DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA DI SALATIGA TAHUN 1980-2015 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

  

PERAN KH. MAHFUDZ RIDWAN DALAM

MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTARUMAT

BERAGAMA DI SALATIGA TAHUN 1980-2015

  

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora

  Oleh:

  I SRO’ATUL LAILI 216-13-027 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  

2017

i ii

iii

iv

  

v

MOTTO

Jangan menyerah atas impianmu, impian memberimu tujuan hidup.

  

Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagiaan, kebahagiaanlah kunci sukses.

  

Semangat!

(Mario teguh)

  

Jika anda tidak mampu terbang maka berlarilah,

Jika tak mampu berlari maka berjalan sudah cukup.

Jika belum bisa maka merangkaklah. Karena anda harus terus bergerak

maju dan maju.

  

(FarizGobel)

  PERSEMBAHAN

   Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang tercinta

  Bapak Zamsari dan Ibu Muslikah yang tidak pernah lelah dalam menasehati, mendidik, dan memotivasi setiap perjuangan saya. Tanpa dorongan mereka saya bukan apa-apa.  Teruntuk Bapak Dr. M. Gufron, M. Ag dan Bapak Haryo Aji, S. Sos, M.A. yang telah membantu di setiap kesulitan dan memberi pengetahuan baru dalam menyelesaikan tugas akhir saya.

   Teruntuk Dosen-dosen IAIN salatiga Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora yang senantiasa mendidik dan membimbing selama ini.

   Teruntuk suamiku tersayang Mas Beni yang selalu memotivasiku. 

  Teruntuk saudara kandung saya Sigit Saputra dan Nasikul Huda yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya.

   Teruntuk sahabat-sahabat Sejarah Peradaban Islam Angkatan pertama tahun

  2013. Guru besar (Ika Putri), Kuter (Tiara), Engkus (Ingkan), Bunda (Tatik) Qesthe (Qisthi), cempluk (ana) Fera, Nia,

  Erni, Ulva, Lana, Wildan, Meong” (luthfi) Kencong

  (Sam‟ani), Boy (Jhuedhin), Gendhut (Sofi), Sholeh, Faizin, Rifkhan.

   Dan teruntuk teman-teman KKN Kener 91 dan 92 tahun 2017 yang saya sayangi.

  vi

  ABSTRAK

  Nama: Isro‟atulLaili NIM : 216-12027Jurusan: Sejarah Peradaban Islam Kata Kunci : Keberagamaan, Peran KH. Mahfudz Ridwan Kerukunan Antarumat Beragama.

  Kota Salatiga merupakan kota yang memiliki masyarakat yang beragam. Keberagaman ini ditunjukkan dengan kondisi masyarakat yang memeluk agama yang berbeda-beda. Kondisi keberagamaan agama memiliki potensi akan terjadinya konflik antarumat beragama, demi terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan harmonis perlu adanya sikap dari seluruh pihak untuk saling menghormati, menghargai dan toleransi terhadap seluruh masyarakat lintas agama. Melalui kesadaran pentingnya tercipta kerukunan beragama mendorong KH. Mahfudz Ridwan untuk melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama di Salatiga. Dalam penelitian ini penulis merumuskan, rumusan masalah menjadi 4 yaitu, yang pertama bagaimana kondisi keberagamaan di Kota Salatiga tahun 1980-2015, yang kedua bagaimana upaya KH. Mahfudz Ridwan dalam mewujudkan kerukunanan antarumat beragama di Kota Salatiga tahun 1980-2015, yang ketiga kehidupan KH. Mahfudz Ridwan dalam berorganisasi, yang keempat bagaimana wujud kerukunan beragama di Kota Salatiga tahun 1980-2015.

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah dibantu dengan pendekatan sosiologi. Dalam hal ini penulis meneliti tentang peran KH. Mahfudz di Salatiga.

  Salah satu langkah yang digunakan oleh KH. Mahfudz Ridwan ialah melalui membentuk forum yang konsen akan kerukunan beragama di Salatiga. Forum kerukunan beragama yang dijadikan sebagai motor penggerak dari KH. Mahfudz Ridwan untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama ialah Forum SOBAT. Forum ini bergerak dan melaksanakan kegiatan dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama di Kota Salatiga.

  vii

KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum wr.wb

  Dengan menyebut nama Allah Swtyang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw.Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman terang benderang.Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.

  Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorogan baik moral maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum. selaku Dekan FakultasUshuluddin, Adab, dan Humaniora.

  3. BapakHaryo Aji, S. sos, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam.

  Serta yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Dr. M. Gufron. M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi dan membantu memberikan banyak masukan yang sangat berguna bagi penulis.

  

viii

  5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

  6. Keluarga Besar penulis yang telah mencurahkan do‟a dan menyemangati penulis untuk kesuksesan skripsi ini.

  7. Seluruh teman-teman seperjuangan SPI2013 yang selalu menyemangati saya.

  8. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu semoga semua amal bantuan dalam bentuk apapun mendapat balasan yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT.

  Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

  Wassalamu alaikum Wr. Wb.

ix

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  ………………………………………………..…..i

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .........................................iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................iv HALAMAN PENGESAHAN.................................................................v HALAMAN MOTTO..............................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................vii

ABSTRAK................................................................................................viii

KATA PENGANTAR..............................................................................x

DAFTAR ISI ...........................................................................................xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................5 D. Tinjauan Pustaka ...............................................................................7 E. Kerangka Konseptual …………. ....................................................10 F. Metode Penelitian ...........................................................................19 G. Sistematika Penulisan ......................................................................23

  x

  BAB II BIOGRAFI KH. MAHFUDZ RIDWAN A. Latar Belakang Keluarga KH. Mahfudz Ridwan……………….26 B. Latar Belakang Pendidikan KH. Mahfudz Ridwan……………..28 C. Perjalanan KH. Mahfudz Ridwan dalam Organisasi Politik….....31 D. Perjalanan KH. Mahfudz Ridwan dalam Organisasi Agama……33 E. Kontribusi KH. Mahfudz Ridwan dalam Sosial Masyarakat……39 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA SALATIGA A. Kondisi Wilayah Kota Salatiga 1. Letak Geografis Kota Salatiga……….………………….42 2. Kondisi Demografi……………………………….……...44 3. Kondisi Keagamaan………………………………….…..45 4. Kondisi Sosial Budaya…………………………………..50 5. Kondisi Sosial Ekonomi…………………………………52 B. Interaksi Antarumat Beragama di Kota Salatiga………………...54 1. Bentuk Interaksi Antarumat Beragama……………...….55 2. Strategi Komunikasi Untuk Mewujudkan Kerukunan Antarumat Beragama ………………………………………………..58

  xi

  xii

  BAB IV KONTRIBUSI KH. MAHFUDZ RIDWAN DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA DI SALATIGA A. Peran KH. Mahfudz Ridwan dalamKemasyarakatan………..60 B. Peran KH. Mahfudz Ridwan dalam Forum SOBAT Salatiga..63 C. Wujud Kerukunan Antarumat Beragama di Salatiga…………67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………...74 B. Saran ………………………………………………………….76 DAFTAR PUSAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia dikenal dengan bangsa yang plural, karena

  1 didalamanya terdapat bermacam-macam suku, agama, budaya dan ras.

  Keberagaman terbungkus dalam persatuan dan kesatuan Indonesia. Indonesia terdiri atas masyarakat yang homogen dengan kata lain masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk.

  Keanekaragaman agama dan budaya di Indonesia adalah modal dasar dalam mendukung pembangunan, namun sekaligus dapat menjadi penghambat. Apabila perbedaan tersebut dikelola dengan baik, maka terciptalah kerukunan hidup dalam masyarakat yang akan mendukung pembangunan nasional. Namun sebaliknya, apabila salah mengelolanya justru akan menghambat kelancaran pembangunan nasional.

  Dalam segala perbedaan yang ada terdapat satu aspek dalam masyarakat Indonesia yang sangat sensitif yakni aspek kehidupan beragama. Terdapat lima agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia yakni Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Hindu. Agama di Indonesia hidup dan berkembang oleh karena peranan penganutnya yang memperkuat dirinya dalam kehidupan yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengakuan terhadap kebebasan beragama di Indonesia, tidak 1 hanya menunjukkan bahwa negara memberikan peluang bagi warga

  Ali Masykuri Musa, Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur (PT Gelora Aksara Pratama: Erlangga), hal. 107. negaranya untuk memeluk agama sekaligus melaksanakan kewajiban yang diperintahkan melalui ajaran-ajaran agama. Kebebasan beragama yang diakui juga tidak hanya membebaskan warga negara untuk memeluk agama (yang semua jenis agama yang diakui), maupun untuk menerima keyakinan-keyakinan yang memperkuat dirinya dalam kehidupan yang

  2 beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Perbedaan keyakinan dari masyarakat Indonesia memiliki potensi terjadinya konflik Antarumat beragama. Konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia mengisyaratkan bahwa dialog agama dengan tokoh-tokoh agama yang berbeda agama masih dianggap tabu. Sikap fanatik terhadap agama masing-masing dapat mengganggu integrasi nasional. Dengan konflik yang terjadi anatarumat beragama dapat mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Dengan segala perbedaan perlu adanya sikap bijak dari masyarakat Indonesia. Demi keutuhan bangsa Indonesia masyarakat Indonesia harus bersatu dalam segala perbedaan yang ada. Keharmonisan sosial dalam masyarakat akan tercipta apabila terwujud kerukunan Antarumat beragama di dalam masyarakat. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kondisi sosial harmonis dalam keberagamaan adalah kota Salatiga.

  Salatiga merupakan kota yang identik dengan masyarakatnya yang 2 majemuk. Sebagai kota pelajar Salatiga didatangi oleh berbagai pemuda

  Setyo Pamungkas, Mengatur Kerukunan Beragama di Indonesia:

Membebaskan atau Mencederakan? *Mengkritisi RUU Kerukunan Umat Beragama

dalam Perspektif Kekristenan, (Salatiga:Unit Pelayanan dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Satya Wacana, 2013), hal. 2 dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar di Salatiga. Salatiga merupakan kota yang ditinggali masyarakat dengan latar belakang agama yang beragam. Keberagaman agama yang dimiliki warga Salatiga tercermin dari bangunan rumah ibadah yang berdiri di berbagai sudut di Kota Salatiga seperti Gereja, Masjid, Klentheng, Vihara berdiri di tiap-tiap sudut Kota Salatiga. Keunikan Salatiga ialah pada masyarakatnnya yang hidup dalam perbedaan namun tetap harmonis. Terwujudnya kerukunan beragama di Kota Salatiga tidak lepas dari tokoh-tokoh yang mengumandangkan perdamaian dan menjujung tinggi kerukunan antarumat beragama. Dalam agama Islam tuntutan orang muslim untuk mewujudkan kerukunan beragama terdapat dalam Al- qur‟an. Islam juga mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan kondisi masyarakatnya, kesamaan derajat manusia adalah mutlak, dengan memakai tauhid sebagai pondasi utama bangunannnya. Tauhid dalam Islam tidak hanya meyakini

  3 kesatuan penciptaan, kesatuan tuntutan hidup, kesatuan tujuan hidup.

  Salah satu tokoh yang berperan penting yang berupaya mewujudkan kondisi kerukunan umat beragama dalam masyarakat Salatiga adalah KH.

  Mahfudz Ridwan.

  KH. Mahfudz Ridwan merupakan penggagas forum kerukunan umat beragama di Salatiga. KH. Mahfud Ridwan berupaya mewujudkan keharmonisan sosial melalui organisasi yang bergerak dalam upaya-upaya 3 kerukunan beragama. KH. Mahfudz Ridwan berupaya melalukan dialog

  

Haidi Hajar Widagdo, Esensia Jurnal Ilmu- ilmu Ushuludin “ Agama dan Konflik

.

  Sosial”, hal.150 dengan pemuka agama Kristen, Hindu, Budha dan Katholik serta Islam. Beliau berusaha menyatukan pandangan dari beberapa pemuka dari berbagai agama untuk mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang harmonis dengan kerukunan Antarumat beragama. Agama bukanlah benteng yang menghalangi masyarakat yang berbeda agama untuk saling bersahabat. Jalinan sosial yang baik serta sikap yang saling menghargai akan mewujudkan kerukunan beragama.

  Kondisi Salatiga yang memiliki keberagamaan agama dan suku menjadikan penghambat dalam interaksi sosial dalan masyarakat, lalu KH.

  Mahfudz Ridwan memberi pandangan baru pada masyarakat kota Salatiga bahwa terwujudnya kerukunan beragama merupakan hal yang indah.

  Hidup berdampingan dalam perbedaan merupakan kondisi masyarakat yang dapat mendorong kemajuan dalam peradaban. Dalam hal ini menarik minat penulis untuk mengangkat tema mengenai peran KH. Mahfudz Ridwan dalam mewujudkan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat Kota Salatiga tahun 1980-2015.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini penulis membatasi pada konteks peran dari KH. Mahfudz Ridwan dalam mewujudkan kerukunan beragama dalam masyarakat Kota Salatiga. Dalam batasan temporal dibatasi dari tahun 1980 hingga 2015 karena pada tahun 1980 KH. Mahfudz Ridwan melakukan upaya perintisan pendirian wisma atau sekarang disebut pondok pesantren Edi Mancoro. Kemudian pembatasan hingga tahun

  2015 karena pada tahun ini KH. Mahfudz Ridwan mulai tidak aktif dalam organisasi kerukunan beragama karena faktor usia. Batasan spasial dalam penelitian ini dibatasi pada kawasan Kota Salatiga, karena peran KH. Mahfudz Ridwan dalam upaya mewujudkan kerukunan beragama berada di Kota Salatiga.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana Kehidupan KH. Mahfudz Ridwan 2.

  Bagaimana Kondisi Keberagaman di Kota Salatiga tahun 1980- 2015 3. Bagaimana Upaya KH. Mahfudz Ridwan dalam Mewujudkan

  Kerukunan Antarumat Beragama di Kota Salatiga tahun 1980-2015 4. Bagaimana Wujud Kerukunan Antarumat beragama di Kota

  Salatiga tahun 1980-2015 C.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Dalam menyusun penelitian ini penulis melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan skripsi ini. Berbagai upaya yang dilakukan ialah untuk mencapai tujuan dari penulisan penelitian. Keberadaan tujuan atau target dalam penelitian ini berfungsi sebagai patokan dalam penelitian yang dilakukan.

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Dapat menguraikan mengenai kehidupan KH. Mahfudz Ridwan

  2. Dapat menguraikan kondisi keberagaman di Kota Salatiga tahun 1980- 2015.

  3. Dapat menguraikan upaya KH. Mahfudz Ridwan dalam dalam mewujudkan kerukunan antarumat beragama di Kota Salatiga tahun 1980-2015 4. Dapat menjelaskan mengenai wujud kerukunan antarumat beragama di Kota Salatiga tahun 1980-2015.

  Dengan adanya penelitian ini, dapat memberi manfaat sebagai berikut:

  1. Secara praktis dapat digunakan menjadi penambah wawasan serta pengetahuan mengenai peran KH. Mahfudz Ridwan dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di Kota Salatiga pada 1980- 2015.

  2. Dapat memberi koleksi pustaka untuk perpustakaan jurusan Sejarah Peradaban Islam serta perpustakaan Institut Agama Islam Salatiga.

D. Tinjauan pustaka

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan pustaka-pustaka berupa Buku, Skripsi, Jurnal. Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

  Sumber buku yang pertama berjudul “Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan berbangsa: butir-butir pemikiran Prof.

  ” KaryaAkhmad

  

Dr.H.Faisal Ismail, M.A.( Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, tahun 2002,

  

ISBN: 9796871033, 9789796871032, Tebal: 164 halaman ).yang

mengulas, mengupas, dan membentangkan tentang Dinamika Kerukunan

Antarumat Beragama ini merupakan akumulasi dari hasil pembacaan,

pengamatan, pandangan, pengalaman, tinjauan, dan pemikiran kritisnya

sebagai pejabat tinggi, Guru Besar, dan Duta Besar. Buku ini sangat unik

dan mempunyai bobot tersendiri karena ditulis oleh seorang akademisi dan

praktisi. Buku ini sangat pas dibaca oleh para mahasiswa, akademisi,

peneliti, tokoh agama, birokrat, dan pejabat pemerintah pengambil

kebijakan di bidang hubungan antarumat beragama demi terpeliharanya

saling pengertian, dialog, toleransi, harmoni, dan kerukunan antarumat

beragama yang solid, mantap, dan dinamis.

  Sumber pustaka yang kedua berupa Buku yang berjudul “ Dialog

Antarumat Beragama Gagasan dan Praktik di Indonesia”, Karya Zainal

Abidin Bagir dkk (Bandung: Mizan, tahun 2011, Tebal 211 halaman),

dalam buku ini mengulas Tragedi kekerasan publik yang melibatkan umat

  beragama akhir-akhir ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi proses demokratisasi di Indonesia. Umat beragama berperan sangat krusial dalam membangun demokrasi Indonesia sehingga bila kekerasan masih melibatkan umat beragama, maka demokrasi juga semakin pesimistis untuk dikembangkan.Untuk menggapai kerukunan dan kedamaian, dialog antarumat beragama niscaya terus dinyalakan untuk menggugah semangat persaudaraan dan jangan sampai padam.

  Dialog bukan hanya para tokoh agama saja, tetapi juga bisa diimplementasikan sampai tingkat bawah, yakni umat beragama di pelosok desa. Buku bertajuk Dialog Antarumat Beragama: Gagasan dan Praktik di Indonesia mencoba memotret gagasan dialog antar-agama di Indonesia dalam menciptakan gerak kerukunan dan kedamaian masyarakat. Buku ini bukan saja mengaji urgensi dialog antar-agama, tetapi juga memberikan “alarm” bagi agamawan agar terus menjaga komitmen dialog.

  Sumber pustaka yang ketiga berupa Artikel: Kebhinnekaan adalah keniscayaan, Edisi II tahun 2017, Majalah Jiwa Raga: Jendela informasi Wakil Rakyat Salatiga, Kota Multi Etnis Tidak Harus Menjadi Kota Metropolis, dalam Artikel ini menunjukan sikap toleransi Antarumat beragama yang dimiliki warga Kota Salatiga .

  Sumber pustaka yang keempat Buku yang berjudul “Menghilangkan Rasa Sakit Hati Antarumat yang Lahir oleh Sejarah”(Rekaman Proses Forum Sarasehan Ulama dan Pendeta), disusun oleh KH. Mahfudz Ridwan dkk ( Salatiga: Pustaka Percik, 2003, ISBN 979-96603-4-3, Tebal 118 halaman) dalam buku ini berisi mengenai dialog antar pemuka-pemuka lintas agama yang melahirkan forum kerukunan umat beragama yang berbentuk SOBAT.

  Sumber pustaka selanjutnya berupa notulensi dari Dialog Kebangsaan tentang “Toleransi Beragama”, Ormas Gerakan Masyarakat Penerus Bung Karno, di Hotel Borobudur Jakarta, 13 Februari, 2014.

  Dalam acara diskusi diberi judul Toleransin dan Intoleransi Beragama Pasca Reformasi, yang disusun oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

  Beliau merupakan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Ketua Dewan Kehormatan Peneyelenggara Pemilihan Umum (DKPP-RI), Ketua Dewan Penasihat KOMNASHAM-RI, Ketua Dewan Pembina Ikatan Sarjana Hukum Indonesia (ISHI), Pendiri/Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK -RI, 2003-2008), Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), Anggota Kehormatan MATAKIN Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN), Anggota Konsultatif Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Anggota Dewan Kehormatan Majelis Taoisme Indonesia (MTI).

  Dalam rangkuman ini berisi mengenai dialog mengenai toleransi dan intoleransi pasca reformasi, dialog yang disampaikan berupaya mencari solusi dengan adanya kasus intoleransi.

  Sumber pustaka selanjutnya berupa Skripsi berjudul “ Strategi Komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Salatiga” yang disusun oleh Munir Abdillah, Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013. Dalam skripsi ini mengulas mengenai stategi komunikasi antarumat beragama untuk mewujudkan kerukunan umat beragama yang dimotori oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Salatiga.

  Dari sumber-sumber yang mengulas mengenai kerukunan umat beragama belum ada yang mengangkat tentang peran KH. Mahfudz Ridwan dalam memprakarsai terbentuknya forum kerukunan lintas agama di Salatiga. Melalui forum kerukunan beragama yang dibentuk oleh KH.

  Mahfudz Ridwan menjadi tonggak awal kesadaran masyarakat akan pentingnya mewujudkan kerukunan antarumat beragama. Penulis mengangkat penelitian ini karena belum ada yang mengulas tentang peran KH.MahfudzRidwan dalam mewujudkan kerukunan antarumat beragama di Kota Salatiga.

E. Kerangka Konseptual

  Dalam perkembangan metodologi sejarah, peneliti harus berusaha untuk bisa saling mengaitkan atau mendekatkan antara sejarah dengan ilmu-ilmu yang lain, untuk menganalisis berbagai suatu peristiwa atau fenomena masa lampau, peneliti menggunakan konsep-konsep berbagai ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajian. Oleh karena itu, dalam kajian diatas peneliti menggunakan suatu pendekatan dengan ilmu bantu lain, yaitu pendekatan agama dan pendekatan sosiologi. Pendekatan agama adalah suatu pendekatan mengenai ketuhanan (teologis), ialah pendekatan yang normatif dan subjektif terhadap agama. Sedangkan pendekatan sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

  4 kehidupan seseorang dalam masyarakat.

  Bangsa Indonesia memiliki masyarakat dengan latar belakang budaya, agama etnik, ras dan bahasa yang berbeda-beda dengan kata lain bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki masyarakat yang majemuk. Istilah multikultural sendiri sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu Negara, multikulturalisme adalah suatu pemahaman yang menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada, dengan kata lain fokus utama multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya dalam situasi kondisi masyarakat yang tersusun dari banyak kebudayaan. Diskusi mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, hak asasi manusia, hak budaya komunitas dan golongan

  5

  minoritas, prinsip-prinsip etika dan prinsip-prinsip moralitas. Dari seluruh perbedaan yang ada yang paling beresiko menimbulkan konflik ialah pada 4 kehidupan beragama di Indonesia.

  George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda (Pt Raja Grafindo Persada: Jakarta), hal.1-2 5 Rangkuman ini disusun dari beberapa acara serial diskusi ilmiah/akademik yang

diselengarakan AIFIS bekerjasama dengan BEM Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Sunan Kalijaga dengan topik: Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia, 2015, hal.

  2.

  Agama dalam perspektif sosiologis dapat dilihat dari adanya fenomena-fenomena keagamaan yang muncul dalam masyarakat, baik dalam bentuk ritual, perayaan maupun simbol-simbol keagamaan, sehingga agama tumbuh dan berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat. Agama yang menjelma dalam bentuk budaya inilah yang menuntut adanya dialektika internalisasi ekternalitas dan eksternalisasi internalitas. Sehingga agama muncul istilah misi keagamaan dalam bentuk budaya. Berdasarkan hal tersebut, maka eksistensi agama dalam

  6 masyarakat memiliki potensi integratife dan potensi konflik.

  Konflik-konflik yang melibatkan perbedaan keyakinan (antarumat beragama) berpotensi yang tinggi terhadap terjadinya tindak kekerasan, main hakim sendiri, justifikasi sebuah kebenaran atau keyakinan kelompok satu dengan kelompok lainya menjadi sumber konflik ideologi yang akhir-akhir ini muncul di Indonesia. Agama memberikan kontribusi yang luar biasa bagi para pemeluknya, terutama menyangkut pola pikir, pola sikap dan pola perilaku individu dalam masyarakat. Pola pikir individu yang dipengaruhi agama, pada dasarnya masuk dalam ranah pengetahuan dan pemahaman keagamaan, dimana agama yang berisikan doktrin atau ajaran-ajaran memiliki sifat memaksa terhadap pemeluknya untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh agama. Agama dengan doktrin 6 doktrin yang dimilikinya, secara psikolois memiliki dampak yang luar

  Nurkholik Affandi, HARMONI DALAM KERAGAMAN (Sebuah Analisis

tentang Konstruksi Perdamaian Antar Umat Beragama), Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan, Vol: XV, No. 1, Juni 2012, hal 75. biasa bagi perkembangan individu, terutama menyangkut pola pikir

  7 seseorang.

  Demi menjaga keutuhan bangsa maka diperlukan pemersatu untuk menyatukan seluruh warga negara Indonesia di tengah segala perbedaan yang ada perlu adanya paham yang dapat menyatukan segala perbedaan dalam masyarakat. Perekat dari segala perbedaan di Indonesia ialah pada paham nasionalisme. Dengan segala perbedaan pada masyarakat Indonesia disatukan melalui paham nasionalisme

  Untuk mewujudkan nasionalisme dan politik identitas nasional Indonesia dibutuhkan solidaritas yang tinggi pada bangsa Indonesia. bangsa Indonesia tidak boleh terjebak pada solidaritas kelompok- kelompok yang melahirkan primordialisme dan chauvinisme. Kemudian kita akan terjebak pada fanatisme kedaerahan, kesukuan, agama, golongan, serta kelompok-kelompok lainnya, yang pastinya akan melunturkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. Konflik antar daerah, suku, agama, serta kelompok yang sekarang sering terjadi hanya akan memecah belah

  8 semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

  Nasionalisme secara etimologi berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau 7 memelihara kehormatan bangsa, memiliki rasa solidaritas terhadap 8 Ibd .,hal 72.

  Jurnal, Mifdal Zusron Alfaqi, Memahami Indonesia Melalui Prespektif

Nasionalisme, Politik Identitas, Serta Solidaritas , Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015, hal. 112. musibah dan kekurang beruntung saudara setanah air, sebangsa dan senegara serta menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan. Dari pengertian tersebut nasionalisme dapat di artikan sebagai faham tentang kebangsaan dan sikap cinta tanah air yang tinggi yang harus dimiliki oleh warganegara, merasa memiliki sejarah dan cita-cita yangsama dalam

  9

  tujuan berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran warga negara Indonesia akan paham Nasionalisme demi menjaga keutuhan bangsa serta mewujudkan kondisi sosial yang harmonis dalam kehidupan sosial masyarakat maka setiap warga negara perlu memiliki strategi dalam menjaga persatuan nasional. Selain nasionalisme sebagai paham pemersatiu maka perlu adanya pemahaman bagi seluruh warga negara Indonesia mengenai semboyan bangsa Indonesia yakni Binekha Tunggal Ika.

  Bhinneka Tunggal Ika sebagai kunci dan pemersatu keragaman

  bangsa Indonesiamerupakan ciri persatuan bangsa Indonesia sebagai negara multikultur. Sujanto (2009:28)memaparkan bahwa “lahirnya SemboyanBhineka Tunggal Ika , berangkat dari kesadaran adanyakemajemukan tersebut. Bahkan kesadaran perluadanya persatuan dari keragaman itu terkristalisasikedalam „Soempah Pemoeda‟ tahun 1928 dengankeIndonesiaannya yang sangat kokoh”. Untukmemahami konsep

  

Bhinneka Tunggal Ika yangtercetus pada Kongres Sumpah Pemuda, 9 pentingkiranya penulis memaparkan konsep Bhinneka Tunggal Ika Ibid, hal. 112 terlebih dahulu. Sujanto (2009: 9)memaparkan bahwa Sesanti Bhineka

  Tunggal Ika , Sesanti artinya kalimat bijak (wise-word)yang dipelihara dan

  digunakan sebagai pedomanatau sumber kajian di masyarakat. Bhinneka

  Tunggal Ika adalah kalimat (sesanti) yang tertulis dipita lambang negara

  Garuda Pancasila, yangberarti berbagai keragaman etnis, agama, adatistiadat,bahasa daerah, budaya dan lainya yangmewujudkan menjadi

  10 satu kesatuan tanah air, satubangsa dan satu bahasa Indonesia.

  Pemahaman bahwa Indonesia memiliki latar belakang ras, etnik, budaya, bahasa, agama yang berbeda-beda harus diajarkan pada warga negara Indonesia mulai usia dini. Untuk mewujudkan kehidupan sosial yang harmonis di tengah masyarakat yang plural memiliki berbagai hambatan yang harus dihadapi. Integrasi nasional menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan keutuhan bangsa. Segala urusan kenegaraan akan terganggu apabila terjadi disintegrasi dalam masyarakat. Kondisi keberagaman agama di Indonesia sering memicu konflik antar agama, sehingga perlu adanya antisipasi sebelum terjadi konflik salah satunya adalah paham pluralisme.

  Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-

  ", dan dalam bahasa Inggris "religious

  ta'addudiyyah al-diniyyah 10 pluralism ". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Lestari dkk, Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di

  

Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28,

Nomor 1, Pebruari 2015, hal.35

  Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralisme berarti "jama'" atau lebih dari satu. Pluralisme dalam bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian.

  Pertama , pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang memegang

  lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis; berarti system pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasarkan lebih dari satu.

  Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat kerakteristik di antara kelompok-kelompok

  11 tersebut.

  Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri- sendiri. Manusia harus menerima kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Oleh karena itu kecurigaan tentang Islam yang anti plural, sangatlah tidak beralasan dari segi idiologis. Bila setiap muslim memahami secara mendalam etika pluralitas yang terdapat dalam Al- 11 Qur'an, tidak perlu lagi ada ketegangan, permusuhan, dan konflik baik

  Sapendi, Pendidikan Pluralisme Agama (Membangun Hubungan Sosial Lintas Agama di Sekolah, Jurnal Khatulistiwa

  • – Journal Of Islamic Studies Volume 2 Nomor 2 September 2012, hal. 156.
interen maupun antar agama selama mereka tidak saling memaksakan. Pluralitas merupakan "Hukum Ilahi dan "Sunnah" Ilahiyah yang abadi disemua bidang kehidupan, sehinga pluralitas itu sendiri telah menjadi karakteristik utama semua makhluk Allah (lihat: QS Yaasiin [56]: 36, al- Zukhruf [43]: 13, al-Zaariyat [51]: 49; al-Fatir[35]: 27-28), bahkan manusia, macamnya, afialiasinya, dan tingkat prestasi (performance) dalam melaksanakan kewajibannya . Allah berfirman dalam surat al- Hujurat [ 47 ] ayat 13 :

  "Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilakidan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. "

  Ayat al-Qur'an yang berkenaan dengan fakta diatas secara jelas menerangkan, pluralisme merupakan realitas yang mewujud dan tidak mungkin dipungkiri. Yaitu suatu hakikat perbedan dan keragaman yang muncul semata karena memang adanya kehususan dan karakterstik yang

  12

  diciptakan Allah dalam setiap ciptaan-Nya. Melalui paham pluralisme maka akan dapat mewujudkan Kerukunan beragama di Indonesia.

  Kerukunan beragama akan tercipta apabila paham-paham diatas dimiliki oleh setiap Warga Negara Indonesia.

  Kerukunan Umat Beragama dalam Islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuwah I slamiah berasal dari dasar “Akhu” yang bersaudara saudara, 12 teman, sahabat, kata “ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai

  Ibid, hal. 160-161 pengertian atau menjadi kata benda abtrak persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islamiah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiah akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.

  Kerukunan adalah hubungan sesama Umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan.

  Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.

  Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerintah lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfasilitasi terwujudnya Kerukunan Umat Beragama, mengkoordinasi kegiatan instansi vertical, menumbuhkembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan

  13 rumah ibadah.

F. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari 4 tahap yaitu Heuristik, Vetifikasi atau Kritik Sumber, Interpretasi dan Historiografi. Metodologi sejarah dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi pustaka di perpustakaan IAIN Salatiga, Perpustakaan Daerah Jl. Adi Sucipto No. 7 Salatiga, BPS Kota Salatiga, mencari sumber diinternet, skripsi, buku-buku, jurnal, arsip maupun sejarah lisan yaitu melakukan wawancara dengan saksi hidup. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

  Heuristik adalah mengumpulkan atau menemukan sumber, yang dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah adalah sejumlah materi sejarah yang tersebar dan terdefersifikasi. Sumber sejarah seperti: catatan, tradisi, lisan, arsip, dokumen, media masa, dan tulisan ilmiah.

  Dalam upaya Heuristik penulis mencari data-data pustaka dengan mengunjungi perpustakaan Sejarah Peradaban IAIN Salatiga, Perpustakaan IAIN Salatiga, dan Perpustakaan Daerah Kota Salatiga. 13 Dalam pencarian sumber pustaka penulis juga berupaya untuk

  

Skripsi, ACH. Naufal Badri, Peran Kiai Dalam Menjaga Kerukunan Masyarakat Pada

Pemilu Legislatif 2014 di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Madura, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Islam Sunan Kalijaga, 2014 ), hal. 3-5. mengunjungi Pondok Pesantren Edi Mancoro untuk mendapatkan data-data mengenai biografi Kiai Mahfudz. Selain menggunakan sumber pustaka penulis juga menggunakan menggunakan wawancara. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian sejarah lisan dimana dalam mengumpulkan data dan memperoleh data-data yang butuhkan, peneliti menggunakan dua metode penelitian, yaitu : a.

  Metode Wawancara Metode Wawancara merupakan salah satu cara atau metode penelitian yang digunakan oleh sipeneliti dengan cara melakukan sebuah “tanya-jawab” secara langsung dengan nara sumber yang bersangkutan dalam penelitian ini. Dalam upaya ini penulis melakukan wawancara dengan bapak Singgih dan mendapatkan informasi mengenai Forum Kerukunan Beragama di Salatiga.

  Kemudian penulis melakukan wawancara dengan Gus Hanif selaku putra dari Kiai Mahfudz dan mendapatkan informasi mengenai riwayat hidup KH. Mahfudz Ridwan serta peran KH. Mahfudz dalam kerukunan antarumat beragama di Salatiga, selanjutnya melakukan wawancara dengan istri KH. Mahfudz Ridwan mengenai sosok beliu di dalam Keluarga dan wawancara dengan pemuka-pemuka agama Katholik, Hindu, Kristen, Budha mengenai kerukunan antarumat beragama di Salatiga.

  b. Metode Observasi

  Metode Observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan cara terjun langsung ke objek penelitian, kemudian mencatat, merekam, dan bahkan mengabadikan hal-hal yang sekiranya menunjang dalam proses penelitian melalui kamera digital atau media yang lainnya. Selain itu terdapat buku-buku maupun arsip yang diperoleh di perpustakaan daerah salatiga, perpustakaan IAIN Salatiga, perpustakaan UKSW Salatiga, Kantor Statistika Kota Salatiga dan perpustakaan Percik.

  14 2.

  Verifikasi atau kritik sumber Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahapan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Kritik sumber biasanya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama, kritik ini menyangkut verifikasi sumber mengenai kebenaran atau ketetapan (akurasi) dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal.

  a.

  Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek- aspek „luar” dari sumber sejarah dengan dilakukan kritik eksternal berguna untuk menentukan keaslian sumber bukan sumber palsu. Misalnya untuk dokumen umum melibatkan tanda tangan.

  b.

  Kritik internal adalah menekankan aspek “dalam” yaitu isi sumber kesaksian, kritik internal dilakuakan setelah peneliti selesai 14 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:Ombak, 2007), hal.148 membuat kritik eksternal . kritik internal ditujukan untuk memahami isi teks, pemahaman isi teks diperlukan untuk mengetahui semua sumber yang telah dikaji untuk membuktikan keaslian sumber, sehingga sumber yang didapat tidak dipalsukan

  15 dan dapat di pertanggungjawabkan.

  3. Interpretasi Interpretasi adalah menafsirkan fakta-fakta yang telah diperoleh sesuai peristiwa yang telah diteliti. Interpretasi dapat dilakukan dengan analisis dan sintesis. Analisis adalah salah satu model menbuat interpretasi, menganalisis sama dengan menguraikan dari data yang bervariasi dapat dianalisis secara indukatif sehingga dapat disimpulkan, namun dalam interpretasi tidak semua fakta dapat dimasukan dan disimpulkan tetapi harus dipilih mana yang relevan dengan topik yang diteliti, sedangkan sintesis adalah penyusunan data- data yang dikelompokan menjadi satu kemudian disimpulkan.

  4. Historiografi Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses kerja mencapai tahap terakhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah.

  Dalam metode ini peneliti menggabarkan dan menceritakan hasil dari penelitian. Historiogrfi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah

15 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010)

  hlm. 29-37 dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah penulisan

  16 sejarah maupun penulisannya.

G. Sistematika Penulisan

  Dari uraian diatas, untuk mengetahui gambaran umum mengenai isi dari penelitian tersebut, maka perlu dibahas melalui sistematika penulisan sebagai berikut.

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

0 1 19

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 88

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PEMBELAJARAN AL-QURAN PADA SISWA TUNARUNGU DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PEMBELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 115

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 130

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 6 141

AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986- 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

0 2 186