PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PRAKSIS DENGAN APLIKASI JOBSHEET TERPADU UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA SMK.

(1)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR BAGAN ……….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 18

C. Pertanyaan Penelitian ……… 18

D. Tujuan Penelitian ……….. 19

E. Manfaat Penelitian ……… 20

1. Signifikansi Rencana Penelitian ……… 20

2. Manfaat Penelitian ………. 22

BAB II. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN ……….. 24

A. Hakekat Pendidikan Menengah Kejuruan ………. 24

1. Filosofi Pendidikan Menengah Kejuruan ………... 24

2. Konsep Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Kejuruan.. 27

2.1 Asumsi Tentang Anak Didik ……….. 27

2.2 Konteks Sosial Pendidikan Kejuruan ………. 28

2.3 Konteks Dimensi Ekonomi Pendidikan Kejuruan …………. 29

2.4 Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan ……… 30

3. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan ……… 35

3.1 Karakateristik Pengembangan Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan ………... 37

3.2 Karakteristik Implementasi Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan ……….. 48

B. Kompetensi ……… 51

C. Pembelajaran dan Model Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan … 55 1. Pembelajaran ……….. 55

2. Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan ……….. 59

3. Model Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan ……….. 62

3.1 Konsepsi Model ………. 62

3.2 Model Dasar Pembelajaran ……… 63

3.3 Model-model Pembelajaran ……….. 67

3.4 Model Pembelajaran Alternatif pada Pendidikan Kejuruan . 73 D. Pengembangan Jobsheet Terpadu Sebagai Bahan Ajar ..…….……… 79


(2)

viii

2. Bentuk dan Jenis Bahan Ajar ……… 80

3. Jobsheet Terpadu ……… 80

3.1 Prinsip-Prinsip dalam Memilih Jobsheet Terpadu …………. 81

3.2 Langkah-langkah dalam Memilih Jobsheet Terpadu ………. 82

3.3 Menentukan Cakupan dan Urutan Jobsheet Terpadu ……… 84

3.4 Strategi dalam Memanfaatkan Jobsheet Terpadu …………. 85

E. Kerangka Pemikiran ………. 89

1. Pandangan Terhadap Karakteristik dan Pendekatan Pembelajaran dalam Program Produktif ………... 89

2. Pandangan Terhadap Strategi penyelenggaraan Pembelajaran dalam Program Produktif ………..….. 102

2.1 Perumusan Tujuan dan Pengembangan Isi Program (Kurikulum). ………... 102

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran dalam Program Produktif ... .. 103

2.3 Penilaian dan Uji Kompetensi Hasil Pembelajaran... 104

2.4 Standar Kompetensi Hasil Belajar ………. 107

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 111

A. Pendekatan Penelitian ……… 111

B. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………... 114

1. Persiapan Adminsitratif ……….. 115

2. Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Studi Pendahuluan …….. 116

3. Pengumpulan Data Studi Pendahuluan ……….. 117

4. Pengembangan Model Pembelajaran dalam Program Produktif ... 118

4.1 Pengembangan Desain Model ……… 118

4.2 Ujicoba Terbatas dan Lebih Luas ……….. 119

5. Uji Validasi Model ………. 119

6. Analisis dan Kesimpulan Hasil Penelitian ………. 120

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ……… 122

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ………. 124

1. Teknik Pengumpul Data ………. 124

2. Alat/Instrumen Pengumpul Data ……… 126

E. Analisis Data ………. 130

F. Definisi Operasional ………. 131

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 133

A. Temuan Hasil Studi Pendahuluan ………. 133

1. Model Penyelenggaraan Pembelajaran dalam Program Produktif SMK yang dilakukan saat ini ………. 133

2. Mekanisme Penyelenggaraan Pembelajaran dalam Program Produktif …... 136

2.1 Penyusunan Rencana Pembelajaran ………... 138

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran ………. 139

2.3 Evaluasi Hasil Pembelajaran ……….. 143


(3)

ix

4. Partisipasi dan Dukungan Stakeholders Terkait ………. 146

5. Dukungan Alat dan Fasilitas Pembelajaran ……… 147

6. Gambaran Kompetensi Lulusan ………. 147

B. Pengembangan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ………... 149

1. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Praksis .. 150

1.1 Desain Model Rencana Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……… 151

1.2 Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ………. 155

1.3 Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ………. 159

1.4 Pengembangan Komponen Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ………. 163

2. Uji Coba Desain Model ……….. 166

2.1 Kerangka Desain Model Siap Ujicoba Terbatas ……… 167

2.2 Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Terbatas ………. 170

2.2.1 Fleksibilitas Isi dan Struktur Desain Model ………. 171

2.2.2 Dukungan Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru …… 173

2.2.3 Peningkatan Kompetensi Siswa ……….. 185

2.2.4 Dukungan Alat, Bahan dan Stakeholders Terkait … 186 2.2.5 Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model ……… 187

2.2.6 Hambatan dan Keterbatasan Uji Coba Terbatas ….. 189

2.3 Kerangka Desain Model Siap Ujicoba Lebih Luas ………… 191

2.4 Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Lebih Luas ……… 195

2.4.1 Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model ……… 195

2.4.2 Dukungan Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru …… 200

2.4.3 Peningkatan Kompetensi Siswa ……….. 206

2.4.4 Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model ……… 212

2.4.5 Keterterapan Desain Model ……….. 216

2.4.6 Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Lebih Luas …… 218

C. Validasi Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 219

1. Kerangka Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu Siap Validasi ………. 219

1.1 Kerangka Model SiapValidasi ………... 219

1.2 Prosedur Pelaksanaan Penerapan Model ……… 222

1.3 Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 223

2. Pelaksanan dan Hasil Validasi Model ……… 228


(4)

x

2.2 Peningkatan Kompetensi siswa ………. 230

D. Interpretasi Hasil Penelitian ……….. 237

1. Interpretasi Terhadap Hasil Studi Pendahuluan ………. 237

2. Interpretasi Terhadap Hasil Pengembangan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ………. 239

2.1 Hubungan Hasil Pengembangan Komponen Desain Model dengan Tahapan Pembelajaran ………... 239

2.1.1 Penyusunan Rencana Pembelajaran ………. 239

2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran ……… 241

2.1.3 Evaluasi Hasil Pembelajaran ……… 241

2.1.4 Pengembangan Komponen Pembelajaran pada Mata Pelajaran Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga.. 242

2.2 Interpretasi Hasil Ujicoba Terbatas dan Indikator Keberhasilan Desain Model ... 242

2.2.1 Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model ……… 243

2.2.2 Dukungan Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru ……. 243

2.2.3 Peningkatan Kompetensi Siswa ……… 244

2.2.4 Keterterapan di Lapangan ……… 244

2.3 Interpretasi Hasil Ujicoba Lebih Luas dan Indikator Keberhasilan Desain Model ………... 245

2.3.1 Peningkatan Kompetensi Siswa ……… 246

2.3.2 Dukungan Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru …… 247

2.3.3 Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model ……… 248

2.3.4 Keterterapan di Lapangan ……… 249

3. Interpretasi Terhadap Hasil Validasi Model ………. 250

3.1 Peningkatan Kompetensi Siswa ……… 250

3.2 Dukungan Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru ………. 252

4. Potensi Dukungan Alat dan Bahan ……… 253

5. Potensi Dukungan Dunia Usaha/Dunia Industri (Stakeholders)… 254 E. Pembahasan ………... 254

1. Implementasi Kurikulum dalam Pembelajaran Praksis di SMK .. 255

2. Pembelajaran Individual dalam Model Pembelajaran Praksis di SMK ……….. 258

3. Peran guru dalam Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 263

3.1 Dukungan Kualifikasi Kompetensi Guru Program Produktif 265 3.2 Dukungan Alat dan Bahan ………. 267

4. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……… 269

F. Keterbatasan Penelitian ………. 271

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ………….. 273


(5)

xi

B. Implikasi Hasil Penelitian dan Pengembangan ………. 276

1. Implikasi Teoretis ………... 276

2. Implikasi Praktis ………. 279

C. Rekomendasi ………. 280

1. Pihak Guru ……….. 280

2. Pihak Sekolah ………. 281

3. Pihak Dinas Pendidikan ………. 282

4. Pihak Peneliti Bidang Pendidikan Kejuruan ……….. 282

DAFTAR PUSTAKA ……….. 287

LAMPIRAN A. STUDI PENDAHULUAN ………. 293

1. Instrumen Angket Studi Pendahuluan ……….. 293

2. Instrumen Observasi Studi Pendahuluan ……….. 312

3. Jobsheet Terpadu ……….. 329

B. UJICOBA TERBATAS ……….. 437

4. Data Skor dan Uji Validitas Instrumen Tes Tertulis dan Contoh Analisis Perhitungannya ……… 437

5. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Tertulis dan Contoh Analisis Perhitungannya (Metode Alpha dan Split Half) ……… 448

6. Data Skor dan Uji Validitas Instrumen Tes Tindakan ………….. 460

7. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Tindakan ……….. 472

8. Data Skor Tes Tertulis dan Tindakan ... 480

9. Uji Beda(Uji-t) Tes Tertulis dan Tindakan dan Contoh Analisis Perhitungannya ... 482

10. Instrumen Observasi Ujicoba Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……… 487

11. Data Skor Observasi Ujicoba Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……… 489

12. Uji Validitas Instrumen Observasi Ujicoba Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 492

13. Uji Reliabilitas Instrumen Observasi Ujicoba Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 494

C. UJICOBA LEBIH LUAS ……… 496

14. Data Skor Ujicoba Tes Tertulis Siswa (Pre Test dan Post Test) .. 496

15. Uji Beda(Uji-t) Tes Tertulis ……….. 500

16. Data Skor Tes Tertulis dan Tindakan ... 504

17. Uji Beda(Uji-t) Tes Tertulis dan Tindakan ... 508

18. Data Skor pada Seluruh Aspek Ujicoba ……… 512

19. Instrumen Angket Keterterapan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ... 519


(6)

xii

20. Data Skor dan Uji Validitas Keterterapan Model Pembelajaran

Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 524

21. Uji Reliabilitas Keterterapan Model Pembelajaran Praksis dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu ……….. 526

D. UJI VALIDASI ……….. 528

22. Data Skor Tes Tertulis Pra Validasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……….. 528

23. Uji Beda(Uji-t) Tes Tertulis dan Contoh Analisis Perhitungannya 530 24. Data Skor Hasil Tes Tertulis da Tindakan Uji Validasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……… 534

25. Uji Beda(Uji-t) Tes Tertulis dan Tindakan ... 538

26. Data Skor Hasil Tes Tertulis dan Tindakan Uji Validasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ……… 542

27. Uji Beda(Uji-t) Seluruh Skor Hasil Tes Tertulis dan Tindakan Uji Validasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ………. 546

E 28. KERANGKA MODEL PEMBELAJARAN PRAKSIS DENGAN APLIKASI JOBSHEET TERPADU UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA SMK……….. 550

F. 29. PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRAKSIS DENGAN APLIKASI JOBSHEET TERPADU ………. 553

G. 30. KURIKULUM DAN MATA PELAJARAN PERBAIKAN CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF ……… 555

H. DAFTAR TABEL ……….. 559

31. Distribusi-t dan Koefisien Korelasi r (ρ) ………. 559

I. GAMBAR-GAMBAR ……… 564

32. Sebagian Photo Penerapan Model Pembelajaran yang Dikembangkan ……….. 564


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah sesuatu yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai langkah antisipasi kepentingan masa depan. Pemikiran ini mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan, khususnya pendidikan menengah kejuruan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus-menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha/dunia industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan IPTEK.

Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan yang bermutu dan utuh untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif di masa yang akan datang telah dilakukan pemerintah dengan melahirkan tiga pilar utama yaitu: “(1) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan penciptaan publik” (Dit-PSMK, Dikdasmen-Depdiknas : 2008). Khusus kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing, pemerintah (pendidikan kejuruan) melakukan reorientasi program baik eksternal maupun secara internal. Pemerintah telah menetapkan beberapa sasaran


(8)

2 utama yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan kejuruan. Salah satu sasaran tersebut adalah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Oleh karena itu pada tataran mikro yakni SMK sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dituntut untuk melakukan langkah-langkah dalam program pengembangan atau evaluasi baik pada desain, implementasi, maupun evaluasi kurikulum. Program-program tersebut dibuat dengan tujuan utama yaitu menghasilkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan, siap kerja, cerdas, dan kompetitif dalam menghadapi persaingan global.

Ketika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digulirkan sebagai kurikulum yang dipakai oleh setiap satuan pendidikan SMK, permasalahan utama ada pada domain implementasinya. Guru masih belum memahami konsep, substansi, dan mekanisme pelaksanaan KTSP sehingga banyak guru kurang paham bagaimana mengimplementasikan kurikulum tersebut, sebagaimana yang ungkapkan oleh Komaro, M. (2009) dari hasil penelitian evaluasi implementasi KTSP di SMK, bahwa “dibandingkan dengan rambu-rambu tuntutan kurikulum yang terdapat pada dokumen KTSP di SMK, ketercapaian kompetensi wawasan kependidikan sebesar 50,97 %, ketercapaian kompetensi akademik keilmuan dan keterampilan sebesar 58,3 %, sedangkan ketercapaian kompetensi pengembangan profesi sebesar 38,07 %”.

Kekurangpahaman guru dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut berdampak terhadap proses pembelajaran yakni tidak ada peningkatan mutu proses pembelajaran. Sedangkan guru sebagai pelaksana kurikulum yang berhadapan langsung dengan siswa dituntut memiliki kompetensi/kemampuan


(9)

3 dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sesuai UU RI no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; Permen no 16 tahun 2007 bahwa guru dituntut memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial, yang harus diejawantahkan dalam tugasnya. Lebih spesifik dalam pelaksanaaan pembelajaran, guru dipersyaratkan memiliki: 1) keterampilan dasar mengajar (KDM) mencakup keterampilan membuka dan menutup pelajaran, memberikan variasi, menjelaskan, bertanya, memberikan penguatan, membimbing diskusi, mengelola kelas, melaksanakan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan; 2) memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat; dan 3) terampil menggunakan media pembelajaran; 4) melakukan evaluasi dan memberikan feedback. Oleh karena itu, guru dituntut dapat melakukan perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan baik sesuai tuntutan kurikulum.

Untuk melakukan langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut, selain oleh guru sebagai instrumental input, juga ditentukan oleh faktor lain seperti siswa (raw input), lingkungan dan masyarakat, dunia usaha/industri/stakeholders (environmental input), kurikulum, kebijakan sekolah, komite sekolah (instrumental input). Semua faktor-faktor tersebut merupakan komponen-komponen yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya sehingga terbentuk sebagai suatu sistem pendidikan. Hasil akhir yang diharapkan dari sistem ini adalah kualitas lulusan yang kompeten (output).

Kualitas lulusan yang kompeten sangat ditentukan oleh mutu proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dikemas berdasarkan tuntutan kurikulum


(10)

4 akan menghasilkan mutu lulusan yang kompeten. Kompetensi lulusan (siswa) menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam perspektif spesifik, keadaan tersebut juga berlaku dalam kaitan antara peningkatan kompetensi siswa dengan keberhasilan pembelajaran dalam program produktif SMK. Artinya, keberhasilan pembelajaran program produktif sangat berperan dalam peningkatan kompetensi siswa.

Namun, kondisi nyata yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan, sebagai satuan mikro penyelenggara proses pembelajaran berbasis kompetensi (competency based-learning) menunjukan bahwa hasil pembelajaran yang dicapai siswa pada beberapa mata pelajaran program produktif masih belum optimal. Secara kuantitatif terlihat dari hasil survey pada beberapa SMK di Bandung (2008-2009) tentang pencapaian kompetensi dalam beberapa mata pelajaran produktif, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1.1 Hasil Test Kompetensi Memahami Komponen Mesin

No Rentang

Nilai Kategori

Frekuensi Perolehan Nilai

Ketuntasan Belajar Banyaknya

Siswa Persentase

1. 9,00-10,00 A 0 0,00

37,50%

2. 8,00-8,99 B 2 6,25

3. 7,00-7,99 C 10 31,25

4. <7,00 D 20 62,50

Jumlah 32 100


(11)

5 Tabel 1.2 Hasil Test Kompetensi Mengidentifikasi Komponen Engine dan Istilah

Otomotif

No Rentang

Nilai Kategori

Frekuensi Perolehan Nilai

Ketuntasan Belajar Banyaknya

Siswa Persentase

1. 9,00-10,00 A 3 8,10

43,23%

2. 8,00-8,99 B 8 21,62

3. 7,00-7,99 C 5 13,51

4. <7,00 D 21 56,77

Jumlah 37 100

(Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Program Produktif SMKN B Bandung) Terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi siswa terbanyak dibawah 7,00, dengan demikian pencapaian ketuntasan belajar masih rendah jauh di bawah standar ketuntasan belajar dalam kurikulum sebesar 75% (Panduan Penyusunan KTSP: 2006:10). Antara tuntutan dalam kurikulum dengan kenyataan yang terjadi lapangan, jelas menunjukkan adanya kesenjangan yang mencolok. Jelas bahwa kondisi ini berada dalam lingkup pembelajaran khususnya pada program produktif. Jika kondisi ini dibiarkan dan tidak diantisipasi dengan melakukan program-program perbaikan, maka sulit kiranya untuk menjangkau dan menyesuaikan pencapaian kompetensi siswa sebagaimana yang dituntut oleh pasar kerja, atau SKN (Standar Kompetensi Nasional).

Pembelajaran dalam program produktif ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar-dasar, serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat. Selain pembelajarannya dilaksanakan di sekolah, juga dilaksanakan di industri/bengkel dengan agar siswa dapat mengetahui, mengenal, memahami pekerjaan yang sesungguhnya. Industri/bengkel dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran di SMK, terutama untuk meningkatkan penguasaan peserta terhadap dasar-dasar keahlian yang benar serta memberikan wawasan tentang dunia kerja.


(12)

6 Penyelenggaraan pembelajaran tersebut merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.

Untuk mencapai kompetensi yang ditentukan dalam program produktif, maka pembelajaran program produktif dilaksanakan secara teori dan praktik. Pembelajaran teori lebih menekankan pada penyajian materi-materi pengantar praktik, sedangkan pembelajaran praktik lebih menekankan pada penampilan siswa terhadap penguasaan pekerjaan tertentu. Pelaksanaan pembelajaran antara teori dan praktek setiap SMK bisa berbeda-beda dalam penggunaan waktu dan bobotnya, sehingga pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di SMK tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran dalam program produktif di SMK jelas sangat berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran sekolah umum. Oleh karena itu, pembelajaran program produktif menjadi ciri utama pendidikan SMK yang memberi bekal pengetahuan dan keterampilan khusus dalam bidang keahlian tertentu untuk mempersiapkan peserta didik bekerja dalam bidang keahliannya sesuai tuntutan kebutuhan lapangan atau pasar kerja.

Untuk menyesuaikan kompetensi dengan tuntutan pasar kerja, pemerintah telah melahirkan kebijakan link and match (keterkaitan dan kesepadanan). Meski bukan merupakan konsep baru dalam bidang pendidikan, bagi dunia pendidikan kejuruan masih dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan atau isu yang berkembang saat ini, sehingga kebijakan tersebut dijadikan salah satu pijakan dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan yang menyelaraskan antara pengembangan aspek-aspek pendidikan dengan perkembangan masyarakat


(13)

7 (stakeholders) baik untuk masa kini dan yang akan datang. Kebijakan link and match bagi pendidikan kejuruan di Indonesia, telah memberikan penegasan terhadap perlunya keterkaitan yang nyata antara penyelenggaraan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat yakni dunia kerja untuk para lulusannya. Kebijakan tersebut pada dasarnya merupakan sarana untuk membangun kemitraan dengan industri dalam menentukan prioritas serta menyusun bentuk dan materi program-program pendidikan kejuruan. Dengan kemitraan tersebut, secara tidak langsung perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan kejuruan memperhatikan kecenderungan tuntutan kebutuhan pasar kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hasil.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka bentuk pendidikan kejuruan yang tinggi dan terbaik harus dirancang secara komprehensif melalui pengembangan kecakapan yang bersifat spesifik. Demikian pula meningkatnya kebutuhan keterampilan kewirausahaan dan inovasi perlu diprioritaskan dalam setiap jenis pelatihan kejuruan, sehingga dalam merancang kurikulum pendidikan kejuruan perlu kecermatan, utamanya dalam mengintegrasikan keterampilan keteknikan dan keterampilan wirausaha. Isu-isu yang digambarkan di atas memperlihatkan rentang dan keragaman tantangan yang harus ditanggapi oleh sistem pendidikan kejuruan di Indonesia.

Keterlibatan dan dukungan dunia usaha/industri terutama dalam menetapkan berbagai standar keahlian, pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan, dan kebijakan pengelolaan sistem pendidikan sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan. Kebijakan yang telah dikembangkan


(14)

8 salah satunya adalah pembelajaran berbasis kompetensi (Competency-Based Learning). Pembentukan komite-komite industri sejenis diperlukan sebagai langkah awal untuk memulai sistem pembelajaran berbasis kompetensi dan selanjutnya adalah kerjasama dengan para instruktur dan guru kejuruan untuk mengembangkan seperangkat standar kompetensi yang berkaitan langsung dengan kebutuhan nyata lapangan kerja. Standar kompetensi terbagi dalam berbagai tingkat kompetensi di tempat kerja, yang tidak hanya mencakup kompetensi spesifik (vokasional), namun juga kompetensi umum yang harus dimiliki supaya dapat menjadi pekerja yang baik, misalnya melek huruf, bahasa Inggris, dan kompetensi sosial lainnya. Standar kompetensi tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk pengembangan bahan-bahan pembelajaran.

Penyusunan dan pengembangan standar kompetensi di tempat kerja dapat meyakinkan dunia usaha/industri kepada proses pembelajaran di dalam lembaga pendidikan kejuruan sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan. Dengan demikian memudahkan dunia usaha/industri dalam menilai kompetensi para lulusan yang akan memasuki lapangan pekerjaan. Standar kompetensi demikian menjadi ukuran mutu (bench mark) dalam rangka sertifikasi keahlian para lulusan, yang dapat dirasakan oleh para lulusan ataupun dunia usaha/industri.

Kurikulum SMK yang sedang berjalan (diimplementasikan) saat ini disebut sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi 2004. Acuan utama KTSP adalah Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dengan demikian pengembangan KTSP mengacu pada Standar


(15)

9 Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL, sebagaimana yang dimuat dalam bagian pertama penyusunan KTSP yaitu ”panduan umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL”. (Panduan Penyusunan KTSP, 2006: 2).

Secara operasional KTSP disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (tingkat mikro), sedangkan dalam pengembangan dan implementasinya mendapat perhatian yang sama dengan pengembangan pada tingkat makro. Ini sesuai dengan prinsip pengembangan KTSP (2006), yakni ”Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Sebagai suatu program yang bersifat pembaharuan dan pengembangan, kurikulum SMK memiliki karakteristik dan spesifikasi program sesuai dengan tujuan khusus yang akan dicapai. Sejak diterapkannya Kurikulum SMK edisi 2004 dirancang menggunakan berbagai pendekatan yaitu: ”(1) pendekatan akademik, (2) pendekatan kecakapan hidup (life skills), (3) pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), (4) pendekatan kurikulum berbasis luas dan mendasar (broad-based curriculum)”.

Lebih lanjut pendekatan-pendekatan tersebut dikembangkan dalam Kurikulum SMK edisi 2006, sebagaimana yang tertuang dalam prinsip-prinsip pengembangan KTSP, yaitu:


(16)

10 (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat dan; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kurikulum tersebut dalam penerapannya berhubungan dengan berbagai masalah krusial yang dihadapi saat sekarang, yaitu seberapa besar penyelenggaraan pembelajaran di SMK saat ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dunia kerja, dunia usaha ataupun industri. Demikian juga seberapa besar lulusan memiliki kecakapan (kompetensi) sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Jawaban atas pertanyaan di atas memerlukan studi secara komprehensif, untuk berikutnya diupayakan rumusan dan langkah pemecahan. Dengan diperoleh rumusan dan langkah-langkah pemecahan atas permasalahan tersebut, diharapkan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia terutama SMK akan memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan dunia usaha/industri, khususnya dalam penyediaan lulusan sebagai tenaga terampil yang kompeten.

Sejalan dengan permasalahan tersebut, beberapa hasil studi terdahulu yang relevan dengan penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum di SMK adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian Kuswana, S.W. (2003) melalui Riset Dasar Depdiknas SMK di Jawa Barat, menunjukkan hanya 38,25% dari 1860 sampel guru yang siap menggunakan model dan media pemelajaran. Hal tersebut menggambarkan bahwa guru-guru belum terbiasa dengan perubahan-perubahan teknologi pendidikan.


(17)

11 Guru lebih senang menggunakan pembelajaran konvensional dari pada menggunakan pembelajaran baru dan bervariasi. Kondisi ini mengakibatkan pembelajaran yang dilakukan tidak menarik dan monoton sebab komunikasi berlangsung dengan satu arah. Siswa hanya duduk, mendengar, dan mencatat sehingga tidak ada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa.

Pembelajaran konvensional yang digunakan oleh kebanyakan guru saat ini, sangat merugikan perkembangan peserta diklat. Peserta diklat tidak aktif dan inovatif dalam upaya pengembangan diri dan harus terus disuapi oleh guru (tidak mandiri) karena guru hanya menggunakan satu model pembelajaran saja. Hamalik, (2001: 25) menyatakan bahwa “seorang guru yang baik tidaklah menggunakan model tunggal dalam mengajar, akan tetapi mencoba bermacam model dan bila perlu mengkombinasikan beberapa model sesuai dengan kebutuhan”. Temuan penelitian pada SMK tersebut menunjukkan bahwa implementasi kurikulum pada tingkat mikro sebagaimana dalam proses pembelajaran masih belum memenuhi harapan. Penggunaan metode pembelajaran masih terlihat belum optimal, padahal pembelajaran di SMK sangat dipengaruhi sarana prasarana yang dapat dijadikan rujukan guru untuk menentukan model dan media dengan penggunaan metode pembelajaran yang cocok.

Studi Djohar (2003) di SMK Bandung tentang Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK yang dikembangkan untuk program keahlian mesin perkakas antara lain menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis kompetensi teruji dapat meningkatkan kompetensi siswa. Konsekuensi dari model tersebut menuntut kemampuan guru dalam mengembangkan desain


(18)

12 model pembelajaran serta kemampuan dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas teori maupun di ruang praktik. Demikian juga disimpulkan faktor-faktor pendukung bagi kelancaran dan keberhasilan pengembangan model pembelajaran berbasis kompetensi meliputi semangat kerja guru, latar belakang pendidikan guru, pengalaman kerja guru, kinerja guru, kesiapan siswa dalam belajar, serta ketersediaan sarana/fasilitas/lingkungan. Studi tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut profesional dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam mengembangkan model pembelajaran yang tepat, membuat perencanaan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi hasil pembebelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Hughes, dkk (dalam Samsudi, 2006: 8) dalam rangkuman tulisan yang berjudul Work-Based Learning and Academic Skill, yang dilakukan terhadap lima program studi, menyimpulkan bahwa pembelajaran non-akademik dalam bentuk kumpulan pengalaman kerja, dapat memberikan landasan kuat untuk mendukung pembelajaran berbasis kerja (work-based learning). Kajian ini menjawab anggapan yang ada, bahwa pengalaman kerja memberikan sumbangan yang besar terhadap performansi akademik para siswa.

Hubungan antara pengalaman (non-akademik) dengan pembelajaran berbasis kerja (work-based learning) dan performansi akademik (academic performance) seperti dijelaskan dalam studi di atas, pada dasarnya sejalan dengan yang dikembangkan dalam implementasi kurikulum kejuruan. Pembelajaran berbasis kerja sejalan dengan berbasis produksi (productive-based) dan pembelajaran di dunia kerja (dual-based); sedangkan academic performance


(19)

13 sejalan dengan berbasis kompetensi (competence-based), berbasis luas (broad-based) dan berbasis normatif-adaptif. Implementasi di atas dalam bentuk pembelajaran, secara integral akan membentuk kemampuan kerja dan akademis lulusan, yang kemudian disebut sebagai kompetensi. Jadi studi Hughes tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran non-akademik dalam bentuk pengalaman kerja, memiliki kontribusi terhadap pembelajaran berbasis kerja, serta meningkatkan kompetensi para siswa.

Hasil studi yang dilakukan Samsudi (2006) di SMK Semarang tentang pengembangan model pembelajaran produktif SMK yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran program produktif yang dikelola guru mencirikan tiga hal yang cenderung berjalan tidak efektif, yaitu: pertama, tugas pembelajaran diberikan guru kepada siswa tidak dikemas dalam bentuk modul pembelajaran dan pembimbingannya bersifat klasikal; kedua, pemanfaatan jobsheet hanya diterapkan oleh beberapa guru pada SMK tertentu dalam bentuk/versi yang berbeda. Studi tersebut menggambarkan bahwa ketidakefektifan pembelajaran jika guru tidak mengoptimalkan perangkat pembelajaran yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2007) di SMK Negeri 8 Bandung menyimpulkan bahwa kinerja guru dalam rangka implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Diklat Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif mencakup penguasaan materi, metode mengajar, cara mengajar, serta pengelolaan kelas belum maksimal, sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam


(20)

14 melakanakan tugas merupakan aspek penting dalam keberhasilan proses pembelajaran karena memberikan sumbangan yang besar terhadap performansi akademik para siswa.

Studi Nurdiansah, B. (2008) di SMKN 8 Bandung menyimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan standar GBPP ketidak tercapai 100% disebabkan guru dalam pembuatan RPP hanya pemenuhan syarat administrasi, menyebabkan ada beberapa indikator pelaksanaan proses pembelajaran yang kadang-kadang dilaksanakan atau tidak sama sekali. Sehingga berakibat pada tingkat penguasaan Kompetensi Pemeliharaan/Service Engine dan Komponen-komponennya tidak 100% sesuai dengan standar GBBP. Temuan lainnya bahwa dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa memerlukan perbaikan terutama pada aspek penilaian dengan menggunakan lembar penilaian praktik (evaluation sheet), kedua responden tidak menilai praktik langkah demi langkah dan hanya melakukan penilaian akhir saja. Sehingga kemampuan peserta diklat tidak terukur, karena dalam pembelajaran praktik penilaian dimulai dari persiapan, langkah kerja, sikap kerja dan hasil kerja. Kondisi ini menyebabkan tingkat penguasaan kompetensi peserta diklat tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Temuan studi di atas pada dasarnya sejalan dengan upaya pengembangan pembelajaran dalam implementasi kurikulum kejuruan, yaitu bahwa relevansi kurikulum pendidikan yang berorientasi kerja (salah satu ciri kurikulum kejuruan) juga perlu diupayakan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat dilakukan oleh guru.


(21)

15 Hasil studi Sapto, W. (2008) penelitian di SMKN 6 Bandung, yang berkaitan dengan pelaksanaan sinkronisasi proses pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum SMK menyimpulkan bahwa perencanaan program pembelajaran kelas binaan PT.ASTRA, yang ditinjau dalam beberapa aspek yaitu : perencanaan dasar pelaksanaan, perencanaan kelengkapan pelaksanaan kelas binaan PT.ASTRA, perencanaan pengelolaan pembelajaran, perencanaan pengorganisasian bahan pembelajaran, perencanaan pengelolaan kelas/bengkel dan perencanaan pelaksanaan penilaian, belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan ideal dari pelaksanaan kosep PSG seperti yang direkomendasikan dari PT.ASTRA dan silabus. Temuan lainnya yaitu Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan kedua responden, ditinjau dari aspek-aspek yaitu pra pembelajaran, pembelajaran inti dan pasca pembelajaran, dan Pelaksanaan penilaian belum sepenuhnya sesuai dengan tuntuitan ideal pelaksanaan PSG seperti direkomendasikan PT.ASTRA dan silabus. Ini menunjukkan bahwa guru belum mengkaji kurikulum secara optimal, yang seharusnya dilakukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran, misal melakukan sinkronisasi materi pembelajaran dengan kompetensi yang tertuang dalam kurikulum, membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Maclean, R. (2008) menyimpulkan bahwa pengembangan kecakapan kerja harus melalui pengembangan program ketenagakerjaan, tidak hanya keahlian ketenagakerjaan secara spesifik, tapi kecakapan kerja secara umum mencakup keahlian motorik, sosial, dan intelektual. Kecakapan kerja tersebut merupakan


(22)

16 keahlian atau kompetensi seseorang dalam ketenagakerjaan yang diperoleh melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan dan latihan.

Sebagai indikator utama hasil-belajar siswa, bahwa pencapaian kompetensi siswa menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam perspektif spesifik, keadaan tersebut juga berlaku dalam kaitan antara peningkatan kompetensi siswa dengan keberhasilan pembelajaran dalam program produktif SMK. Artinya, keberhasilan pembelajaran dalam program produktif sangat berperan dalam peningkatan kompetensi siswa.

Pembelajaran dalam program produktif merupakan penyelenggaraan pembelajaran di SMK. Pembelajaran dalam program produktif memiliki dua ciri pokok berupa pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan antara SMK dengan institusi pasangannya. Sedangkan pembelajaran berbasis produksi mengandung arti proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job), untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai tuntutan pasar atau konsumen.

Kedua ciri pokok di atas berimplikasi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dalam program produktif. Dalam hal perencanaan, pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi perlu disusun sesuai dengan standar internal (standar kompetensi lulusan) dan tuntutan


(23)

17 eksternal (kebutuhan keahlian/kecakapan di dunia usaha/industri). Dalam konteks operasional, rencana pembelajaran yang telah melalui tahap penyesuaian (matching) dan siap diimplementasikan harus sudah mencerminkan isi kompetensi yang harus dicapai (what) dan bagaimana cara/strategi untuk mencapainya (how). Dalam hal implementasi, pembelajaran dalam program produktif perlu diterapkan berdasarkan prinsip: (a) fokus terhadap penguasaan kompetensi; (b) kesesuaian dengan prosedur dan standar bekerja sesungguhnya (real fob); dan (c) pembelajaran di dunia kerja (learning by doing).

Pembelajaran program produktif ditinjau dari aspek evaluasi perlu mengembangkan prosedur : (a) formative evaluation, summative evaluation, dan competence evaluation; (b) uji kompetensi dan sertifikasi yang melibatkan penilai dari dunia kerja/asosiasi profesi (external assessor).

Keluhan tentang kualitas tenaga (lulusan) yang belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan di dunia usaha/industri, sebagaimana yang terjadi pada beberapa SMK diakui oleh asosiasi dan dunia usaha/industri. Ini mengindikasikan keadaan bahwa penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK belum memiliki kesesuaian secara maksimal dengan perkembangan dan kebutuhan dunia usaha/industri. Jika keadaan ini terus menerus terjadi berarti pendidikan kejuruan di Indonesia tidak mengalami peningkatan mutu pendidikannya, sehingga akan selalu melahirkan lulusan yang 'underqualified'. Untuk mengantisipasi terhadap fenomena tersebut maka penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif SMK perlu dikembangkan dan dioptimalkan agar diperoleh peningkatan kompetensi lulusan.


(24)

18 B. RUMUSAN MASALAH

Kajian mendalam terhadap penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK diperlukan untuk memperbaiki proses penyelenggaraan pembelajaran agar diperoleh hasil yang diharapkan. Model dan pendekatan tertentu perlu dirancang dan dikembangkan secara optimal agar hasilnya dapat dijadikan landasan baik secara konseptual maupun operasional. Berdasarkan pemaparan masalah tersebut penulis bermaksud melakukan studi dengan masalah pokok yaitu “model pembelajaran seperti apakah yang sesuai diterapkan pada program produktif Program Keahlian Mekanik Otomotif di SMK untuk meningkatkan kompetensi siswa? "

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Secara rinci permasalahan penelitian ini, dipaparkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

a. Model pembelajaran seperti apakah yang saat ini dilaksanakan dalam program produktif di SMK, yang mencakup: a) bentuk rencana pembelajaran; b) bentuk pelaksanaan pembelajaran; c) bentuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar; d) pelaksanaan tugas guru (Ka Prodi, guru program produktif dan pembimbing lapangan); e) bentuk dukungan stakeholders (Du/Di, Asosiasi Profesi, dan Komite Sekolah) terhadap penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif; dan f) Hasil pembelajaran, dalam bentuk deskripsi kompetensi lulusan berdasarkan hasil uji kompetensi ?


(25)

19 b. Desain model pembelajaran bagaimanakah yang cocok diterapkan oleh guru

program produktif pada keahlian Teknik Mekanik Otomotif mencakup: a) desain model rencana pembelajaran; b) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan c) desain model evaluasi hasil pembelajaran ?

c. Bagaimana tingkat keterterapan model pembelajaran yang dikembangkan dalam aspek: a) peningkatan kompetensi siswa; b) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; c) fleksibilitas isi dan struktur model; d) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan; dan e) potensi dukungan stakeholder ?

d. Bagaimanakah dampak penerapan model pembelajaran yang dikembangkan dalam aspek: a) peningkatan kompetensi siswa; dan b) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi dalam implementasi kurikulum yang memfokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam program produktif pada keahlian Teknik Mekanik Otomotif di SMK. Pengembangan model pembelajaran ini dalam rangka mengoptimalkan pencapaian kompetensi siswa dalam program produktif sebagai wujud keahlian yang harus dimiliki siswa sebagai calon tenaga kerja yang profesional sesuai bidang keahliannya.


(26)

20 Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran dalam program produktif pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif untuk meningkatkan kompetensi siswa.

Tujuan utama di atas dijabarkan dalam rumusan tujuan-tujuan khusus:

a. Menghasilkan desain model pembelajaran dalam program produktif yang dapat diterapkan oleh guru program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, mencakup: a) desain model rencana pembelajaran; b) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan c) desain model evaluasi hasil pembelajaran; b. Mendapatkan data tentang tingkat keterterapan model pembelajaran dalam

program produktif dilihat pada aspek: a) peningkatan kompetensi siswa; b) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; c) fleksibilitas isi dan struktur model; d) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan; dan e) potensi dukungan stakeholders.

c. Mendapatkan data tentang dampak penerapan model pembelajaran dalam program produktif, terhadap aspek: a) peningkatan kompetensi siswa; dan b) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru.

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Siginifikansi Rencana Penelitian

a. Kondisi nyata masih banyak kualitas hasil pembelajaran dalam rangka penerapan kurikulum tidak sejalan dengan harapan dan/atau standar hasil pendidikan yang ditetapkan; untuk itu pelaksana di lapangan perlu


(27)

21 memaksimalkan proses pembelajaran agar hasil yang dicapai sesuai standar yang ditetapkan. Dalam konteks ini diperlukan penyesuaian (adaptasi), perubahan (modifikasi) atau pembaharuan (inovasi) sehingga sejalan dengan perubahan dan tuntutan stakeholders.

b. Keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum berkaitan dengan berbagai komponen yaitu: kesiapan guru sebagai pelaksana di lapangan, ketersediaan alat dan fasilitas pendidikan, manajemen pendidikan dan manajemen sekolah, serta dukungan stakeholders terkait. Sinergi dari komponen-komponen tersebut dalam praktiknya sering tidak berjalan sebagaimana diharapkan dan direncanakan, sehingga hasil pembelajaran tidak memenuhi harapan dan standar hasil yang ditetapkan. Untuk ini, diperlukan langkah-langkah kreatif untuk menciptakan terobosan ataupun pembaharuan dalam penyelenggraan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal, dan harapan lebih jauh dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

c. Standar kompetensi lulusan adalah kondisi ideal yang seharusnya dimiliki oleh lulusan SMK, setelah melalui penyelenggaraan pendidikan secara tuntas. Kondisi dan tuntutan ideal tersebut dirumuskan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan obyektif khususnya dibidang ketenagakerjaan secara mikro maupun makro. Namun demikian, masih banyak dijumpai keluhan dunia usaha/industri tentang banyaknya lulusan SMK belum dapat mencapai kompetensi ideal tersebut. Salah satu upaya


(28)

22 untuk mencapai kompetensi ideal tersebut, dapat dilakukan melalui pengembangan pembelajaran dalam program produktif.

d. Masuk dalam era Asian Free Labour Association (AFLA), standar kompetensi lulusan SMK adalah kriteria yang tidak dapat ditawar agar lulusan memiliki posisi tawar (bargaining position) yang tinggi dalam persaingan ketenagakerjaan. Untuk maksud tersebut, maka penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK perlu secara kreatif dikembangkan guna meningkatkan kompetensi lulusan.

2. Manfaat Penelitian a. Praktis

1) Bidang Pengembangan Kurikulum Dikmenjur, untuk merumuskan dan mengembangkan kebijakan tentang implementasi kurikulum dan pembelajaran secara lebih terfokus sesuai dengan kondisi lapangan; 2) Kalangan SMK, untuk lebih berdaya-guna dalam penyelenggaraan

pembelajaran dalam program produktif, dan pada gilirannya dapat meningkatkan kompetensi lulusan;

3) Para guru, utamanya program produktif SMK, dalam rangka melaksanakan tugas profesi sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran, khususnya dalam penyelenggaran pembelajaran dalam program produktif


(29)

23 4) Para peneliti bidang pendidikan kejuruan, utamanya bidang kurikulum dan pembelajaran; untuk menjadi salah satu rujukan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.

b. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa dalil yang memungkinkan dikembangkan lebih lanjut menjadi teori, guna menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan kejuruan.


(30)

111 BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) digunakan dalam penelitian ini, karena bertujuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran dalam program produktif SMK yang cocok untuk meningkatkan kompetensi lulusan sesuai standar yang diharapkan.

Borg & Gall (1993 : 624) menggunakan model penelitian dan pengembangan ini dalam bidang pendidikan. Mereka mengungkapkan bahwa “a process used to develop and validate educational product“. Dengan pengertian itu dalam proses penelitian dan pengembangan ini, mengacu kepada suatu bentuk siklus di mana berdasarkan kajian temuan penelitian, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengembangan suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan ini, kemudian diuji dalam suatu situasi tertentu dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut, sampai pada akhirnya diperoleh suatu produk akhir dalam hal ini model yang dapat digunakan untuk memperbaiki output. Dengan demikian, penelitian ini berupaya menghasilkan seperangkat komponen dalam sistem pendidikan, melalui pengembangan dan validasi.

Pendekatan penelitian ini berbeda dengan penelitian pendidikan pada umumnya. Penelitian pendidikan lebih menekankan pada penemuan pengetahuan baru atau menjawab pertanyaan khusus tentang persoalan praktis bidang


(31)

112 pendidikan, namun kurang dalam hal pengembangan produk pendidikan baru yang benar-benar dapat digunakan di sekolah.

Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1993:775), yaitu:

1. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, observasi kelas, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;

2. Planning, termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;

3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dan produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung pembelajaran, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap keyakan alat-alat pendukung;

4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah subjek tertentu. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket;

5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam


(32)

113 ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas;

6. Main field testing, adalah ujicoba utama yang melibatkan khalayak lebih luas, yaitu minimal 3 sekolah, dengan jumlah subjek lebih banyak disbanding pada ujicoba terbatas. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan ujicoba. Hasil yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian hasil ujicoba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen;

7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempumaan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;

8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan. Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu model yang dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model. Khalayak yang terlibat dalam langkah ini minimal 3 sekolah, mencakup sejumlah subjek tertentu. Pengumpulan dan analisis data dalam langkah ini dapat dilakukan melalui wawancara, observasi atau angket;

9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);


(33)

114 10. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan

produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, terutama dalam bidang pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan/model, baik dalam bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada stakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.

Penyelenggaraan pembelajaran di kelas maupun lingkungan sekolah, adakalanya menghadapi berbagai kendala dan faktor lingkungan yang kadang kurang mendukung diterapkannya prinsip dan langkah-langkah Borg and Gall tersebut secara utuh; misalnya jumlah sekolah yang besar, lokasi/jarak sekolah yang berjauhan, jumlah guru yang besar, kondisi sarana sekolah yang beragam dan sebagainya.

B. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN :

Secara teknis tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini dilakukan penyederhanaan dalam 5 (lima) bagian. Bagian kesatu yaitu pelaksanaan penelitian, mencakup langkah-langkah: a) persiapan teknis dan administratif; b) ujicoba instrumen studi pendahuluan; c) pengumpulan data studi pendahuluan; d) pengembangan model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum; e) ujicoba terbatas dan lebih luas; f) pelaksanaan uji validasi model; dan g) analisis dan kesimpulan hasil.

Bagian kedua menguraikan temuan hasil penelitian dari studi pendahuluan, mencakup: a) gambaran umum tentang bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK saat ini;


(34)

115 b) prosedur penyusunan rencana pembelajaran; c) bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif; d) pelaksanaan tugas guru program produktif; e) bentuk dukungan stakeholders terkait; dan f) dukungan alat dan fasilitas pembelajaran dalam program produktif; dan g) gambaran tentang hasil pembelajaran dalam program produktif (kompetensi) siswa.

Bagian ketiga yaitu uraian tentang pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model, yang mencakup: a) pengembangan desain model pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; b) pelaksanaan dan hasil ujicoba terbatas; c) pelaksanaan dan hasil ujicoba lebih luas.

Bagian keempat yaitu uraian tentang pelaksanaan dan hasil uji validasi model, yang mencakup paparan tentang penerapan model serta dampaknya terhadap peningkatan kompetensi siswa, dan pelaksanaan tugas guru program produktif.

Bagian kelima yaitu interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

1. Persiapan Adminsitratif

Tahap ini ditempuh yaitu setelah disetujuinya desain penelitian dan ditetapkannya Tim Komisi Pembimbing, penulis melakukan persiapan yaitu melakukan penjajagan terhadap SMK-SMK yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya, penulis mengurus ijin penelitian pada Sekolah Pascasarjana UPI.


(35)

116 2. Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Studi Pendahuluan

Instrumen pengumpulan data dikembangkan untuk memperoleh data awal sebagai langkah studi pendahuluan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian studi pendahuluan ini ada dua macam, yaitu: (a) angket untuk Ketua Prodi, Guru/Instruktur program produktif, Instruktur lapangan/industri, Asesor eksternal, dan untuk siswa; (b) daftar centang (check list) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket. Ada dua tahap dalam melakukan ujicoba instrumen, yaitu penilaian para pakar (expert judgement), dan uji keterbacaan, baik untuk angket maupun daftar centang. Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi (content) pada tiap-tiap sub pertanyaan/observasi. Sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai apakah redaksi dan rumusan kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden. Dengan demikian instrumen ini mendasarkan kepada kesahihan isi (content validity), dan validasinya menggunakan penilaian para pakar.

Hasil uji coba instrumen studi pendahuluan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Koreksi terhadap aspek struktur dan isi instrumen, yaitu: 1) perlu kejelasan sasaran angket dengan cara dipilah pada setiap sasaran agar lebih jelas peruntukannya (tidak digabungkan menjadi satu); 2) khusus untuk instrumen bagi guru program produktif, perlu penataan terhadap sistematika angket, khusunya pada aspek strategi dasar dan umum pelaksanaan pembelajaran program produktif sehingga menjadi lebih fokus; 2) perlu keterangan tambahan siapa yang dimaksud pelaksana kurikulum program produktif; karena


(36)

117 pelaksana langsung di lapangan adalah Ketua Prodi, Guru program produktif, dan instruktur lapangan.

b. Koreksi terhadap uji keterbacaan khusus untuk sasaran Kaprodi dan guru, yaitu: 1) Pertanyaan pada sub I mulai dari butir 3 dan seterusnya, perlu ditentukan secara pasti siapa yang bertanggung jawab sebab ada yang bertindak sebagai pelaksana dan penanggung jawab; 2), pertanyaan sub II butir 4, yang dimaksud penyusun apakah berarti juga sebagai pengelola/ penghimpun/pengatur, karena modul tertentu sebagian sudah disediakan oleh Direktorat; pada butir 7 untuk sasaran Kaprodi, perlu dirinci tentang unsur-unsur pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran proram produkif; 3) pertanyaan sub III butir 1, perlu dipertegas tentang aspek pelaksanaan pembelajaran; 4) Dekripsi daftar centang untuk sasaran Kaprodi pada Sub II butir 1 perlu dipertegas siapa yang menjadi pihak terkait karena yang berkaitan dengan kemampuan profesional dalam aspek pelaksanaan pembelajaran adalah guru dan intruktur.

3. Pengumpulan Data Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan setelah adanya hasil masukan dan koreksi terhadap perbaikan instrumen pengumpulan data. Pendekatan yang diterapkan dalam studi pendahuluan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, beserta aspek-aspek pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif. Secara kronologis, pengumpulan data dalam studi pendahuluan dilakukan dengan memberikan angket kepada


(37)

118 responden (Ka Prodi, Guru/Instruktur program produktif, Instruktur lapangan, dan Siswa). Setelah jawaban angket terkumpul, langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan terhadap kondisi/lingkungan bengkel/workshop, sebagai langkah pengecekan silang (cross check) terhadap apa yang telah diinformasikan responden dalam jawaban angket. Selanjutnya, temuan hasil pengamatan dari angket dijadikan sumber utama dalam melakukan analisis temuan terhadap aspek-aspek yang menjadi fokus dalam studi pendahuluan. Hasil analisis temuan tersebut dijadikan dasar selanjutnya dalam menyusun pengembangan desain model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum yang berlaku.

4. Pengembangan Model Pembelajaran dalam Program Produktif

Inti dari kegiatan penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum yang berlaku, mencakup kegiatan pengembangan draft desain model, uji coba terbatas, uji coba lebih luas, serta uji validasi.

4.1. Pengembangan Desain Model

Secara bertahap pengembangan draft desain model dilakukan berdasarkan analisis dan kesimpulan hasil studi pendahuluan, khususnya berkaitan dengan bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif. Fokus pengembangan desain model ini berkaitan dengan model pembelajaran pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Oleh karena itu analisis temuan juga secara spesifik dilakukan terhadap penyelenggaraan pembelajaran produktif pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Pengembangan desain model


(38)

119 ini bersifat mikro dalam lingkup pembelajaran, sehingga dipilih satu mata pelajaran yaitu Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga (PCPT) yang diselenggarakan pada kelas dua SMK. Tahap-tahap pengembangan desain model serta hasil yang diperoleh, diuraikan dalam pembahasan berikutnya.

4.2. Ujicoba Terbatas dan Lebih Luas

Rancangan draft desain model yang telah disusun bersama antara penulis dengan guru mata pelajaran Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga (PCPT), tahap selanjutnya memasuki uji coba terbatas. Tujuan pelaksanaan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh gambaran tentang kelayakan desain model yang dikembangkan, serta melakukan perbaikan desain model berdasarkan masukan/koreksi dalam lingkup terbatas. Berdasarkan masukan dan koreksi dalam uji coba terbatas, berikutnya desain model dilakukan perbaikan untuk selanjutnya memasuki uji coba lebih luas. Secara kronologis, tahapan pelaksanaan dan hasil uji coba terbatas dan lebih luas diuraikan dalam pembahasan tentang pengembangan model.

5. Uji Validasi Model

Tahap uji validasi dilakukan untuk menilai keterterapan model yang telah melalui uji coba terbatas dan lebih luas. Tahap ini merupakan fase penerapan model dalam kondisi sebenarnya daripada proses pembelajaran program produktif, tanpa kehadiran penulis baik secara personal, maupun dalam bentuk arahan/bimbingan. Penulis dalam konteks ini bersifat memantau pelaksanaan uji validasi, agar tahap uji validasi berjalan dalam kondisi wajar (real setting), sesuai


(39)

120 dengan lingkungan SMK yang menjadi subyek uji validasi. Tahapan pelaksanaan dan hasil uji validasi model, dijelaskan dalam pembahasan tentang uji validasi. 6. Analisis dan Kesimpulan Hasil Penelitian

Secara umum maupun khusus, analisis dan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada dasarnya berkaitan dengan tujuan penelitian. Hasil-hasil penelitian yang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan tahap-tahap penelitian yang dirancang. Hasil akhir sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan yaitu ditemukannya dampak pelaksanaan model pembelajaran dalam program produktif terhadap peningkatan kompetensi siswa, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru program produktif. Oleh karena itu analisis yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan tertentu serta rumusan kesimpulan hasil penelitian akan selaras dengan tujuan penelitian tersebut.

Tahapan-tahapan penelitian dan pengembangan secara umum digambarkan dalam bagan berikut:


(40)

(41)

122 C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMK di Bandung, khususnya yang membuka program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Masing-masing SMK melibatkan sejumlah subjek, yaitu ketua program studi, guru/instruktur program produktif, pembimbing lapangan/industri, asesor eksternal, dan siswa. Dengan demikian lokasi dan subjek penelitian ditetapkan secara purposive, dengan mempertimbangkan tahap-tahap penelitian serta tujuan khusus penelitian.

Lokasi dan subjek penelitian pada tahap studi pendahuluan dipilih dengan prinsip purposive sampling, yaitu mempertimbangkan tujuan untuk mendapatkan data tentang model pembelajaran dalam program produktif SMK dalam rangka implementasi kurikulum pada SMK yang membuka program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, dan telah berakreditasi. Untuk maksud ini maka dipilih 3 (tiga) SMK di Bandung yaitu: SMKN A Bandung; SMKN B Bandung; dan SMK C Bandung, masing-masing mewakili SMK yang berada wilayah Bandung Timur, Bandung Pusat, dan Bandung Utara. Lokasi dan subjek penelitian pada tahap studi pendahuluan dicantumkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Daftar Lokasi dan Subyek dalam Studi Pendahuluan

No Sekolah

Subyek Ka Prodi Guru Pembimbing

Lapangan/Industri

Siswa Du/Di

1. SMKN A 1 9 1 30 1

2. SMKN B 1 2 3 30 3

3. SMK C 1 5 2 30 1

Ada dua ujicoba yang dilakukan pada tahap pengembangan, yaitu ujicoba terbatas (preliminary field test) dan ujicoba utama/lebih luas (main field test);


(42)

123 dengan demikian untuk ujicoba tersebut ditetapkan dua kelompok sekolah dan subjek. Untuk pelaksanaan ujicoba terbatas, lokasi dan subjek dipilih secara purposive, yaitu SMKN A Bandung. SMKN A Bandung dipilih dengan pertimbangan berada di wilayah Bandung Timur serta berkreditasi sangat baik, sehingga mewakili sebagian besar kondisi peserta didik, lingkungan, dan stakeholders yang ada di wilayah tersebut.

Untuk pelaksanaan ujicoba lebih luas, lokasi dan subjek dipilih secara purposive 3 (tiga) SMK yang mewakili kondisi wilayah. Untuk itu dipilih SMKN A Bandung, SMKN B Bandung, dan SMK C Bandung. Tiga SMK tersebut dipilih dengan pertimbangan sebelumnya telah dipilih sebagai subjek dalam studi pendahuluan, sehingga secara praktis telah terjalin pengertian dan komunikasi dengan baik. Ini tentu diharapkan akan memperlancar pelaksanaan ujicoba. Daftar lokasi dan subjek dalam tahap pengembangan dicantumkan seperti di bawah ini.

Tabel 3.2

Daftar Lokasi dan Subyek dalam Tahap Pengembangan

Ujicoba Terbatas Ujicoba Lebih Luas

Sekolah Subyek Sekolah Subyek

Guru Siswa Guru Siswa

SMKN A 2 36 SMKN A 6 37

SMKN B 6 35

SMK C 6 39

Jumlah 2 36 Jumlah 18 90

Prinsip purposive sampling pada tahap validasi dilakukan dengan cara menentukan 6 (enam) kelompok subjek pada tiga SMK di Kota Bandung, yaitu SMK A = 2 kelompok subjek, SMK B = 2 kelompok subjek, dan SMK C = 2 kelompok subjek. Enam kelompok subjek tersebut terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu 3 (tiga) kelompok/kelas eksperimen dan 3 (tiga) kelompok/kelas


(43)

124 kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang menerapkan model pembelajaran program produktif yang dikembangkan; sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberi perlakuan penerapan model yang tidak dikembangkan (konvensional). Tabel di bawah ini mencatumkan daftar lokasi dan subjek penelitian pada tahap validasi.

Tabel 3.3

Daftar Lokasi dan Subyek dalam Tahap Validasi

No. Lokasi Sekolah Kelas Kelompok

Eksperimen Kontrol

1. SMK A, Wilayah Timur 1 Kelas 1 Kelas

2. SMK B, Wilayah Tengah 1 Kelas 1 Kelas

3. SMK C, Wilayah Utara 1 Kelas 1 Kelas

Jumlah 3 Kelas 3 Kelas

D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu, studi pendahuluan, pengembangan, dan uji validasi. Dalam setiap tahap penelitian dipilih teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing. Pada studi pendahuluan, dipilih teknik angket, observasi, dan dokumentasi, di samping kajian literatur (literature review). Secara umum, ketiga teknik tersebut digunakan secara bersamaan dan saling melengkapi. Namun secara khusus, masing-masing teknik dijelaskan sebagai berikut: angket terutama digunakan untuk mengungkap (1) model penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembelajaran pada mata pelajaran Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga (PCPT); (2) pelaksanaan tugas guru, kemampuan


(44)

125 siswa, dukungan fasilitas/alat, dan dukungan masyarakat/dunia usaha dan industri dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif.

Observasi terutama digunakan untuk melihat pelaksananan tugas guru, kemampuan siswa, dukungan fasilitas/alat, dan dukungan masyarakat/dunia usaha dan industri, terutama dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif, baik dalam tahap penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan maupun evaluasi hasil pembelajaran. Dokumentasi, digunakan di samping untuk melengkapi dan cross-check data hasil angket dan observasi, juga digunakan untuk mengungkap ketersediaan bahan/dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan pelaksaan pembelajaran program produktif.

Teknik pengumpulan data pada tahap pengembangan dilakukan dalam dua langkah, yaitu pada langkah ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas. Pertama, ujicoba terbatas dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan angket. Angket diberikan kepada guru/instruktur program produktif, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada kendala dalam penerapan desain model. Sedangkan observasi dilakukan terhadap proses penerapan desain model, untuk mengetahui apakah desain model dapat diterapkan secara tepat, dan mengetahui secara langsung kendala/kesulitan yang dihadapi subjek penelitian (siswa dan guru). Instrumen observasi ini terdiri dari 5 aspek ujicoba, yaitu : 1) substansi isi dan fleksibilitas model sebanyak 4 sub aspek, 2) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru sebanyak 3 sub aspek, 3) peningkatan kompetensi siswa, 4) dukungan alat dan bahan sebanyak 2 sub aspek, dan 5) potensi dukungan dunia usaha/industri sebanyak 2 sub aspek.


(45)

126 Kedua, ujicoba lebih luas dengan menggunakan observasi dan angket sebagaimana pada ujicoba terbatas, serta dilakukan pula penilaian tingkat keterterapan desain model melalui instrumen penilaian sebanyak 12 item didalamnya yang dilaksanakan sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan desain model kepada subjek penelitian.

Teknik pengumpulan data pada uji validasi yaitu dengan menggunakan angket sebanyak 19 item. Angket ini memuat subtansi tentang penilaian dampak penerapan model yang dikembangkan terhadap pelaksanaan tugas guru mencakup aspek penyusunan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan instrumen tes tertulis dan tindakan digunakan untuk mengetahui dampak penerapan model yang dikembangkan terhadap peningkatan kompetensi siswa melalui perbandingan hasil pengukuran sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan model secara mandiri oleh kelompok kontrol dan eksperimen.

2. Alat/lnstrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian, yaitu:

a. Instrumen Angket

Dua jenis angket digunakan dalam penelitian ini, yaitu pada tahap: 1) studi pendahuluan, dan 2) pada saat ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas dan validasi. Secara spesifik kedua jenis instrumen tersebut memiliki perbedaan dalam tujuan yang ingin dicapai.


(46)

127 Daftar pertanyaan yang digunakan pada studi pendahuluan bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif (penyiapan, pelaksanan, evaluasi hasil pembelajaran, pelaksanaan tugas guru, dukungan stakeholders, dan dukungan alat/fasilitas). Secara garis besar aspek-aspek serta sasaran angket tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Struktur dan penyebaran instrumen angket dalam tahap studi pendahuluan

No Aspek yang akan diungkap Sasaran Jumlah

item/butir

1. Perumusan tujuan dan perencanaan isi

program pembelajaran

Ka Prodi Teknik

Mekanik Otomotif 17

Guru/Instruktur program produktif

2. Pelaksanaan pembelajaran paket

keahlian program produktif

Ka Prodi Teknik

Mekanik Otomotif 7

3. Strategi dasar pelaksanaan

pembelajaran program produktif

Guru/Instruktur

program produktif 13

4. Strategi umum pelaksanaan

pembelajaran program produktif

Guru/Instruktur

program produktif 6

5.

Evaluasi proses dan hasil pembelajaran Guru/Instruktur

program produktif 14

6.

Mekanisme kinerja pelaksana

pembelajaran dalam program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

12 Guru/Instruktur

program produktif 7.

Dukungan stakeholder dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

6 Guru/Instruktur

program produktif

8. Dukungan alat/fasilitas untuk

pembelajaran dalam program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

6 Guru/Instruktur

program produktif

9. Hasil pembelajaran program produktif

(kompetensi produktif) Instruktur lapangan 7 Asesor eksternal Siswa


(47)

128 Fakta-fakta tersebut berikutnya dirujuk kepada kriteria konseptual pembelajaran dalam program produktif yang ideal, seperti dideskripsikan pada kajian pustaka. Sedangkan daftar pertanyaan yang digunakan pada ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas dan validasi, bertujuan untuk mengungkap apakah desain model telah dapat diterapkan dengan baik serta mendeskripsikan adanya hambatan-hambatan.

b. Instrumen Observasi

Seperti dalam daftar pertanyaan (angket), instrumen observasi dalam bentuk daftar centang (check list), juga digunakan pada dua tahap penelitian, yaitu pada studi pendahuluan, dan pada tahap ujicoba terbatas dan lebih luas, dengan tujuan yang berbeda seperti halnya pada studi pendahuluan. Secara garis besar aspek-aspek serta sasaran observasi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Struktur dan penyebaran instrumen observasi dalam tahap studi pendahuluan

No Aspek yang akan diungkap Sasaran Jumlah

item/butir 1. Perumusan tujuan dan perencanaan

isi program pembelajaran

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

8 Guru/Instruktur

program produktif 2. Strategi dasar pelaksanaan

pembelajaran program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

13 Guru/Instruktur

program produktif 3. Strategi umum pelaksanaan

pembelajaran program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

5 Guru/Instruktur

program produktif 4. Evaluasi, sertifikasi dan uji

kompetensi

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

10 Guru/Instruktur


(48)

129 5. Mekanisme kinerja pelaksana

pembelajaran dalam program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

6 Guru/Instruktur

program produktif 6. Dukungan stakeholder dalam

penyelenggaraan pembelajaran program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

3 Guru/Instruktur

program produktif 7. Dukungan alat/fasilitas untuk

pembelajaran dalam program produktif

Ka Prodi Teknik Mekanik Otomotif

4 Guru/Instruktur

program produktif 8. Hasil pembelajaran program

produktif (kompetensi produktif)

Instruktur lapangan

7 Siswa

c. Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Instrumen penilaian hasil belajar yang dikembangkan meliputi dua jenis, yaitu tes objektif dan tes tindakan. Dalam penyusunan atau pengembangan dua jenis tes ini penulis bekerjasama dengan kelompok guru/instruktur yang mengampu secara langsung di kelas. Ukuran validitas dan reliabilitas kedua tes tersebut didasarkan kepada validitas isi (content validity) dan pertimbangan ahli (experts judgement), salah satunya melalui pertimbangan guru/instruktur pengampu bidang keahlian. Secara garis besar struktur instrumen penilaian hasil belajar tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Struktur dan penyebaran instrumen penilaian hasil belajar dalam penelitian

No. Kompetensi Jenis

Instrumen

Bentuk Jumlah item

Sasaran

1. Pemeliharaan/servis unit

Kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasiannya

Tes tertulis Uraian 3 Siswa

Pilihan ganda 16

Tes Tindakan

Tindakan 28

2. Pemeliharaan/Servis

Transmisi Manual

Tes tertulis Uraian 2 Siswa

Pilihan ganda 14

Tes Tindakan


(1)

287 DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BNSP.

Beane, J. A. (1986). Curriculum Planning and Development. Boston: Allyn and Bacon,Inc.

Blanchard, A. (2001). Contextual Teaching and Learning. New York: B.E.S.T. Blank, W. E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training

Programs. New Jersey: Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Borg, W. R. and Gall, M. D. (1993). Educational Research : An Introduction. New York and London; Longman.

Burke, J. W. (1995). Competency-Based Education and Training. London: The Falmer Press.

Calhoun, C. C., & Finch, A. V. (1980). Vocational and Career Education: Concepts and Operation. Belmont, Califonia: Wadsworth Publishing, Co.

Depdikbud. (1997). Keterampilan Menjelang 2020 : Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Laporan Satuan Tugas.

Depdikbud. (1999). Kurikulum SMK Edisi 1999: GBPP Program Produktif (Teknik Mesin dan Mesin Perkakas). Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Dit. Dikmenjur. Depdikbud. (1999). Kurikulum SMK Edisi 1999: Pelunjuk Pelaksanaan. Jakarta:

Ditjen Dikdasmen.

Depdiknas. (2001). Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Dit. Dikmenjur.

Depdiknas. (2002). Statistik Persekolahan SMK 2001/2002. Jakarta: Balitbang, Pusat Data dan Informasi Pendidikan.

Depdiknas. (2003). Data Perkembangan SMK di Indonesia Sampai Dengan 2002. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Dit. Dikmenjur.

Depdiknas. (2003). Draft Kurikulum SMK 2004: Buku I, II, dan III. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Dit. Dikmenjur.


(2)

288 Depdiknas. (2008). Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia.

Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Dewey, J. (1959). Democracy and Education. New York: Mac Millan, Inc.

Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan: Studi pada Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Djojonegoro, W. (1992). “Pendidikan dan Produktivitas Industri”. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Medan.

Finch, C. R., and Crunkilton, J. R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning, Content, and Implementation. (Second Edt). Boston: Allyn and Bacon.

Gagne, R.M. (1992). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York: Rinehart and Winston.

Gerlach, and Ely. (1980). A Conceptual Framework for Comparing Instructional Design Models. [Online]. Tersedia: http//its.ncsu.edu/guide/ instructional_design/stu6.html. [10 Maret 2007].

Hamalik, O. (2000). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPS-UPI (Diktat Perkuliahan)

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Hamalik, O. (2004). Implementasi Kurikulum. Bandung: Diktat (belum diterbitkan). Hanafi, I., Bakar, R. A., Ramlah, H., dan Abu, R. (2008). Curriculum and Pedadogy

Revisited: Strategy and Approaches in Technical-Vocational Education and Training System. Dalam Seameo Voctech Journal, 11 halaman.

Hasan, H. S. (2004). Implementasi Kurikulum dan Guru. Dalam Inovasi Kurikulum, Volume 1 (1), 9 halaman.

Hasan, H. S. (2007). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam Inovasi Kurikulum, Volume 1 (1), 24 halaman.

Hick, N.L. (1992). Education and Economic Growth. Elkin Park, PA: Franklin Book Company, Inc.


(3)

289 Izna. (2009). Konsep Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar Untuk

Menumbuhkan Kreatifitas Peserta didik. [Online]. Tersedia: http://iznadfm.blogspot.com/2009/04/konsep-pengembangan-kurikulum-dan-bahan//html [12 Oktober 2010].

Jackson, P. W. (1991). Handbook of Research on Curriculum. New York: Mac Milllan Publishing Company.

Joyce, B & Weil, M. (1992). Model of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Knowles, M. (1975). Self Directed Learning: A Guide for Learners and Teachers. New York: Cambride Adult Education.

Komaro, M. (2009). Kompetensi: Wawasan Kependidikan, Akademik, dan Pengembangan Profesi Guru pada Evaluasi Implementasi KTSP di SMK. Dalam Inovasi Kurikulum, Volume 1 (6), 13 halaman.

Kuswana, S. W. (2003). Identifikasi Kemampuan Guru dalam Pengembangan Model dan Media Pembelajaran di SMK Jawa Barat. Depdiknas.

Maclean, R. (2008). The Future of Work and Skills Development for Employability: Implications for Technical and Vocational Education Training. Dalam Seameo Voctech Journal, 8 halaman.

McAshan, H.H. (1981). Competency-Based Education and Attitudeal Objectives. New Jersey: Educational Technology Publishing Company. Englewood Cliffs.

Miller, J. P., & Seller, W. (1985). Curriculum : Perspectives and Practice. New York: Longman Inc.

Minium, E. W., King, B.M., and Bear, G. (1993). Statistical Reasoning in Pasychology and Education. 3nd. New York: John Willey & Sons, Inc.

Mulyana. (2007). Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar pada Mata Diklat Kelistrikan Otomotif. Skripsi Pendidikan Teknik Meisn UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Nolker, H. (1983). Pendidikan Teknologi Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum, dan Perencanaan. Jakarta: PT. Gramedia.


(4)

290 Nurdiansah, B. (2008). Studi Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

pada Kompetensi Pemeliharaan/Service Engine dan Komponen-komponennya (opkr 20-001 b) di SMKN 8 Bandung Tahun Pembelajaran 2007/2008. Skripsi Pendidikan Teknik Meisn UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Oliva, P.F. (1992). Developing The Curriculum. New York: Harper Collins publisher, Inc.

Pardjono. (2003). “Pendidikan Kejuruan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi Berorientasi Kecakapan Hidup”. Makalah pada Lokakarya Pembelajaran dengan KBK Berorientasi Kecakapan Hidup. Tanggal 29 dan 30 April 2003, FT UNY, Yogyakarta.

Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif. SMK Negeri 8 Bandung.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. 2nd. NSW Australia: Alien & Unwin Pty.Ltd.

Prosser, C.A., and Allen, C.R. (1952). Vocational Education in a Democracy. New York: Century.

Qureshi, E. (2004). Instructional Design Model. [Online]. Tersedia: http//host/d/ instructional.design/him. [3 Juli 2006]

Ryder, M. (2003). School of Education. University of Colorado at Denver. [Online]. Tersedia: htt//carbon.cudenver.edu/~mryder/itc/idmodels/. [9 Maret 2006]. Samsudi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah

Menengah Kejuruan. Disertasi SPs UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Sapto.W. (2008). Studi Pelaksanaan Proses Pembelajaran pada Kelas Binaan PT.ASTRA Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif di SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi Pendidikan Teknik Mesin UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Saskatchewan. (1988). Instructional Models, Strategies, Methods, and Skills. [Online]. Tersedia: http//D/MyDocument/model.html. [4 Juni 2006]

Schubert, W. H. (1986). Curriculum : Perspective, Paradigm, and Possibility. New York: Macmillan Publishing Co.


(5)

291 Slavin, R. (1990). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston:

Allyn & Bacon.

Soekamto, T. (1991). Meta-Analisis Dalam Penelitian Sosial. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial 1. Jakarta: PAU-IS-UI kerjasama dengan PT Gramedia Pustaka Utama.

Spencer, L. M., & Spencer, S. M. (1993). Competence at Work : Models for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana, N., dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Evuluasi Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukamto. (1988). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Kejuruan. Jakarta : Proyek P2LPTK.

Sukmadinata, S. N. (1997). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Team Toyota Astra. (1995). New Step 1 Training Manual. Jakarta : Toyota Astra Motor.

Team Training Manual. Step 3 Power Train. Jakarta : Toyota Astra Motor.

The World Bank. (1991). Vovational and Technical Education and Training. Washington, D.C: The World Bank.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Wellington, J. (1993). The Work Related Curriculum : Challenging the Vocational Imperative. London: Kogan Page Limited.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

York Bin, A. (2005). ITE Industry Lingkage and Collaborations. 21st Century Education Symposium. China. Liuzhou: Wesyern China’s Vocational and Socio-Economic Development.

Zais, R. S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row, Publishers.

---. (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

---. (2004). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.


(6)

292 ---. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

---. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. ---. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.