Pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) siswa di MAN 1 Kota Mojokerto.

(1)

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) SISWA DI

MAN 1 KOTA MOJOKERTO

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

Rahmita Yuliani N. D71213131

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rahmita Yuliani N., 2017. Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa di MAN 1 Kota Mojokerto. Skrips, Jurusan Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pembelajaran aqidah akhlak lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik. Mayoritas dalam proses pembelajaran aqidah akhlak di kelas hanya sebatas indoktrinasi kepada peserta didik tanpa memperhatikan aspek pemahaman. Dalam pembelajaran aqidah akhlak, penguasaan guru akan materi dan pemahaman dalam memilih metode yang tepat untuk materi tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah melalui pendekatan kontekstual. Yang menjadikan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning di MAN 1 Kota Mojokerto dan apa saja faktor yang mendukung keberhasilan penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning pada pembelajaran aqidah akhlak kelas XI MAN 1 Kota Mojokerto. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan Contextual Taching And Learning kelas XI MAN 1 Kota Mojokerto.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di MAN 1 Kota Mojokerto. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan dua modus, yaitu dengan menggunakan sumber ganda dan metode ganda.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak Meliputi: Pertama, perencanaan. Perencanaan yang disusun oleh guru aqidah akhlak berupa penyusunan RPP sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan mengedepankan proses pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi aktif dan mandiri. Kedua, pelaksanaan. Pembelajaran aqidah akhlak sudah melaksanakan komponen-komponen CTL yang meliputi tujuh komponen. Ketiga,evaluasi. Guru aqidah akhlak menilai kemajuan siswanya dengan menggunakan komponen penilaian sebenarnya (authentic assessment). (2) Pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan CTL dapat dikatakan berhasil jika dalam pelaksanaannya guru menerapkan komponen-komponen CTL yang berlandaskan pada ketiga prinsip CTL, yaitu prinsip kesaling bergantungan, diferensiasi dan pengorganisasian diri. Sedangkan bagi siswa, keberhasilan


(7)

pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan CTL dapat dilihat dari keaktifan, kreatifitas dan kemandirian siswa untuk mencapai standar tinggi yang telah ditentukan.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL & GAMBAR ...xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional... 8


(9)

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak ...12

1. Pengertian Pembelajaran ...12

2. Pengertian Aqidah Akhlak ...15

3. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ...19

4. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak ...21

B. Tinjauan Tentang Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) .22 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) ...22

2. Prinsip-prinsip Contextual Teaching And Learning (CTL) ...24

3. Karakteristik Contextual Teaching And Learning (CTL) ...26

4. Langkah-langkah Pembelajaran CTL...30

5. Faktor-faktor Yang Mendukung Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)...30

6. Penerapan Pembelajaran (CTL) ...30

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN. ...35

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...35

B. Subjek dan Objek Penelitian ...36

C. Tahap-tahap Penelitian ...36

D. Sumber dan Jenis Data ...37

E. Teknik Pengumpulan Data ...39


(10)

BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...44

1. Sejarah Berdirinya MAN 1 Kota Mojokerto. ...44

2. Letak Geografis MAN 1 Kota Mojokerto ...50

3. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 1 Kota Mojokerto ...51

4. Data Jumlah Siswa. ...53

5. Data Guru. ...53

6. Data Pegawai. ...56

7. Data Kegiatan Ekstra Kurikuler. ...56

B. Paparan Data Hasil Penelitian ... 57

1. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) ...57

2. Faktor yang Mendukung Keberhasilan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak ...64

BAB V : PEMBASAN HASIL PENELITIAN ...73

1. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). ...73

2. Faktor yang Mendukung Keberhasilan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak ...75

BAB VI : PENUTUP ...79

A. KESIMPULAN ...79


(11)

DAFTAR PUSTAKA ...82


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan sesuatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka insternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan Agama tersebut dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.1

Kritik dan keluhan yang sering dilontarkan oleh orang tua siswa dan masyarakat terkait mata pelajaran pendidikan agama islam, Bahwa selama ini tidak memberikan kontribusi terhadap pembentukan sikap keberagaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya fenomena empirik, bahwa mata pelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah (MA, SMA/SMK) belum mampu mengantarkan peserta didik

1

Nazarudin, Mgs, Manajemen Pembelajaran : Implementasi Konsep, Karakteristik Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Teras, 2007), h. 94.


(13)

2

untuk dapat memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar, belum mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan mahir, tidak melaksanakan sholat dengan tertib, tidak melaksanakan puasa di bulan ramadhan, sering terjadi perkelahian antar pelajar, pergaulan bebas, konsumsi minuman keras, dan penyalah gunaan psikotropika.

Tantangan yang dihadapi pendidikan agama Islam adalah bagaimana mengimplementasikan bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat serta kehidupannya dihiasi dengan Akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.2

Pendidikan Aqidah Akhlak pada unit MA, SMA/SMK semestinya menjadi media dan fasilitas dalam menumbuh kembangkan potensi keberagaman dan nilai-nilai Akhlak mulia siswa. Tumbuh dan berkembangnya potensi keberagaman dan nilai-nilai (sifat-sifat ketuhanan) dan nilai-nilai Akhlak mulia siswa yang menggiring mereka kepada pemahaman dan penghayatan agama yang benar, berfikir dan

2

Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 170.


(14)

3

berperilaku/berakhlak yang mulia serta terbentuknya karakter keislaman yang kuat dalam kepribadian.3

Pembelajaran Aqidah Akhlak lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam pesera didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalaan teoritas yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan Aqidah Akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diintenalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari. Indikator keberhasilan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah mencakup tiga ranah, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mayoritas dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas hanya sebatas indoktrinasi kepada peserta didik tanpa memperhatikan aspek pemahaman. Kebiasaan belajar seperti ini tidak akan tahu hakikat, arti, dan tujuan dari belajar, karena hakikat belajar yang sesungguhnya adalah proses perubahan tingkah laku dari individu yang relatif permanen.4 Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, penguasaan guru akan materi dan pemahaman dalam memilih metode yang tepat untuk materi

3

Achmad Habibullah, Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (SMA), (Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama, 2010), h. 16.

4

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 313.


(15)

4

tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajara yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah melalui pendekatan kontekstual.5

Salah satu unsur terpenting alam penerapan pendekatan kontekstual adalah pemahaman pendidik untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Namun fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman pendidik mengenai pendekatan kontekstual. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan diterapkan oleh para pendidik pada pembelajaran Aqidah Akhlak secara sederhana. Pada dasarnya pembelajaran CTL membantuk pendidikan untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan mereka.

Pembelajaran kontekstual didasarkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahuinya dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,

5

Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 170.


(16)

5

mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individual maupun kelompok.6

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto adalah salah satu sekolah di bawah naungan Departemen Agama yang ditunjuk sebagai salah satu MAN Model tingkat Nasional, MAN Model merupakan sekolah yang dijadikan percontohan dari segi kualitas siswa, guru, sekolah serta yang terkait didalamnya. Pada guru, kreatifitas dan kemampuan yang dikembangkan adalah keterampilan dalam melakukan pembelajaran di kelas dengan menguasai pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Sedangkan pada siswa, kreatifitas dan kemampuan yang dikembangkan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan potensinya.

Keterbatasan waktu yang hanya satu jam pelajaran membuat guru Aqidah Akhlak tidak leluasa dalam menyampaikan materi pengetahuan. Dalam pembelajaran banyak karakter yang telah ditanam kepada siswa yaitu sikap, jujur, disiplin dan lain-lain. Akan tetapi kenyataannya ada sebagian siswa yang melakukan pelanggaran di luar sekolah, misalnya merokok padahal di Madrasah ini tidak boleh merokok, seorang siswa tidak sholat jum’at berjamaah, berpakaian tidak rapi (tidak wajar dipakai siswa siswi Madrasah), dan menyontek saat ulangan.

6


(17)

6

Dari wawancara tersebut, peneliti melakukan tinjauan lebih lanjut mengenai situasi pembelajaran di MAN 1 Kota Mojokerto. Dalam melakukan pembelajaran guru tidak terfokus melakukan pembelajaran di kelas dan guru sering melakukan pembelajaran kelompok. Dalam hal ini, guru memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh Madrasah seperti belajar di perpustakaan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Kota Mojokerto.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah dan Batasan masalah yang telah ditentukan oleh penulis maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning di MAN 1 Kota Mojokerto?

2. Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Kota Mojokerto?


(18)

7

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MAN 1 Kota Mojokerto.

2. Mengetahui faktor yang mendukung keberhasilan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Kota Mojokerto.

D.Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengelolaan pendidikan khususnya mata pelajaran Aqidah Akhlak.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk mengembangkan teori terkait penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning.

b. Secara Praktis

Bagi praktis pendidikan khsusnya guru Aqidah Akhlak, temuan penelitian ini dapat menjadi solusi dan digunakan untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning agar dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa.


(19)

8

E.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami judul penelitian ini, maka diperlukan definisi dari istilah-istilah dalam judul “Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MAN 1 Kota Mojokerto” antara lain sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran menurut sudjana adalah setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Nasution mendefinisikan pembelajaran sebagai aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Aqidah adalah kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat dihati manusia. Sedangkan istilah Akhlak disini mengandung pengertian etika dan moral. Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral adalah sesuatu dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar.


(20)

9

Pembelajaran Aqidah Akhlak lebih menekankan kepada pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan siswa terhadap keyakinan (iman) serta perwujudan keyakinan dalam bentuk sikap hidup siswa dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin melalui perkataan dan perbuatan. Pembelajaran Aqidah Akhlak, sebagai salah satu bagian dari bidang pendidikan agama Islam memiliki fungsi sebagai pengembang, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

2. Contextual Teaching And Learning (CTL)

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik dikelas, laboratorium, tempat bekerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.


(21)

10

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun sebuah pola-pola yang mewujudkan makna dan sistem pengajaran yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.

3. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto merupakan Madrasah Aliyah yang berada di JL. Cinde Baru VIII Kec. Prajuritkulon Mojokerto. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto sebagai lembaga pendidikan ditingkat menengah atas, mempunyai keunggulan di bidang pemahaman agama Islam.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman, sistematika pembahasan dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini sehingga dapat memudahkan dalam memahami masalah-masalah yang akan dibahas. Berikut ini sistematikanya:

BAB Pertama Pendahuluan, pada bab ini terdapat: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional dan sistematika pembahasan.


(22)

11

BAB Kedua Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang pengertian pembelajaran, pengertian Aqidah Akhlak, pembelajaran Aqidah Akhlak, pengertian CTL (Contextual Teaching And Learning), Prinsip-Prinsip CTL, Karakteristik CTL, dan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Contextual Teaching And Learning.

BAB Ketiga Metode Penelitian, yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, teknik penentuan subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, proses analisis data.

BAB Keempat Penyajian data dan hasil penelitian. Di dalamnya dipaparkan tentang hasil penelitian.

BAB Kelima Penutup, pada bab ini di dalamnya berisi tentang kesimpulan dari skripsi dan saran-saran.


(23)


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.1

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran menurut sudjana adalah setiap upaya yang dilakkan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Nasution mendefinisikan pembelajaran sebagai aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Biggs membagi konsep pembelajaran dalam pengertian, yaitu:2

1. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif

Secara kuantitatif, pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut

1

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 57.

2


(25)

14

untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

2. Pembelajaran dalam pengertian Institusional

Secara Institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan individual.

3. Pembelajaran dalam pengertian Kualitatif

Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktifitas belajar yang efektif dan efisien.

Sedangkan Mulyasa berpendapat, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri


(26)

15

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.3

Dari berbagai pengertian pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.4

Dalam praktek pembelajaran, perilaku yang ditunjukkan guru sangat beragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini bila ditelurusi akan memperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, bahan ajar dan peserta didik. Pembelajaran pada hakikatnya berintikan interaksi antara ketiga komponen tersebut. Dalam lingkup pendidikan, belajar diidentikkan dengan proses kegiatan sehari-hari peserta didik di Sekolah atau Madrasah.

Melalui belajar siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar, baik yang disiapkan secara khusus oleh guru maupun bahan belajar yang ada di alam sekitar yang tidak secara khusus dirancang, tapi bisa dimanfaatkan untuk

3

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Konsep, Karakteristik, dan Implementasi),

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 100.

4


(27)

16

pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya kelak dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa juga sekaligus dapat mengilhami mereka ketika menghadapi problema dalam kehidupan sesungguhnya.5

B.Pengertian Aqidah Akhlak

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti ma’uqida ‘alaihi al-qalb wa al-dlamir yakni sesuatu yang ditetapkan atau diyakini oleh hati dan perasaan (hati nurani), dan ma ta dayyana bihi al-ihsan wa i’taqadahu yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh manusia. Dengan demikian secara etimologis, Aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat dihati manusia.6

Sedangkan kata Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluqun, artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian juga dengan

5

Departemen Agama RI, Pedoman Integrasi Life Skill Dalam Pembelajaran, (Jakarta: 2005), h. 24-25.

6


(28)

17

makhluq yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Disamping itu, sumber Akhlak dan khaliq (Allah SWT) dan juga dari makhluk-Nya.7

Istilah Akhlak juga mengandung pengertian etika dan moral. Etika adalah ilmu yang menyelediki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral adalah sesuatu dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar. Dalam kajian filsafat, istilah etika dibedakan dengan moral, yakni etika lebih bersifat teori dan moral lebih banyak bersifat praktis.

Perbedaan Akhlak, etika dan moral terutama menyangkut sumbernya. Akhlak bersumber dari Allah SWT, sunnah Nabi Muhammad SAW dan ijtihad manusia. Sedangkan etika dan moral hanya bersumber dari manusia. Karena itu penggunaan istilah etika dan moral yang mengandung pengertian Akhlak perlu ditambahi dengan kata “Islam” yaitu etika Islam dan moral Islam.8

7

Ibid.,h. 305-306.

8


(29)

18

Antara Aqidah dan Akhlak memiliki hubungan yang sangat erat. Dapat dipahami bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber Aqidah, Syari’ah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak. Aqidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah dan Akhlak bertitik tolak dari Aqidah, dalam artian sebagai manifestasi dan konsekuensi dari Aqidah. Syariah merupakan sistema norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama manusia dan dengan makhluk yang lain.

C.Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah berasal dari bahasa arab yang berarti keyakinan.9 Secara bahasa aqidah diartikan dengan: simpulan, ikatan, sangkutan. Secara teknis diartikan juga dengan: iman, kepercayaan dan keyakinan.10 Adapun secara istilah ulama Islam menetapkan aqidah ialah kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil.11 Berikut dalil naqli tentang aqidah:

9

Thoyib Syah Saputra dan Wahyudi, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 2004), h. 176

10

Syahminan Zaini, Aqidah Akhlak, (Surabaya: Al Ikhlas, 2000), h. 50.

11


(30)

19

ل ر ۡغ ۡلٱ قر ۡش ۡلٱ ل ق ۡ كه ج ْ ل ت أ ر ۡلٱ ۡيل

ۡ يۡلٱ َٱ ء ۡ ر ۡلٱ ك

ي نلٱ تكۡلٱ ك ٓ ۡلٱ رخٓ ۡۡٱ

ۧ

يك ۡلٱ تيۡلٱ ۡرُۡلٱ َ ِ ُ َ َ ۡلٱ ت ء

ٱ قأ قرلٱ يف ي ئٓ لٱ لي لٱ ۡ ٱ

َإ ۡ هدۡ ع ف ۡلٱ ك لٱ ت ء صل

ٓ لْ أ ْ قدص يذلٱ ك ٓ لْ أ ۡأ ۡلٱ يُ ءٓ رضلٱ ءٓ ۡأ ۡلٱ يف ير صلٱ ْ د َ

ه ك

ُت ۡلٱ

٧١١

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan berat

itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebijakan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikaan shalat dan menunaikan zakat, dan orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang ۖertakwa.”12

Jadi secara bahasa Aqidah berarti suatu yang dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Dinamakan aqidah Islam karena kepercayaan dan keyakinan itu tumbuh atau dibicarakan atas dasar ajaran agama Islam.

Akhlak merupakan perbuatan yang disadari oleh pelaku. Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.13 Berakar dari kata Khalaqa yang berarti menciptakan. Akhlak ada dua macam yaitu akhlaqul karimah dan akhlaqul

12

QS. Al Baqarah: 177

13


(31)

20

mazmumah. Kajian tentang akhlak (etika) dikalangan umat Islam pada masa permulaan Islam hanya sebatas pada upaya akhlak dari Al Qur’an dan sunnah.

Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran di madrasah yang mengajarkan tentang ketauhidan dan perilaku baik dalam kehidupan sehari hari. Ruang lingkup aqidah meliputi enam hal yang biasa disebut dengan rukun iman atau disebut juga al-birr (kebajikan). Rukun iman mencakup enam hal yaitu: beriman kepada Alla, beriman kepada malaikat-malaikat, beriman kepada adanya hari akhir, beriman kepada qada (takdir) yang baik ataupun buruk.14

Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan, pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan

14


(32)

21

penganut agama lain dalam rangkan mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.

Pembelajaran Aqidah Akhlak, sebagai salah satu bagian dari bidang pendidikan agama Islam memiliki fungsi sebagai pengembang, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pencegahan, yaitu menjaga hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya lainnya yang membahayakan dan menghambat perkembangannya demi menjadi manusia indonesia yang seutuhnya. Pengajaran dan penanaman, yaitu menyampaikan informasi pengetahuan keimanan dan Akhlak mulia sebagai pedoman mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pembelajaran Aqidah Akhlak lebih menekankan kepada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan (iman) serta perwujudan keyakinan dalam bentuk sikap hidup siswa dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin melalui perkataan dan perbuatan.15

Pembelajaran Aqidah Akhlak hari dihayati dan diamalkan oleh siswa, dan hal ini menjadi tugas guru dalam menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan Akhlak mulia, salah satunya

15


(33)

22

adalah dengan pemilihan strategi yang tepat dalam proses pembelajarannya yang digunakan oleh guru untuk mengaktifkan peserta didik dan membantu guru untuk mencapai sasaran yang dituju pada pembelajaran Aqidah Akhlak. Strategi pembelajaran yang diterapkan harus menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Sehingga mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, toleransi, dan kecakapan hidup siswa.

D.Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak

Sebelum pada tahap pelaksanaan, guru terlebih dahulu menyiapkan suatu program/bahan pengajaran berdasarkan hasil perencanan yang telah dilakukan.

Beberapa persyaratan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, antara lain:

a. Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran, meliputi: (1) Rombongan belajara, (2) Beban kerja minimal guru, (3) Buku teks pelajaran, (4)Pengelolaan Kelas.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang meliputi: (1) Kegiatan Pendahuluan, (2) Kegiatan Inti, (3) Kegiatan Inti, (c) Kegiatan Penutup.


(34)

23

Dalam kegiatan ini terdiri dari kegiatan: (1) Eksplorasi, (2) Elaborasi, dan (3) Konfirmasi.

E.Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching And

Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching anda Learning (CTL) merupakan suatu konsep belajar yang dapat membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggora keluarga dan masyarakat.16 Dengan konsep itu, hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam membentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa

16


(35)

24

mengaitkan informasi baru dengan pengeluaran dan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya.17

Blanchard, Bern dan Erickson mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Sedangkan menurut Johnson mendefinisikan pembelajaran kontekstual mungkin siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.18

Selanjutnya Hull’s dan Sounders menjelaskan dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik dikelas, laboratorium, tempat kerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang

17

Elaine B Johnson, Contextual Teaching And Learning, Menjadikan Kegiatan Belajara Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna, (Bandung: Kaifa,2010), h. 14.

18

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, Konsep Dan Aplikasi, (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 6.


(36)

25

merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.19

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, pembelajaran dan pengajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan memanfaatkan kenyataan bahwa lingkungan merangsang sel-sel otak untuk membentuk jalan, sistem ini memfokuskan diri pada konteks, pada hubungan-hubungan.20

b. Prinsip-prinsip CTL

Adapun prinsip-prinsip yang di terapkan dalam pendekatan Contextual Teaching And Learning tersebut, antara lain:

1) Prinsip kesaling bergantungan

Prinsip kesaling bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lain, dengan siswa-siswa mereka, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip ini meminta membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan yang mendesak bahwa sekolah atau

19

Ibid., h. 6.

20


(37)

26

madrasah adalah sistem kehidupan, dan bagian-bagian dari elemen sekolah berada dalam sebuah jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar.

Prinsip kesaling bergantungan ada di dalam segalanya sehingga memungkinkan para siswa untuk membuat hubungan yang bermakna. Pemikiran yang kritis dan keratif menjadi mungkin. Kedua proses itu terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru. Lebih jauh lagi, prinsip kesaling bergantungan memungkinkan memasangkan tujuan yang jelas pada standar akademik dan mendukung kerja sama.21

2) Prinsip diferensiasi

Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari semesta alam untuk menghasilkan keragaman yang tidak terbatas, perbedaan, berlimpah dan keunikan. Prinsip ini menyumbangkan kreativitas indah yang berdetak diseluruh alam semesta yang mendorong menuju keragaman yang tidak terbatas.

Jika para pendidik percaya dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini meliputi dan mempengaruhi bumi dan semua sistem kehidupan, makan mereka akan melihat pentingnya di sekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk

21


(38)

27

meniru saran prinsip tersebut menuju kreativitas, keunikan, keberagaman, dan kerjasama.22

3) Pengaturan diri sendiri

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa setiap identitas terpisah di alam semesta memiliki sebuah potensi bawaan, kewaspadaan, atau kesadaran yang menjadikan sangat berbeda. Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswanya untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Sasaran utamanya adalah menolong para siswanya untuk mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan karir, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya.23

c. Karakteristik CTL

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) memiliki beberapa karakteristik yang khas dengan pendekatan pembelajaran lain. Pertama, pengajaran berbasis problem. Dengan memunculkan yang dihadapi bersama, siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkannya. Problem seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi sisw. Kedua, menggunkan konteks yang beragam. Makna itu ada dimana-mana dalam konteks fisik dan sosial. Selama ini ada yang menganggap

22

Ibid., h. 75-78.

23


(39)

28

bahwa makna (pengetahuan) adalah yang tersaji dalam materi ajar atau buku teks saja. Dalam CTL guru memberi makna berbagai macam ragam konteks (sekolah, keluarga, masyarakat, tempat kerja dan sebagainya) sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi semakin berkualitas.

Ketiga, mempertimbangkan keberagaman dan keunikan

siswa. Dalam CTL, guru mengayomi individu dan meyakini bahwa perbedaan individual dan sosial seyogyanya memberikan makna menjadi mesin penggerka untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi demi terwujudnya keterampilan interpersonal. Keempat, memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. Setiap manusia mesti menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jadi pendidik formal, merupakan instruktur bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari. Kelima, belajar melalui kolaborasi. Siwa seyogyanya dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.24

Dari beberapa karakteristis tersebut, CTL melibatkan tujuh komponen utama, antara lain:25

24

Ibid., h. 21-22.

25


(40)

29

1. Kontruktivisme (Contructivism)

Pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak seketika. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah-kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia haru mengkontruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengetahuan.

2. Menemukan (Inquiri)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus : merumuskan masalah, mengamati, dan menyajikan.

3. Bertanya (Question)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dari bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa bertanya bertujuan menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarah perhatian pada aspek yang belum diketahui.


(41)

30

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Guru dapat menjadi model, misalnya memberikan contoh tata cara berwudlu atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu.

6. Refleksi (Refleksion)

Cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang telah dikerjakan atau dilakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic assesment)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil dan dengan berbagai cara. Penilai dapat berupa penilaian tertulis dan penilaian berdasarkan perbuatan, penugasan, produk, atau portofolio.


(42)

31

d. Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Adapun langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran Contextual Teaching And Learning antara lain:

a.) Kembangkan pemikiran anak agar belajar menjadi lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri atau kelompok, menemukan sendiri mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilannya.

b.) Laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik c.) Kembangkan sifat ingin tahu siswa untuk bertanya. d.) Ciptakan masyarakat belajar

e.) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f.) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g.) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.26

e. Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Contextual Teaching And Learning

Ada dua faktor yang mendukung berhasilnya penerapan CTL yaitu :

a. Guru

Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan CTL adalah pemahaman guru unutk menerapkan strategi pembelajaran

26


(43)

32

kontekstual di daam kelas. Guru dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL memiliki tugas sebagai pembimbing dan fasilitator untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.

Sehingga dalam melakukan pembelajaran guru akan mengacu kepada tiga prinsip, yaitu prinsip kesaling bergantungan membuat hubungan-hubungan menjadi mungkin. Segala sesuatunya adalah bagian dari suatu jaringan hubungan. Prinsip

diferensiasi mewujudkan keunikan dan keberagaman tak

terbatas. Setiap beraga, itu menciptakan ragam baru melalu pembentukan hubungan-hubungan yang baru. Prinsip

pengroganisasian diri menganugerahi setiap identitas dengan

kepribadinnya, kesadaran tentang dirinya dan potensi untuk menjadi dirinya.27

b. Siswa

Pendekatan CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi dan mendorong siswa untuk membangun hubungan-hubungan untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pembelajaran kontekstual meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami bagi manusia. Cara itu sesuai dengan fungsi otak, psikologi dasar manusia, dan dengan ketiga prinsip CTL. Menurut pengamatan Fazhur Rahman bahwa di

27


(44)

33

dunia Islam terdapat dua pandangan kontroversial menyangkut pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu pandangan tradisional yang didasarkan pada penulisan dan pendengaran satu pihak dan pandangana rasional dilain pihak.28

Menurut pandangan tradisional, bahwa pembelajaran dilakukan dengan jalan memberi nasihat atau indoktrinasi atau memberitahu secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan buruk. Dalam hal ini guru sebagai juru bicara. Sedangkan pandangan yang bersifat rasional lebih memberikan kesempatan dan peran aktif kepada siswa untuk memilih, mempertimbangkan, dan menentukan nilai moral mana yang baik dan buruk, dan mana pula yang perlu dianutnya. Disini peran gru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator.

Dilihat dari dua pandangan tersebut, maka pendekatan pembelajaran kontekstual menggunakan pandangan rasional. Dimana otak akan mencari makna dan ketika otak menemukan makna, siswa akan belajar, memahami, dan mengingat. Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat hubungan-hubungan menjelaskan mengapa siswa yang didorong untuk menghubungkan tugas-tugas sekolah dengan kenyataan saat ini, dengan konteks kehidupan keseharian mereka, akan

28

Muhaimin. Rekontruksi Pendidikan Islam : Dari Paradikma Pengembangan, Manajemen, Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta, PT Raja Grafido Persada, 2009), h. 261.


(45)

34

memasangkan makna pada materi akademik sehingga mereka dapat mengingat apa yang mereka pelajari.

c. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Dalam menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) harus disusun lima bentuk pembelajaran penting, yaitu:29

a. Mengaitkan

Guru mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa. Siswa harus mampu memperhatikan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar dan menghubungkan informasi yang telah diperoleh dengan pelajaran untuk mencari solusi dari masalah tersebut.

b. Mengalami

Siswa belajar dengan melakukan penelitian aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan dapat diperoleh dengan cepat dan lebih tahan lama dalam ingatan siswa.

c. Menerapkan

Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan pemecahan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung.

29


(46)

35

d. Kerja Sama

Siswa dapat bekerja sama untuk berbagi, mersepon, dan berkomunikasi dengan siswa lain dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan kerja sama maka dapat memecahkan masalah yang kompleks secara bersama-sama.

e. Mentransfer

Belajar merupakan proses mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan menciptakan pengalaman bermakna bagi siswa.


(47)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi ini dengan judul “Pemۖelajaran Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa MAN 1 Kota Mojokerto” menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan menggali atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna di balik realita. Selain itu, jenis penelitian ini juga digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dan peneliti merupakan instrumen utama, dengan teknik pengumpulan datanya yaitu tringgulasi (gabungan), yang kemudian dianalisis secara induktif/kualitatif. Dan hasil dari penelitian kualitatif ini lebih menekankan ‘makna’ daripada generalisasi.1

Sebagai pendekatannya peneliti menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study) yaitu penelitian yang dilakukan secara terencana dan mendalam terhadap gejala tertentu dalam suatu organisasi, lembaga atau individu. studi kasus ini diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kesimpulan studi kasus hanya

1


(48)

37

berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus yang lain.2

B. Subjek dan Objek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek penelitian Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto yang beralamatkan di Jl. Cinde Baru VIII Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Alasan peneliti mengambil objek tersebut karena lokasi penelitian muda dijangkau dan MAN tersebut merupakan madrasah aliyah yang mempunyai akreditasi unggul dan sudah menerapkan Kurikulum 2013 pada proses pembelajarannya.

C. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Lexy J. Moeloeng tahapan penelitian secara umum terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.3

1. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi: a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lokasi penelitian c. Menguru perizinan penelitian

d. Menjajaki dan menilai lokasi penelitian

2

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 62.

3


(49)

38

e. Memilih informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap pekerja lapangan, yaitu meliputi:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b. Penampilan peneliti disesuaikan dengan kultur latar penelitian

c. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan d. Pencatatan data

3. Tahap analisi data, yaitu meliputi: a. Organisasi data

b. Penafsiran data

c. Pengecekan keabsahan data d. Memberi makna

D. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subjek dari mana sumber data diperoleh. Pada penelitian kualitatif sumber data utamanya adalah kata-kata atau tindakan yang diperkuat dengan data tambahan berupa hasil dokumentasi dan lain sebagainya yang dianggap penting.4 Berdasarkan sumbernya, sumber data digolongkan menjadi dua, yaitu:

4


(50)

39

1. Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau petugas-petugasnya dari sumber pertama.5 Sumber data primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan dan observasi. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah atau wakil kepala kurikulum, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan siswa sisi MAN 1 Kota Mojokerto.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh melalui naskah-naskah tertulis, biasanya telah disusun dalam bentuk dokumen-dokumen.6

Sumber data sekunder yang digunakan peneliti untuk melengkapi sumber data primer yang diperoleh dari pihak yang berkaitan, yaitu berupa dokumen tentang sejarah dan profil MAN 1 Kota Mojokerto, visi, misi, dan foto-foto, serta dokumen pembelajaran Aqidah Akhlak.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 225.

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 219.


(51)

40

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Wawancara atau interview

Metode wawancara atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.7

Dalam penelitian kualitatif metode wawancara dibedakan menjadi dua yaitu:8 Pertama, wawancara mendalam, yaitu dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Kedua, wawancara bertahap, istilah lain dari wawancara bertahap bisa disebut wawancara bebas tersimpan atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok-pokok wawancara.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deep interview (wawancara mendalam) dimana sebelum melakukan

7

Sudarwan Danim, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 130.

8


(52)

41

wawancara penulis telah menyiapkan beberapa check list berupa daftar pertanyaan yang akan diajukan untuk kepala madrasah atau wakil kurikulum, guru pelajaran Aqidah Akhlak, dan siswa siswi MAN 1 Kota Mojokerto. Digunakannya metode ini untuk menggali data atau informasi sebanyak-banyaknya tentang Pembelajarana Aqidah Akhlak dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa MAN 1 Kota Mojokerto.

2. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986), observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik yang tampak pada objek penelitian.9 Maka demikian, yang paling penting dari observasi ini adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.10

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Kota Mojokerto.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan melalui penelusuran serta pencarian barang-barang tertulis dan data yang ada. Tujuannya adalah mengetahui keberadaan dan relevansi

9

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 158

10


(53)

42

dengan pokok pembahasan dan dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan.

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain profil MAN 1 Kota Mojokerto, guru, siswa, serta perangkat pembelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Kota Mojokerto.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.11

Teknis analisis dan pengolahan data-data dalam penelitian ini memakai content analysis. Klaus Krippendorff dalam bukunya Content Analysis, An Introduction to Its Theory and Methodology mengemukakan beberapa langkah dalam proses penelitian yang menggunakan metode analisis isi (content analysis), yaitu:

1. Unitizing, yaitu menyatukan, mengelompokkan atau

mengidentifikasi data-data mana yang bisa dipilih sebagai sumber

11


(54)

43

penelitian. Dalam hal ini penulis mengidentifikasi sumber data dari masyarakat yang mempunya korelasi dengan tujuan penelitian ini untuk dikelompokkan, diklasifikasikan menjadi temuan penelitian.

2. Sampling, dalam penelitian kuantitatif diartikan sebagai

pengambilan sampel atau pengambilan sesuatu bagian dari populasi. Tetapi dalam penelitian kualitatif sampling bukan pengambilan bagian dari populasi melainkan pengambilan bagian dari informasi dan sumber data yang akan diteliti. Dalam content analysis sampel bertujuan mengurangi volume data potensial yang besar menjadi sebuah ukuran ditangani dan diteliti.

3. Recording, yaitu proses pengumpulan data dengan cara

mencatat, merekam data, memberi kode data supaya data bisa lebih fokus dan lebih mudah dipakai dalam mendukung penelitian.

4. Reducing, yaitu mereduksi data atau merangkum, memilih

data-data atau informasi yang pokok, fokus terhadap hal-hal yang penting. Reducing juga berusaha mencari tema dan pola data dan informasi agar data bisa memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

5. Inferring, yaitu menarik kesimpulan dari sumber-sumber


(55)

44

6. Analyzing, yaitu menganalisis, menilai data yang telah

direduksi sesuai dengan kontek penelitian dan mendiskripsikan secara eksplisit. Dalam penelitian ini, analisis isi merupakan interpretasi data-data yang sudah ditemukan dan dikumpulkan melalui pendekatan sintesis, yaitu berusaha menyatukan data-data, mengelompokkan menjadi satu kemudian disimpulkan.12

7. Narrating, bermakna memaparkan dan menyajikan

data-data yang telah dianalisis dan dinilai untuk kemudian juga dinarasikan sebagai sebuah kesimpulan dan hasil penelitian.13

12

Suhartono W.Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 55-56.

13

Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 68-74.


(56)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab ini berturut-turut diuraikan mengenai (a) paparan data penelitain, (b) temuan penelitian. Dalam sub bab paparan penelitian dan temuan penelitian, pembahasan masing-masing meliputi Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto. Pada masing-masing pembahasan disajikan secara berurutan sesuai penilitian yang meliputi pelaksanaan dan serta faktor-faktor yang mendukung pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada sub bab temuan penelitian masing-masing juga disajikan secara berturut-turut sesuai dengan fokus penelitian yang meliputi pelaksanaan dan faktor yang mendukung pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Berikut ini dapat dilihat paparan masing-masing sub bab selengkapnya.

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Mojokerto sebagai lembaga pendidikan ditingkat menengah yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama, mempunyai keunggulan dibidang pemahaman agama Islam. MAN 1 Kota Mojokerto didirikan tahun 1997 berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 773 pada


(57)

46

tanggal 14 Nopember 1997. Sebagai penyelenggara pendidikan, MAN 1 Kota Mojokerto memiliki visi sebagai MAN yang unggul, disiplin, dan islami. Penjabaran visi tersebut dirinci pada misi yang diemban. Misi dari penyelenggaraan pembelajaran dan pendidikan di MAN 1 Kota Mojokerto adalah Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada keunggulan kualitas, baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya insani yang disiplin, unggu dibidang iptek dan imtaq.

Dalam rangka pencapaian visi di atas, MAN 1 Kota Mojokerto terus berbenah diri berdasarkan standar nasional pendidikan, yaitu Standar isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusn, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasaran. Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar penilaian pendidikan. Upaya yang telah dilakukan tersebut, pada tahun 2008 mendapat penilaian dari BAN S/M yaitu terakreditasi “A” dengan Nomor SK 058/BAP-SM/TU/XI/2008

Pengejewantahan visi dan misi diterapkan warga madrasah sehingga terwujud madrasah modern, memahami nilai-nilai keislaman, berwibawa, sejuk, rapi, indah, dihuni oleh orang-orang yang dekat dengan Allah SWT, ramah terhadap sesama, menerapkan enam S (6 S) yaitu, senyum, salam, salaman, sapa, sopan, santun. Dalam aktivitas keseharian, semua warga


(58)

47

madrasah berupaya untuk menekuni kegiatan akademik dan non akademik seimbang dengan peningkatan kualitas diri secara hablumminallah dan hablumminannas.

Tabel 4.1

Fasilitas Penunjang Pelayanan Pendidikan MAN 1 Kota Mojokerto

No. Ruang/Fasilitas Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Ruang Kepala Madrasah

Ruang Tata Usaha

Ruang Tamu Ruang Kelas Aula Perpustakaan Ruang UKS Ruang OSIS Koperasi Sekolah Laboratorium IPA Laboratorium Komputer 1 1 1 27 1 1 1 1 1 1 1


(59)

48 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19 Laboratorium Bahasa Musholla Kantin Dapur

Kamar Mandi guru

Kamar Mandi Siswa

Gudang Lapangan Upacara/Halaman Madrasah 1 1 1 1 2 5 1 1

Daya dukung di MAN 1 Kota Mojokerto tidak hanya pada fisik tetapi juga memiliki pimpinan yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh. Selain itu, lembaga menjaga kualitas tenaga pendidik yang handal dalam pemikiran, memiliki manajemen yang mampu menggerakan seluruh potensi untuk mengembangkan kreativitas warga madrasah, serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif. Secara keseluruhan pendidik berjumlah 48 orang dengan kualifikasi pendidikan S-1 dan S-2, 90% sudah lulus sertifikasi, serta tenaga


(60)

49

pendidik di MAN 1 Kota Mojokerto termasuk kategori usia produktif.

Tenaga pendidik wajib selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim di mana saja ia berada: Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan dedikasi yang tinggi: Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan: Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi contoh civitas akademika yang lain: Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru: Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang tinggi: Memiliki kesadaran yang tinggi didalam bekerja yang didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi: Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelasaikan masalah: Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif Optimalisasi potensi dan daya dukung mewujudkan implikasi siswa MAN 1 Kota Mojokerto memiliki citra diri berakhlakul karimah: Memiliki penampilan sebagai seorang muslim, yang ditandai dengan kesederhanaan, kerapian, patuh, dan penuh percaya diri: Disiplin tinggi: Haus dan cinta ilmu pengetahuan: Memiliki keberanian, kebebasan dan keterbukaan: Kreatif, inovatif, dan berpandangan jauh ke depan:


(61)

50

Dewasa dalam menyelesaikan segala persoalan: Unggul dalam hal keilmuan.1

Terkait dengan program-program madrasah yang dilaksanakan di MAN 1 Kota Mojokerto tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Drs. Rahmad Basuki selaku kepala madrasah sebagai berikut.

Program-program unggulan yang sudah kami terapkan di madrasah ini diawali dengan kegiatan pembiasaan, seperti program shilat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah. Kami yakin program-program ini dapat membentuk karakter islami pada siswa MAN 1 Kota Mojokerto. Baru-baru ini kami juga telah melaksanakan program baru yaitu semua guru saya wajibkan untuk bersalaan dengan siswa setiap pagi. Ternyata hal ini juga mendapatkan respon positif dari wali murid dan masyarakat sekitar.2

Berdasarkan pernyataan dari Bapak kepala madrasah di atas, dapat disimpulkan bahwa program-program yang dilaksanakan di MAN 1 Kota Mojokerto dapat menumbuhkan kepercayaan dan minat masyarakat sekitarnya untuk menyekolahkan anaknya di MAN 1 Kota Mojokerto.

1

Hasil Dokumentasi tanggal 05 Mei 2017

2


(62)

51

2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto

Sedangkan profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto: Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto Alamat Madrasah : Jl. Cinde Baru VIII Kec. Pajuritkulon

Mojokerto Propinsi : Jawa Timur Nomor Telepon : 08533044409 Status : Terakreditasi A Tahun Berdiri : 1997

Jumlah Guru : 403

Gambar 1

3


(63)

52

3. Visi Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto

a. Visi

BERKUALITAS, DISIPLIN dan ISLAMI

b. Misi

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia. 2. Peningkatan kualitas pembelajaran.

3. Peningkatan prestasi olah raga dan seni.

4. Peningkatan kedisiplinan dalam setiap kegiatan.

5. Peningkatan pengamalan dan penghayatan nilai-nilai agam Islam.

6. Peningkatan sarana dan prasarana.

7. Peningkatan hubungan Madrasah dengan masyarakat dan Stakeholder untuk mencapai mutu lulusan.

8. Peningkatan pelayanan Administrasi Madrasah.

c. Tujuan Madrasah

1. Terlaksananya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) dengan memanfaatkan daya dukung lingkungannya madrasah sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Meningkatkan kualitas sikap dan amaliah keagamaan Islam warga madrasah.


(64)

53

3. Menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan susunan belajar yang kondusif di lingkungan madrasah.

4. Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

5. Menyelenggarakan dan mengoptimalkan berbagai kegiatan pengembangan diri untuk mengenali potensi diri dan minat siswa melalui program bimbingan konseling.

6. Mengembangkan budaya berbasis lingkungan pada warga madrasah dalam berbagai kegiatan di madrasaha dan masyarakat.

7. Melatih kepekaan, kepedulian warga madrasah melalui kegiatan sosial yang berwawasan lingkungan.

8. Memanfaatkan jalinan kerjasama antar madrasah dengan instansi/lembaga terkait dengan mendukung terealisasinya program madrasah.

9. Mengoptimalkan pembelajaran di madrasah dengan program perbaikan dan pengayaan dengan motivasi dan pendekatan yang berkelanjutan.

10.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki keunggulan, kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga madrasah.


(65)

54

4. Data Jumlah Siswa Dalam 3 Tahun Terakhir

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa

Kelas 2014/2015 2015/2016 2016/2017 Keterangan

X XI XII

284 272 279

312 278 269

286 308 268

Jumlah 835 859 862

Jumlah siswa belajar terdapat 27 kelas dengan program pendidikan yang diselenggarakan:

a. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) b. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) c. Agama

5. Data Guru di MAN 1 Kota Mojokerto Tabel 4.3

Data Guru MAN 1 Kota Mojokerto

No. Nama Guru Jabatan

1. Drs. Rahmad Basuki Kepala Sekolah

2. Drs. Ali Mahmudi Guru

3. Choirun Nisa, S.Pd Guru

4. Hanik Masruroh, S.Pd Guru


(66)

55

6. Drs. Imam Asmui Guru

7. Saidah Ahmadah, S.Ag Guru

8. Ety Nahdiyatin, S.S Guru

9. Siti Fatimah, S.Pd Guru

10. Sugiatno, S.Ag Guru

11. Nurul Inayah, S.Pd Guru

12. Wahyu Nur Fitriani, S.Pd Guru

13. Abdul Mu’in, S.Pd Guru

14. Tesa Hamase, S.Si Guru

15. Farida Zuhriyah, S.S Guru

16. Anis Muzakkiyah Haq, S.Pd Guru

17. David Ali Sifaqh, S.Kom Guru

18. Mustaqim, S.Pd.I Guru

19. M. Zainul Mujtahidin, S.Pd Guru

20. Tri Fajar Utami, S.Pd Guru

21. M. Ainul Afif, S.S Guru

22. Aris Samudra Rizal, S.S Guru

23. Abdul Mujib, S.Pd Guru

24. Naili Ismawati, S.Pd Guru

25. Santi Ika Dinanty, S.Pd Guru

26. Muhammad Suandrik, S.Pd Guru


(67)

56

28. Sudarkajin, M.Si Guru

29. Drs. Imron Yahya Guru

30. Hosim, S.Hum Guru

31. M. Ainul Afif, S.S Guru

32. Setyo Hari W. Guru

33. Hanik Masithoh, S.Si Guru

34. Khoirul Anam, S.Pd Guru

35. Wiwik Winarti, S.Pd Guru

36. Ummu Choiroh, S.Pd.I Guru

37. Farida Utami, S.Pd.I Guru

38. Abdul Khamid, S.Pd Guru

39. Drs. Supartono Guru


(68)

57

6. Data Pegawai

Tabel 4.4 Data Jumlah Pegawai

Pegawai L P Jumlah

PT PTT Pegawai Koperasi 2 7 2 2 2 1 4 9 3

Jumlah 12 4 16

7. Data Kegiatan Ekstra Kurikuler Tabel 4.5

Data Kegiatan Ekstrakurikuler MAN 1 Kota Mojokerto

No Nama Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 Osis Pramuka PMR UKS Kopsis Komputer/Internet Keagamaan


(69)

58

9 10

Bola Volley Sepak Bola

B. Paparan Data

1. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu guru kelas X menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran CTL didasarkan pada langkah-langkah yang mengacu pada tujuh komponen CTL.

Sesuai dengan asas CTL, maka pembelajaran saya awali dengan kegiatan kontruktivisme yaitu siswa diajak untuk terlibat langsung dalam kegiatan eksperimen atau percobaan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inkuiri yaitu siswa menemukan konsep pelajaran dari hasil eksperimen tadi, setelah itu siswa dipancing untuk memperbanyak bertanya tentang materi yang dipelajari. Selain itu, pembelajaran aqidah dilakukan dengan membentuk kelompok belajar. Karena dengan belajar kelompok maka akan terjalin kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain tanpa ada perbedaan diantara individu. Dalam kegiatan pembelajaran aqidah, saya selalu menggunakan model sebagai contoh yang baik berasal dari saya sendiri, siswa maupun narasumber yang lain. Di akhir pembelajaran aqidah, saya mengadakan refleksi dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan


(70)

59

apa yang disenangi siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk penilaian yang saya gunakan adalah penilaian auntentik yaitu penilaian proses yang berupa unjuk kerja, demonstrasi dan portofolio.

Tahap kontruktivisme merupakan landasan pembelajaran CTL dimana peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman nyata bukan menerima pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara antara peneliti dan informan guru kelas X Ibu Wahyu Nur Fitriani sebagai berikut.

Saya mengajak siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan sendiri dalam pembelajaran aqidah akhlak bersama kelompoknya. Dengan demikian, siswa dapat menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep dari materi pelajaran berdasarkan hasil percobaan tersebut. Tugas/guru dalam tahap kontruktivisme adalah memfasilitasi proses tersebut dengan membimbing agar pembelajaran menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan kapada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya, serta menyadarkan siswa agar menerapkan strategi merka sendiri dalam belajar.4

Tahap yang kedua yaitu inkuiri merupakan bagian kegiatan pembelajaran CTL karena pengetahuan dan keterampilan yang

4

Wahyu Nur Fitriani, Guru Aqidah Akhlak, MAN 1 Kota Mojokerto, Wawancara Pribadi, Bojonegoro, 08 Mei 2017


(71)

60

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat saja tapi merupakan hasil penemuan sendiri. Hal ini disampaikan oleh guru kelas X, Ibu Wahyu Nur Fitriani berikut ini.

Karena bagian metode inkuiri maka konsep tentang materi pembelajaran aqidah akhlak akan lebih tahan lama dalam ingatan siswa dan siswa dapat termotivasi dalam kegiatan pembelajaran karena dapat menemukan sendiri.5

Pada tahap bertanya dalam pembelajaran CTL bertujuan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Jenis pertanyaan guru harus mampu membangkitkan keingintahuan peserta didik terhadap materi pelajaran Aqidah Akhlak yang sedang dipelajari. Cara yang dilakukan guru dalam merangsang siswa untuk bertanya, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wahyu Nur Fitriani selaku guru kelas X sebagai berikut.

Agar siswa merasa penasaran dan termotivasi untuk bertanya, biasanya pembelajaran saya awali dengan kegiatan apersepsi baik dengan mengajak melakukan permainan maupun dengan menunjukkan gambar media pembelajaran terlebih dahulu. Dengan demikian, siswa teransang untuk bertanya dan ingin tahu

5


(72)

61

terhadap materi pelajaran Aqidah Akhlak yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut.6

Berdasarkan hasil observasi, kegiatan bertanya ini bisa dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, antara siswa dengan model atau narasumber. Guru harus mampu merangsang siswa untuk bertanya terhadap materi pelajaran Aqidah Akhlak yang dipelajari tersebut.

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran CTL adalah masayarakat belajar dimana setiap pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas X dilakukan dengan cara dibentuk kelompok-kelompok belajar. Dalam satu kelompok rata-rata berjumalah 4-5 orang peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru kelas X yaitu Ibu Wahyu Nur Fitriani dalam kutipan wawancara berikut.

Iya, setiap pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas X selalu saya bentuk menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 peserta didik. Dalam menentikan kelompok saya usahakan bahwa setiap anggota kelompok merata terdiri dari peserta didik yang pandai dan ada anggota kelompok yang berasala dari peserta didik yang kurang mampu. Hal ini bertujuan

6


(73)

62

agar setiap anggora kelompok yang pandai bisa menjadi tutor sebaya bagi peserta didik yang kurang mampu.7

Dalam setiap kelompok terdiri dari ketua kelompok dan anggotanya. Ketua kelompok bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru kelas X tentang mata pelajaran aqidah akhlak. Semua anggota kelompok harus bekerja sama dalam menyelesaikan setiap tugas Aqidah Akhlak yang diberikan oleh guru, Tujuan kegiatan kelompok tersebut antara lain agar peserta didik mampu bekerja sama dengan teman yang lainnya, dapat saling membantu antar teman yaitu yang pandai dapat mengajari teman yang kurang mampu dalam berpikir sehingga pekerjaan atay tugas dapat terselesaikan dengan cepat.

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah refleksi. Kegiatan refleksi harus dilakukan dalam setiap akhir pembelajaran aqidah akhlak baik didalam kelas maupun diluar kelas. Menurut hasil pengamatan peneliti, kegiatan refleksi ini sudah dilakukan oleh guru dan siswa pada setiap akhir pembelajaran. Hal ini juga ditegaskan oleh guru kelas X yaitu Ibu Wahyu Nur Fitriani bahwa:

Saya dan anak-anak selalu mengadakan kegiatan refleksi diakhir pembelajaran. Cara yang saya lakukan yaitu dengan

7


(74)

63

bertanya jawan dengan anak-anak tentang materi apa saja yang dipelajari hari ini. Selain itu saya juga mengajak siswa untuk menuliskan kesimpulan dari pembelajaran Aqidah Akhlak yang telah kami lakukan pada hari itu. Selain cara tersebut saya juga melakukan tanya jawab kepada masing-masing kelompok tentang kesan dari kegiatan belajar mengajar yang sudah dilakukan.8

Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengedepankan pengetahuan siswa terhadap suatu materi pelajaran Aqidah Akhlak dibenak peserta didik. Selain itu tujuan refleksi bagi guru yaitu sebagai evaluasi diri terhadap kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak yang telah dilakukan pada hari tersebut. Hal ini berdasarkan keterangan yang dituturkan oleh guru kelas X sebagai berikut.

Saya selalu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan refleksi setiap akhir pembelajaran. Karena hal ini saya gunakan sebagai evaluasi diri terhadap model, metode dan strategi yang saya gunakan apakah dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak. Jika respon dari anak-anak kelas X bahwa kegiatan tersebut menyenangkan maka saya bisa mengulangi model, metode dan strategi pembelajaran tersebut pada materi aqidah akhlak yang lain dengan menambahkan kegiatan yang lebih

8


(1)

81

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian,

implikasi hasil penelitian dan saran-saran kepada pihak-pihak terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai temuan penelitian di lapangan, dapat disampaikan simpulan penelitian terkait pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan CTL berturut-turut berdasarkan fokus pelaksanaan dan faktor-faktor yang

mendukung penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran

aqidah akhlak sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Proses pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan melalui tujuh asas CTL, meliputi: kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian autenti. Dan proes pembelajaran Aqidah Akhlak pada tahap inkuiri di MAN 1 Kota

Mojokerto dilakukan secara langsung oleh siswa bersama


(2)

82

Terdapat dua faktor internal yang mendukung pelaksanaan

pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) yaitu:

a.)Faktor internal dari guru, antara lain: (1) kemampuan dan

kreativitas guru dalam membentuk kelompok belajar sudah

bervariasi, (2) pengetahuan dan pembelajaran Aqidah Akhlak lebih bervariasi.

b.)Faktor internal yang berasal dari siswa, meliputi: (1) yang

cerdas selalu mendominasi dalam kegiatan kelompok, (2)

Terdapat beberapa siswa yang memilik minat

B. Saran

a. Saran bagi guru

Guru hendaknya melakukan pembelajaran yang lebih

bervariasi supaya tidak monoton dalam pembelajaran. Selain itu

guru juga hendaknya membuat variasi pembelajaran lebih

banyak agar siswa tidak bosan ketika pembelajaran

b. Saran bagi siswa

Siswa hendaknya lebih aktif ketika melaksanakan

pembelajaran di kelas, baik itu ketika berdiskusi maupun ketika tanya jawab. sebelum materi diterangkan, hendaknya siswa membiasakan untuk membaca materi di rumah. sehingga ketika


(3)

83

pembelajaran dimulai siswa adalah mempunya sedikit


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Usman.2005,Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam (Respon KreatifTerhadap Undang-Undang Sisdiknas), Yogyakarta: Safiria Insani Press

Ali, Suyuthi. 2002Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada Arifin. 1995,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Azra, Azyumardi.2012,Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium II, Jakarta: Kencana

Bakry,Sama’un. 2005,Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Darajat, Zakiah.2000, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000

D. Marimba, Ahmad. 1980,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:

al-Ma’arif

Fatah, Nanang. 2000,Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

H Gunawan, Ari. 2000, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

http://justarsyad.blogspot.co.id/2012/11/makalah-isd.html Diunduh tanggal 10 Desember 2016, Pukul 12:15

http://rinaldoadi.blogspot.co.id/2014/12/tahapan-tahapan-penelitian-kualitatif.html, Diunduh tanggal 10 Desember 2016 Pukul 12.30 Hasil Dokumentasi tanggal 7 Juli 2017

Aۖi ‘Aۖdillah Muhammad, Imam. 2000 Shahih al-Bukhari, Juz. 2, Dar al-Fikri Jeromes S. Arcaro.2005,Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kasriani, Humas, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto, Wawancara


(5)

85

Koentjaraningrat.1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

Maimun,Agus. 2010,Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif,Malang: UIN-Maliki Press

Muhaimin.2004,Paradigma Penidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muhadjir, Noeng. 1996Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin Mulyasana, Dedi. 2012,Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Nasution, Harun.1998,Islam Rasional (Gagasan dan Pemikiran), Bandung: Mizan Nata, Abuddin. 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana

Nata,Abuddin. 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group Nur Abidin, Kesiswaan, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto, Wawancara

Pribadi, Mojokerto, 07 Juli, 2017

Observasi, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto, Mojokerto, 07 Juli 2017 Pidarta, Made.2004,Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta Qomar, Mujamil. t.t,Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga

Ramly, Mansyur. 1986,Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

Rachmad Basuki, Kepala Sekolah, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto, Wawancara Pribadi, Mojokerto, 07 Juli, 2017

Saleh Abdullah, Abdurrahman.2005,Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, terj. H. M. Arifin dan Zainudin, Jakarta: Rineka Cipta

Shadily, Hassan.1993,Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2011Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2015,Metode Peneltian Kombinasi, Bandung: Alfabeta


(6)

86

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007,Metode Penelitian Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya

S. Arcaro,Jeromes.2005,Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Thoha, Chabib. 1996,Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset

Tilaar. 2000,Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta

Uwes, Sanusi.1999,Manajemen Pengembangan Mutu Dosen,Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Wahyu Nur Fitriani, Guru Pendidikan Agama Islam, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto, Wawancara Pribadi, Mojokerto, 06 Juli 2017

Wasito, Hermawan.1995, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wawancara dengan Wali kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Mojokerto Bapak Sugiatno pada Tanggal 02 Juli 2017.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi Contextual teaching and Learning ( CTL ) 1. Pengertian Pendekatan Contextual teaching and Learning ( CTL ) - Implementasi Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)Dalam Meningkatkan Hasil Belajar

0 0 32