PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI) TAHUN AKADEMIK 2016/2017 - Test Repository

  

PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI

DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI

STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

UMI FATHIMAH

111-12-164

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI

DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI

STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

UMI FATHIMAH

111-12-164

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

  “Tidak ada jalan bertabur bunga dalam menggapai cita dan cinta”

       

  “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”(Q.S Al-Baqarah: 286)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Ibuku (Ngaliyem) dan ayahku (Sariyono) yang sangat saya cintai, sebagai wujud baktiku padanya yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya bagi penulis.

  2. Saudaraku tersayang, Mu’arifin sekeluarga, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.

  3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI yang selalu membimbing dan memotivasi penulis.

  4. K.H Nasafi M.Pd, dan bu Nyai Asfiah selaku orang tua keduaku di pondok pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.

  5. Teman-teman PAI 2012 seperjuangan.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.

  Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.

  Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik- baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.

  Penulis banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyususnan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI 4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

  5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Agama Islam.

  6. Teman seperjuangan, PAI 2016, yang selama ini telah berjuang bersama.

  7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman ( Latifah, Indah, Ira, isma, Ulfa, Mbak Leli, Abdin qiqi, Titik) dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu persatu.

  8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

  Penulisan dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 21 Maret2017 Penulis Umi Fathimah 111-12-164

  

ABSTRAK

  Fathimah, Umi. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri

  Menjadi Guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun akademik 2016/2017, Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.

  Kata kunci: Problematika, Pendidikan Agama Islam dan Guru PAI

  Masalah dalam pendidikan adalah suatu hal yang lumrah terjadi pada semua peserta didik. Diantara masalah tersebut adalah yang terjadi pada mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam problematika yang dihadapi mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan apa saja langkah-langkah yang ditempuh mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

  Skripsi ini menggunakan metode kualititif naratif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dan menggunakan pendekatan naratif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya. Objek dari penelitian ini adalah sebagian mahasiswa IAIN Salatiga semester VI. Dan prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan trianggulasi.

  Dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh hasil sebagai berikut: bahwa dari problematika yang bersifatinternal yang terdiri tiga hal yaitu: cita-cita/minat mahasiswa PAI bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang berminat atau bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase 92,32%, tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang berminat menjadi guru PAI dengan prosentase 7,68%. Pengetahuan dasar keislaman, bahwa banyak dari mahasiswa PAI yang paham tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 89,02%, tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan prosentase 10,08%. Pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang mengetahui tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 14,88%.

  Dari problematika eksternal, yang terdiri dari tiga yaitu: Lingkungan keluarga, dari data yang peneliti peroleh sudah banyak dari mahasiswa mendapat dukungan penuh dari keluarga dengan prosentase 95,68%, tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang mendapat dukungan dari keluarga dengan prosentase 4,32%. Lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti mendapat data bahwa banyak masyarakat yang mendukung mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih pula ada yang kurang mendukung dengan prosentase 9,6%. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang terdiri dari guru dan teman, banyak yang mendukung keputusan mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih ada dari sebagian kecil yang kurang mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada dari sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.

  Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri manjadi guru PAI, sebagai berikut: melatih diri dalam kelancaran membaca Al- qur’an, berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan pendidikan, meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI, memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI, latihan keterampilan mengajar.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL................................................................................................................ i HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi MOTTO ............................................................................................................... vii PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix ABSTRAK ........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL …………………………………………………………....... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................

  .... 9 C.

  Tujuan Penelitian..............................................................................9 D.

  Manfaat Penelitian ...........................................................................9 E. Penegasan Istilah………..................................................................10 F. Metode Penelitian ............................................................................11 G.

  Sistematika Penelitian ......................................................................16

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan 1. Pengertian Problematika…..................................................... 17 2. Berbagai Masalah Dalam Pendidikan……........................... 18 3. Ikhwal Masalah Pendidikan.................................................. 20 4. Lingkup Pendidikan............................................................... 26 B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam

  1. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................29 2.

  Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam ............................31 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ……………………….......35 4. Tujuan Pendidikan Islam ………...........................................36 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika

  Mahasiswa Dalam Pendidikan Islam 1.

  Faktor Internal .......................................................................39 2. Faktor Eksternal.................................................................... 42 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ………..43 E. Tugas Guru ...................................................................................44 F. Kompetensi Profesionalisme Guru …………...…………………45

  BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian 1. Identitas IAIN Salatiga ……………………………………...47 2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga …………………………....48 3. Letak Geografis IAIN Salatiga ………………………………51 4. Asas, Fungsi dan Tujuan …………………………………….51 5. Visi dan Misi IAIN Salatiga ………………………………...54 6. Program Pendidikan IAIN Salatiga …………………………55 7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ………………..57 8. Profil Program Studi PAI ……………………………………59 B. Temuan Data Penelitian................................................................63 1. Problematika yang bersifat Internal ………………………… 64 2. Problematika yang bersifat Ekstenal ………………………...68 3. Langkah-langkah yang Perlu Disiapkan Mahasiswa PAI …...71 BAB 1V PEMBAHASAN A. Problematika Mahasiswa PAI dalam Mempersiapkan Diri Menjadi Guru PAI ……………………………………………...................75 1. Problematika yang bersifat Internal …………………………75 2. Problematika yang bersifat Eksternal ……………………….78

  B.

  Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI ………………………… 80

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................84 B. Saran .............................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga Tiga Tahun TerakhirTabel 3.2 Faktor cita-cita /minatTabel 3.3 Faktor Pengetahuan Dasar KeislamanTabel 3.4 Faktor Pengetahuan Tentang PAITabel 3.5 Faktor Lingkungan KeluargaTabel 3.6 Faktor Lingkungan MasyarakatTabel 3.7 Faktor Lingkungan Sekolah

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Lembar Pedoman Kuesioner Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara Lampiran 3 Dokumentasi Kuesioner Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 7 Nilai SKK Mahasiswa Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan makhluk (manusia) yang dapat dididik dan dapat

  mendidik, sehingga ia mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu (Daradjat, 2011:16).

  Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan RasulNya.

  Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dan karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan maka pendidikan itupun menjadi wajib dalam pandangan Islam.

  Dalam pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

  Dalam proses pendidikan pasti tidak lepas dari peran seorang guru, guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasehat, dan lain sebagainya. Untuk menjadi seorang guru, seseorang haruslah mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap. Supaya nantinya guru itu bisa digugu (dipatuhi) dan ditiru ( diteladani). Karena guru adalah orang tua kedua bagi anak didiknya.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata guru dalam bahasa arab disebut

  mu’allim dan dalam

  bahasa inggris disebut teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni

  

A person whose occurpation is teaching others. Yang artinya, guru ialah

sesorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 1995:223).

  Mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya: a.

  Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif) b. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotor) c.

  Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat afektif).

  Sebab dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku, yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti berpikir (ranah cipta) dan berperasaan ( ranah rasa).

  Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan guru/ sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi guru.

  Jabatan profesional guru harus memenuhi kegiatan intelektual, karena dalam proses mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati bahwa jabatan profesi guru mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan dari orang awam, dan memungkinkan guru profesional disegani oleh siswa, teman sejawat bahkan masyarakat sekitar karena kewibawaan, kepandaiannya atau yang lainya. Guru yang professional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan penggajaran ( Asdikoh, 2013: 23)

  Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.

  Firman Allah:

     …

  

   

   ….

  Artinya: ….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…. (Q.S. Al-Mujadalah:11).(Kitab Suci Al- Qur’an dan Terjemahannya).

  Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.

  Untuk menjadi seorang guru, mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan baik, agar selain menjadi guru mahasiswa juga akan menjadi teladan bagi murid, dan cerminan bagi masyarakat. Karena sebagai guru tidak hanya berperan sebagai pendidik saja, tetapi juga berperan sebagai seorang pribadi dan pembimbing. Sebagai seorang pribadi, guru juga adalah seorang makhluk sosial yang bermasyarakat. Juga sebagai pembimbing, guru harus bisa memahami keadaan siswa yang dibimbingnya, maka dari itu sebagai seorang guru mahasiswa harus mempersiapkan diri dari awal dan berusaha dengan baik.

  Meskipun pada awalnya tidak semua mahasiswa PAI berasal dari sekolah yang berbasis agama, ada yang dari sekolah umum atau kejuruan.

  Maka dari itu pasti ada beberapa masalah dalam mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru, baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotoriknya dan dari faktor internal dan eksternalnya.

  Sebagai seorang calon guru, mahasiswa PAI harus mempunyai fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) yang merupakan kemampuan pikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang dihadapi (Syah,1995:227).

  Selain itu, guru juga harus mempunyai keterbukaan psikologis, guru yang terbuka secara psikologi biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya ia bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping itu ia juga memiliki empati (empathy), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan siswa.

  Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metedologi belajar saja. Untuk menjaga disiplin kelas, guru sering bertindak otoriter, menjauhi siswa, bersikap dingin itu menyembunyikan rasa takut kalau dianggap lemah. Sesungguhnya guru adalah makhluk biasa. Guru sejati bukanlah makhluk yang berbeda dengan siswa- siswanya. Ia bukan makhluk serba hebat. Ia harus dapat berpartisipasi di dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswanya dan yang dapat mengembangkan rasa persahabatan secara pribadi dengan siswa-siswanya dan tidak merasa kehilangan kehormatan karenanya. Rasa was-was, takut dalam keadaan tertentu adalah wajar (Soemanto, 1990:221-222).

  Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik (Djamarah,2000:41). Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Profesor doktor, Zakiah Darajat menegaskan.

  Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

  Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD ’45 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar.

  Sebagai calon guru harus mempunyai kematangan kepribadian guru baik dari segi kedewasaan atau kesehatan fisik dan psikis (Sukmadinata, 2011:254-255). Guru sebagai pribadi, pendidik, dan pembimbing, dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani dan rohani. Minimal ada tiga ciri kedewasaan. Pertama, orang yang telah dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak banyak dipengaruhi subjektifitas dirinya. Ketiga,orang dewasa adalah orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan; tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab.

  Dari segi kesehatan fisik dan psikis, guru juga dituntut untuk memiliki fisik dan mental yang sehat. Fisik yang sehat berarti terhindar dari berbagai macam penyakit. Guru yang sakit bukan saja tidak mungkin dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi juga kemungkinan besarakan menularkan penyakitnya pada anak-anak. Kesehatan fisik juga berarti guru itu tidak boleh memiliki cacat badan yang menonjol yang memungkinkan kurangnya penghargaan dari anak.

  Kesehatan mental berarti guru terhindar dari berbagai bentuk gangguan dan penyakit mental. Gangguan-gangguan mental yang diderita guru dapat menganggu bahkan merusak interaksi pendidikan. Guru yang mengalami gangguan mental tidak mungkin menciptakan hubungan yang hangat, bersahabat, penuh kasih sayang, penuh pengertian dsb dengan para siswanya. Belajar dari guru yang mengalami gangguan mental memungkinkan siswa diperlakukan sebagai kambing hitam atau objek kekesalan dan kejengkelannya. Kesehatan fisik dan mental mutlak diperlukan dari orang-orang yang bekerja menjadi guru.

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah satu-satunya lembaga pendidikan Negeri di Salatiga. Institut ini menjadi pilihan para mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Para mahasiswanya tidak hanya berasal dari Salatiga saja, tetapi juga berasal dari berbagai daerah, misalnya: Semarang, Boyolali, Magelang dan Temanggung. Institut ini merupakan institut yang terkenal di kalangan masyarakat dimana mampu menghasilkan output yang berprestasi dan unggul. Keberhasilan IAIN tersebut, tidak terlepas dari kompetensi dosen yang dimilikinya dan usaha para mahasiswanya.

  Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri Menjadi Guru PAI Studi Narasi Mahasiswa PAI Semester (VI) Tahun Akademik

  2016/2017” B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, beberapa pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:

  1. Bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI?

  2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam masalah yang di hadapi mahasiswa PAI, sebagai berikut:

  1. Mengetahui bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

  2. Mengetahui apa saja langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun ajaran 2016/2017, sehingga dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1.

  Guru PAI a.

  Dapat meningkatkan kualitas diri.

  b.

  Dapat mengatasi masalah yang di hadapi guru PAI.

  2. Mahasiswa PAI a.

  Dapat mempersiapkan diri menjadi guru PAI dengan baik dan professional.

  b.

  Dapat mengatasi berbagai problematika dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

  3. Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan dalam menghadapi berbagai problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI atau sebuah perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul tersebut, maka perlu dijelaskan maksud istilah yang dipakai. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: a.

  Problematika Problematika adalah suatu masalah atau persoalan. Dalam Kamus

  Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah. Sedangkan masalah dalam bahasa inggris disebut problem yang artinya

  “question to be solved or decide”. Secara sederhana masalah berarti sesuatu yang masih

  menimbulkan masalah dan belum terselesaikan.

  b.

  Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal sholeh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal (Djamarah,2000:27-28).

  c.

  Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa. Faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial (Syah, 1995:132).

  d.

  Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dalam faktor ini ada dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan jenis penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9). Dan menurut Moleong (2009: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

  Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naratif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta- fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya yang berlaokasi di IAIN Salatiga.

  2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di IAIN Salatiga, yang tepatnya berada di

  Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia. Adapun strata pendidikan mencakup: Fakultas Tarbiyah: Pendidikan Agama Islam (PAI), objek yang digunakan peneliti adalah sebagian mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI.

  3. Sampling Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.

  Sebutan untuk suatu sampel biasanya mengikuti teknik dan atau jenis sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik atau jenis sampling yang digunakan adalah teknik random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu (Hadi, 1981:75).

4. Prosedur pengumpulan data

  Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : a.

  Angket Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang dikenai atau disebut responden (Walgito, 1990: 35). Adapun yang menerima angket dalam pengumpulan data ini adalah mahasiswa PAI di Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

  b.

  Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data atau pewawancara dengan sumber data atau responden (Wirartha, 2006:37).

  c.

  Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, dan sebagainya (Arikunto,

  1998:236). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur organisasi, sarana dan prasarana, data guru dan siswa.

  Metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode lain. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

  5. Instrumen Penelitian Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2011:102).

  Instrument yang digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan problematika mahasiswa PAI dengan persiapan diri untuk menjadi guru PAI adalah kuesioner dan wawancara terstruktur.

  6. Teknik analisis data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis (Arikunto,2010:278).

  Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data meliputi klarifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada tahap klarifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan rumusan yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data dilakuan pemilahan data yang berguna dan tidak berguna, dan data yang dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan data yang berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang dirumuskan.

  Setelah data diperoleh secara utuh, seluruh data dianalisis secara detail dan mendalam. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam penyajian data dan untuk menjaga keutuhan penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu triangulasi (keabsahan), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu, untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

  Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode kualitatif hal ini dicapai dengan jalan: a.

  Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

  b.

  Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.

  c.

  Membandingkan apa yang dikatakan key person (informan) dengan informan lain.

G. Sistematika penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi.

  Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II merupakan pembahasan yang berisi tentang problematika mahasiswa dalam lingkup pendidikan, problematika mahasiswa dalam lingkup pendidikan Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya problematika, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan Islam.

  Bab III merupakan paparan data dan temuan peneliti meliputi : identitas sekolah, sejarah IAIN Salatiga, letak geografis, asas, fungsi, tujuan, visi dan misi, program pendidikan, profil FTIK, profil jurusan PAI

  IAIN Salatiga lebih khususnya program studi PAI dan temuan data penelitian.

  Bab IV merupakan analisis data mengenai problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Bab V merupakan penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan 1. Pengertian problematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah problema atau

  problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan permasalahan. Sedangkan masalah dalam bahasa inggris disebut problem yang artinya “question to be solved or decide”.

  Menurut Syukir yang dikutip oleh Maliyeh dalam tesisnya menyebutkan bahwa problematika adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan

  Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian problematika adalah suatu masalah yang belum terpecahkan baik dari faktor internal maupun eksternal yang perlu diselesaikan atau dicari jalan keluar permasalahannya.

2. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan

  Masalah belajar adalah kondisi yang dialami siswa dan menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut bisa datang lingkungan (ekstern) atau dapat juga datang dari dalam diri sendiri (intern). Hambatan yang bersumber dari luar antara lain seperti kurangnya perhatian orang tua. Hubungan dengan anggota keluarga yang tidak harmonis, kurang sarana belajar, mempunyai konflik dengan teman, gaya mengajar guru yang kurang menarik, teman pergaulan yang kurang kondusif dan sebagainya (Sriyanti, 2011:126 ).

  Empat hal yang menjadi kekeliruan guru dalam mengajar sehingga menjadi masalah ketika terjadi pembelajaran (Hamruni, 2012:32).

  Berikut analisis empat hal tersebut: a.

  Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa Tampaknya banyak guru yang tidak melakukan diagnosis tentang keadaan siswa, sehingga ia tidak mengetahui apakah siswa sudah paham tentang materi yang akan dijelaskan, karena selain siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswa pun membaca buku lain yang relevan.

  b.

  Guru tidak pernah mengajak siswa untuk berpikir Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Mengajar adalah mengajak siswa berpikir, dan melalui kemampuan berpikir itu akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.

  c.

  Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh guru seharusnya mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar, guru perlu mendapatkan umpan balik, apakah tujuan yang ingin dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum.

  d.

  Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran Dalam era informasi sekarang ini telah terjadi perubahan peranan guru. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran. Masalah-masalah tersebut tidak hanya dihadapi oleh para guru, tetapi juga oleh para guru pemula. Situasi lingkungan kerja guru cenderung banyak menimbulkan kendala bagi para guru pemula dalam memulai melaksanakan tugas dalam lingkungan yang baru (Surya dkk, 2010:59).

3. Ikhwal Masalah Pendidikan

  Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia masih sangat banyak dan kompleks. Dari sederet permasalahan dalam dunia pendidikan, dapat dirunut di antaranya sebagai berikut: a.

  Banyak anak didik yang tidak memperoleh pendidikan yang layak.

  b.

  Banyak lulusan yang kurang mampu memiliki kompetensi.

  c.

  Banyak lulusan yang tidak mampu bersaing di pasar global.

  d.

  Sasaran pendidikan belum tercapai.

  e.

  Wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun sampai saat ini belum dapat menjadi wajar 12 tahun.

  f.

  Peranan guru atau pendidik yang belum optimal.

  g.

  Biaya pendidikan yang (dianggap) relatif mahal. Permasalahan-permasalahan itu akan dipaparkan secara singkat berikut solusi yang dapat diajukan. Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi langkah awal dalam mengatasi berbagai persoalan yang tengah dihadapi dunia pendidikan kita.

  1) Banyak Anak yang Tidak Memperoleh Pendidikan yang Layak

  Untuk menjaring sebesar-besarnya anak-anak yang belum mendapat kesempatan pendidikan formal, pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memberlakukan jam wajib belajar. Waktu jam belajar diberlakukan tidak ada anak yang berada di jalanan, demikian juga sanksi bagi orang tua anak yang tidak memberi kesempatan anaknya bersekolah.

  2) Banyak Lulusan yang Kurang Memiliki Kompetensi

  Masalah ini berhubungan dengan mutu pendidikan. Mutu dapat ditingkatkan melalui beberapa komponen.

  INPUT PROSES OUTPUT

  INPUT

  Penjelasan: Input adalah masukan mentah yang berwujud siswa

  baru yang akan memasuki lembaga pendidikan tertentu, sesuai ketentuan yang diatur oleh lembaga tersebut, kemudian dalam kurun waktu tertentu mereka diproses (proses input).

  Proses input, dimaksudkan proses kegiatan

  pembelajaran. Dengan demikian yang melakukan proses (pendidik) adalah orang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan.

  Output, lulusan atau keluaran dari suatu lembaga

  pendidikan yang bermutu akan dinilai oleh pengguna lulusan tersebut, sinergi atau relevan dengan pasar serta sepadan dengan kebutuhan.

3) Mutu Guru Berbanding Lurus dengan Kualitas Pendidikan.

  Secara hakiki, pendidikan dipandang bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kehidupan nasional. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu membentuk generasi muda cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian.

4) Profesionalisme Guru.

  Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal (UU No. 14 tahun 2015).

  5) Kompetensi Beberapa Aspek Penting dalam Profesionalisme Guru.

  Guru yang bermutu dan professional adalah guru-guru yang memiliki kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik, kepribadian, sosial dan professional sebagaimana yang dipersyaratkan oleh UU.

  Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang terkait, di antaranya seperti : anak didik/peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, meteri dan alat pendidikan, serta lingkungan, atau situasi pendidikan. Unsur- unsur tersebut saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam proses pendidikan (Surya dkk, 2010:25). Berikut ini dijelaskan secara singkat unsur-unsur dalam proses pendidikan.

  a.

  Anak Didik atau Peserta Didik.

  Anak didik atau peserta didik yaitu anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia. Agar berhasil dalam membawa anak ke arah kedewasaan, tentunya pendidik atau orang dewasa harus memahami karakteristik anak, seperti berikut ini: 1)

  Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.

2) Anak memiliki potensi untuk berkembang.

  3) Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lainnya.

  b.

  Pendidik.

  Pendidik yaitu orang dewasa yang berperan untuk mempengaruhi dan membawa anak didik ke arah manusia sempurna, yaitu insan kamil. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki hal-hal yang meliputi : kewibawaan, kasih sayang, komitmen, dan kejujuran. 1)

  Kewibawaan. Orang yang memiliki kewibawaan yaitu orang yang dapat memengaruhi orang lain memalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.

  2) Kasih sayang. Orang yang memiliki kasih sayang yaitu orang yang penuh perasaan dengan cinta terhadap sesama.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN BLOGSTAF DENGAN HASIL BELAJAR DALAM MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 - Test Repository

0 0 105

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AKADEMIK 2014/2015 - Test Repository

0 0 149

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN BLOGSTAF DENGAN HASIL BELAJAR DALAM MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 - Test Repository

0 0 110

PERANAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD - Test Repository

1 1 111

MANAJEMEN SUPERVISI PENGAJARAN GURU PAI SE-KOTA SALATIGA (KAJIANPELAKSANAANSUPERVISIPENGAJARAN GURU PAI OLEHPENGAWASSE-KOTA SALATIGA) - Test Repository

0 1 226

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI (Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016) - Test Repository

0 0 175

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI - Test Repository

2 6 95

MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SUPERVISI AKADEMIK SUPERVISOR TERHADAP KINERJA GURU PAI SD - Test Repository

1 1 103

STUDI PERKEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN MELALUI PROGRAM KULIAH KERJA NYATA (KKN) PADA MAHASISWA CALON GURU PAI UIN WALISONGO SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2016//2017 - Test Repository

0 1 91

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 1 121