JURUSAN TARBIYAH PRO G RAM STUDI PENDIDIK AN AG AM A ISLA M SEKO LAH TING G I AG A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIG A 2010 SKRIPSI

HUBUNGAN KEAKTIFAN DALAM KEGIATAN
KEPRAMUKAAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI
PADA SISWA MAN SALATIGA
TAHUN 2009 / 2010

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

F A TI MA H
N IM : 111 06 056

JURUSAN TARBIYAH
PRO G RAM STUDI PENDIDIK AN AG AM A ISLA M
SEKO LAH TING G I AG A M A ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIG A

2010


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah in i:
Nama

: Fatimah

NIM

: 111 06 056

Jurusan

: Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.


Salatiga, 30 Juli 2010
Yang menyatakan,

NIM : 111 06 056

li

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:
Nama

: Fatimah

NIM

: 111 06 056

Jurusan


: Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi

: HUBUNGAN KEAKTIFAN DALAM KEGIATAN
KEPRAMUKAAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI
PADA SISWA MAN SALATIGA TAHUN 2009 /2010

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 30 Juli 2010

iii

KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721

Website : www.stainscdatisa.ac.id E -m ail: admini.itrasi(disiainsalatiga.ac.id

PENG ESAH AN K ELU LUSAN
Skripsi Saudari: FATIMAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 06 056 yang
berjudul

HUBUNGAN

KEAKTIFAN

DALAM

KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA MAN
SALATIGA TAHUN 2009 / 2010». Telah dimunaqasahkan dalam sidang
panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
pada hari Selasa tanggal 31 Agustus 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 21
Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

31 Agustus 2010 M
Salatiga, — ----------------------------------21 Ramadhan 1431 H
Panitia Ujian

IV

MOTTO

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga dia
merubahnya sendiri

KATA PENGANTAR
\
^1 \

^

p

-> *0


Puji dan Syukur yang tinggi kepada Allah SWT dan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah

“HUBUNGAN

KEAKTIFAN

DALAM

KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA MAN
SALATIGA TAHUN 2009/2010”.
Selain itu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak dapat
berhasil dan terlaksana tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN
2. Fatchurrahman, M.Pd selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga.
3. Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sampai pada penulisan skripsi ini
4. Seluruh pengajar PAI STAIN Salatiga yang penuh kearifan dan penuh
kesabaran telah mendidik penulis selama menuntut ilmu di kampus tercinta
ini.

vii

ABSTRAK

Fatimah. 111 06 056. Hubungan Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan Dengan
Rasa Percaya Diri Pada Siswa MAN Salatiga Tahun 2009/2010. Skripsi Jurusan
Tarbiyah Progdi Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga.
Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si.
Kata kunci: Keaktifan dalam Kegaiatan Kepramukaan dan Rasa Percaya Diri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan keaktifan dalam
kegiatan kepramukaan dengan rasa percaya diri pada siswa MAN Salatiga tahun
2009/2010. Analisis ini mengunakan metode angket, wawancara dan
dokumentasi. Subyek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik
populasi dan sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk
menjaring data aktifitas Kepramukaan dan data rasa percaya diri.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian
hipotesis penelitian terdapat hubungan yang positif antara keaktifan dalam
kegiatan kepramukaan dengan rasa percaya diri. Hal ini dapat disimpulkan dari
hasil angket yang memperoleh nilai 57% dari 30 responden bahwa keaktifan
kegiatan kepramukaan dalam kategori baik, yaitu berada pada interval 26-29.
Sedangkan untuk rasa percaya diri memperoleh kategori baik mencapai nilai 43%,
berada pada interval 25-28.
Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r^bei.
Dengan jumlah subyek 30 responden dengan taraf signifikansi 5% dan 1%,
diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 5%= 0,361 dan 1% = 0,463, dan apabila
ditunjukkan dengan hasil hitung koefisien korelasi r0 =1,017 > 0,361 dan 1,017 >
0,463. Maka hipotesis keija (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang positif antara
aktifitas kepramukaan dengan rasa percaya diri siswa" hipotesis yang penulis
ajukan diterima.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................

iv

MOTTO......................................................................................................


v

PERSEMBAHAN.......................................................................................

vi

KATA PENGANTAR.................................................................................

vii

ABSTRAK.................................................................................................

x

DAFTAR ISI...............................................................................................

xi

DAFTAR TABEL.......................................................................................


xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................

1

B. Penegasan Istilah..........................................................

4

C. Rumusan Masalah...........................................................

6

D. Tujuan Penelitian...........................................................

6

E. Hipotesis ........................................................................

7

F. Metode Penelitan............................................................

7

G. Sistematika Penulisan.....................................................

13

LANDASAN TEORI
A. Kajian tentang Kepramukaan.........................................

15

1. Pengertian.................................................................

15

xi

A

2. Sejarah Kepramukaan...............................................

20

3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan.................................

27

4. Dasar, Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka

28

5. Prinsip

Dasar

Kepramukaan

dan

Metode

Kepramukaan...........................................................

31

6. Bentuk-bentuk Kegiatan Kepramukaan....................

32

B. Rasa Percaya D iri...........................................................

34

1. Pengertian.................................................................

34

2. Dasar.........................................................................

36

3. Karakteristik (Ciri-ciri) Rasa Percaya Diri...............

37

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya
Diri............................................................................

38

5. Cara Mengembangkan Rasa Percaya D iri................

49

6. Manfaat Rasa Percaya D iri.......................................

51

C. Hubungan Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
dengan Rasa Percaya Diri...............................................
BAB III

52

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MAN Salatiga...................................
1.

54

Sejarah Berdirinya MAN Salatiga...........................

54

2. Letak Geografis.........................................................

55

3. Struktur Organisasi...................................................

55

4. Data Guru dan Karyawan MAN Salatiga.................

57

5. Data Kesiswaan........................................................

62

6. Data Sarana dan Prasarana.......................................

63

7. Kegiatan Ekstra Kurikuler........................................

64

8. Struktur Organisasi Kepramukaan di MAN Salatiga

65

B. Daftar Nama-nama Responden.......................................

66

C. Penyajian Data Penelitian...............................................

68

1. Data

BAB IV

BAB V

tentang

Keaktifan

dalam

Kegiatan

Kepramukaan............................................................

68

2. Data tentang Rasa Percaya Diri................................

70

D. Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan.......................

71

E. Rasa Percaya Diri pada Siswa........................................

72

ANALISIS DATA
A. Analisis Data...................................................................

73

B. Analisis Data Kedua.......................................................

86

C. Interprestasi Data............................................................

89

PENUTUP
F. Kesimpulan.....................................................................

91

G. Saran-Saran.....................................................................

92

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel I

Struktur Organisasi guru dan Karyawan MAN Salatiga
Tahun 2009/2010............................................................. '

Tabel II

55

Rekapitulasi Guru dan Karyawan MAN Salatiga Tahun
Pelajaran 2009/2010........................................................

57

Tabel III

Rekapitulasi Jumlah Pegawai Tata Usaha MAN Salatiga.

61

Tabel IV

Rekapitulsai Data Siswa MAN Salatiga..................

Tabel V

Rekapitulasi Data Sarana Prasarana MAN Salatiga

62

Tahun Pelajaran 2009/2010.............................................
Tabel VI

Kegiatan Ekstra Kurikuler MAN

Salatiga Tahun

2009/2010........................................................................
Tabel VII

77

Frekwensi Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
Siswa Kelas X MAN Salatiga..........................................

Tabel XV

76

Nilai Nominasi Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
Siswa Kelas X MAN Salatiga..........................................

Tabel XIV

74

Interval Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan Siswa
Kelas X MAN Salatiga....................................................

Tabel XIII

70

Skor Angket Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
Siswa Kelas X MAN Salatiga.........................................

Tabel XII

69

Tabulasi Jawaban Siswa Kelas X terhadap Angket Rasa
Percaya D iri.....................................................................

Tabel XI

67

Tabulasi Jawaban Siswa Kelas X terhadap Angket
Kepramukaan...................................................................

Tabel X

65

Daftar Nama Siswa Kelas X yang menjadi Responden
MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010.....................

Tabel IX

64

Struktur organisasi Pramuka MAN Salatiga Tahun
Pelajaran 2009/2010........................................................

Tabel VIII

63

79

Skor Angket Rasa Percaya Diri Siswa Kelas X MAN
Salatiga.............................................................................

XIV

80

Tabel XVI

Interval Rasa percaya Diri Siswa Kelas X MAN Salatiga

Tabel XVII

Nilai Nominasi Rasa Percaya Diri Siswa Kelas X MAN
Salatiga.............................................................................

83

83

Tabel XVIII Frekwensi Rasa Percaya Diri Siswa Kelas X MAN
Salatiga.............................................................................
Tabel XIX

86

Tabel Kerja untuk Mencari koefisien antara Variabel
Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan (X) dengan
Rasa Percaya

Diri (Y)..................................................

xv

87

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha orang dewasa secara sadar
untuk membimbing dan membentuk dasar anak baik dalam pendidikan formal
maupun non formal. Selain itu, pendidikan merupakan proses perubahan
perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang akan terwujud dalam
kepribadiannya,

pembentukan

kepribadian

seseorang

ditentukan

oleh

lingkungan di manapun berada baik lingkungan keluarga, sekolah mapun
masyarakat.
Sekolah juga merupakan wahana yang efektif untuk mengembangkan
kepribadian siswa.

Setiap lembaga pendidikan pasti berusaha untuk

mewujudkan suatu yang dicita-citakan oleh lembaga tersebut yaitu siswa yang
cerdas dan berkepribadian yang mulia.
Dalam mencapai hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari
pendidikan dan sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga dapat diterima
oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu sekolah sebagai lembaga
pendidikan senantiasa menggunakan sistem pembelajaran atau kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kemudian dalam sistem pendidikan sekolah pada masa ini dikenal
adanya tiga kegiatan yaitu keguatan intrakurikuler (kegiatan yang dilakukan di
sekolah yang penjatahan waktunya telah ditetapkan dalam struktur program
dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal dalam masing-masing mata
1

2

pelajaran), kegiatan kokurikuler (kegiatan di luar jam pelajaran biasa termasuk
waktu libur yang dilakukan di sekolah ataupun luar sekolah dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai
jenis pengetahuan, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya), kegiatan ekstrakurikuler (kegiatan yang
dilakukan di luar jam pelajaran atau tatap muka baik dilaksanakan di sekolah
maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan
meperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dari berbagai
bidang studi) (Usman dan Setiawati, 1993 : 15, 17, 22). Contoh kegiatan
ekstrakurikuler di sini adalah kepramukaan yang di dalamnya terdapat
organisasi yang mengatur atau sebagai penggerak kegiatan agar berjalan
sesuai yang diinginkan.^
Organisasi siswa pada Madrasah Aliyah Negeri Salatiga yang bersifat
intrakurikuler yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sedang organisasi
yang bersifat ekstrakurikuler yaitu kepramukaan yang beranggotakan seluruh
siswa Madrasah Aliyah Negeri Salatiga. Kegiatan kepramukaan di Madrasah
Aliyah Negeri Salatiga diikuti oleh siswa kelas X dan XI. Akan tetapi dalam
penelitian ini peneliti hanya meneliti siswa kelas X karena kegiatan ini
diwajibkan untuk seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.
Pada dunia remaja yang masih dalam taraf perkembangan perlu adanya
pembentukan kepribadian, khususnya berkaitan dengan rasa percaya diri. Ada
kalanya rasa percaya diri yang dimiliki oleh remaja yang baru masuk dalam
suatu sekolah biasanya kurang, terkadang masih merasa minder dengan diri

3

sendiri. Untuk itu perlu adanya kesadaran yang lebih dalam mengenal diri,
yaitu dengan usaha pada diri untuk mengamati, menyadari serta menerima
kelebihan dan kekurangan yang ada, tanpa menutup-nutupi dan menggunakan
topeng sehingga tampak berbeda di hadapan orang lain.
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri bawaannya nyaman, tidak
merasa terbebani, merasa setara dengan orang lain. Kalau dalam diri sudah
tertanam rasa percaya diri, hubungan dengan orang lain pun akan lancar. Hal
ini bisa dengan mudah “tertangkap kamera”. Orang yang nyaman dengan
dirinya biasanya mengembangkan sikap dan perilaku yang positif. Sikap dan
perilaku positif akan ditanggapi orang lain sebagai hal yang menyenangkan
dan orang lain pun akan merespon dengan sikap dan perilaku yang positif pula
(Chomariyah Nurul, 2008 : 107).
Dari penjelasan di atas, maka dengan keikutsertaan siswa dalam
kegiatan kepramukaan diharapkan rasa percaya diri siswa akan terbentuk
melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Rasa percaya diri pada siswa
sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai prestasi maupun kesuksesan di
masa depan. Karena pendidikan kepramukaan bertujuan untuk membentuk
sikap dan perilaku ke arah yang positif, menambah pengetahuan dan
pengelaman, serta menguasai kecakapan dan ketrampilan sehingga pada
anggota gerakan pramuka menjadi manusia yang berkepribadian, berwatak,
berbudi luhur, dan percaya pada kemampuan sendiri. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra’du ayat 11 sebagai
berikut:

4

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan, yang ada pada diri mereka
sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia (Depag RI, 2005 : 370)
Kemudian dengan melihat uraian di atas, maka penulis terdorong
untuk

meneliti

seberapa jauh

hubungan

keaktifan

dalam

kegiatan

kepramukaan dengan rasa percaya diri pada siswa dengan melakukan
penelitian di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan mengambil judul
Hubungan Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan dengan Rasa Percaya Diri
pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2009 /2010.

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda
dan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan istilah
pokok maupun kata-kata yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain :
1. Hubungan
Hubungan yaitu keadaan yang terhubung (Departemen Pendidikan
Nasional, 2007 : 409). Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hubungan keaktifan dalam kegiatan kepramukaan dengan rasa
percaya diri pada siswa MAN Salatiga tahun 2009 /2010.

5

2. Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
Keaktifan yaitu kegiatan atau kesibukan (Departemen Pendidikan
Nasional, 2007 : 23). Dari pengertian tersebut maka penulis dapat
menyimpulkan

bahwa

yang

dimaksud

keaktifan

dalam

kegiatan

kepramukaan di sini adalah aktif dalam mengikuti kegiatan kepramukaan.
Kepramukaan adalah proses pendidikan luar sekolah dan di luar
keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur,
terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka (Gerakan Pramuka
Kwarcab Salatiga, 2006 : 3). Dengan prinsip dasar kepramukaan dan
metode kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak.
Kepramukaan

menurut

penulis

adalah

pendidikan

tentang

kepramukaan baik berupa materi maupun permainan. Biasanya kegiatan
pramuka tidak hanya dilakukan di ruangan saja namun untuk membuang
kejenuhan siswa dapat juga dilakukan di luar ruangan (alam bebas).
Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa keaktifan
dalam kegiatan kepramukaan adalah segala bentuk kegiatan yang
diselenggarakan di pramuka baik berupa materi maupun permainan yang
dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan.
3. Rasa Percaya Diri.
Percaya diri merupakan hasil gabungan dari dua kata yaitu percaya
yang artinya mengakui atau yakin bahwa semua memang benar atau nyata
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 856), dan diri yang memiliki
makna orang, badan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 42).

6

Percaya diri berarti yakin pada kemampuan diri sendiri (Barbara de
Angelis, 2005 :42).
Dari uraian di atas, maka menurut penulis percaya diri adalah
keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri sehingga tidak merasa ragu
dengan sesuatu yang ada pada dirinya.
C. Rumusan Masalah ,
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat keaktifan dalam kegiatan kepramukaan di Madrasah
Aliyah Negeri Salatiga?
2. Bagaimana tingkat rasa percaya diri siswa Madrasah Aliyah Negeri
Salatiga?
3. Adakah hubungan yang positif antara keaktifan kegiatan kepramukaan
dengan rasa percaya diri pada siswa Madrasah Aliyah Negeri Salatiga?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan alasan pemilihan judul, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat keaktifan dalam kegiatan kepramukaan di
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.
2. Untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri siswa Madrasah Aliyah Negeri
Salatiga.

7

3. Untuk mengetahui hubungan yang positif antara kekatifan kegiatan
kepramukaan dengan rasa percaya diri pada siswa Madrasah Aliyah
Negeri Salatiga.

E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata, 1983 : 69).
Menurut penulis, hipotesis di sini adalah suatu jawaban sementara
yang kebenarannya harus diuji lagi secara empirik. Untuk membuktikan
kebenaran tersebut, maka penulis harus melakukan penelitian secara langsung
di lapangan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
mengajukan hipotesis : Terdapat hubungan yang positif antara keaktifan
dalam kegiatan kepramukaan dengan rasa percaya diri pada siswa
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga tahun 2009 / 2010.
F. Metode Penelitian
Diantara cara agar peneliti memperoleh hasil yang maksimal dan tepat,
maka salah satunya adalah dengan menggunakan metode yang tepat pula.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh objek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data
dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarumidi, 2002 : 47).

8

Menurut penulis, populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti
yang merupakan suatu sumber data. Populasi yang dimaksud di sini adalah
keseluruhan siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan di MAN
Salatiga. Populasi siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan di dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 204 siswa.
Menurut Sutrisno Hadi, sampel adalah sebagian individu yang
diselidiki (Warsito Hermawan, 1993 : 51). Dalam hal ini, peneliti
menggunakan sampel ramdom

atau sampel

acak karena

dalam

pengambilan sampelnya peneliti mencampur subyek-subyek dalam
populasi sehingga semua subyek dianggap sama.
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil
antara 10 - 15 % atau 20 - 25 % (Suharsimi Arikunto, 2006 : 134).
Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel dari jumlah
populasi seluruh kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga yang
berjumlah 204 siswa dengan ketentuan sampel 15 %, maka diperoleh
sampel sebanyak 30 siswa.
2. Variabel dan Indikator Penelitian
Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu aktiftas dalam kegiatan
kepramukaan sebagai variabel pertama (X), dan rasa percaya diri siswa
sebagai variabel kedua (Y).

9

Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel
yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi dari
variabel tersebut sebagai berikut:
a. Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan
Untuk mengukur keaktifan dalam kegiatan kepramukaan, maka
dalam hal ini akan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Giat mengikuti latihan kepramukaan
2) Memahami pengetahuan tentang kepramukaan
3) Antusias dengan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
4) Memperhatian pelatih atau pembina dalam kegiatan kepramukaan
5) Bisa mempraktekkan yang diajarkan dalam kepramukaan.
b. Rasa Percaya Diri pada Siswa
Adapaun indikator-indikator rasa percaya diri pada siswa dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Selalu yakin dan percaya akan kemampuan yang dimiliki
2) Berani berbicara di depan umum
3) Mudah dan senang untuk berinteraksi dengan orang lain
4) Berani mengambil keputusan
5) Kekurangan yang dimiliki tidak menyebabkan dirinya minder.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data baik dari aktifitas dalam kegiatan
kepramukaan maupun rasa percaya diri siswa, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
hendak dicapai.

10

Ada

beberapa

metode

yang

digunakan

penulis

untuk

mengumpulkan data tersebut, antara lain :
a. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 1998 :
140). Bentuk angket yang digunakan oleh penulis adalah angket
tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah
disediakan.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang
berkenaan dengan pemahaman dan aktifi tas kepramukaan yang
dilaksanakan di Madarasah Aliyah Negeri Salatiga. Penggunaan
metode ini juga digunakan untuk mengetahui sampai dimana tingkat
rasa percaya diri pada siswa setelah mengikuti kegiatan kepramukaan
di MAN Salatiga.
b. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam mana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yanglain dan mendengarkan dengan telinga sendiri
suaranya (Sutrisno Hadi, 1989 : 192). Dalam hal ini menguraikan
sekilas tentang kegiatan kepramukaan di Madrasah Aliyah Negeri
Salatiga.

11

Kemudian untuk kegiatan kepramukaan, penulis bertanya
kepada salah satu pembina pramuka untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan pendidikan pramuka di sekolah. Selain itu penulis
bertanya kepada beberapa siswa tentang keikutsertaannya dalam
kegiatan kepramukaan,
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasastri, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 1998 : 236). Data-data yang dijadikan sebagai dokumentasi
pada penelitian ini seperti arsip tentang sejarah, lokasi, dan berbagai
hal tentang Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
sejarah berdirinya MAN Salatiga.
4. Analisis Data
a. Analisis Pendahuluan
Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing
variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing
penelitian.
Untuk analisis ini, penulis menggunakan rumus persentase
sebagai berikut:
P = — *100%
N

12

Keterangan:
P

: Persentase perolehan

F

: Frekuensi

N : Jumlah responden
b. Analisis Lanjutan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan
keaktifan dalam kegiatan kepramukaan dengan rasa percaya diri pada
siswa MAN Salatiga, dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
Pada analisis ini penulis menggunakan rumus product moment
sebagai berikut:
I x y - (SQOfr)
N

rxy=

Keterangan:
rxy: Koefisien Korelasi antara X dan Y
x

: Variabel Bebas (Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan)

y

: Variabel Terikat (Rasa Percaya Diri)

x2 : Product dari x (Keaktifan dalam Kegiatan Kepramukaan)
y2 : Product dari y (Rasa Percaya Diri Siswa)
N : Jumlah Responden
Kemudian langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan
hubungan keaktifan dalam kegiatan kepramukaan dengan rasa percaya
diri siswa dengan membandingkan hasil koefisien korelasi yang ada

13

pada tabel taraf signifikansi 5 % dan 1 %. Jika r hitung > r tabel, maka
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dua variabel
tersebut yang berarti hipotesis yang penulis ajukan diterima. Akan
tetapi apabila r hitung < r tabel, maka tidak terdapat hubungan yang
positif antara keaktifan dalam kegiatan kepramukaan dengan rasa
percaya diri pada siswa MAN Salatiga yang berarti hipotesis yang
penulis ajukan ditolak.

G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan

masalah,

tujuan

penelitian,

hipotesis,

metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II

Landasan Teori
Pada bab ini akan diuraikan berbagai pembahasan teori yang
menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan
variabel penelitian yaitu teori-teori mengenai kepramukaan, rasa
percaya diri dan hubungan keaktifan dalam kegiatan kepramukaan
dengan rasa percaya diri pada siswa Madrasah Aliyah Negeri
Salatiga.

14

Bab III

Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga
pendidikan yang dijadikan tempat penelitian, baik yang berkaitan
dengan sejarah didirikannya sekolah, letak geografis, struktur
organisasi, sarana dan prasarana, guru dan karyawan, keadaan
siswa, kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kepramukaan di
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga, data responden dan data hasil
penelitian

tentang

hubungan

keaktifan

dalam

kegiatan

kepramukaan dengan rasa percaya diri pada siswa Madrasah
Aliyah Negeri Salatiga.
Bab IV

Analisis Data
Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis pendahuluan dan
analisis lanjutan.

Bab V

Penutup
Pada bab ini terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB n
LANDASAN TEORI

A. Kajian tentang Kepramukaan
1. Pengertian
Dari segi bahasa, istilah kepramukaan berasal dari Pramuka yang
merupakan kepanjangan dari Praja Muda Karana (Echols dan Hasan
Shadily, 1989 : 435). Akar kata ini mendapat awalan ke dan akhiran an,
sehingga menjadi kata kepramukaan yang artinya proses pendidikan luar
sekolah dan luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka (JG. Sutejo,
2006 : 3). Dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
yang sasaran akhirnya pembentukan watak.
Sedangkan pengertian yang dikutip dari buku Boy Man, menurut
Lord Baden Powell, kepramukaan adalah:
“Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan
tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan daskahnaskah dari suatu buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu
permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang
dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan
pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan
kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan untuk memberi
pergolongan bagi yang membutuhkan” (Andri Bob Sunardi, 2006:3).
Dari

penjelasan

Boden

Powell tersebut dapat diambil makna

bahwa kepramukaan mengandung suatu pendidikan khususnya dalam
pembinaan watak (mental). Dengan adanya “pembangunan karakter”

15

16

tersebut, gerakan Pramuka dapat memberikan sumbangan positif terhadap
negara dengan menyemai benih-benih calon pemimpin yang patriotis.
Sedangkan The World Organization o f the Scout Movement (WOSM)
menyatakan bahwa kepramukaan adalah:
a. Pendidikan sepanjang hayat, yang artinya:
Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan
pendidikan dalam keluarga, mengisi kebutuhan peserta didik yang
tidak terpenuhi oleh kedua pendidikan tersebut. Kepramukaan
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, minat
untuk melakukan penjelajahan/penelitian, penemuan dan keinginan
untuk tahu.
b. Kegiatan kaum muda, yang artinya:
Kepramukaan adalah suatu gerakan, suatu proses, atau aktivitas
yang dinamis dan selalu bergerak maju. Kepramukaan sebagai proses
pendidikan dalam bentuk kegiatan remaja dan pemuda itu di manapun
dan kapanpun selalu berubah sesuai dengan kepentingan, kebutuhan
dan kondisi setempat. Peserta didik pramuka memberikan darma
baktinya sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
c. Rekreasi yang edukatif, yang artinya:
Kepramukaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatan,
menggunakan tata cara rekreasi dalam mencapai tujuan dan
sasarannya. Kegiatan itu harus dirasakan oleh peserta didik sebagai
sesuatu yang menyenangkan, menarik, tidak menjemukan, bukan

17

paksaan. Kepramukaan bukan sekedar rekreasi. Dengan rekreasi itu,
peserta didik dikembangkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan,
pengalaman, ketrampilan dan rasa sosial serta spiritual.
d. Terbuka bagi siapapun, yang artinya:
Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
diterapkan

oleh

penemu

kepramukaan

Lord

Baden

Powell,

kepramukaan itu terbuka untuk siapapun dengan tidak memandang
suku, agama, ras dan golongan.
e. Tantangan bagi orang dewasa, yang artinya:
Dalam kepramukaan, orang dewasa tidak hanya memperoleh
kesempatan untuk beribadah atau memberikan pengabdian membantu
kaum muda, tapi juga menghadapi tantangan dalam membina interaksi
dan saling pengertian dengan kaum muda, serta dapat memahami
kaum muda. Dalam pengabdiannya itu orang dewasa (pembina) akan
memperoleh pelatihan dan pengalaman yang sangat berharga yang
dapat meningkatkan kualitas sumber daya potensi yang dimiliki.
f. Kesukarelaan, yang artinya:
Kesukarelaan merupakan ketentuan konstitusional keanggotaan
organisasi gerakan kepramukaan di seluruh dunia. Gerakan pramuka
yang keanggotaannya tidak berdasarkan kesukarelaan bukanlah
organisasi gerakan kepramukaan dan tidak bisa menjadi anggota
World Organization o f the Scout Movement. Seseorang menjadi
anggota organisasi gerakan pramuka kalau secara sukarela menerima,

18

menetapkan

ketentuan

moral

gerakan

pramuka

berupa

kode

kehormatan pramuka Tri Satya dan Dasa Darma serta secara sukarela
mengucapkan Tri Satya dan mengamalkannya.
g. Non politik dan non pemerintah, yang artinya:
Gerakan pramuka sebagai organisasi pendidikan, tidak dan harus
tidak menjadi bagian atau mewakili partai politik atau organisasi
apapun termasuk pemerintah dan instalasinya. Namun para pramuka
didorong untuk memberikan pengabdian yang konstruktif kepada
masyarakat, bangsa dan negara. Setiap pramuka disiapkan untuk
menjadi warga negara yang bermoral tinggi, sehat mental, fisiknya dan
mengabdikan dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara.
h. Metode, yang artinya:
Kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia/potensi/akhlak, budi pekerti kaum muda, yang
dilaksanakan dengan medote kepramukaan diterapkan dalam semua
kegiatan dengan cara:
1) Pengamalan kode kehormatan pramuka
2) Belajar sambil mengerjakan, peserta didik berpartisipasi
3) Kegiatan kelompok kecil dilakukan dalam kelompok kecil untuk
mengembangkan kepemimpinan, ketrampilan kelompok, team
work, dan rasa tanggung jawab pribadi
4) Kegiatan di alam terbuka di mana terjadi kontak dengan alam
seisinya merupakan proses pembelajaran lingkungan yang kaya

19

dimana keadaan alam

kreativitas

dan penemuan berpadu

menimbulkan petualangan dan tantangan.
5) Pemberian anugerah karya, merupakan dorongan bagi peserta didik
untuk berkarya.
Norma hidup, yang berarti:
Kepramukaan sebagai proses pendidikan, merupakan norma
hidup yang mengandung:
1) Nilai spiritual
Norma hidup yang menekankan pada upaya mengutamakan nilai
spiritual dalam kehidupan dan menghidupkan di atas kehidupan
material.
2) Nilai sosial
Mendorong

peserta

didik

untuk

melibatkan

diri

dalam

pembangunan masyarakat, menghargai dan menghormati orang
lain

dan

integritas

mempromosikan

alam

kerukunan

seisinya.
dan

Dengan

kedamaian

kepramukaan
lokal

maupun

internasional, serta memupuk saling pengertian dalam keijasama.
3) Nilai pribadi
Membina dan mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi serta
membangkitkan hasrat peserta didik untuk bersikap dan bertindak
laku yang bertanggung) awab (Gerakan Pramuka Kwartir Cabang
Kota Salatiga, 2008 : 1 - 3).

20

Dari pemaparan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa kepramukaan dalah suatu pendidikan yang terbuka untuk siapapun
yang di dalamnya ada pembinaan watak yang akan membekali anggotanya
dalam menjalani hidup sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri
atau orang lain.
2. Sejarah Kepramukaan
a. Sejarah kepramukaan sedunia
Mengutip buku yang disusun oleh Tim Kwarda Jateng, sejarah
kepramukaan dunia disebutkan bahwa pada awal tahun 1908 Baden
Powell selalu menulis cerita pengalaman sebagai bungkus acara
latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya itu
kemudian terbit sebagai buku Scouting fo r Boys. Buku ini cepat
tersebar di Inggris bahkan ke negara-negara lainnya di mana berdirilah
organisasi kepramukaan, yang semula untuk anak laki-laki seusia
penggalang yang disebut dengan Boys Scout. Kemudian disusul
dengan organisasi kepramukaan putri ygn diberi nama Girl Guide atas
bantuan Agnes, adik perempuan Baden Powell, yang kemudian
diteruskan oleh Ny. Baden Powell.
Pada tahun 1916 berdiri kelompok pramuka seusia siaga yang
disebut cub (anak serigala) dengan buku The Jungle Book, kemudian
pada tahun 1918 Baden Powell membentuk Rover Scout (pramuka usia
penegak) untuk menampung mereka yang berusia sekolah lewat 17
tahun tetapi masih senang giat dalam bidang kepramukaan. Tahun

21

1922 Baden Powell menerbitkan buku Rovering to Success
(Mengembara Menuju Bahagia) yang berisikan petunjuk bagi para
pramuka penegak dalam menghadapi tantangan hidupnya untuk
mencapai kebahagiaan.
Pada tahun 1920 diselenggarakan Jambore Sedunia, di arena
Olympia, London. Baden Powell telah mengundang pramuka dari 27
negara, dan pada saat itu Baden Powell diangkat menjadi Bapak Pandu
sedunia.
Kemudian pada tahun 1914 Baden Powell mulai menulis
petunjuk kursus pembina pramuka.

Rencana itu baru dapat

dilaksanakan tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W. F. De
Boys Mac Leren, Baden Powell mendapat sebidang tanah di
Chingford, yang digunakan sebagai tempat pendidikan pramuka.
Tempat ini dikenal dengan Gil Well Park.
Tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang
anggota dan Biro Kesekretariatan yang berada di London, Inggris. Biro
kepramukaan sedunia memiliki tenaga staf yang bisa diandalkan.
Gerakan Baden Powell itu ditiru oleh negara-negara lain.
Belanda mencirikan Padvinder dan Padvinderij di negerinya.
Pemerintah yang berada di Indonesia juga mendirikan padvinder dan
padvinderij

seperti

NIPV

(Netherland

Indische

Padvinders

Vereninging/Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda) (J.G. Soetedjo,
2007 : 9).

22

Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
sejarah singkat kepramukaan sedunia berawal dari tahun 1908. Boden
Powell yang menulis cerita pengalaman latihan kepramukaan, karena
buku yang diterbitka digemari oleh banyak negara. Maka akhirnya
dari sini dibentuk organisasi kepramukaan yang tadinya hanya untuk
anak laki-laki, namun pada akhirnya diperuntukkan untuk anak
perempuan.
Kemudian pada tahun 1916 mulai terbentuk suatu kelompok
seusia siaga, kemudian disusul pramuka penegak. Akhirnya pada tahun
1920, karena organisasi kepramukaan telah tersebar di seluruh lapisan
negara, maka diselenggarakan Jambore sedunia yang mengundang 27
negara. Dan pada momen tersebut, Boden Powell diangkat sebagai
Bapak Pandu Dunia,
b. Sejarah kepramukaan di Indonesia
Mengutip dari buku yang berjudul Boyman Ragam Latih
Pramuka, bahwa kepanduan masuk ke Indonesia karena negara
Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. Pertama-tama dibawa oleh
orang

Belanda.

Organisasinya

bernama

Netherland

Indische

Padvinders Vereninging (NEPV) yang artinya adalah Persatuan PanduPandu Hindia Belanda.
Bangsa Indonesia mulai tertarik pada organisasi tersebut dan
karena sifatnya yang universal maka organisasi kepanduan dapat
dengan cepat diterima oleh bangsa Indonesia, apalagi pada waktu isu

23

sangat memungkinkan. Para remaja dan pemuda membutuhkan suatu
organisasi yang dapat menampung aspirasi mereka terhadap tanah
airnya.
Suatu yang membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi
cukup khawatir. Oleh karena itu pemerintah kolonial Belanda
melarang bangsa Indonesia mengikuti kegiatan NIPV. Maka berdirilah
organisasi-organisasi kepanduan yang bercirikan nasionalisme, dan
organisasi kepanduan yang pertama didirikan adalah pada tahun 1916,
Javaense Padvinders Organisatie (JPO) atas prakarsa Sultan Pangeran
Mangkunegara VII di Surakarta. Pendirian JPO ini membuat para
remaja dan pemuda di daerah lain tertarik mendirikan organisasi
kepanduan, yang memang pada waktu itu bisa dianggap sebagai salah
satu cara perjuangan dalam usahanya mencapai kemerdekaan.
Tonggak kebangkitan bangsa Indnesia adalah berdirinya
organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Lalu peristiwa Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928 yang menjiwai gerakan kepanduan nasional
yang semakin bergerak maju (merupakan semangat nasionalisme).
Kemudian pemerintah kolonial Belanda melarang pemakaian istilah
padvinder bagi organisasi kepanduan bangsa Indonesia. Istilah
“pandu” dan “kepanduan” dikemukakan pertama kali dalam Kongres
SIAP tahun 1928 oleh KH. Agus Salim di Kota Banjarnegara,
Banyumas, Jawa Tengah.

24

Peristiwa bersejarah terjadi saat BP dan Lady Baden Powell
berkunjung ke Indonesia (dulu Hindia Belanda) tanggal 3 Desember
1934. BP singgah di Jakarta setelah meninjau jambore di Australia,
walaupun para pandu nasionalis tidak dapat bertemu dengan Bapak
Pandu.
Pandu Indonesia pertama kali mengikuti jambore di Jambore
Dunia V di Volegenzang, Belanda di tahun 1937 (Pandu HindiaBelanda). Pada zaman kependudukan Jepang, organisasi-organisasi
kepanduan dilarang sama sekali. Semua organisasi kepanduan harus
bergabung

dengan

organisasi-organisasi

kepemudaan

bentukan

Jepang.
Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
berdiri kembali organisasi-organisasi kepanduan hingga mencapai
jumlah lebih dari 100 organisasi, yang bergabung ke dalam 3 federasi,
yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, 13-09-1951), POPPINDO
(Persatuan Orgnisasi Pandu Puteri, tahun 1954), PKPI (Perserikatan
Kepanduan Puteri Indonesia). Ketiga federasi tersebut bergabung
menjadi satu dalam PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia)
yang terdiri dari sekitar 60 organisasi dengan ±500.000 anggota pandu.
Terjadi peristiwa penting lainnya adalah Jambore Nasional Kepanduan
Pertama

pada

masa

Pandu

(sebelum

diselenggarakan di Pasar Minggu,
(diselenggarakan oleh IPINDO).

jadi

Pramuka)

yaitu

Jakarta pada tahun

1955

25

Akhirnya, disadari bahwa banyaknya organisasi kurang baik
untuk persatuan bangsa, maka pemerintah mengeluarkan Keppres No.
238/61 tentang Gerakan Pramuka sebagai dukungan pemerintah
terhadap organisasi kepanduan di Indonesia. Keppres tersebut
ditandatangani oleh Perdana Menteri RI saat itu, Ir. H. Juanda
(Presiden Soekarno sedang mengadakan kunjungan kenegaraan ke
negara Jepang).
Gerakan Pramuka bukan badan pemerintah, semua organisasi
kepanduan melebur diri masuk menjadi anggota Gerakan Pramuka,
kecuali organisasi-organisasi kepanduan yang berhaluan komunis.
Mulailah Gerakan Pramuka berkembang menjadi organisasi yang
disegani. Sampai saat ini diselenggarakan beberapa kali Jambore
Nasional

(Jamnas),

pertemuan

pramuka

penggalang

yang

diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Dari uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
organisasi Gerakan Pramuka pada saat ini telah menjadi organisasi
yang dapat diandalkan. Dan hal itu tidak terlepas dari jerih payah para
pandu dalam membangun kerangka organisasi dan pra pramuka dalam
membentuk organisasi Gerakan Pramuka seperti sekarang ini (Andri
Bob Sunardi, 2006:32-35).
Sejarah kepramukaan di Indonesia pertama-tama dibawa oleh
Belanda yaitu NIPV. Kemudian bangsa Indonesia mulai tertarik karena
sifatnya yang universal dan para remaja butuh suatu organisasi yang

26

dapat menampung aspirasi tanah air. Namun karena adanya
kekhawatiran dari Belanda, maka pemuda dan remaja tidak
diperkenankan mengikuti NIPV.
Karena hal tersebut maka pada tahun 1916 mendirikan organisasi
kepanduan yang bercirikan nasionalisme yaitu Javanense Padvinders
Organisasi

(JPO)

yang

diprakarsai

oleh

Sultan

Pangeran

Mangkunegara VII di Surakarta.
Dengan berdirinya organisasi tersebut membuat para para remaja
dan pemuda bisa mengabdikan untuk berjuang dalam mencapai
kemerdekaan. Kepanduan nasional semakin maju pada tahun 1928
seiring dengan adanya Sumpah Pemuda dan pada waktu itu istilah
Padvinder diganti dengan istilah pandu dan kepanduan.
Kemudian pada tahun 1934, Boden Powell dan Lady Boden
Powell berkunjung ke Indonesia meskipun tidak menjumpai para
pandu. Akhirnya pada tahun 1937 Pandu Indonesia mengikuti Jambore
dunia di Volegenzany. Setelah kedatangan Jepang, pandu Indonesia
dilarang untuk mengikuti kepanduan. Dan semua organisasi digabung
dengan kepanduan Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka
berdirilah kembali organisasi-organisasi kepanduan yang jumlahnya
lebih dari 100 organisasi yang tergabung dalam 3 federasi yaitu
IPINDO, PUPPINDO, dan PKPI. Karena dirasa kurang baik dengan
banyaknya organisasi, maka pemerintah mengeluarkan Kepres No.

27

238/61 tentang Gerakan Pramuka sebagai dukungan pemerintah
terhadap kepanduan di Indonesia.
3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan
a. Sifat Kepramukaan
Menurut Resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia yang
diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark, tahun 1924, menyatakan
bahwa kepramukaan mempunyai tiga sifat / arti khas, yaitu:
1) Kepramukaan bersifat nasionalis: kepramukaan diselenggarakan di
negara masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing negara tersebut.
2) Internasional: kepramukaan harus dapat mengembangkan rasa
persaudaraan dan persahabatan antar sesama anggota kepanduan
(pramuka) sebagai sarana manusia.
3) Universal: kepramukaan dapat berlaku bagi siapa saja serta
diselenggarakan di mana saja (Andri Bob Sunardi, 2006 : 4).
Dari penejalasan di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa sifat pramuka adalah berlaku bagi siapa saja dan dimana saja,
yang bisa diselenggarakan di masing-masing negara tetap menjalin
persaudaraan dan persahabatan dengan negara lain.
b. Fungsi Kepramukaan
Selain sifat, pramuka juga memiliki tiga fungsi, yaitu:
1) Permainan: merupakan kegiatan menarik yang mengandung
pendidikan bagi anak-anak, remaja dan pemuda

28

2) Pengabdian: merupakan suatu pengabdian (job) bagi para anggota
dewasa yang merupakan tugas yang memerlukan keikhlasan,
ketelatenan dan pengabdian
3) Alat untuk mencapai tujuan: merupakan alat (means) bagi
masyarakat, negara atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, alat bagi organisasi atau negara untuk mencapai
tujuannya (Andri Bob Sunardi, 2006 : 4).
Dari penjelasan di atas maka menurut penurut penulis fungsi
kepramukaan tidak hanya sebagai alat permainan saja, namun juga
sarana

pengabdian

para

anggota dewasa untuk mencapai suatu

tujuan.
4. Dasar, Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka
a. Dasar
Kegiatan kepramukaan sebagai proses pendidikan, pengabdian
dan merupakan alat masyarakat untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang menjadi cita-cita bangsa.
Adapun hal yang menjadi dasar dalam gerakan pramuka adalah:
1) Pancasila
2) Undang-Undang Dasar 1945
3) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Gerakan
Pramuka, dan petunjuk penyelenggaraannya merupakan landasan
hukum semua kegiatan Gerakan Pramuka yang harus ditaati oleh
anggota pramuka

29

4) Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961
5) Keputusan Presiden RI No. 34 Tahun 1999
6) Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 107
Tahun 1999 (Gerakan Pramuka Kwartir II Jateng, 2008 : 7 - 8).
Dari penjelasan di atas mengenai landasan Gerakan Pramuka
maka penulis menyimpulkan bahwa dasar tersebut merupakan
landasan hukum dalam Gerakan Pramuka, sehingga itu semua harus
dipahami, ditaati dan dihayati oleh setiap anggota Gerakan Pramuka.
b. Asas Gerakan Pramuka
Asas setiap anggota Gerakan Pramuka adalah penghayatan dan
pengamalan Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan
perilaku sehari-hari (Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Salatiga, 2007
:

18).

c. Tujuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik dan membina kaum muda
Indonesia agar menjadi:
1) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi luhur yang:
a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat
mental dan tinggi moral
b) tinggi kecerasan dan mutu ketrampilannya
c) kuat dan sehat j asmaninya.
2) Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia
dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta

30

menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, dapat
membangun dirinya sendiri secara mandiri, serta bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian
terhadap sesama hidup dan lingkungan, baik lokal, nasional,
maupun internasional (Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Salatiga,
2007: 18).
Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
tujuan

Gerakan

Pramuka

adalah

membentuk

berpekribadian, berwatak dan berbudi

luhur,

manusia

yang

sehingga dalam

kehidupan ini bisa menghargai diri sendiri serta dapat menjalin
persaudaraan dengan sesama manusia.
Selain itu tujuan gerakan pramuka adalah menjadi warga
negara Indonesia yang berjiwa Pancasila sehingga dapat hidup
bermasyarakat sesuai dengan norma-norma yang telah ada, dan tidak
melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
d. Sasaran Kepramukaan
Sasaran kepramukaan adalah mempersiapkan kader bangsa yang:
1) Memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang berjiwa Pancasila
2) Berdisiplin dalam berfikir, bersikap dan bertingkah laku tertib
3) Sehat dan kuat mental, moral dan fisik
4) Memiliki jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai
kejuangan yang diwariskan oleh para pejuang bangsa

31

5) Berkemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian,
berfikir kreatif, inovatif, dan dipercaya, berani dan mampu
menghadapi tugas-tugas (Gerakan Pramuka Kwartir Cabang
Salatiga, 2007: 19).
Dari penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
sasaran kepramukaan adalah mendidik anggotanya agar memiliki
kepribadian, mental yang sehat, cerdas dan berawawasan guna
memajukan bangsa Indonesia.
5. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan
Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan
ciri khas yang membedakan dari lembaga pendidikan lainnya yang
dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi
masyarakat.
Prinsip dasar kepramukaan adalah :
a. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.
c. Peduli terhadap diri pribadi.
d. Taat kepada kode kehormatan pramuka (Andi Bob Sunardi, 2006 : 61)
Jadi

Dokumen yang terkait

NIM: 111 01 087 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISLAM NEG ERI (ST A IN ) SALATIGA

0 1 110

WURi Si'Ll ST VO W ATI MM: 1140449 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDS PENDIDIK AN AG AM A ISLAM SEK O LAH TING G I A G AM A ISLAM NEGERI (STA IN ) SALATIG A 2008

0 0 98

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N EG E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2006

0 0 133

JURUSAN T A R B IY A H PROGRAM STUD1 P E N D ID IKA N A G A M A IS LA M SEKO LAH T IN G G I A G A M A IS LA M NEGERI ( STAIN ) S A LA TIG A

0 0 109

JU R U SA N T A R BIY A H PRO G RAM STUDI PEN D ID IK A N A G A M A ISLA M SEK O LAH TIN G G I A G A M A ISLA M NEG ERI (STA IN ) SALATIG A 2007

0 0 94

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M T R A N SF E R P E N D ID IK A N AG A M A ISL A M SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISL A M NEG ER I (STAIN) SA L A T IG A 2009

0 0 93

JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G ER I SA L A T IG A

0 0 91

J U R U S A N TARBIYAH PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I SALATIGA

0 0 69

J U R U S A N TARBIYAH PR O G RA M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G AM A ISLAM N E G E R I

0 1 80

J U R U S A N TARBIYAH PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M S E K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I SALATIGA

0 0 95