EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BLORA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan karena dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Selain itu dilihat dari waktu jam pelajaran di sekolah juga lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Pelajaran matematika dalam pembelajaran di sekolah diberikan di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Hasil studi dari Trend in International Mathemathics and Science Studi (TIMSS), pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Rata-rata prestasi belajar matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan dari data TIMSS pada tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Survei yang telah dilakukan oleh PISA (Program for International Student Assesment) kemampuan siswa-siswi di Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara alias kedua dari bawah dengan skor 375. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar matematika kelas 8 di Indonesia. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa di Indonesia bisa disebabkan dari strategi pembelajaran yang diterapkan masih monoton. Hal tersebut yang menyebabkan prestasi belajar siswa di Indonesia masih rendah.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa selama proses pembelajaran. Menurut Saefullah (2012: 171) prestasi belajar adalah penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah


(2)

mencapai sasaran belajar. Berdasarkan hasil observasi, prestasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 2 Blora dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah strategi pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif.

Selain strategi pembelajaran, seorang guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dan dapat digunakan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran saintifik yaitu Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah. Pembelajaran berbasis masalah akan memungkinkan peserta didik untuk menemukan pembelajaran yang bermakna, peserta didik akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah riil yang sering muncul (Retnawati dan Farhan, 2014: 230). Sehingga pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) diharapkan lebih efektif.

Menurut Kelly dan Finlayson Problem Based Learning (PBL) semula diperkenalkan pada tahun 1969 di fakultas kedokteran McMaster University di Kanada, kemudian tiga fakultas kedokteran lain, yaitu University of Limburg di Netherland, University of Newcastle di Australia, dan University of New Mexico di Amerika Serikat (Warsono dan Hariyanto, 2012: 145). Pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dimulai


(3)

dengan pemberian masalah terlebih dahulu sebelum peserta didik menemukan suatu konsep. Pemahaman konsep dapat dikembangkan melalui penyelesaian masalah, penalaran, dan argumentasi (NCTM, 2000: 21).

Problem Based Learning (PBL) dapat juga diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2014: 214). Menurut Sanjaya (2014: 214), terdapat 3 ciri utama dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1) Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan, 2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dan 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

ilmiah. Melihat ciri utama tersebut, metode Problem Based Learning (PBL) sejalan dengan pendekatan saintifik.

Berdasrkan hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora, sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013 yang mengharuskan guru menggunakan pendekatan saintifik untuk menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik menerapkan langkah-langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Namun belum ada model pembelajaran yang bervariatif yang dapat dikombinasikan dengan pendekatan saintifik tersebut.


(4)

Sehubungan dengan itu, diperlukan strategi pembelajaran bervariatif yang dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal.

Salah satu alternatif solusi yang dilakukan yaitu penerapan strategi pembelajaran yang bervariatif dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang jelas dan terurut sehingga diperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning.

Menurut Panen (Rusmono, 2012: 75) pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning diharapkan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk melakukan kegiatan identifikasi masalah, pengumpulan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Yang berarti pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dimana siswa diberikan permasalahan kemudian melakukan penelitian dengan mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk proses pemecahan masalah secara terurut dan teratur.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu mengujicobakan pembelajaran saintifik yang dikombinasikan dengan model pembelajaran Problem Based Learning untuk dilihat efektivitasnya ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora serta membandingkan hasilnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas atau tidak. Pembelajaran


(5)

akan dikatakan efektif jika rata-rata hasil posttest prestasi belajar mencapai KKM untuk mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Blora atau jika menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora pada mata pelajaran matematika belum optimal.

2. Belum adanya strategi pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

3. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning yang memiliki karakteristik khusus dan secara teori dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar belum diuji keefektifannya di kelas VIII SMP Ngeri 2 Blora.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah tidak terlalu luas serta keterbatasan dari pihak peneliti dari segi waktu dan kemampuan, maka peneliti membatasi bahasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Efektivitas pembelajaran matematika pada pokok bahasan materi aljabar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 2 Blora pada materi Operasi Bentuk Aljabar.


(6)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Apakah pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora?

2. Apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora? 3. Apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih

efektif dibandingkan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

2. Untuk mengetahui efektivitas pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

3. Untuk mengetahui keefektifan antara pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

F. Manfaat Penelitian


(7)

1. Pihak sekolah, yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning.

2. Bagi guru, penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan dan inovasi baru dalam pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti, sebagai sarana menambah pengalaman penelitian dan juga

sebagai sarana untuk mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan.


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Secara umum, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 4). Secara khusus, pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Menurut aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

b. Menurut pandangan Kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

c. Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya menjadi pola bermakna.

d. Menurut pandangan Konstruktivisme, pembelajaran adalah proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan yang mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

e. Menurut pandangan Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara


(9)

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Darsono dkk, 2000: 24-25).

Ciri-ciri pembelajaran yang dikemukakan oleh Darsono, adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan dilakukan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

c. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupuk psikologis.

d. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

e. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

f. Pembelajaran dapat menciptakan susasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

Pembelajaran menurut Amin (http://www.mathematic.transdigit.com) adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis (Suhito, 2000: 12).


(10)

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, pembelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram (Depdiknas, http://www.puskur.net).

Potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dalam proses belajar dan siswa dituntut untuk mampu:

1. Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan,

2. Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuannya, 3. Melakukan kegiatan pemecahan masalah,

4. Mengomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.

Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang,


(11)

memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003: 8).

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas dan upaya yang dilakukan oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar matematika dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2. Efektivitas Proses Pembelajaran

Menurut Davis (Slamet Soewandi, dkk: 2005: 43) efektivitas mengacu pada sesuatu yang dikerjakan. Suatu pembelajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan benar, artinya sesuai dengan materi dan tujuan. Peterson (Soewandi, dkk: 2005: 44) menekankan efektivitas pada hasil, yaitu banyaknya yang dapat dicapai, jangka waktu penyampaiannya dan jangka waktu bertahannya suatu perubahan. Djamarah dan Zain (2002: 136) menyatakan keefektifan mengacu pada hasil yang dicapai sementara efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil. Elis (Soewandi, dkk: 2005: 43) tidak membedakan pengertian antara efektivitas dan efisiensi. Efektivitas kecuali mengacu pada proses juga mengacu pada hasil, yaitu prestasi akademik siswa yang dicapai melalui tes ujian.

Agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, proses belajarpun harus efektif, yaitu :

1. Ada kesesuaian antara proses dan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum,


(12)

2. Cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik,

3. Lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, 4. Ada variasi metode pembelajaran,

5. Pemantauan dan evaluasi perkembangan keberhasilan dilakukan secara berkesinambungan,

6. Memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya.

Menurut Men Soksunag, dkk (NCTM: 2001: 15) Effective math teaching is a combination of subject competency, a flexibility of teaching style and strategy, and concern for the emotional and social as well as the cognitive needs student. Pembelajaran yang efektif merupakan kombinasi dari kemampuan siswa sebagai subyek pembelajaran, gaya dan strategi mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan juga memenuhi kebutuhan emosi, sosial dan kognitif siswa. Slameto (2003: 92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif. Pembelajaran akan efektif apabila waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru melakukan kegiatan ceramah dan waktu yang terbesar adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa (Sukarman, 2002: 14 ).

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain:


(13)

2) Adanya variasi metode pembelajaran, 3) Adanya motivasi,

4) Kurikulum yang baik dan seimbang,

5) Adanya pertimbangan perbedaan individual, 6) Adanya perencanaan sebelum pembelajaran,

7) Penyajian bahan pelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir, 8) Integrasi semua pelajaran,

9) Kaitan antara kehidupan nyata dengan sekolah, 10)Kebebasan siswa dalam interaksi pembelajaran, dan 11)Pengajaran individual.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika sesuai dengan materi dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga hasilnyapun optimal. Peneliti mengacu pada efektivitas hasil. Dalam hal ini peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL), sehingga diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini adalah prestasi belajar yang optimal.

3. Prestasi Belajar

Menurut Purwanto (2006: 13) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha sebagaimana dinyatakan dalam rapor dan prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Menurut Tirtonegoro (2001: 3)


(14)

prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Menurut Hamalik (2010: 18) prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 4) prestasi belajar mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan menurut bidang studi. Tujuan yang ditetapkan biasanya berupa kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Senada dengan hal tersebut Winkel (2002: 162) mengatakan prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Prestasi belajar dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat ukur di bidang pendidikan yang sangat penting, artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan (Azwar, 1996: 9). Prestasi belajar diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes dapat memberi informasi tentang apa yang telah dikuasai oleh siswa, serta dapat memberikan informasi kedudukan siswa dibandingkan dengan siswa yang lain atau kelompoknya. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan berprestasi atau berhasil dalam suatu pelajaran tertentu jika mampu menyelesaikan tes prestasi belajar tersebut dengan baik.

Sedangkan menurut Abidin (1991: 3-4) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu :


(15)

a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.

b. Sebagai lambang penguasaan hasrat ingin tahu.

c. Sebagai bahan informasi dalam pendididkan. Dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan suatu pendidikan.

d. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan tingkat produktifitas secara institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.

e. Sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa merupakan masalah yang utama karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bawa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai berupa penguasaaan kompetensi-kompetensi dasar yang dikuasai oleh siswa. Hasil tersebut didapat dari sebuah tes prestasi belajar yang dibuat oleh guru di akhir pembelajaran.


(16)

4. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian pendekatan saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar secara aktif peserta didik mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan diberi tahu (Hosnan, 2014: 34).

Menurut Barringer (2010) pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya pemecahan masalah yang penyelesaian masalahnya tidak mudah dilihat. Pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian.


(17)

Menurut Abidin (2014: 122) pembelajaran saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perancangan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini siswa harus dibina kepekaannya, kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya mengolah data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Langkah pembelajaran saintifik

Menurut Triling dan Fadel (2009: 93) sintaks model pembelajaran saintifik sebagai berikut :

1) Mengajukan pertanyaan

Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan dijadikan sebuah penelitian. Berdasarkan pengamatannya tersebut, siswa membuat pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan penelitian. 2) Menguji pertanyaan

Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengujian atas pertanyaan- pertanyaan yang telah dibuatnya. Pengujian dimaksudkan untuk


(18)

mengetes apakah masalah yang diajukan dapat diteliti (logis), terukur, bermanfaat, etis dan faktual. Hasil kegiatan ini adalah rumusan masalah yang layak diteliti.

3) Membuat hipotesis

Pada tahap ini siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Proses membuat hipotesis dilakukan dengan mengoptimalkan pengetahuan awal siswa sehingga menjadi proses penalaran induktif.

4) Melaksanakan penelitian

Pada tahap ini siswa melakukan serangkaian kegiatan penelitian sederhana. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut, siswa mengumpulkan data dan informasi serta mencatatnya dengan baik dan lengkap.

5) Menganalisis data dan membuat simpulan

Pada tahap ini siswa menganalisis dan memaknai data hasil penelitian. Proses pemaknaan data dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan teori yang sudah ada atau materi ajar yang ada di buku yang telah ada. Selanjutnya siswa membuat simpulan atas hasil penelitian yang dilakukannya.

6) Mencipta dan mengomunikasikan laporan

Pada tahap ini siswa menuliskan laporan hasil penelitian, setelah laporan selesai, perwakilan siswa mengomunikasikan laporan tersebut di dalam kelas dan selanjutnya laporan tersebut dipublikasikan.


(19)

Menurut Abidin (2014: 141), ada empat tahapan dalam model saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Identifikasi masalah

Pembelajaran hendaknya diawali dengan sejumlah masalah yang dapat diidentifikasi, baik masalah yang disajikan oleh guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang dirumuskan oleh siswa sendiri. Pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran.

2) Membuat hipotesis

Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model pembelajaran siswa harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Hasil yang didapat dari tahap ini adalah sebuah hipotesis atau dugaan sementara.

3) Mengumpulkan dan menganalisis data

Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun cara yang lain. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah untuk dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.

4) Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan

Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang telah dilakukannya. Hasil


(20)

interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh siswa dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh siswa sendiri sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh siswa melalui kegiatan menyimak penjelasan guru.

Menurut Daryanto (2014) langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.

Menurut Hosnan (2014: 39) langkah pembelajaran menggunakan metode saintifik dapat dilihat seperti tabel berikut :

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis, diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).


(21)

Mengumpulkan data (experimenting) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen).

Mangasosiasi (associating) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data, dimulai dari unstructured- unistructure- multistructure- complicated structure.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1) Mengamati 2) Menanya

3) Mengumpulkan informasi 4) Menalar


(22)

5. Problem Based Learning

Siregar dan Nara ( 2011: 119) menyatakan bahwa PBL (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang sangat popular dalam dunia kedokteran sejak 1970-an. PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau stimulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip dan yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective).

Menurut Suprihatiningrum (2012: 215-216) PBL adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student- centered. Di dalam PBL, dikenal adanya conceptual fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberikan ilustrasi pengetahuan tadi.

Pembelajaran PBL memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan keterampilan menghadapi masalah dengan terlibat dalam di berbagai situasi kehidupan nyata. Ini dapat memberikan makna bahwa sebagian besar konsep atau generalisasi dapat diperkenalkan dengan efektif melalui pemberian masalah.


(23)

Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing, PBL memiliki banyak variasi, diantaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah, yaitu :

1) Permasalahan sebagai pemandu,

2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, 3) Permasalahan sebagai contoh,

4) Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar,

5) Permasalahan sebagai stimulus (Siregar dan Nara, 2011: 120).

Pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning terdiri dari 5 langkah utama, berikut tabel sintaks pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim (Suprihatiningrum, 2013: 233).

Tabel 2. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.


(24)

Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dari pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Arrends (2008: 56-60) langkah-langkah dalam menerapkan Problem Based Learning dalam pembelajaran di kelas yaitu :

a. Memberikan orientasi permasalahan pada siswa b. Mengorganisasi siswa untuk meneliti

c. Membantu investigasi mandiri maupun kelompok

d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 136) langkah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model Problem Based Learning yaitu :

a. Mereview dan menyajikan masalah b. Menyusun strategi


(25)

c. Menerapkan strategi

d. Membahas dan mengevaluasi hasil

Sedangkan menurut Abidin (2014 : 163) sintaks atau langkah pembelajaran pada pendekatan Problem Based Learning yaitu :

a. Menemukan masalah b. Membangun struktur kerja c. Menetapkan masalah

d. Mengumpulkan dan berbagi informasi e. Merumuskan solusi

f. Menentukan solusi terbaik g. Menyajikan solusi

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran pada Problem Based Learning yaitu : a. Orientasi siswa pada masalah

b. Mengumpulkan fakta dan mengidentifikasi masalah c. Menyusun strategi

d. Menerapkan strategi e. Menyajikan solusi

f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah g. Menarik kesimpulan


(26)

6. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning

Berdasarkan kajian teori yang sudah diuraikan di atas, memperhatikan kedua langkah pembelajaran tersebut, maka pembelajaran pendekatan saintifik dan pembelajaran Problem Based Learning dapat dikombinasikan menjadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu adanya pembelajaran dengan Student Centered atau lebih banyak berpusat pada siswa. Langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Pembelajaran dengan Problem Based Learning

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

berbasis Problem Based Learning Mengamati Orientasi siswa pada

masalah

Mengamati masalah

Menanya - Menanya

Mengumpulkan informasi

Mengumpulkan fakta dan mengidentifikasi masalah

Mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi


(27)

masalah Mengasosiasi atau

menalar

Menyusun strategi Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian

- Menerapkan strategi Menyelesaikan masalah

Mengomunikasikan Menyajikan solusi Menyajikan solusi atau mengomunikasikan

- Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

- Menarik kesimpulan Menarik kesimpulan

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning.

a. Mengamati masalah

Siswa melakukan pengamatan langsung terhadap masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran dengan cara melihat, membaca, memahami, dan mengamati masalah yang ada. Diharapkan dengan mengamati masalah siswa merasa tertantang untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya. b. Menanya

Kegiatan menanya (questioning) dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan untuk mengetahui informasi yang tidak dipahami atau untuk mendapatkan informasi tambahan. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa


(28)

dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga tingkat kesulitan siswa dalam menghadapi permasalahan.

c. Mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi masalah

Tindak lanjut dari kegiatan menanya adalah kegiatan mengumpulkan informasi. Melalui kegiatan ini siswa menggali dan mengumpulkan informasi melalui berbagai sumber. Sehingga peserta didik dapat membaca buku atau melakukan eksperimen agar terkumpul sejumlah informasi. Selain itu, mengumpulkan informasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang diberikan.

d. Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian masalah

Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran dalam hal ini dapat dilakukan dengan menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar bagaimana siswa mengerjakan atau mencari cara menyelesaikan masalah.

e. Menyelesaikan masalah

Setelah menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar bagaimana siswa mengerjakan atau mencari cara menyelesaikan masalah. Hal yang dilakukan siswa selanjutnya adalah menyelesaikan masalah yang ada. f. Menyajikan solusi atau mengomunikasikan

Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dan proses pemecahan masalah. Siswa dapat menuliskan atau menceritakan apa yang mereka dapatkan dalam kegiatan


(29)

mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Kegiatan ini disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa baik dalam bentuk kelompok maupun individu.

g. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Setelah perwakilan siswa mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dari proses pemecahan masalah, siswa lain diberikan kesempatan untuk menganalisis proses pemecahan masalah dan diberikan kesempatan untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan memberikan pertanyaan, kritik dan saran.

h. Menarik kesimpulan

Siswa melakukan penarikan kesimpulan akhir terhadap materi yang diajarkan pada satu pertemuan. Simpulan ini hendaknya merangkum semua materi yang diajarkan dari apa yang dipelajari pada pertemuan tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Soleh Uzain (2015) tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Aritmetika Sosial Untuk Siswa Kelas VII SMP Yang Berorientasi Pada Kemandirian dan Prestasi Belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan terhadap prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial terhadap siswa kelas VII SMP.


(30)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2014) tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis saintifik terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu, Jawa Barat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sopiyan (2010) tentang efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa. Walaupun penelitian ini meneliti tentang hasil belajar, namun penelitian ini masih relevan. Hal ini dikarenakan hasil belajar digunakan untuk mengukur prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan belajar secara efektif dan efisien (Sugihartono, 2007: 81). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah kemampuan pendidik mengelola pembelajaran. Metode pembelajaran inilah yang dapat membantu


(31)

pendidik dan siswa untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran.

Secara teori, model pembelajaran saintifik dan Problem Based Learning bagus untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap model pembelajaran ini dan menunjukkan hasil yang baik. Pendekatan saintifik yang mana lebih menekankan pendekatan secara ilmiah dan metode Problem Based Learning yang mana lebih menekankan aspek masalah. Keduanya memuat berbagai aspek kemampuan yang diharapkan ada pada siswa.

Kedua model ini diterapkan dengan tujuan sebagai perbaikan pembelajaran, yang semula pasif menjadi pembelajaran yang aktif. Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam skema berikut :


(32)

Pembelajaran Matematika

Pengajaran

Saintifik

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Mengasosiasi atau Menalar

Mengomunikasikan

Problem Based Learning Mengamati Masalah

Menanya

Mengumpulkan Informasi dengan Mengidentifikasi

Masalah

Menalar dengan Menyusun Langkah Penyelesaian

Menyelesaikan Masalah

Menyajikan Solusi atau Mengomunikasikan

Mengevaluasi dan Menganalisis Proses Pemecahan Masalah

Menarik Kesimpulan

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning


(33)

D. Hipotesis

1. Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora, dengan kriteria efektif apabila nilai rata-rata posttest lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77.

2. Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora, dengan kriteria efektif apabila nilai rata-rata posttest lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77.

3. Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Blora Jl. Gunandar No. 72, Kedungjenar, Blora, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2016/ 2017 semester II pada tanggal 3-16 Januari 2017. Perlakuan penelitian dilaksanakan menyesuaikan jadwal pelajaran.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora yang terbagi menjadi 7 kelas paralel yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Blora kelas VIII A dan VIII B. Penentuan 2 kelompok atau kelas dari 7 kelas untuk sampel dilakukan secara acak (Cluster Random Sampling), yaitu dengan cara diundi. Pengundian dilakukan dengan menuliskan huruf A, B, C, D, E, F, dan G pada kertas kecil, dan terpilih huruf A dan B (kelas VIII A dan VIII B). Kemudian dengan cara yang sama pula ditentukan kelas Eksperimen (kelas yang dikenai perlakuan baru) dan kelas Kontrol, diperoleh kelas VIII A sebagai kelas Eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas Kontrol.

C. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode Pre Eksperimental Design. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 84) Pre Eksperimental


(35)

Design sering kali dipandang sebagai eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi experiment” atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menilai keefektifan dan membandingkan prestasi belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan kelompok kontrol yang menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik .

2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain Eksperimental Semu (Quasi Experimental), tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Caranya adalah membandingkan satu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan satu kelompok yang diberi perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran


(36)

matematika. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam hal model pengajarannya.

Tabel 4. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Treatment Post- test

Kontrol O1 X1 Y1

Eksperimen O2 X2 Y2

(Sumber: Sumanto, 1995: 133)

Keterangan :

O1 : nilai rata-rata pretest kelompok kontrol O2 : nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen

X1 : perlakuan yang diterima kelompok kontrol berupa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik

X1 : perlakuan yang diterima kelompok eksperimen berupa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning

Y1 : nilai rata-rata posttest kelompok kontrol Y2 : nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen D. Perangkat Pembelajaran

Untuk memperlancar proses pembelajaran, perlu disusun perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).


(37)

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam hal ini hanya ada satu RPP yang digunakan, yaitu RPP untuk kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP yang sudah disusun oleh guru di sekolah.

2) Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang didesain oleh peneliti dan juga telah dikonsultasikan kepada guru maupun dosen pembimbing. Dengan adanya LKS tersebut siswa akan terbantu dalam proses pembelajaran matematika. LKS ini dikerjakan oleh siswa secara berkelompok.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis, meliputi :

1) Instrumen Tes

Instrumen tes dimaksudkan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini, instrumen tes berbentuk tes tertulis. Tes tertulis berupa soal pilihan ganda. Dalam penelitian ini ada 2 tahap tes yaitu pretest dan posttest. Pretest merupakan tes awal yang diberikan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu mengerjakan soal dengan benar sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan posttest dilakukan pada akhir


(38)

materi yang sudah selesai dipelajari guna mendapatkan data prestasi siswa.

2) Instrumen Non Tes

Instrumen non tes digunakan untuk memperoleh data kualitatif. Data kualitatif selanjutnya diolah dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dengan teori yang ada. Pada penelitian ini, instrumen non tes yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

a) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran diiisi oleh observer yang ikut ke dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran terdiri dari 2 jenis, yaitu Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan menggunakan pendekatan saintifik. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda checklist () pada kolom “ya” jika aspek yang diamati terlaksana, atau memberi tanda checklist () pada kolom “tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana pada saat pembelajaran berlangsung.

F. Validitas a) Validitas

Instrumen penelitian yang berupa angket dan soal tes tentu harus memenuhi kualifikasi yang baik. Untuk angket dan soal tes yang baik


(39)

harus memenuhi validitas. Validitas menunjukkan seberapa valid instrumen tersebut untuk mengukur aspek yang hendak diteliti. Validitas sebuah instrumen akan didapatkan setelah instrumen diuji validitasnya oleh dosen ahli atau dosen validator. Validitas dilakukan untuk memastikan bahwa tiap butir soal dalam instrumen dapat mewakili aspek yang diteliti. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 teknik pengumpulan data, meliputi observasi dan tes. Teknik observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran. Tes digunakan untuk mendapatkan data pretasi belajar siswa dari dua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest dan posttest. Data tes diperoleh dari penelitian pada lembar jawab siswa dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 0.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data. Pada penelitian ini, data yang dideskripsikan adalah berupa hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan berupa nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(40)

Data hasil observasi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi.

Sementara data yang didapatkan dari tes prestasi belajar akan dihitung rata-rata, variansi, dan simpangan baku menggunakan rumus berikut.

a. Rata- rata (�̅) �̅ = ∑��=1��

(Sumber : Walpole, 1992: 24) b. Variansi (� )

� = ∑��=1��−�̅ −

(Sumber : Walpole, 1992: 35) c. Simpangan Baku (S)

S = √�

= √∑��=1��−�̅ −

2. Uji Asumsi

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji


(41)

parametric, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan statistik uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS 17 dengan taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 5% (α = 0,05).

Perumusan hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas data pretest sebagai berikut :

H0 : sebaran nilai pretest (kelas eksperimen atau kontrol) berasal dari data yang berdistribusi normal.

H1 : sebaran nilai pretest (kelas eksperimen atau kontrol) Berasal dari data yang berdistribusi tidak normal. Sedangkan perumusan hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas data posttest sebagai berikut :

H0 : sebaran nilai posttest (kelas eksperimen atau kontrol) berasal dari data yang berdistribusi normal. H1 : sebaran nilai posttest (kelas eksperimen atau

kontrol) berasal dari data yang berdistribusi tidak normal.

Uji normalitas menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai signifikansinya kurang dari sama dengan α = 0,05.


(42)

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas kemudian dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan terhadap data yang diperoleh sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan untuk uji homogenitas data prestasi belajar adalah :

H0 : � = � : Tidak terdapat perbedaan varian data prestasi belajar (pretest atau posttest) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : � ≠ � : Terdapat perbedaan varian data prestasi belajar (pretest atau posttest) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Uji homogenitas dibantu menggunakan software SPSS 17 dengan uji Test for Equal Variances. Uji homogenitas menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari sama dengan α = 0,05.


(43)

3. Uji Hipotesis

Analisis Keefektifan Pembelajaran Matematika antara Pendekatan Saintifik dan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Keefektifan metode pembelajaran ditentukan berdasarkan indeks keefektifan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar matematika di SMP Negeri 2 Blora untuk prestasi belajar bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila mencapai nilai minimal 77 untuk skala 0-100. Sehingga metode pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata siswa mencapai nilai minimal 77.

Pada data prestasi belajar, setelah data hasil tes dianalisis dengan melakukan uji asumsi dilanjutkan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji rata-rata skor pretest siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak diantara keduanya. Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata nilai awal prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut. H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keterangan :

µ� : rata-rata skor pretest kelompok eksperimen µ� : rata-rata skor pretest kelompok kontrol


(44)

Kriteria pengujian dan pengambilan kesimpulan adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berikut adalah rumusan masalah beserta uji hipotesisnya.

a. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah pertama

Rumusan masalahnya adalah apakah pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar matematika. Pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa apabila rata-rata nilai posttest kelas dapat mencapai KKM atau lebih dari 77. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ ≤ 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

Uji yang dilakukan pada hipotesis pertama adalah uji pihak kanan. Uji hipotesis pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan software SPSS 17 dengan uji One-Sample T Test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika nilai p-value dari hasil uji test One-Sample T Test kurang dari sama dengan α = 0,05.


(45)

b. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah kedua

Rumusan masalahnya adalah apakah penerapan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar matematika. Pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa apabila rata-rata nilai posttest kelas dapat melampaui KKM atau lebih dari 77. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ ≤ 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

Uji hipotesis pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan software SPSS 17 dengan uji One-Sample T Test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika nilai p-value dari hasil uji test One-Sample T Test kurang dari sama dengan α = 0,05.


(46)

Analisis Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika antara Pendekatan Saintifik dan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Langkah selanjutnya adalah data yang dieroleh dari skor posttest siswa akan diuji perbedaan rata-rata jika asumsi normalitas dan homogenitas telah dipenuhi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Jika asumsi-asumsi yang menjadi prasyarat terpenuhi, maka analisis data dilakukan dengan menerapkan analisis uji selanjutnya. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari posttest. Pada penelitian ini, kelompok yang dibandingkan adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata prestasi belajar adalah sebagai berikut.

H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H1 : µ ≠ µ: Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keterangan :

µ : rata-rata skor posttest kelompok eksperimen µ� : rata-rata skor posttest kelompok kontrol

Kriteria pengujian dan pengambilan kesimpulan adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berikut adalah rumusan masalah beserta uji hipotesisnya.


(47)

c. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah ketiga

Rumusan masalahnya adalah apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar siswa. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.

H0 : µ ≤ µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak lebih efektif atau sama dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang ketiga dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS 17 menggunakan uji Independent Sample Test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari sama dengan α = 0,05.

Untuk pengujian hipotesis terhadap prestasi belajar jika berdasarkan uji perbedaan rata-rata skor pretest dihasilkan bahwa prestasi belajar siswa berbeda antara kelompok eksperimen dan


(48)

kelompok kontrol maka dilakukan pengujian hipotesis berdasarkan skor gain, yaitu menggunakan selisih skor pretest dan posttest. Skor gain didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

� = � − � �� − � Keterangan :

� : skor gain

� : skor pretest prestasi belajar siswa � : skor pretest prestasi belajar siswa � �� : skor maksimal prestasi belajar siswa

Skor gain yang telah diketahui selanjutnya dianalisis dengan kriteria sesuai kategori dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kriteria Skor Gain

Rata-rata skor gain Kriteria

� 0,7 Tinggi

0,3 � < 0,7 Sedang

� < 0,3 Rendah

Suatu pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa apabila skor gain masing-masing minimal mencapai 0,7. Analisis menggunakan skor gain untuk menguji hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah pertama


(49)

H0 : µ�� ≤ 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H0 : µ�� > 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok kontrol

Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa pendekatan saintifik tidak efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai ≤ 0,7. Pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai > 0,7.

b. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah kedua

Rumusan hipotesis

H0 : µ�� ≤ 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H0 : µ�� > 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok eksperimen

Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata


(50)

skor gain siswa memperoleh nilai ≤ 0,7. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai > 0,7.

c. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah ketiga

Hipotesis ketiga untuk menjawab manakah yang lebih efektif antara pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

H0 : µ�� ≤ µ�� : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based tidak lebih efektif atau sama dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ�� ≤ µ�� : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok eksperimen µ�� : rata-rata skor gain kelompok kontrol

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Uji hipotesis menggunakan bantuan software SPSS 17.


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 sampai dengan tanggal 16 Januari 2016 bertempat di SMP Negeri 2 Blora. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII, sedangkan sampelnya diambil secara acak yaitu kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelompok kontrol.

Pembelajaran pada kelompok eksperimen dilaksanakan oleh peneliti mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Selain itu, RPP juga telah divalidasi oleh dosen Jurusan Pendidikan Matematika. Penelitian diawali dengan pemberian pretest pada kedua kelas berupa soal pilihan ganda.


(52)

Gambar 1. Siswa saat mengerjakan pretest

Setelah siswa melaksanakan pretest seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 1, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan pada kelompok kontrol berupa pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh dua orang yaitu guru pelajaran matematika dan satu orang rekan peneliti. Dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning terdapat kegiatan diskusi kelompok dengan bimbingan yang diberikan oleh peneliti sendiri yang berperan sebagai guru di kelas. Kegiatan tersebut seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3. Lembar observasi digunakan untuk mengevaluasi setiap proses pembelajaran yang dilakukan.


(53)

Gambar 2. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS

Gambar 3. Guru membimbing kegiatan diskusi yang sedang berlangsung Di akhir penelitian dilakukan posttest yang terdiri dari soal pilihan ganda untuk mengetahui keefektifan kedua pendekatan pembelajaran. Posttest dilakukan pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kegiatan posttest dilakukan untuk mengetahui


(54)

hasil akhir yang didapat oleh kedua kelompok setelah masing-masing kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Pelaksanaan posttest yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Siswa saat mengerjakan posttest

Dari awal sampai akhir proses pembelajaran, pada kelompok eksperimen diterapkan perlakuan berupa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dapat berjalan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya. Proses pembelajaran diawali dengan pembukaan, penyampaian informasi materi pembelajaran, penyampaian indikator, apersepsi, penyajian permasalahan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi masing- masing kelompok, tanya jawab oleh siswa kelompok lain, pengambilan simpulan hasil diskusi kelompok, pemberian tambahan latihan soal secara mandiri kepada siswa dan penutup.


(55)

2. Deskripsi Data

Dalam penelitian yang telah dilakukan, data yang diperoleh terdiri dari nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar siswa. Kedua data tersebut diperoleh dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan kelas kontrol yang diterapakan pendekatan saintifik.

a. Data Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar siswa terdiri dari pretest dan posttest. Kedua data ini didapatkan dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran saintifik berbasis Problem Based Learning, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran saintifik. Data pretest didapatkan sebelum kedua kelompok mendapatkan perlakuan, sedangkan data posttest didapatkan setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan masing-masing. Data prestasi belajar siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Prestasi Belajar Siswa Skor

Eksperimen Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest


(56)

Skor Maksimal Ideal 100 100 100 100

Maksimal 70 100 75 100

Minimal 20 65 20 60

Rata-rata 42,43 84,57 48,47 80,56

Variansi 199,076 110,840 152,599 78,254 Simpangan Baku 14,109 10,528 12,353 8,846

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara signifikan yang memiliki selisih sebesar 6,04. Kemudian untuk nilai posttest, kelompok eksperimen mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, sehingga kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai posttest kelompok kontrol.

Dari data simpangan baku atau standar deviasi, dapat diketahui bahwa kedua kelompok memiliki keragaman yang cukup tinggi terhadap rata-rata nilai masing-masing. Hal ini dapat diketahui baik dari nilai pretest maupun nilai posttest kedua kelompok yang menunjukkan adanya keberagaman yang hampir sama. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui pula bahwa kedua kelompok mengalami penurunan nilai simpangan baku atau standar deviasi setelah diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan mampu menurunkan tingkat keberagaman nilai.


(57)

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari pengujian hipotesis yang berkaitan dengan keefektifan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning maupun pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa. Jika kedua pembelajaran ini masing- masing efektif terhadap aspek yang diukur maka dilakukan uji lanjut dengan hipotesis mengenai perbedaan keefektifan. Jika hipotesis ini menunjukkan ada perbedaan maka dilannjutkan lagi dengan uji perbandingan.

a. Uji Asumsi

Asumsi normalitas dan homogenitas dari data yang diperoleh untuk prestasi belajar siswa harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis. Hasil yang diperoleh sebelum perlakuan berupa skor awal pretest serta perlakuan berupa skor akhir posttest baik untuk kelompok eksperimen mauupun kelompok kontrol. Dari data tersebut akan dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Selain itu, uji normalitas juga dilakukan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Uji normalitas dilakukan terhadap


(58)

nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa. Hipotesis uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Hasil Uji Normalitas Kelompok Data

Uji Normalitas

α Hasil Sig. Interpretasi

Eksperimen Pretest 0,081 H0 diterima 0,05 Normal Posttest 0,076 H0 diterima 0,05 Normal Kontrol Pretest 0,079 H0 diterima 0,05 Normal Posttest 0,066 H0 diterima 0,05 Normal

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk masing- masing data lebih dari α (0,05), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan Lampiran 4.4.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians masing-masing variabel secara terpisah. Untuk menguji kesamaan varians pretest untuk masing-masing variabel digunakan uji Lavene’s. Uji homogenitas dilakukan pada nilai pretest prestasi belajar. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.


(59)

H0 : kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians homogen

H1 : kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians tidak homogen

Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Hasil Uji Homogenitas Data

Uji Homogenitas

α Hasil

Sig. Interpretasi Pretest

Prestasi Belajar Siswa

0,304 H0 diterima 0,05 Homogen

Posttest Prestasi Belajar Siswa

0,414 H0 diterima 0,05 Homogen

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan signifikansi untuk kedua data

lebih dari α (0,05), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua kelas bersifat homogen. Hasil uji homogenitas pretest prestasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.5

Setelah dilakukan uji asumsi selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Kriteria keefektifan dalam pengujian hipotesis adalah pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut.


(60)

3) Uji Hipotesis

Setelah hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan kemampuan awal untuk menentukan penggunaan uji hipotesis. Data yang digunakan adalah data pretest.

Uji perbedaan rata-rata antara kedua kelompok bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata atau tidak. Uji ini digunakan apabila asumsi normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Kedua asumsi ini telah terpenuhi untuk data yang diperoleh dari hasil pengukuran prestasi belajar sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

Karena asumsi-asumsi tersebut telah terpenuhi, maka analisis data dilakukan dengan menerapkan statistik dengan hipotesis untuk variabel prestasi belajar sebagai berikut.

H0 : µ� = µ� : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kriteria keputusan hipotesis tersebut adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.


(61)

Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata (Independent Sample Test) dilakukan menggunakan bantuan Software SPSS 17. Hasil analisis dengan Independent Sample Test sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan

Variabel Kelompok Rata-rata Sig.

Prestasi belajar Eksperimen 42,43

0,059 Kontrol 48,47

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Software SPSS 17 diperoleh signifikansi 0,059 (lebih dari 0,05) untuk variabel prestasi belajar. Ini menunjukkan H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap prestasi belajar.

Analisis Keefektifan Pendekatan Saintifik ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa.

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama adalah untuk menguji keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. Dalam hal ini pendekatan saintifik dikatakan efektif jika rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Namun dalam merumuskan hipotesis dipilih skor 76,9 sebagai µ0 (nilai yang dihipotesiskan), hal ini dilakukan supaya mendapat bentuk atau rumusan hipotesis statistik


(62)

yang memenuhi tujuan dari pengujian hipotesis penelitian, yaitu menolak H0, sehingga hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

H0 : µ1 ≤ 76,9 : (Pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa)

H0 : µ1 > 76,9 : (Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa)

Hasil uji One-Sample T Test dengan bantuan software SPSS untuk prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil uji One-Sample T Test keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar

Kelompok Variabel t df Sig.

Pendekatan Saintifik Prestasi belajar 2,412 35 0,021

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa signifikansi hasil uji One-Sample T Test yang diperoleh bahwa kelompok pendekatan saintifik untuk variabel prestasi belajar sebesar 0,021. Signifikansi aspek prestasi belajar tersebut kurang dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.6.

Analisis Keefektifan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa.

2) Pengujian Hipotesis Kedua

Uji hipotesis kedua adalah untuk menguji keefektifan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa.


(63)

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. Dalam hal ini pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dikatakan efektif jika rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Namun dalam merumuskan hipotesis dipilih skor 76,9 sebagai µ0 (nilai yang dihipotesiskan), hal ini dilakukan supaya mendapat bentuk atau rumusan hipotesis statistik yang memenuhi tujuan dari pengujian hipotesis penelitian, yaitu menolak H0, sehingga hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

H0 : µ1 ≤ 76,9 : (Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa)

H0 : µ1 > 76,9 : (Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa) Hasil uji One-Sample T Test dengan bantuan software SPSS untuk prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji One-Sample T Test keefektifan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar

Kelompok Variabel t df Sig.

Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning

Prestasi belajar 4,255 34 0,000

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa signifikansi hasil uji One-Sample T Test yang diperoleh bahwa kelompok pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning untuk variabel prestasi belajar sebesar 0,000. Signifikansi aspek prestasi belajar tersebut kurang dari 0,05. Ini menunjukkan


(64)

terhadap prestasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.6.

Analisis perbandingan Keefektifan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning dan Pembelajaran Saintifik ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa.

3) Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil uji hipotesis pada rumusan masalah yang pertama diperoleh bahwa pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua diperoleh bahwa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Sehingga dilanjutkan pengujian hipotesis ketiga, yaitu untuk menjawab manakah yang lebih efektif antara pendekatan saintifik dan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Setelah data tes menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, langkah selanjutnya adalah uji perbedaan rata-rata skor gain prestasi belajar siswa. Data yang dianalisis adalah data skor gain yang diperoleh dari perbandingan antara selisih nilai posttest dan pretest. Karena asumsi-asumsi yang menjadi prasyarat telah terpenuhi, maka analisis data dilanjutkan dengan pengujian beda rata-rata skor gain prestasi belajar siswa.

Pada penelitian ini kelompok yang dibandingkan adalah kelompok dengan pendekatan saintifik dan kelompok dengan pendekatan saintifik


(65)

berbasis Problem Based Learning. Hipotesis yang digunakan untuk uji beda rata-rata prestasi belajar adalah sebagai berikut.

H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kriteria keputusan hipotesis yaitu H0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata (Independent Sample Test) yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 17. Hasil analisis dengan Independent Sample Test setelah perlakuan disajikan pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan

Variabel Kelompok Rata-rata Sig.

Prestasi belajar

Eksperimen 84,57

0,001 Kontrol 80,56

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, nilai signifikansi uji perbedaan rata-rata untuk variabel prestasi belajar adalah 0,001 ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir kedua kelompok pada aspek prestasi belajar berbeda.


(66)

Setelah uji prasyarat dan uji perbedaan rata-rata terpenuhi, maka dilanjutkan uji hipotesis untuk rumusan masalah ketiga yaitu menentukan metode pembelajaran mana yang lebih efektif antara pendekatan saintifik dan kelompok dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa. Adapun hipotesis untuk rumusan masalah ketiga adalah sebagai berikut.

H0 : µ ≤ µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak lebih efektif atau sama dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Kriteria keputusan hipotesis yaitu H0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil analisis dengan Independent Sample Test setelah perlakuan disajikan pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Data Hasil Uji Perbandingan Rata-rata antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Data Signifikansi α Hasil Skor akhir prestasi

belajar siswa

0,001 0,05 H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa signifikansi hasil uji Independent Sample Test yang diperoleh bahwa kelompok pendekatan


(67)

sebesar 0,001. Signifikansi aspek prestasi belajar tersebut kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada 4.6.

B. Pembahasan

1. Keefektifan Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Pendekatan saintifik merupakan aspek yang sangat penting dalam kurikulum 2013 yang digunakan sekarang. Meskipun ada beberapa sekolah yang sudah tidak menggunakan kurikulum 2013, namun pendekatan saintifik sendiri memiliki karakteristik yang cocok untuk diterapkan dalam suatu metode pembelajaran. Pendekatan saintifik bukanlah suatu metode pembelajaran, akan tetapi lebih berperan dalam langkah-langkah proses pembelajaran yang di dalamnya bisa juga dipadukan dengan metode-metode pembelajaran. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013.

Secara teoritis pengertian pendekatan saintifik dan langkah-langkahnya telah dibahas pada Bab II. Langkah-langkah dengan


(68)

pendekatan saintifik dalam penelitian ini sudah berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam teori. Selain itu berdasarkan teori-teori yang sudah dikemukakan oleh beberapa ahli pada Bab II peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik juga memiliki beberapa kelebihan-kelebihan, yaitu :

1) Mengajarkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran 2) Pembelajaran berpusat pada siswa

3) Meningkatkan cara berpikir kritis pada siswa 4) Meningkatkan kemampuan intelek siswa

Data yang dianalisis adalah data hasil posttest. Berdasarkan hasil analisis deskripsi posttest diperoleh bahwa pada kelompok kontrol diperoleh skor minimal 60, skor maksimal 100, dan rata-ratanya 80,56. Berdasarkan uji asumsi analisis posttest yang telah dilakukan, kelas berdistribusi normal dan mempunyai varian yang sama (homogen). Pada tahap selanjutnya, berdasarkan hasil uji One-Sample T Test dengan bantuan software SPSS menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,021 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa dalam pembelajaran aljabar. Kesimpulan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermawati yang menunjukkan bahwa pendekatan saintifik memiliki pengaruh yang signifikan ke arah positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu.


(1)

252

Lampiran 5. Surat-Surat

Lampiran 5.1. Surat Permohonan Validasi Instrumen

Lampiran 5.2. Surat Keterangan Penunjukkan Dosen Pembimbing Lampiran 5.3. Surat Ijin Penelitian Fakultas


(2)

(3)

(4)

Lampiran 5.2


(5)

Lampiran 5.3


(6)

Lampiran 5.4


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Discovery Learning (Dl) Dan Problem Based Learning (Pbl) Ditinjau Dari Komunikasi Matematika (Kelas VIII Semester Genap D

0 4 11

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMK Muh

0 2 15

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMK Muh

0 1 12

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT), Numbered Head Together (NHT), dan Problem Based Learning (PBL) dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Operasi dan Faktorisasi Bentuk Aljabar ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa

0 1 7

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Operasi Aljabar Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa.

0 0 2

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MIND MAPPING DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA MATERI OPERASI ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

1 1 17

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN.

0 2 388

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI OPERASI ALJABAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII DI KABUPATEN KARANGANYAR | Cahyani | 8

0 0 8