Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

ARTIKEL

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Anita Yuhesti

1003356

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

143/S/PGSD/REG/8/JULI/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Oleh Anita Yuhesti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

©Anita Yuhesti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Hj. Kurniasih, M.Pd

NIP. 195906231985032003

Pembimbing II

Drs. Ruswandi Hermawan, M.Ed

NIP. 195910121981011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Nana Djumhana, M.Pd


(4)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN

MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3

Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Anita Yuhesti 1003356

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari hasil belajar siswa di pelajaran IPS yang rendah. Pembelajaran yang membosankan karena metode ceramah akan membuat siswa cepat merasa jenuh. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membuat siswa aktif dan dimudahkan dalam mengikuti pelajaran sehingga membuat hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini yang membuat penulis melakukan penelitian terhadap hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) pada pelajaran IPS terutama pada pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat. Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model cooperative learning tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada

pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat, serta bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diperoleh siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 20 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan penulis merupakan model Kemmis dan Taggart dalam tiga siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes yaitu evaluasi serta non tes berupa lembar observasi dan catatan lapangan. Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan seleksi data, klasifikasi data, display data, dan interpretasi data. Hasil belajar yang diperoleh mengalami peningkatan, yakni pada sikus I rata-rata nilai siswa adalah 66,11 meningkat menjadi 84,85 pada siklus II dan 98,18 pada siklus III dengan presentase pencapaian KKM sebesar 100% atau semua siswa mencapai KKM berbeda dengan siklus I hanya 24 siswa yang mencapai KKM dan siklus II hanya 31 siswa. Rekomendasi untuk guru yang mengajar dikelas sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan. Bagi kepala sekolah diharapkan memotivasi para guru dalam melakukan inovasi mengenai model pembelajaran. Dan bagi peneliti selanjutnya melakukan kajian teori lebih mendalam sebelum melakukan penelitian menggunakan model STAD, pengaturan waktu juga perlu diperhatikan lebih dalam menerapkan model STAD.


(5)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat


(6)

ABSTRACT

Background of this research is based on students learning outcome which is very low in social science subject. Lecturing is one of the methods that used in the learning process and this method considered as inappropriate to be implemented, because many students feel bored during the learning process. Using appropriate learning model students are expected to be more active and focus on the subject.

Moreover it can increase students’ learning outcomes. Based on those issues, the author conducted a study on students’ learning outcomes using cooperative

learning model STAD (Student Teams Achievement Division) in social studies, especially social problems in the local environment. This research was conducted at SDN 3 Cikidang, Lembang District,West Bandung. The purpose of this study was to determine the implementation of cooperative learning models STAD

(Student Teams Achievement Division) in improving students’ learning outcomes

on social science subject especially social problems in the local environment, and also to find out the planning, conducting, and results was obtained by the students. The participants of this research were fourth grade students which consist of 20 female and 20 male. Model of action research used by the author are Kemmis and Taggart model. This model conducted in three cycles, starting with planning, implementation, observation, and reflection. The data were collected with the test and non-test evaluation, using observations and field notes. The data were analyzed using several steps, selection of data, data classification, data display, and interpretation of the data. The result of study shown students’ learning outcome is increase. At the first cycle the average of student score was 66.11 and it increased to 84.85, while in the second cycle 98.18, and third cycle with the passing grade percentage of 100% or all students achieve different passing grade with cycle I only 24 students who reached the passing grade and second cycle only 31 students. Furthermore, this method is recommended to be used by the teacher because it makes students more fun and do not feel bored during teaching and learning process. Principal also should motivate teachers to be more innovative in implemented the learning model. For researcher who conducts study at the same field, depth study of STAD model is important before conducting research, setting the time also need to be considered in implementing STAD model.


(7)

(8)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Hipotesis Tindakan... 8

F. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD... 10

B. Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)... 17

C. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS di SD.. 23


(9)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Metode dan Model Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian... 27

E. Instrumen Penelitan ... 29

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 51

A. Simpulan ... 51

B. Rekomendasi ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(10)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil pra Siklus Siswa... 3

Tabel. 2.1 Langkah-langkah Cooperative Learning... 11

Tabel 2.2 Penghitungan Skor Perkembangan Individu... 15

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 15


(11)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(12)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan PraSiklus dan Siklus I ... 36

Grafik 4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan Siklus I dan Siklus II ... 42

Grafik 4.3 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan Siklus II dan Siklus III ... 47

Grafik 4.4 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... ... 49


(13)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(14)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang dianggap paling dasar, karena awal untuk mendapatkan pendidikan formal yaitu SD. Dalam UUSPN no. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa SD merupakan jenjang pendidikan formal yang pertama yang harus dilalui oleh peserta didik.

Dalam SK mendikbud dikatakan bahwa

Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar berpedoman pada tujuan pendidikan nasional (pasal 2 Sekolah Dasar mendikbud no. 0487 tahun 1992 tentang sekolah dasar)

Di sekolah dasar itu sendiri kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalam KTSP tersebut mata pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum SD. Dalam kurikulum 2006 disebutkan bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar peserta didik :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya


(15)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan diatas, pembelajaran IPS di SD yang ideal itu harus memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan sikap ingin tahunya, seperti yang dikemukakan dalam kurikulum KTSP bahwa

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran IPS di SD kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah, tidak sesuai dengan tujuan dari pelajaran IPS, seperti yang terjadi di SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, proses pembelajaran IPS di kelas IV tentang masalah sosial di lingkungan setempat hanya disampaikan melalui ceramah saja. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh, bosan dan hasil belajarnya


(16)

3

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah. Banyak siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Tabel 1.1 ( hasil pra siklus siswa )

NO Nama Siswa Nilai Siswa

1 AS 63

2 AH 20

3 ASP 50

4 AN 43

5 ALS 43

6 ASL 40

7 BCP 23

8 EM 36

9 GFA 56

10 HN 60

11 IMS 43

12 IN 43

13 JA 20

14 LAJ 56

15 ME 46

16 MFKU 50

17 MG 53

18 MRF 56

19 MR 36

20 MTG 40


(17)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22 NNFA 36

23 NK 33

24 RSM 63

25 RM 20

26 RNR 26

27 SA 60

28 SJ 56

29 SF 23

30 SY 43

31 SO 33

32 SG 60

33 TA 36

34 TJ 53

35 UCM 23

36 WA 30

RATA-RATA 41,3

Dari hasil pra siklus yang dilakukan dapat dilihat nilai rata-rata siswa memperoleh 41,3 dan tidak ada siswa yang mencapai nilai KKM sekolah yaitu 70. Dari pengamatan yang telah dilakukan di kelas IV SDN 3 Cikidang, keadaan faktual di lapangan sebagian besar siswa masih belum paham dalam penguasaan materi IPS pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat disebabkan beberapa faktor, yaitu: (1) metode yang digunakan guru hanya metode ceramah, (2) guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran,(3) siswa merasa bosan dan jenuh.

Dari masalah yang telah dijelaskan, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat di kelas.


(18)

5

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Banyak sekali model pembelajaran yang dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis menurut Anita Lie (2010:12) “ model pembelajaran, yaitu

pembelajaran individual (individualistic learning), pembelajaran kompetitif

(competitive learning) dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)”.

Dan salah satu model pembelajaran yang cocok dengan masalah diatas adalah model pembelajaran cooperative learning.

Model pembelajaran ini merangsang siswa untuk berfikir kritis dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Siswa akan termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan belajar bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Dengan penggunaan model

cooperative learning, siswa dapat terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan cooperative learning juga siswa dapat bekerjasama dengan temannya untuk memecahkan masalah. Sehingga penggunaan cooperative

learning ini akan mengatasi masalah yang ada di kelas mengenai kurangnya

interaksi siswa dengan temannya. Pembagian kelompok dalam cooperative

learning dilakukan secara heterogen hal ini dapat menghilangkan rasa jenuh

siswa adalam pembelajaran IPS.

Model cooperative learning merupakan cara kerja sama antar siswa, selain dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan seperti “gotong royong”. Menurut Anita Lie (2007)

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada

unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Dengan kata lain cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Beberapa tipe


(19)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cooperative learning, yaitu student teams achievement division (STAD), teams games tournament (TGT), jigsaw, team assisted individualization

(TAI), cooperative reading ang composition (CIRC) dan group investigation (GI). Dilihat dari masalah diatas maka tipe cooperative learning yang digunakan adalah STAD (Student Teams Achievement Division).

Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang mengelompokkan siswa kedalam 4-5 orang yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda, jenis kelamin yang berbeda, dan etnis yang berbeda-beda pula. Dengan menggunakan tipe STAD diharapkan siswa dapat memecahkan masalah secara bersama-sama dengan kelompoknya yang mempunyai kemampauan akademik yang berbeda-beda. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Komponen yang terdapat dalam model cooperative learning tipe STAD ada lima, yaitu presentasi kelas,pembagian tim, kuis skor kemajuan individual dan rekognisi tim.

Keunggulan dari model pembelajaran cooperative tipe STAD adalah kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran cooperative tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran. Karena pembagian kelompok yang heterogen siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang lebih dari teman-temannnya bisa membagi pengetahuan yang


(20)

7

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah didapat oleh mereka kepada temannya yang mempunyai kemampuan akademik lebih rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu adanya pemecahan masalah di kelas IV pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Model ini dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran IPS agar lebih menarik minat dan perhatian siswa, sekaligus memberikan makna bagi perubahan sikap dan perilaku belajar siswa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas,

maka penelitian ini memfokuskan kajian pada judul : “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN

MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT ” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: : “bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok

bahasan masalah sosial di lingkungan setempat?”

Rumusan masalah tersebut dapat dikhususkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah langkah-langkah perencanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD?


(21)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

deskripsi tentang “bagaimana penerapan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk

meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat”Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan:

1. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD.

2. Pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

3. Hasil belajar siswa pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun penulis. 1. Bagi siswa

PTK tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa,


(22)

9

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil belajar, minat, motivasi, perhatian dan tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran

2. Bagi guru

Memberikan pengetahuan serta alternatif model pembelajaran sehingga guru dapat melaksanakan model pembelajaran serupa untuk materi kajian yang lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kualitas sekolah menjadi lebih baik

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan acuan untuk dapat diterapkan pada mata pelajaran atau pokok bahasan yang lain.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian literatur, maka dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) maka hasil belajar siswa kelas IV dalam pokok bahasan

masalah sosial di lingkungan setempat akan meningkat atau lebih baik.

F. Definisi Operasional

1. Cooperative Learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu tipe dari cooperative learning yang paling sederhana.STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, pengelompokan, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.


(23)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil belajar adalah kemampuan siswa melalui pembelajaran IPS. Adapun dalam konteks penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan siswa sebagaimana tergambarkan dalam indikator capaian kompetensi sebagai penjabaran dari Kompetensi Dasar 6 yaitu mengenal masalah sosial di lingkungan setempat.

3. Masalah Sosial

Masalah sosial adalah suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya.


(24)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II

Kajian Teori

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD

1. Cooperative Learning

Menurut Rusman (2012:202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Nurul Hayati (dalam Rusman 2012:204) mengemuakakan lima unsur dasar model cooperative learning,yaitu:

a. Ketergantungan positif

Ketergantungan positif adalah bentuk kerja sama yang sangat erat akaitan antara anggota kelompok. Kerjasama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

b. Pertanggungjawaban individual

Kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana seswa harus meneriama tanpa pertolongan anggota kelompok.

c. Kemampuan bersosialisasi

Setiap siswa didalam kelompok dituntut untuk bekerjasama yang biasa digunakan adalam aktivitas kelompok. Kelompok tiadak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.


(25)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Tatap muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa untuk bersinergi yang menguntungkan semua anggota.

e. Evaluasi proses kelompok

Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.

Tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren (dalam Rusman 2012:210):

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, adan menghormati perbedaan individu.

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan degan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima, tanggung jawab, mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan kooperatif tingkat akhir

Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

Langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 ( Langkah-langkah cooperative learning )


(26)

12

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa denagn ajalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membibing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang teah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan


(27)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok.

. Beberapa tipe cooperative learning, yaitu student teams achievement division (STAD), teams games tournament (TGT), jigsaw, team assisted individualization (TAI), cooperative reading ang composition (CIRC) dan group investigation (GI).

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division dikembangkan oleh Robert Slavin

dan teman-temannya. Model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paing banyak diteliti. Di dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang heterogen yaitu mulai dari kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa dan suku bangsa. Di dalam STAD siswa mungkin bekerjasama berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan membantu satu sama lain. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya, maka setiap siswa di dalam kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi “bintang” dalam kelompok. STAD terdiri atas lima komponen utama 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kerja kelompok, 3) tahap tes indivisual, 4) tahap perhitungan skor individual, 5) tahap rekognisi tim. Tahap-tahap model pembelajaran tipe STAD sebagai berikut:

a. Penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan. Dalam penyajian kelas dapat dilakukan tanya jawab atau disesuaikan dengan isi bahan ajar.

b. Belajar Kelompok


(28)

14

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam setiap kegiatan kerja kelompok digunkan lembar kegiatan dan kunci jawaban, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kerja kelompok selesei dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tipe STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menunjukan tanggung jawa terhadap kelompoknya. Misalnya a) meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi, (b) tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi, (c) meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada gurunya, (d) setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai.

2) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

c. Tes

1) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara


(29)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjawab soal tes sesuai dengan kemmpuannya. Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan kerjasama.

2) Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

d. Penentuan skor peningkatan individual

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu dengan kuis yang terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin.

Tabel 2.2 ( Penghitungan skor perkembangan individu )

No Skor Tes Nilai

Perkembangan

1 Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal 5

2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10 3 Skor awal hingga 10 poin di atasnya 20 4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

5 Point sempurna 30

e. Penghargaan kelompok

Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut


(30)

16

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor kelompok= jumlah total perkembangan anggota Jumlah anggota kelompok yang ada

Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga penghargaan yang diberikan

Tabel 2.3 ( tingkat penghargaan kelompok )

No Perolehan Skor Predikat

1 15-19 Good Team

2 20-24 Great Team

3 25-30 Super Team

3. Tujuan

Tujuan utama cooperative learning adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat. Adapun pengembangan pembelajaran cooperative memiliki tujuan diantaranya:

a. Pencapaian hasil belajar

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajatan kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua dari model cooperative learning ialah penerimaan ayang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Contoh dari keterampilan sosial disini adalah keterampilan bekerjasama. Keterampilan bekerjasama disini akan berkembang karena siswa


(31)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyelesaikan suatu masalah dengan cara bekerjasama bersama dengan teman-teman satu kelompoknya.

4. Kelebihan dan Kekurangan cooperative learning tipe STAD

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD:

a. Semua siswa memilki kesempatan untuk menerima reward setelah menyelesaikan tugas.

b. Semua siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi karena setiap siswa dituntut untuk bisa mencapai skor yang tinggi. c. Reward yang diberikan kepada kelompok dapat digunakan untuk

memberikan motivasi kepada semua siswa

Sedangkan kelemahan model cooperative learning tipe STAD

a. Akan terjadi ketimpangan pada siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah. Karena peran siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi lebih dominan.

b. Untuk menyelesaikan tugas dengan cooperative learning akan memakan waktu yang lebih lama.

5. Ciri-ciri cooperative learning tipe STAD

a. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka di dalam tim.

b. Anggota tim terdiri dari empat atau lima orang, mereka dikelompokan secara heterogen dalam berbagai hal seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, status sosial dan etnis.


(32)

18

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Materi pelajaran disiapkan oelh guru dalam bentuk lembar kerja siswa d. Penempatan siswa adalam tim lebih ditentukan oelh guru daripada

mereka memilih sendiri.

B. Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) 1. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.

IPS menurut Sapriya (2006:3) di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk SD dengan SMP dan IPS untuk SMA. Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.

2. Tujuan

Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.


(33)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran IPS diajarkan sejak pendidikan dasar. Hal ini karena pembelajaran IPS merupakan bagian dari pembelajaran yang memberikan kontribusi positif terhadap berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Secara mendasar pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi pada lingkungan sekitarnya.

3. Karakteristik

Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, 2006:8) mengemukakan karakteristik pembelajaran IPS sebagai berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu)

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat kooperhensif (meluas?dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini juga disebut sebagai pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan broadfield, dan multiple resourcess (banyak sumber)

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terajadi proses internalisasi secara


(34)

20

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasaahan kehidupan nyata pada masyarakat.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip, karakteristik dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri. Dari karakteristik IPS yang telah dikemukakan dapat didimpulkan bahwa IPS berusaha mengaitkan ilmu teori dengan fakta atau kejadian yang dialami sehari-hari dan menyiapkan siswa dalam menghadapi amasalah sosial yang ada di masyarakat

4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, tempat, dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

5. Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :


(35)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. keterampilan dan kebiasaan b. pengetahuan dan pengarahan c. sikap dan cita-cita.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Secara operasional, meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang telah dicapai setiap peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di kelas IV pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat.

6. Materi IPS di SD kelas IV

Dalam kurikulum 2006, materi IPS yang diberikan di kelas IV SD antara lain: a. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam

dan potensi lain didaerahnya

b. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

d. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Salah satu pokok bahasan materi IPS di SD yaitu “ masalah sosial di lingkungan setempat” adapun materinya adalah sebagai berikut:


(36)

22

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai permasalahan sosial, antara lain sebagai berikut:

1) Kenakalan Remaja

Pernahkah kalian melihat sekelompok anak remaja yang kebut-kebutan di jalan?

Bagaimana perasaan kalian ketika melihat hal itu? Kebutkebutan bagi mereka sendiri sangat berbahaya yakni dapat menimbulkan kecelakaan. Di samping itu juga mengganggu dan membahayakan orang lain. Kenakalan remaja ialah kegiatan atau perlakuan menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Kenakalan remaja dapat berbentuk lain seperti coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut :

a. Kurangnya perhatian dari orang tua

b. Pengaruh lingkungan pergaulan atau teman c. Jauh dari kehidupan beragama

Upaya mengatasi kenakalan remaja diantaranya adalah: a. memberi perhatian yang lebih dari orang tua

b. memilih teman dan pergaulan yang baik c. memperdalam pendidikan agama


(37)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. dengan bimbingan guru

2) Pengangguran

Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya mengurangi jumlah karyawannya. Kamu bisa membayangkan jika orang tuamu tidak lagi bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi? Tentunya keluargamu akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah serta kebutuhan yang lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.

3) Masalah Sampah

Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelola dengan baik.

Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap. Penyebab dari masalah sampah adalah buang sampah sembarangan, kurangnya tempat sampah, kurangnya kesadaran manusia tentang akibat jika membuang sampah sembarangan.


(38)

24

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular. Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru-paru, dan pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat tinggalmu ada selalu ada petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu membayar iuran sampah. Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat, membuang sampah sembarangan juga menjadi sumber penyakit, banyak lalat, menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak indah dipandang. Salah satu upaya yang dilakukan agar masalah sampah ini terselesaikan adalah tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi harus pada tempat yang sudah disediakan.

C. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS di SD

Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam kompetensi dasar pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-6 orang secara heterogen.

2. Guru memberi bahan ajar pada tiap kelompok untuk didiskusikan mengenai masalah sosial.

3. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya, dan mengarahkan siswa yang mempunyai kemampuan akademiknya lebih tinggi untuk menjelaskan kepada anggota lainnya sehingga seluruh anggota kelompok mengerti.


(39)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Guru memotivasi siswa kepada semua siswa bahwa mereka harus belajar dalam kelompoknya untuk menguasai materi tersebut agar siswa dapat mengerjakan LKS.

5. Guru meminta siswa kembali ketempat duduk masing-masing, dan guru memberikan LKS.

6. Guru mengevaluasi hasil kerja siswa untuk memperoleh nilai kelompok dan nilai kemajuan individu.

7. Guru memberikan reward/hadiah kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi.


(40)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab IV ini akan disajikan hasil penelitian dan pembehasan dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklus mendeskripsikan mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil belajar, dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan pembelajaran

Tahap perencanaan siklus I adalah menetapkan jadwal mata pelajaran IPS untuk penelitian, yaitu hari Sabtu pada tanggal 17 Mei 2014. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penelaahan terhadap program pengajaran berdasarkan kurikulum KTSP 2006 untuk mempersiapkan silabus pembelajaran IPS yang sesuai dengan materi. Kegiatan yang direncanakan adalah pemberian materi mengenai Kompetensi Dasar yang terdapat pada KTSP 2006 kelas IV, yaitu masalah sosial dilingkungan setempat. Masalah sosial yang akan dibahas adalah masalah kenakalan remaja, pengangguran dan masalah sampah. Pada siklus I ini siswa akan belajar mengenai pengertian masalah sosial dilingkungan setempat, bentuk-bentuk masalah sosial, contoh kenakalan remaja, dan upaya mengatasi kenakalan remaja.

Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:

1) Identitas RPP 2) Standar Kompetensi 3) Kompetensi Dasar 4) Indikator


(41)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Tujuan Pembelajaran 6) Materi Pokok

7) Model, dan metode pembelajaran 8) Kegiatan Pembelajaran

9) Media dan sumber belajar.

Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dalam siklus I sistematikanya sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Namun, dalam konteks pelaksanaan pembelajaran diterapkan langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD).

(RPP siklus I terlampir halaman 56)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilakukan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei 2014 pembelajaran berlangsung 70 menit dimulai dari pukul 08.00-09.10 WIB. Kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah membahas pengertian masalah sosial dilingkungan setempat, bentuk-bentuk masalah sosial, penyebab dan upaya mengatasi kemiskinan. Dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 40 orang, ada siswa yang tidak hadir sebanyak 4 orang, tim observer yang hadir dari teman sejawat sebanyak empat orang. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama terbagi atas tiga bagian yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Pada saat pendahuluan, guru mengkondisikan siswa dengan melihat tempat duduk siswa dan menyuruh siswa untuk membuka jaket dan topi yang mereka gunakan. Setelah mengkondisikan siswa, guru mengabsen kelas dengan menyebut nama siswa satu persatu dan yang


(42)

34

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menanyakan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu.

Pada saat proses pembelajaran kegiatan inti, langkah-langkah yang digunakan adalah langkah-langkah model pembelajaran STAD. Guru menyampaikan materi secara garis besar mengenai masalah sosial di lingkungan setempat. Banyak siswa yang masih belum memperhatikan penjelasan yang dipaparkan oleh guru, karena siswa banyak yang masih mengobrol bersama teman-temannya.

Setelah itu siswa dibagi menjadi delapan kelompok, dibagi secara heterogen, penamaan kelompok sudah ditentukan guru yaitu nama-nama warna. Yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam abu-abu, putih, dan orange. Satu kelompok beranggotakan lima orang. Namun ada kelompok yang mempunyai anggota enam karena pada awalnya peneliti mengira jumlah siswa 41 orang. Ketika pembelajaran peneliti menyadari bahwa siswa tersebut telah pindah sekolah. Sehingga ada kelompok yang hanya beranggotakan empat orang.

Masing-masing kelompok dibagikan satu LKS yang membahas mengenai masalah sosial dilingkungan setempat khususnya mengenai kenakalan remaja dan siswa ditugaskan untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada pada LKS. Pada saat yang bersamaan, peneliti memantau aktivitas siswa dan kelompoknya dan mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya di depan kelas dengan cara menunjuk perwakilan tiap kelompok yang maju kedepan. Namun pada kegiatan belajar kelompok, sebagian besar siswa masih kaku dalam bekerja sama mengerjakan tugas kelompok mereka, dan siswa yang pintar masih mendominasi kegiatan dalam kelompoknya.

Ketika perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi siswa lainnya yang duduk tidak memperhatikan temannya didepan, sehingga pembelajaran menjadi kurang terkendali dan ricuh. Setelah semua


(43)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas guru mengkondisikan siswa untuk kembali dan duduk yang rapih.

Guru membagikan lembar evaluasi terkait dengan materi yang telah diajarkan. Siswa yang telah selesai mengerjakan lembar evaluasi sibuk mengobrol. Setelah semua siswa selesai mengerjakan evaluasi, guru membimbing siswa untuk menukar jawaban dengan temannya untuk menghitung skor hasil evaluasi. Ketika kegiatan ini berlangsung, kelas menjadi ribut karena menanyakan kepastian jawaban kepada guru satu-persatu sehingga guru kewalahan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa. Setelah semua siswa memeriksa lembar jawaban temannya, guru mengabsen setiap siswa dan siswa menyebutkan nilai yang didapat temannya. Skor kelompok ditentukan oleh kriteria yang sesuai dengan pedoman penghitungan skor pembelajaran model cooperative

learning tipe STAD. Skor tersebut menentukan kriteria super team,great

team, atau good team. Kelompok yang memperoleh super team berjumlah enam kelompok yaitu kelompok merah, kelompok hijau, kelompok biru, kelompok abu-abu, kelompok putih dan kelompok orange. dua kelompok yang mendapatkan great team yaitu kelompok kuning dan kelompok hitam. Guru membagikan reward kepada setiap kelompok dengan membagikan kertas yang berbentuk bintang yang sudah diberi tanda super, great, dan good team.

Saat kegiatan penutup, guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari, dan membahas kembali materi yang telah dipelajari tadi. Guru memberikan tugas rumah dan memberitahu materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Hasil Belajar

Hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I yaitu jumlah nilai keseluruhan dari 36 siswa yang hadir adalah 2380 sehingga


(44)

36

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 66,11. Skor ideal pada mata pelajaran IPS adalah 100. Siswa yang mendapatkan nilai 20 yaitu nilai terendah sebanyak 1 orang, siswa yang mendapatkan nilai 30 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat 50 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 orang, siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 7 orang, dan siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 6 orang. KKM yang sudah ditentukan sekolah untuk mata pelajaran IPS di kelas IV adalah 70 sehingga siswa yang mendapat nilai dibawah 70 dinyatakan belum tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas dalam siklus I adalah 24 orang. Dan yang belum tuntas sebanyak 12 siswa

Grafik 4.1 ( Grafik perbandingan nilai rata-rata dan presentase kelulusan prasiklus dan siklus I)

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa pada saat pra siklus dengan siklus I. Pada saat pra siklus guru

41,3

66,11

0

66,6

0 10 20 30 40 50 60 70

Pra Siklus siklus I

Nilai Rata-rata Presentase Kelulusan


(45)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya menggunakan metode konvensional dan model ceramah sehingga rata-rata hasil belajar siswa mendapat 41,3 sedangkan pada siklus I dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Division rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,11. Presentase siswa yang lulus pada saat pra siklus adalah 0% sedangkan pada siklus I adalah 66,6% dan yang tidak lulus pada siklus I adalah 33,3%. Dengan demikian pembelajaran pada siklus I dikatakan belum sepenuhnya berhasil, sehingga perlu dilakukan siklus II untuk perbaikan pembelajaran dan hasilnya.

d. Refleksi

Berdasarkan deskripsi pelaksanaan dan hasil belajar, dapat dipaparkan refleksi sebagai berikut:

Guru kurang memperhatikan siswa duduk dibelakang sehingga tidak terpantau kegiatan yang dilakukan siswa. Ketika siswa sudah selesai mengerjakan LKS atau membaca materi, siswa lebih banyak mengobrol dan bermain-main bersama temannaya. Teks bacaan yang dibagikan kepada setiap kelompok yang hanya satu mempersulit setiap siswa di dalam kelompoknya untuk membaca. Ketika memeriksa hasil jawaban, guru hanya menyebutkan jawaban secara lisan sehingga membuat banyak siswa yang menanyakan kepastian jawaban kepada guru dengan maju kedepan kelas sehingga membuat keadaan kelas menjadi ribut adan tidak kondusif. Dan ketika guru memeriksa kembali lembar jawaban yang sudah diperiksa, banyak siswa yang masih menyalahkan jawaban temannya, yang seharusnya benar menjadi salah. Sehubungan dengan data-data diatas guru menyadari kelemahan-kelmahan yang terjadi pada perencanaan dan pelaksanaan pada siklus I.


(46)

38

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil refleksi diatas pada akhirnya memberikan saran untuk perbaikan pembelajaran pada siklus I yaitu:

1) Guru harus lebih memperhatikan siswa secara keseluruhan baik yang duduk didepan maupun yang berada dibelakang.

2) Siswa ataupun kelompok yang sudah selesai mengerjakan tugasnya lebih baik diberi kesibukan atau langsung diberikan lembar evaluasi agar tidak mengobrol atau bermain bersama temannya. 3) Teks bacaan yang dibagikan setiap kelompok sebaiknya

diperbanyak sehingga satu kelompok tidak hanya mendapat satu teks bacaan saja.

4) Ketika memeriksa jawaban, guru sebaiknya menuliskan kunci jawaban di papan tulis sehingga kepastian jawaban dapat dilihat dan dibaca siswa.

5) Guru sebaiknya menyebutkan skor yang didapat tiap kelompok sebagai motivasi untuk kedepannya.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran dan refleksi.

a. Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari siklus I dalam materi masalah sosial dilingkungan setempat yang menjadi kelemahan dalam proses pembelajaran, maka dilakukan revisi terhadap strategi pembelajaran. Tahap perencanaan pada siklus II adalah menetapkan jadwal pelajaran IPS yaitu pada hari Sabtu 24 Mei 2014. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penelaahan terhadap program pengajaran berdasarkan kurikulum KTSP 2006 dengan materi. Kegiatan yang direncanakan adalah pemberian materi mengenai Kompetensi Dasar yang terdapat pada KTSP 2006 kelas IV, yaitu mendefinisikan pengertian


(47)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengangguran, menganalisis penyebab pengangguran, dan menjelaskan upaya mengatasi pengangguran.

Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:

1) Identitas RPP 2) Standar Kompetensi 3) Kompetensi Dasar 4) Indikator

5) Tujuan Pembelajaran 6) Materi Pokok

7) Model, dan metode pembelajaran 8) Kegiatan Pembelajaran

9) Media dan sumber belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dalam siklus II sistematikanya sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Namun demikian dalam konteks pelaksanaan pembelajaran diterapkan langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dengan perbedaan dari RPP siklus I yaitu

(RPP siklus II terlampir halaman 65)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian pada siklus II dilakukan pada hari Sabtu tanggal 24 Mei 2014 kegiatan pembelajaran dilakukan selama 70 menit dimulai dari pukul 08.00-09.10 WIB. Kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah membahas pengertian pengangguran, penyebab masalah pengangguran, dan upaya mengatasi pengangguran. Dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 40 orang, ada siswa yang tidak hadir sebanyak


(48)

40

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lima orang, tim observer yang hadir dari teman sejawat sebanyak tiga orang. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini terbagi atas tiga bagian yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Pada saat pendahuluan, guru mengkondisikan siswa dengan melihat tempat duduk siswa dan menyuruh siswa untuk membuka jaket dan topi yang mereka gunakan. Setelah mengkondisikan siswa, guru mengabsen kelas dengan menyebut nama siswa satu persatu dan yang hadir mengucapkan “hadir”. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. Tidak lupa guru memotivasi siswa pada awal pembelajaran. Siswa bersama guru melakukan yel-yel dan bernyanyi bersama sebagai penyemangat sebelum masuk pada kegiatan inti.

Guru membagi semua siswa menjadi delapan kelompok secara heterogen. Ada siswa yang merasa bosan dengan anggota kelompoknya, karena dalam pelajaran yang lain, dia dikelompokan dengan siswa yang sama. Tetapi setelah guru menjelaskan peraturan dan prosedurnya, akhirnya siswa mengerti dan kembali dalam kelompoknaya.

Setiap kelompok dibagikan bahan ajar dan LKS untuk didiskusikan bersama teman-teman sekelompoknya. Melihat dari hasil refleksi siklus I, guru membagi bahan ajar tidak satu untuk satu kelompok tetapi dua atau tiga sehingga siswa tidak berebutan untuk membaca materi. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya, dan mengarahkan siswa yang mempunyai kemampuan akademiknya lebih tinggi untuk menjelaskan dan membantu teman lainnya dalam mempelajari bahan ajar. Guru memantau setiap kelompok agar bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan LKS. Pada siklus II ini sudah terlihat di beberapa kelompok, tidak hanya siswa dengan kemampuan akademiknyanya tinggi membantu teman-teman


(49)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompoknya dalam menjelaskan materi, tetapi semua siswa mencoba saling melengkapi dengan cara tanya jawab mengenai materi tersebut.

Setelah selesai mengerjakan LKS nya, guru menunjuk perwakilan untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas. Masih ada siswa yang mengobrol ketika temannya membacakan hasil diskusinya didepan kelas. Setelah itu, siswa duduk kembali dan guru membagikan lembar evaluasi kepada setiap siswa. Guru mengingatkan untuk bekerja secara individu tanpa meminta bantuan temannya. Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar evaluasi, guru menukarkan jawaban untuk diperiksa oleh temannya.

Melihat dari hasil refleksi siklus I, maka guru memutuskan untuk menuliskan jawaban yang benar di papan tulis, sehingga siswa dapat melihat atau membaca jawaban dan memeriksa lembar evaluasi temannya dengan benar dan tidak ada jawaban temannya yang disalahkan. Hal ini berpengaruh sangat besar, karena dengan strategi ini keadaan kelas menjadi tidak gaduh dan kondusif. Siswa pun bisa memeriksa hasil kerja temannya dengan melihat jawaban yang pasti di papan tulis.

Guru mengabsen satu-persatu siswa untuk mengetahui nilai evaluasi yang telah didapat, hasil evaluasi yang didapat perindividu mempengaruhi skor kemajuan kelompoknya masing-masing. Sehingga guru dapat menghitung skor akhir per kelompok dan menyebutkan skor yang didapat per kelompok pada siklus II. Setiap kelompok akan mendapat reward good team, great team atau super team sesuai dengan skor akhir yang telah mereka peroleh. Pada siklus II ini ada 6 kelompok yaitu kelompok merah, kelompok hijau, kelompok biru, kelompok abu-abu, kelompok putih, dan kelompok orange. Dan yang mendapat great team ada 2 kelompok yaitu kelompok kuning dan kelompok hitam. Guru mengumumkan perolehan skor setiap kelompok sebagai motivasi siswa .


(50)

42

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dan guru membagikan reward berupa bintang yang sudah dinamai super, great, dan good team kepada setiap kelompok.

Pada kegiatan penutup, guru bertanya jawab kembali mengenai materi yang telah dipelajari selama pembelajaran, dan memberikan penguatan. Siswa dan guru juga membuat kesimpulan materi secara bersama-sama. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan memberitahu materi apa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

c. Hasil Belajar

Pada siklus II ini ada 35 siswa hadir. Jumlah seluruh nilai dari 35 siswa adalah 2970 sehingga rata-rata nilai siswa pada siklus II adalah 84,85. Skor ideal pada mata pelajaran IPS adalah 100, sedangkan nilai terendah pada siklus ini adalah 10. Siswa yang mendapat nilai 10 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 20 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 1 orang, dan siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 23 orang. KKM yang telah ditentukan sekolah untuk mata pelajaran IPS adalah 70 sehingga siswa yang mendapat nilai dibawah 70 dinyatakan belum tuntas dalam mencapai KKM. Siswa yang sudah mencapai KKM pada siklus II ini 32 orang dan yang belum mencapai KKM sebanyak tiga orang.


(51)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik 4.2 ( Grafik perbandingan nilai rata-rata dan presentase kelulusan siklus I dan siklus II)

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa yang didapat adalah 66,11 dengan presentase kelulusan 66,7%. Dan pada siklus II terdapat kenaikan rata-rata hasil belajar sebanyak 18,74 yaitu menjadi 84,85 , pada presentase kelulusan pun terdapat kenaikan sebanyak 24.73% sehingga presentase kelulusannya menjadi 91,43%.

d. Refleksi

Berdasarkan deskripsi pelaksaan dan hasil belajar, dapat dipaparkan refleksi sebagai berikut:

Penyampaian materi oleh guru tidak melihat kondisi kelas yang belum kondusif. Sehingga penyampaian materi tidak menyeluruh dan

66,11

84,95

66,7

91,42

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Nilai Rata-rata Presentase Kelulusan


(1)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Pengangguran

Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya mengurangi jumlah karyawannya.

Penyebab terjadinya pengangguran diantaranya adalah: 1. Sedikitnya lapangan pekerjaan

2. Karena malas bekerja

3. Kurangnya keterampilan untuk bekerja

Kamu bisa membayangkan jika orang tuamu tidak lagi bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi? Tentunya keluargamu akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah serta kebutuhan yang


(2)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.

Upaya dalam mengatasi pengangguran adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan lapangan pekerjaan

2. Tidak malas bekerja

3. Mempunyai jiwa kreatif/disiplin 4. Mengikuti latihan keterampilan

Masalah Sampah

Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelola dengan baik.

Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap. Penyebab dari masalah sampah adalah buang sampah sembarangan, kurangnya tempat sampah, kurangnya kesadaran manusia tentang akibat jika membuang sampah sembarangan.

Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular. Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru-paru, dan pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat tinggalmu ada selalu ada


(3)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu membayar iuran sampah. Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat, membuang sampah sembarangan juga menjadi sumber penyakit, banyak lalat, menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak indah dipandang.

Salah satu upaya yang dilakukan agar masalah sampah ini terselesaikan adalah tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi harus pada tempat yang sudah disediakan.

Lembar Kerja Siswa Siklus III

Nama Kelompok :

Anggota Kelompok : 1. 4.

2. 5.

3. 6.


(4)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menurut kalian apa yang harus dilakukan jika terjadi masalah sampah seperti yang digambar tersebut?

A. ... B. ... C. ...

2. Diskusikanlah bersama temanmu apa penyebab dari masalah sampah yang ada pada gambar tersebut?

... ... ... ...


(5)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

... ... ... ... ...

Evaluasi Siklus III

Nama:... Kelas:...

Jawablah pertanyaan dibawah ini!


(6)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Sebutkan 3 akibat dari membuang sampah sembarangan?

7. Sebutkan 3 penyakit yang dapat ditimbulkan dari penumpukan sampah?

8. Menurutmu apa upaya atau cara yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah sampah?

9. Menurutmu apa pengertian dari masalah sosial?

Jawaban

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

0 0 10