan, seperti masyarakat, obyek, peristiwa hingga identitas budaya. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar atau foto7. Hanya melalui sebuah gambar atau foto yang disajikan merupakan representasi dari realitas.

7

http://www.aber.ac.uk/media/modules/MC30820/repsent.html diakses Kamis, 10 Nopember 2016 pukul 11.11 WIB.


(20)

8

Peneliti tertarik untuk meneliti official account instagram @kulinersby dengan asumsi akun yang satu ini memiliki beberapa keunikan yang berhasil menarik perhatian peneliti. Pada Official account instagram @kulinersby berhasil memiliki followers sebanyak 211 ribu orang dalam waktu 29 bulan, lebih banyak jika dibandingkan dengan beberapa akun sejenis lainnya yang seumuran. Followers akun @kulinersby terus bertambah kurang lebih seribu followers setiap bulannya dan tidak hanya berasal dari Surabaya.

Tabel 1.1

Daftar Akun Instagram Kuliner di Surabaya

No Official Instagram Following Followers Post Photo

1 @kulinersby 353 311k 2900

2 @kulinersurabaya 843 97,2k 926

3 @kulineraslisuroboyo 66 35,9k 606

4 @nongkrongsurabaya 48 25,6k 161

5 @surabaya_foodies 221 26,2k 636

6 @surabaya_eatry 577 46,3k 753

7 @duniakulinersurabaya 134 60k 319

8 @subculinary 70 20,3k 653

9 @kulinersurabaya_45 39 1640 2325

10 @wisatakulinersurabaya 70 2246 124

11 @subpoint23 2 25,4k 1423

12 @surabaya_kuliner 306 10,3k 1678

13 @carimakansurabaya 3 51 15

14 @surabayakakilima 124 8457 20

15 @foodsersive 69 10,6k 138

16 @foodiessby 52 2254 99

17 @kokobuncit 439 51,4k 775

18 @cecekuliner 975 17,3k 664

19 @sinyokuliner 98 4292 143

20 @ra47natjan 2823 25,7k 280

21 @waregcok 346 33,8k 953

22 @kulinerkampussurabaya 180 2016 302 (Sumber: Foodiessurabaya.blogspot.com)

Dengan melihat bahwa makanan merupakan suatu lifestyle tersendiri serta melihat bahwa trend food capture di media sosial


(21)

9

instagram juga terjadi di masyarakat, kemudian muncul pertanyaan bagaimana khalayak di kota Surabaya mengetahui, memahami dan memaknai life style atau gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby.

Untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai penerimaan khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby, peneliti memilih sepuluh informan dengan karakter dan latar belakang berbeda-beda. Alasan peneliti menggunkaan sepuluh pasrtisipan dikarenakan jika jumlah peserta terlalu banyak, dipandang kurang efektif dan akan menyulitkan peneliti dalam mengatur alur pembicaraan serta mengatur lalu lintas pembicaraan antar peserta. Jika terjadi banyak perbedaan sudut pandang dari peserta yang terlalu banyak, juga akan menyulitkan peneliti sendiri.

Penelitian ini membahas tentang interpretasi khalayak mengenai food capture pada official account instagram @kulinersby. Fenomena ini menarik untuk diteliti dikarenakan kulineran dalam ranah budaya konsumen telah menjadi bagaian dari komoditas media. Arus globalisasi turut serta memberi sumbangsih dalam merubah life style khalayak, apalagi saat ini segala informasi dapat diperoleh dengan sangat mudah.

Peneliti juga tertarik untuk menggunakan studi analisis resepsi dengan menggunakan teknik diskusi terarah atau focus group discussion sebagai alat untuk menganalisis, karena khalayak tidak lagi pasif dalam mengartikan makna yang disampaikan termasuk dalam food capture,


(22)

10

secara aktif khalak dapat menginterpretasikan makna yang disampaikan secara berbeda-beda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka perlu dirumuskan secara spesifik agar penelitian ini bisa terfokus dan terarah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemahaman khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby?

2. Bagaimanakah pemaknaan khalayak mengenai food capture food capture dalam official account instagram @kulinersby?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemahaman khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby.

2. Untuk mengetahui pemaknaan khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby?

D. Manfaat Hasil Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat dan sejalan dengan tujuan peneliti diatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.


(23)

11

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya membantu memberikan sumbangsih di bidang kajian media.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sumbagan pemikiran kepada khalayak agar bisa bersikap kritis terhadap berbagai macam foto ataupun gambar yang dikonstruk oleh sebuah media dan agar dapat berperan sebagai khalayak aktif dalam menelaah pesan media. Selain itu diharapkan bagi khalayak untuk dapat melihat bagaimana norma sosial yang beroperasi di masyarakat mengenai gaya hidup di media saat ini.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan studi referensi peneliti, berikut beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan metode analisis resepsi:

1. Penerimaan Khalayak Muslimah Surabaya Terhadap Program Acara Keagamaan Bernuansa Salaf Di Stasiun Televisi Lokal TV 98

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti,

salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Penerimaan

Khalayak Muslimah Surabaya Terhadap Progam Acara Keagamaan

Bernuansa Salaf Di Stasiun Televisi Lokal TV9”. Penelitian yang

8 Muthmainnah, “Thesis Media dan Komunikasi: Penerimaan Khalayak Muslimah Surabaya Terhadap Progam Acara Keagamaan Bernuansa Salaf Di Stasiun Televisi Lokal TV9, (Surabaya: Universitas Airlangga Program Pascasarjana, 2014). Thesis tidak diterbitkan.


(24)

12

dibuat oleh Muthmainnah, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya tahun 2014 ini, dilakukan terhadap Program-program yang ada di TV 9 yang difokuskan pada Program-program KISWAH dan Nderes Kitab Kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan khalayak muslimah Surabaya terhadap tradisi pesantren yang ditampilkan dalam program acara Kiswah dan Nderes Kitab Kuning.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis resepsi (reception analysis) dimana khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretative communities yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna. Analisis resepsi ini dipergunakan untuk meneliti khalayak media, terutama interaksi khalayak dengan isi media. Analisis resepsi pada penelitian ini dipergunakan untuk mendeskripsikan sikap, persepsi dan penerimaan khalayak terhadap tradisi pesantren. Fokusnya pada proses penerimaan dan interpretasi. Sasaran penelitian ini adalah khalayak muslimah Surabaya pennton program acara keagamaan bernuansa salaf dari kalangan muda dan kalangan dewasa.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua kategori penerimaan khalayak terhadap program acara bernuansa salaf, yakni penonton rutin yang berasal dari kalangan dewasa yang memiliki latar belakang pendidikan pesantren dan penonton tidak rutin yang berasal dari kalangan muda dan kalangan dewasa yang


(25)

13

tidak memiliki latar belakang pendidikan pesantren. Sedangkan penerimaan terhadap tayangan tradisi pesantren dalam tayangan ini menunjukkan posisi pemaknaan kalangan dewasa cenderung dominan terhadap pesan media dan kalangan muda cenderung pada posisi negosiasi. Kalangan muda lebih kritis menerima pesan yang disampaikan oleh media dibandingkan kalangan dewasa.

Persamaan dan Perbedaan

Dari pemaparan penelitian terdahulu diatas, setidaknya ada dua persamaan dengan penelitian ini, yaitu

a. Sama-sama menggunakan subyek penelitian di Kota Surabaya b. Adanya kesamaan dalam analisis yang digunakan dalam

penelitian, yakni reception analysis

Sedangkan perbedaan dengan penelitian disini:

Muthmainnah memfokuskan pada program Kiswah dan Nderes Kitab Kuning yang bertujuan mengetahui penerimaan khalayak muslimah Surabaya terhadap tradisi pesantren yang ditampilkan dalam program acara Kiswah dan Nderes Kitab Kuning, sedangkan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada official account instagram @kulinersby dan bertujuan untuk mengetahui pemaknaan dan pemahaman gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby, baik bagi khalayak yang hobi kulineran maupun tidak.


(26)

14

2. Analisis Resepsi Terhadap Tayangan Republik Mimpi pada tahun 20089

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti,

salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Analisis Resepsi Terhadap Tayangan Republik Mimpi pada tahun 2008”. Penelitian yang dibuat oleh Dimas D. Narottama, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik tahun 2008 ini, untuk mendapatkan informasi lebih mendalam mengenai pemaknaan yang diberikan oleh pemirsa televisi terhadap tayangan Republik Mimpi, terutama mengenai informasi bagaimana pemirsa televisi meresepsi tayangan tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis resepsi dengan kesimpulan pemirsa televisi tidak hanya sebagai konsumen dari isi media, tetapi juga sebagai produser makna. Pembaca/pemirsa belum tentu melakukan pembacaan sesuai apa yang diinginkan oleh pembuat teks atau dengan kata lain khalayak melakukan interpretasi makna yang terdapat di dalam teks secara aktif.

Hasil penelitian menunjukkan khalayak memaknai tayangan Republik Mimpi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masing-masing, hal ini dikarenakan latar belakang dan sosio kultural yang dimiliki.

Persamaan dan Perbedaan

9

Dimas D. Narottama, Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan: Analisis Resepsi Terhadap Tayangan Republik Mimpi Pada Tahun 2008, (Semarang: Universitas Diponegoro Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2008). Skripsi tidak diterbitkan.


(27)

15

Dari pemaparan penelitian terdahulu diatas, setidaknya ada dua persamaan dengan penelitian ini, yaitu

a. Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif

b. Adanya kesamaan dalam analisis yang digunakan dalam penelitian, yakni reception analysis

Sedangkan perbedaan dengan penelitian disini:

Dimas D. Narottama memfokuskan pada program Program Televisi Republik Mimpi untuk mengetahui makna yang terdapat dalam tayangan Repblik Mimpi pada tahun 2008, sedangkan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada official account instagram @kulinersby yang bertujuan untuk mengetahui pemaknaan dan pemahaman gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby, baik bagi khalayak yang hobi kulineran maupun tidak.

3. Resepsi Khalayak Terhadap Artis JAV dalam Film Suster Keramas10

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti,

salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Resepsi Khalayak Terhadap Artis JAV dalam Film Suster Keramas”. Penelitian yang dibuat oleh Tiara Costiawati Gusman, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik tahun 2010 ini, untuk bertujuan untuk melihat bagaimana proses produksi makna dan

10

Tiara Costiawati Gusman, “Skripsi Jurusan Manajemen: Resepsi Khalayak Terhadap Artis JAV dalam Film Suster Keramas”, (Bandung: Universitas Padjajaran Fakultas Ilmu Komunikasi, 2010), Skripsi Tidak Diterbitkan.


(28)

16

pemaknaan khalayak terhadap teks film yang menampilkan sisi sensualitas Rin Sakuragi dalam dua identitas: sebagai AV Star dan sebagai perempuan Jepang.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, tradisi cultural studies. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis resepsi dengan bantuan model encoding/decoding Stuart Hall, disertai teori pendukung, yakni teori kepenontonan Laura Mulvey dan teori pascakolonialisme.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing individu penonton memiliki keragaman pembacaan terhadap Rin Sakuragi dalam film Suster Keramas.

Persamaan dan Perbedaan

Dari pemaparan penelitian terdahulu diatas, setidaknya ada dua persamaan dengan penelitian ini, yaitu

a. Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

b. Adanya kesamaan dalam analisis yang digunakan dalam penelitian, yakni reception analysis

Sedangkan perbedaan dengan penelitian disini:

Tiara Costiawati Gusman memfokuskan pada media Televisi yakni film, sedangkan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan media sosial pada official account instagram @kulinersby.


(29)

17

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memahami judul proposal skripsi ini, maka peneliti perlu menjelaskan makna dan maksud dari masing-masing istilah pada judul proposal skripsi “Interpretasi Khalayak Mengenai Food Capture Dalam Official Account Instagram

@kulinersby”, istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Interpretasi atau Pemaknaan

Proses aktif seseorang dalam berfikir yang kemudian menafsirkan atau memberi makna atas informasi yang diamati dan diterima melalui panca indera11.

2. Khalayak

Khalayak bisa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung12.

11

Paul Riceour, Teori Interpretasi: Membela Makna Dalam Anatomi Teks, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2014), hlm: 6-7.

12

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012),hlm: 159.


(30)

18

3. Gaya Hidup Kulineran

Aktivitas yang dilakukan oleh khalayak dalam berburu makanan atau minuman karena pertimbangan beberapa faktor seperti untuk menghibur diri, makan di luar rumah dan bukan masakan rumahnya, penampilan (terlihat enak), kesehatan (kolesterol dan lemak dihindari kecuali sesekali), porsi (lebih baik kecil) dan program diet (untuk menghindari lemak dan kalori).baik sekedar untuk mengisi kekosongan perut maupun hanya sekedar sebagai pengibur diri.

4. Food Capture

Media visual berupa foto atau gambar makanan maupun minuman yang ditampilkan melalui official account instagram @kulinersby dalam kategori gambar interpretive photograph yang dbidik semenarik mungkin.

5. Official Accaount Instagram @kulinersby

Official ccount instagram yang menampilkan berbagai macam jenis kuliner di Surabaya seperti Indonesian food, Chinese food, Western food serta variasi kuliner lainnya. Selain itu pada akun ini terdapat informasi mengenai makanan yang halal maupun non halal yang ditampilkan pada caption foto yang berupa food capture.


(31)

19

Khalayak sebagai penerima pesan, berperan aktif dalam melakukan kritik terhadap pesan yang disampaikan melalui media misalnya berupa foto atau gambar13.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

13

Tri Nugroho Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam jurnal Acta diurnal Vol 8 No 1 (2012), hlm: 7.

Peminat

Social Media Instagram

Realitas

Kuliner di

Indonesia

Official Account Instagram

@kulinersby

INTERPRETASI

1. Dominant Hegemonic Position 2. Negotiated

Position 3. Oppositional


(32)

20

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan reception analysis. metode yang berupaya mencari makna isi pesan dari masyarakat yang tidak pasif dan hanya diam saat melihat dan menerima terpaan media secara langsung dan terus-menerus. Dan dasar dari penelitian resepsi ini adalah model encoding (sumber)/ decoding (penerimaan) Stuart Hall. Dimana dijelaskan bahwa komunikator memberikan pesan melalui media kepada komunikan dan menghasilkan respon sebagai umpan balik. Komunikator dan pesan merupakan sumber (encoding), pesan melalui media (chanel) diterima (decoding) menghasilkan respon. Disini penulis menjelaskan bahwa penelitian ini dijabarkan dengan Gaya Hidup Kuliner yang ditampilkan melalui foto atau gambar sebagai komunikator, pesan gambar berupa konsep isi dan tampilan food capture, sedangkan chanel (media)nya terdapat pada official account instagram @kulinersby kepada penonton sebagai komunikan yang menerima pesan dan merespon pesan tersebut (decoding) yang menghasilkan umpan balik dari tayangan tersebut.

Melalui sebuah food capture, memberikan persepsi yang berbeda bagi khalayak. Khalayak yang berasal dari latar belakang serta pengalaman berbeda, akan melakukan pro dan kontra dan memaknai

KHALAYAK

KOTA

SURABAYA


(33)

21

pesan dengan cara yang berbeda. Peneliti menggunakan metode reception analysis karena ingin menganalisis pemahaman khalayak tentang pesan dalam media.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan secara hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat pada masalah tersebut14.

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretif yang menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang kita konstruksi dengan menggunakan metode-metode yang berjarak dengan kita dari apa yang akan kita ketahui. Hal ini ditegaskan oleh keyakinan Heidegger bahwa tidak ada jalan bagi subyek atau pengamat untuk memisahkan diri dari obyek yang diamati. pencarian pengetahuan dikondisikan oleh kebudayaan, konteks dan sejarah15.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan interpretif adalah pendekatan untuk mencari makna, artinya melekat karakter hermeneutik dalam penafsiran terhadap pesan, teks atau lainnya. Pendekatan interpretif menolak klaim bahwa kita dapat

14

Syaiful Azwar, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm: 5.

15

Dalam Vina Salviana D. S, Pendekatan Interpretif Dalam Ilmu-ilmu Sosial, (Surabaya: Jurnal Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya Program Doktor Ilmu Sosial, 2007), hlm: 8.


(34)

22

mereduksi dunia makna yang kompleks menjadi produk-produk dari kesadaran sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menggunakan pendekatan interpretif. Disamping itu pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan interpretatif karena kajian yang diteliti menyangkut dimensi kemanusiaan atau lebih pada sisi subyektifitasnya sehingga paradigma yang tepat adalah paradigma interpretif.

Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan reception analysis. Analisis resepsi memfokuskan pada proses pemaknaan dan pemahaman yang mendalam atas teks media dan bagaimana individu menginterpretasikan isi media.

Reception analysis merujuk pada sebuah komparasi antara analisis tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasil menginterpretasi merujuk pada konteks, seperti cultural setting dan context atas isi media lain. Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang diproduksi oleh media massa16.

Alasan peneliti menggunakan reception analysis karena peneliti ingin mengetahui pemaknaan khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby. Asumsi dasar peneliti adalah

16


(35)

23

adanya perilaku dominant, negotiate atau bahkan opposition terhadap gaya hidup kulineran yang selalu dikonstruksi erat melalui official account instagram @kulinersby.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber tempat peneliti memperoleh keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan17.

Subyek dalam penelitian ini adalah sepuluh orang yang berusia 17-24 tahun yang memiliki akun instagram pribadi dan menfollow official account instagram @kulinersby serta domisili di Surabaya. Rentang usia dipilih untuk memberikan pandangan yang berbeda dari pemaknaan akan gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture pada official account instagram @kulinersby. Surabaya dijadikan penelitian dikarenakan official account instagram @kulinersby adalah media sosial yang menshare seputar kuliner di Surabaya, selain itu juga domisili dari informan adalah Surabaya.

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu memilih informan secara sengaja dan tidak random. Diamana orang–orang yang diseleksi untuk dijadikan informan dipilih atas dasar kriteria-kriteria

17 Tatang, M. Amirin, “Menyususn Perencanaan Penelitian”,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), p. 66-71.


(36)

24

tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian18. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai.

Adapun kriteria-kriteria penentuan Informan Kunci yang tepat dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby adalah sebagai berikut:

1. Khalayak yang hobi kulineran, sering kulineran baik di kota Surabaya maupun luar Kota Surabaya dan mengupload menu pesanannya ke akun pribadi media sosial miliknya.

2. Khalayak yang tidak hobi kulineran namun menfollow official account instagram @kulinersby.

3. Khalayak yang hobi kulineran tapi jarang kulineran (misal 2 minggu sekali) dan pernah mengupload menu pesanannya ke akun pribadi media sosial miliknya.

4. Khalayak yang hobi kulineran, sering atau pernah kulineran dan mengupload menu pesanannya ke akun pribadi media sosial miliknya.

b. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini mengenai interpretasi khalayak mengenai food capture. Jadi, dengan obyek penelitian tersebut,

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm: 300.


(37)

25

dapat digunakan peneliti untuk menarik kesimpulan yang masuk menjadi sebuah data riel dan dapat mendeskripsikan tentang pemaknaan khalayak mengenai gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian terletak di kota Surabaya. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan keberadaan kuliner di Kota Surabaya berkembang pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya kedai, café, kaki lima yang menghiasi tiap sudut kota Surabaya. Lokasi penelitian yang akan dipilih peneliti berdasarkan tempat-tempat yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan informan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

 Pemilihan official account instagram @kulinersby, dikarenakan akun tersebut merupakan pelopor berdirinya akun kuliner Surabaya pertama yang saat ini telah diikuti sekitar 211ribu followers.

 Banyaknya bangunan-bangunan atau stand kuliner yang mendominasi tiap sudut Kota Surabaya sebagai kota metropolitan, sehingga dapat memicu khalayak untuk melakukan wisata kuliner.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Penelitian


(38)

26

Berdasarkan sumbernya jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti, diamati atau dicatat untuk pertama kali. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti19.

Adapun jenis-jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer adalah data tangan pertama. Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran20. Atau sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dari data primer ini peneliti mampu mendapatkan data valid yang sesuai dengan tema dan rumusan masalah yang ada. Sumber data primer ini yang langsung memberikan data kepada peneliti21, sumber data primer dalam penelitian ini adalah khalayak yang berdomisili di Kota Surabaya usia 17-24 tahun.

Tabel 1.2

Daftar Nama Informan Penelitian

19

Marzuki, Metode Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2000), hlm: 165.

20

Saifuddin Azwa, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm: 91.

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm: 137.

No Nama Jenis

Kelamin* Umur

Pendidikan Terakhir

Status/ Pekerjaan 1 Faizah

P

21 Tahun

SMA Mahasiswi Universitas Tujuh Belas


(39)

27

*

P: Perempuan; L: Laki-laki

2) Data Sekunder

Yakni data yang diperoleh peneliti untuk mendukung data primer. Data sekunder ini seperti buku-buku mengenai teori-teori encoding decoding, teori-teori analisis persepsi, fotografi dan

Agustus Surabaya 2 April

P

21 Tahun

D3 Marketing

Office Bank Swasta 3 Nurul Lativa

P

20 Tahun

SMA Admin Travel Topson Surabaya 4 Bayu

Apriansyah

L

23 Tahun

SMK Graphig Designer di Mark Design

5 Alfiyana

P

24 Tahun

SMK Marketing Card MNC

Bank Surabaya 6 Anis Nur

Cholifah

P 22

Tahun

SMA Ibu Rumah Tangga

7 Arsynda P 22

Tahun

SMK Ibu Rumah Tangga

8 Muslicha Dwi Lestari

P

21 Tahun

SMK Mahasiswi UIN Sunan

Ampel Surabaya 9 Atika

Fauziyah

P 24

Tahun

Strata 1

Pengacara

10 Sunaryo

L

24 Tahun

SMK Mekanik

Ahass Honda Surabaya


(40)

28

buku-buku sejenis yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder juga didapat dari buku online, jurnal dan artikel. b. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber data library research dan field research.

1) Library Research

Penelusuran data dengan menggunakan bantuan buku-buku yang ada di Perpustakaan. Digunakan untuk mencari landasan-landasan teori tentang unsur-unsur pada penelitian ini.

2) Field Research

Hasil wawancara secara tertulis atau secara lisan yang direkam oleh alat perekam, arsip tentang daftar orang yang menjadi informan dalam penelitian ini.

4. Tahap-tahap Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah reception analysis, dimana metode ini mencoba untuk menginvestigasi, menganalisis, interpretasi khalayak mengenai food capture dalam official account instagram @kulinersby..

Peneliti ingin melihat bagaimana khalayak menerima sebuah teks dari media dengan mengetahui makna dan pemahaman mereka terhadap pesan yang disampaikan. Khalayak sebagai individu yang


(41)

29

menganalisis teks media dengan kajian resepsi berfokus pada pengalaman khalayak serta bagaimana makna diciptakan berdasarkan pengalaman tersebut. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

a. Menyeleksi

Pada tahap menyeleksi, peneliti melakukan pemilihan informan. Peneliti mencari sepuluh followers official account instagram @kulinersby yang minimal menfollow official account instagram @kulinersby. Kemudian peneliti melakukan wawancara melalui telepon selular untuk menjaring calon informan yang sesuai dengan kriteria yakni latar belakang, pendidikan, kelas sosial dan sebagainya.

b. Mengklasifikasi

Penelitian ini menggunakan reception analysis berdasar model Stuart Hall (Dominant, Negotiated dan Oppositional). Selanjutnya akan mengklasifikasikan aspek perbedaan latar belakang, status sosial, khalayak yang hobi kulineran dan menfollow official account instagram @kulinersby, khalayak yang tidak hobi kulineran tapi menfollow official account instagram @Kulinersby, khalayak yang pernah atau sering kulineran baik di Kota Surabaya maupun luar Kota Surabaya. c. Mengolah Data


(42)

30

Peneliti pada tahap ini melakukan transfer hasil rekaman focus group discussion dan wawancara kedalam bentuk deskripsi atau tulisan.

d. Menganalisis

Peneliti akan menganalisis foto-foto yang berupa food capture dalam official account instagram @kulinersby dengan mengkategorikan food capture tersebut. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil transfer rekaman focus grop discussion dan wawancara penerimaan khalayak yang sudah dideskripsikan kedalam bentuk laporan. Kemudian menentukan bagaimana penerimaan khalayak berdasar latar belakang yang berbeda-beda dengan menggunakan teori analisis penerimaan Stuart Hall (Dominant, Negotiated dan Oppositional).

Dominant adalah mendukung pesan atau makna dari gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby. Negotiated adalah khalayak yang membentuk pesan alternatif. Dan Oppositional adalah khalayak yang membangun penafsiran konten yang sama sekali berlawanan dari pemaknaan Dominant22.

5. Teknik Pengumpulan Data

22

Baran dan Davis, Teori Komunikasi Massa Dasar, Pergolakan dan Masa Depan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm: 304.


(43)

31

Pada dasarnya penelitian mempunyai beberapa teknik dalam proses pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan empat teknik, antara lain:

a. Focus Group Discussion

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik FGD (Focus Group Discussion). FGD atau Focus Group Discussion adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD (Focus Group Discussion) juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus yang sedang diteliti23.

FGD (Focus Group Discussion) merupakan suatu teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Melalui FGD (Focus Group Discussion) ini informasi yang ditangkap peneliti adalah informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat kelompok dan keputusan kelompok. FGD (Focus Group Discussion) berbeda dengan wawancara,

23

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Thesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta:Kencana, 2011), hlm: 141


(44)

32

fasilitator tidak selalu bertanya tetapi mengemukakan suatu persoalan, kasus, atau pun kejadian.

Dalam prosesnya, fasilitator akan sering bertanya tetapi hanya bagian dari keterampilan mengelola diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta. Teknik ini digunakan untuk memperoleh jawaban yang lebih bervariasi dari subyek penelitian tentang pemaknaan gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby.

Dalam kegiatan diskusi kelompok pada penelitian ini, para peserta akan diberi draft yang berisi data serta beberapa foto yang berupa food capture dalam official account instagram @kulinersby yang selanjutnya hasil dari diskusi tersebut akan dianalisis oleh peneliti.

Proses diskusi kelompok atau FGD (Focus Group Discussion) yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain:

1) Memilih informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Mengumpulkan informan tersebut di suatu tempat untuk melakukan diskusi dengan cara mengundang mereka melalui online message.

3) Memberikan data foto atau gambar berupa food capture yang menggunakan hastag #kulinersby yang sudah dipilih berdasarkan banyaknya like dan pernah di-repost oleh official


(45)

33

account instagram @kulinersby yang kemudian akan didiskusikan pada forum tersebut.

4) Melakukan diskusi kelompok di tempat yang telah ditentukan oleh peneliti.

5) Peneliti melakukan dokumentasi kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dengan foto dan rekam suara.

Peserta teridiri dari 10 orang dengan maksud agar setiap individu mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Umumnya diskusi kelompok atau FGD (Focus Group Discussion) dilaksanakan pada populasi sasaran yang homogen (mempunyai ciri-ciri yang sama) ciri-ciri-ciri-ciri yang sama tersebut ditentukan oleh tujuan dari penelitian.

b. Interview

Interview adalah cara peneliti untuk menggali lebih dalam informasi yang akan di teliti. Setelah kegiatan focus group discussion selesai, peneliti membaur dan mendekati khalayak focus group discussion agar khalayak bisa menerima peneliti dengan baik. Selain itu khalayak diharapkan akan memberikan keterangan yang valid utuk dijadikan data dalam penelitihan.

Interview merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selain itu, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal–hal dari khalayak yang lebih mendalam. Jadi,


(46)

34

melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal–hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut tidak bisa ditemukan pada observasi24.

Esterberg (2002 dalam Buku Lexy J. Moloeng Memahami Penelitian Kualitatif) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur25. Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti ini termasuk dalam wawancara semiterstruktur. Dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur dan tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan26.

Setelah mendapatkan data awal yang merupakan jawaban-jawaban reperesentatif dari sesi FGD (Focus Group Discussion), peneliti akan menggunakan metode wawancara semi terstruktur yang termasuk ke dalam kategori in-depth interview di mana pedoman pertanyaan dari wawancara ini tidak akan terlalu terstruktur dan peneliti akan bertanya lebih lanjut lagi jika jawaban dari pertanyaan kepada sumber dianggap belum cukup representatif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam dari sumber data sehingga semakin memperkaya

24

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm: 72.

25

Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm: 38.

26


(47)

35

data serta untuk menggali lebih lanjut data-data yang disampaikan oleh sumber yang dianggap menarik dan merupakan suatu jawaban baru yang bahkan mungkin kontradiktif terhadap permasalahan yang dikemukakan.

c. Observasi

Peneliti membangun hubungan yang dekat dengan khalayak dari obyek penelitihannya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa menyelami kehidupan mereka dan mereka mau berbagi mengenai perasaan terdalam dari masyarakat. Metode observasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya hidup khalayak yang hobi kulineran dan khalayak yang tidak hobi kulineran. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan sehari-hari khalayak secermat mungkin sampai pada sekecil-kecilnya. Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial.

Dalam metode observasi ini, peneliti sebelumnya telah melakukan observasi terhadap akun instagram pribadi khalayak yang menfollow official account instagram @kulinersby. Tujuan dari observasi ini, peneliti ingin mendapatkan gambaran mengenai official account instagram @kulinersby dan khalayak yang mengikuti perkembangan post official account instagram @kulinersby. Dengan demikian yang peneliti observasi adalah proses berlangsungnya khalayak dalam mengakses official account instagram @kulinersby, yang meliputi lama waktu mengakses dan


(48)

36

tindakan yang dilakukan selama mengakses official account instagram @kulinersby. Dalam pengamatan khalayak disini, peneliti juga melakukan pengamatan apakah khalayak dalam waktu dekat (minimal 2 minggu) mendatangi tempat kuliner sebagaimana yang telah di post dalam official account instagram @kulinersby. Jangka waktu 2 minggu inilah yang peneliti gunakan sebagai acuan untuk menentukan calon responden yang akan diwawancarai guna mendapatkan data primer penelitian. Dari observasi inilah kemudian peneliti memutuskan untuk meneliti interpretasi khalayak mengenai gaya hidup kulineran yang ditampilkan melalui food capture dalam official account instagram @kulinersby untuk menjadi informan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang diperoleh dari dokumen. Dokumentasi ini di ambil dari foto maupun data-data yang mendukung peneliti dalam penelitihan ini.

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan, dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini adalah catatan Seputar official account instagram @kulinersby dan dokumentasi kegiatan berlangsungnya Focus Group Discussion dan wawancara mendalam.


(49)

37

Selanjutnya dokumentasi ini juga berupa dokumen yang dibuat secara pribadi oleh peneliti berupa foto-foto tentang obyek penelitian yang diambil pada saat penelitian berlangsung.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis resepsi. Menurut Tri Nugroho Adi dalam jurnalnya yang berjudul Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dijelaskan bahwa ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi

yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection, analysis, and interpretation of reception data”. Ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut27:

a. Mengumpulkan data dari khalayak. Pengumpulan data disini ditekankan dalam bentuk diskusi kelompok atau focus group discussion dan wawancara. Artinya focus group discussion dan wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu mendorong wacana yang berkembang dalam diri khalayak.

b. Menganalisis hasil atau temuan dari wawacara. Dalam tahap ini peneliti memanfaatkan teknik triagulasi data dalam rangka untuk melakukan coding terhadap hasil focus group discussion dan wawancara.

c. Menginterpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya. Menjadi catatan disini bahwa seorang peneliti

27

Tri Nugroho Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam jurnal Acta diurnal Vol 8 No 1 (2012), 27.


(50)

38

tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehinga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya28. 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriteria utama pada data penelitian adalah valid, reliable dan obyektif. Teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, audit kebergantungan dan audit kepastian29.

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga teknik, meliputi:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan digunakan peneliti untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga

28

Ibid, hlm: 27-28.

29

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1998), hlm: 327.


(51)

39

kepercayaan diri peneliti sendiri. Perpanjangan keikutsertaan dilakukan dengan cara menjalin komunikasi yang harmonis secara terus menerus dengan informan selama 2 minggu, dalam hal ini peneliti ikut serta melakukan kegiatan dengan informan seperti hangeout, bertukar pikiran via handphone dan online message. b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan menggunakan seluruh panca indera meliputi pendengaran dan insting peneliti sehingga dapat meningkatkan derajat keabsahan data. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik ketekunan pengamatan dilakukan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap kegiatan dan diskusi yang dilakukan informan.

c. Triangulasi

Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori30.

Triangulasi dengan memanfaatkan peneliti untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data. Hal ini dilakukan peneliti dengan cara mengkonsultasikan hasil penelitian kepada dosen pembimbing skripsi.

30

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1998, hlm: 127.


(52)

40

Triangulasi dengan sumber data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan, apa yang dikatakan dengan situasi penelitian sepanjang waktu, pandangan dan perspektif sesorang dengan berbagai pendapat, serta membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi yang berkait.

Triangulasi dengan metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi dengan teori dilakukan dengan mengurai pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari penjelasan pembanding.

8. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah pada maksud yang sesuai sebagaimana judul, maka pembahasan ini penulis susun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijabarkan tentang apa yang menjadi latar belakang peneliti melakukan penelitian ini. Permasalahan apa saja yang mungkin muncul, kemudian pengidentifikasian masalah serta, perumusan masalah yang ingin diteliti. Selain itu, dijabarkan juga tentang tujuan penelitian, manfaat


(53)

41

penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka konsep penelitian, faktor penghambat dan pendukung penelitian, sistematika penelitian dan jadwal penelitian.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini, peneliti memaparkan tentang beberapa istilah dan teori yang berfungsi sebagai landasan peneliti dalam menganalisis data yang berhasil dikumpulkan.

BAB III : PENYAJIAN DATA PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai Tinjauan Umum Kuliner di Kota Surabaya, Profil Official Account Instagram @kulinersby, Identitas Informan dan data penelitian

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini mencakup penyajian data hasil-hasil temuan dilapangan, baik secara observasi, wawancara, maupun dokumentasi, data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditentukan yaitu analisis resepsi BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi mengenai hasil rangkuman dari semua bab yang terdiri dari simpulan dan rekomendasi.


(54)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG FOOD CAPTURE DALAM OFFICIAL

ACCOUNT INSTAGRAM @KULINERSBY

A. Media Sosial

Media jejaring sosial merupakan nama lain dari social media online. Media jejaring sosial dikategorikan ke dalam social media online bukan mass media online, karena memiliki kekuatan sosial yang sangat mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyrakat. Selain mempunyai kekuatan sosial, politik dan budaya media jejaring sosial juga memiliki kekuatan lain dari perspektif komunikasi selain sebagai alat atau media komunikasi, berperan untuk membentuk publisitas dan pencitraan inidividu atau lembaga1.

Media sosial atau dalam bahasa inggris “Social Media” menurut

tata bahasa, terdiri dari kata “social” yang memiliki arti kemasyarakatan atau sebuah interaksi dan “Media” adalah sebuah wadah atau tempat sosial itu sendiri.

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual2.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam Abbas mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi

1

Elvinaro Ardianto, Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi, (Bandung: ASPIKOM, 2011), hlm: xii-xiii.

2 Ibid.


(55)

43

web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk sosial network, forum internet, weblogs, sosial blogs, micro blogging, wiki, podcasts, gambar, video, ratting dan bookmark sosial3.

Media sosial (social media) telah menjadi bagaian dari kehidupan manusia modern saat ini. Diperkirakan yang akan menjadi trend adalah 3S, yakni Social, Share and Speed. Social adalah bagaimana seseorang terhubung dengan orang lain dan saling berbagi. Share adalah bagaimana seseorang membagikan pengalamannya kepada orang lain, melalui teks, foto, video, apapun itu, melalui jejaring social. Speed bagaimana jejaring sosial bisa memberikan informasi yang sangat cepat, melebihi kecepatan wartawan menuliskan berita.

Salah satu yang menarik dari media sosial adalah sesama pengguna akan memiliki konstruksi identitas masing-masing. Bagi sesama pengguna yang belum saling mengenal atau belum berteman di dunia nyata, mereka akan saling membayangkan profil berdasarkan elemen-elemen yang ada di akun masing-masing. Sementara untuk sesama pengguna yang sudah saling mengenal, proses melakukan imajinasi terhadap pengguna yang lain sudah tidak berada lagi pada

level ‗siapa dia’ tetapi pada level ‗sedang apa’. Misalkan jika dua

orang teman sekelas yang sudah saling mengenal, maka dalam media

3

M. Rifai Abbas, dkk, Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI, (Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat, 2014), hlm: 26.


(56)

44

sosial mereka lebih memfokuskan komunikasi pada sedang melakukan apa atau apa yang sedang terjadi pada dirinya4.

1. Karakteristik Media Sosial

Dari berbagai penjelasan mengenai media sosial, Abbas menyebutkan karakteristik dari media sosial sebagaimana berikut5:

a. Content yang disampaikan dan dibagikan kepada banyak orang dan tidak terbatas pada satu orang tertentu.

b. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang penghambat.

c. Isi disampaikan secara online dan langsung.

d. Content dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat dan bisa juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu interaksi yang ditentukan sendiri oleh pengguna.

e. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai creator dan aktor yang memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri.

f. Dalam content media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional seperti identitas, percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis), hubungan (relasi), reputasi (status) dan kelompok (group).

4

Jandy E. Luik, Media Sosial dan Presentasi Diri, Jurnal APISKOM Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya 2011 Vol 2 Tahun , hlm: 7.

5

M. Rifai Abbas, dkk, Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI, (Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat, 2014), hlm: 27.


(57)

45

2. Jenis-Jenis Media Sosial

Kaplan & Haenlein dalam Abbas membuat klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial yang ada berdasarkan ciri-ciri penggunaannya. Menurut Kaplan & Haenlein, pada dasarnya media sosial dapat dibagi menjadi enam jenis, antara lain yaitu6:

a. Proyek kolaborasi, yaitu sebuah website yang mengizinkan user-nya mengubah, menambah dan membuang content-content yang berada di website, contohnya Wikipedia.

b. Blog dan microblog, yaitu user bebas mengekpresikan sesuatu seperti curhat/kritik terhadap kebijakan pemerintah, contohnya Twitter.

c. Content yaitu user dan pengguna website untuk saling share content, seperti video, gambar, suara, contohnya YouTube, SoundCold, Tumblr dan lainnya.

d. Situs jejaring sosial yaitu sebuah aplikasi yang mengizinkan user saling terhubung dengan orang lain dan berisikan informasi pribadi dan dapat dilihat orang lain, contohnya Facebook, Blackberry Messanger, Messanger, Path, WatsApp dan sebagainya.

e. Virtual Game World yaitu dunia virtual yang menggunakan teknologi 3D, dimana user berbentuk avatar

6


(58)

46

dan berinteraksi dengan orang lain, contohnya Games Online.

f. Virtual Sosial World yaitu dunia virtual yang user merasa hidup di dunia maya dan berinteraksi dengan yang lain, contohnya Second Life.

3. Peran Media Sosial

Peran media sosial dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern telah memainkan peranan yang begitu penting. Menurut McQuail dalam Setiawan ada enam perspektif dalam hal melihat peran media yaitu7:

a. Melihat media sosial seabagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan masyarakat melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

b. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media

sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan

kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak

7


(59)

47

suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media dan masyarakat tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

c. Memandang media sosial sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Disini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

d. Media sosial seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian atau alternatif yang beragam.

e. Melihat media sosial sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

f. Media sosial sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.


(60)

48

Berdasarkan ke enam peran media sosial tersebut dapat disimpulkan peran media massa dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media sosial merupakan konsumsi otak bagi masyarakatnya, sehingga apa yang ada di media sosial akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial.

Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media sosial inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap masyarakat terhadap berbagai obyek sosial. Segala macam informasi yang disodorkan oleh media sosial akan memunculkan gambaran terhadap obyek sosial.

B. Pemahaman Interpretasi Khalayak Aktif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia interpretasi adalah sebuah pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu dan tafsiran. Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian–kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa– peristiwa yang dimuat atau dinyatakan. Tujuan penafsiran media ini ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas


(61)

49

wawasan dan membahasnya lebih lanjut ketika terjadi proses komunikasi baik secara interpersonal maupun antarpersonal.8

Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan)9. Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu obyek (karya seni, ajaran dan lain-lain) cukup jelas maknanya, obyek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya. Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika atau berbagai bentuk bahasa lainnya.

Khalayak aktif, menurut Stuart Hall lebih memperhatikan audiens sebagai penonton media dalam hal melakukan pengawasan diri atau decoding terhadap teks media yang diterimanya10. Penelitian khalayak —analisis resepsi— menurutnya memfokuskan pada perhatian individu dalam proses komunikasi massa dalam decoding,

8

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm: 16-17.

9

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: PT. Buku Seru, 2013), hlm: 110.

10

Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), hlm: 237.


(1)

137

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan, acuan dan pengetahuan tambahan bagi khalayak dalam bermedia sosial instagram, sehingga di masa mendatang masyarakat dapat turut serta mengawasi isi media dan lebih kritis terhadap postingan media sosial instagram @kulinersby khususnya.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai gaya hidup kulineran, memungkinkan untuk mengkaji gaya hidup kulineran dari beberapa aspek seperti prespektif sosiologi, tindakan komunikasi dan sebagainya, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan perkembangan riset dalam bidang ilmu komunikasi.


(2)

142

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. Rifa’i, dkk. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk

Kementrian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat.

Ardianto, Elvinaro & Lukiati K. Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Azwar, Sayiful. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. 2010. Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan, Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Humanika. Baran, Stanley J. 2011. Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya,

Edisi Kelima Buku Satu. Jakarta: Salemba Humanika.

___________. 2012. Pengantar Komunikasi Massa “Melek Media dan Budaya Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. London: SAGE Publication.

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.

___________. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan Ketiga. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Chaney David. 1996. Lifestyles, Sebuah Pengantar Komprehensi., Yogyakarta: Jalasutra.

Durham, Meenakshi Gigi dan Douglas M. Kellner. 2006. Media and Cultural Studies KeyWorks Edisi Revisi. USA: Blackwell Publishing Ltd.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bhakti.


(3)

143

Enterprise, Jubilee. 2013. 100 Aplikasi Android Paling Dahsyat. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Hagen, Ingun dan Wasko Janet. 2000. Consuming Audience? Production and Reception in Media Research. New Jersey: Hampton Publication.

Jorgensen, Karin Wahl dan Thomas Hanitzsch. 2009. The Handvook Journalism Studies. New York and London: Routledge.

Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kuntowijoyo, dkk. 2006. Lifestyle Ecstasy Kebudayaann Pop Dalam Mayarakat

Komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKiS.

Lexi, J. Moleong, 2002. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

LittleJohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication –Fifth Edition. Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter 1-9), dan edisi Indonesia 2 (Chapter 10-16). Jakarta: Salemba Humanika.

McQuail, Dennis. 2004. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.


(4)

144

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

__________. 2008. Komunikasi Efektif (Suatu pendekatan Lintas budaya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

___________. 2008. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Onong Uchya, Efendi. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

_________2006. “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Cetakan ke-5, 1976.

Poerwandari, Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Sugiono, Riyadi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Stoke, Jane. 2006. How To The Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang. Hall, Stuart dkk., 1980. Cultural, Media, Language. New York: Routledge. West Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

Dan Aplikasi. Buku 1 edis ke-3 Terjemahan Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika.


(5)

145

Sumber Internet

Apiji.or.id, diakses Kamis 10 Nopember 2016.

Kartila, Illa. “Nongkrong di Cafe Jadi Gaya Hidup.” Antaranews. 2016. 19

Desember 2016. < http://www.antaranews.com/berita/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup>.

Foodiessurabaya.blogspot.com, diakses Kamis 1 Desember 2016.

“Food Photography” Wikipedia, The Free Encyclopedia. 19 Desember 2016.

Wikipedia Foundation. <http://en.wikipedia.org/wiki/Food_photography>.

Jurnal dan Artikel

Aryani, Kandi. 2006. Analisis Penerimaan Remaja terhadap Wacana Pornografi dalam Situs-Situs Seks di Media Online. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik. Tahun XIX. Nomor 2, April. ISSN 0216-2407. Surabaya: FISIP Unair.

Denzin. Norman K. 1986. “Post Moderns Social Theory”. Jurnal Sociological

Theory, Vol. 4, Nomoer 2. (Autumn, 1986), 194-204

Hadi, Ido Prijana. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi Petra. Jurnal Ilmiah vol. 3, No. 1, 2009.

Irfani, Bunga. Eating Out Sebagai Gaya Hidup Dan Konsumerisme Di Nanamia Pizzeria dan Il Mondo Yogyakarta. Tesis tidak diterbitkan. 2014. Program Kajian Budaya dan Media Universitas Gajah Mada.


(6)

146

Meliono, V Irmayanti dan Boediono. Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan dan Dampaknya pada Masyarakat. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Vol. 8, Nomor. 2 Tahun 2004. Agustus: 65-70.

Retika, Ariani. 2009. Surabaya Culinary Square. (TA PA 1380/ARS/ 2009). Undergraduate Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Wilastri, Dani.2014. Jogja Culinary & Nongkrong Recommended 3. EBC


Dokumen yang terkait

ANALISIS FOTO SELFIE SEBAGAI MEDIA MENGEKSPRESIKAN DIRI ( STUDI PADA ACCOUNT INSTAGRAM KURT COLEMAN )

10 50 62

THE USE OF SEXIST LANGUAGE IN DAGELAN ACCOUNT ON INSTAGRAM.

1 3 21

Pengaruh Promosi Official Account Alfamart Terhadap Sikap Pengguna LINE Aktif Pengaruh Promosi Official Account Alfamart Terhadap Sikap Pengguna LINE Aktif (Studi Eksplanatif Kuantitatif Terhadap Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhamm

4 8 15

OFFICIAL ACCOUNT SEBAGAI IKLAN DI SNS Motivasi Pemilihan Official Account di LINE Official Account Sebagai Iklan Di SNS (Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Pengguna Line Dalan Memilih Official Account Di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhamm

0 1 16

PENDAHULUAN Official Account Sebagai Iklan Di SNS (Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Pengguna Line Dalan Memilih Official Account Di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 3 50

OFFICIAL ACCOUNT SEBAGAI IKLAN DI SNS (MOTIVASI PEMILIHAN OFFICIAL ACCOUNT DI LINE)

0 0 6

Prediksi Jumlah Follower Official Account Line Menggunakan Regresi dan Algoritma Genetika

0 0 9

RECEPTION ANALYSIS TERHADAP REPRESENTASI PEREMPUAN BERTATO DI DALAM FOTOAKUN INSTAGRAM Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 13

THE REPRESENTATION OF WOMEN IN DETEKSI INSTAGRAM ACCOUNT deteksi_jp

0 0 13

Hubungan Antara Efektifitas Media Sosial Instagram Dengan Minat Beli Sepatu Sneaker (Survei Pada Mahasiswa FISIP Pengguna Media Sosial Instagram di Follower Account Official BEM FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) - FISIP Untirta Repository

0 0 174